Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang
ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan
dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang
diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk
menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian
hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit
berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor.
Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan
dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah
karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Dalam makalah
ini berbagai tipe bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor selama auditnya
dan berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam
pengumpulan bukti audit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahannya, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan bukti audit ?
2. Bagaimana hubungan bahan bukti dengan standar auditing ?
3. Bagaimana hubungan bahan bukti pemeriksaan dengan tujuan
auditing ?
4. Apa yang dimaksud dengan situasi pemeriksaan yang mengandung
resiko ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari bahan bukti audit.
2. Untuk mengetahui hubungan bahan bukti dengan standar auditing.
3. Untuk mengetahui hubungan bahan bukti pemeriksaan dengan tujuan
auditing.
4. Untuk mengetahui situasi pemeriksaan yang mengandung resiko.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bukti Audit

Mulyadi (2002 : 74) mendefinisikan bukti audit sebagai : Segala


informasi yang mendukung angka – angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung
laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat
(corroborating information) yang tersedia bagi auditor. Arens, Elder dan
Beasley (2008 : 225) mendefinisikan bukti audit “sebagai setiap informasi
yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang
diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan”.
Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan
prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bukti audit mencakup
informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan auditor atas sekuritas
yang diperjualbelikan dan informasi yang kurang persuasif, misalnya
respons atas pertanyaan – pertanyaan dari para karyawan klien. Penggunaan
bukti bukan hal yang aneh bagi auditor. Bukti juga digunakan secara
ekstentif oleh para ilmuwan, pengacara dan ahli sejarah. Tujuan audit
laporan keuangan adalah menyatakan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, maka
auditor harus menghimpun dan mengevaluasi bukti – bukti yang
mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan demikian, pekerjaan audit
adalah pekerjaan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, dan sebagian
besar waktu audit sebenarnya tercurah pada perolehan atau pengumpulan
dan pengevaluasian bukti tersebut. Buku harian, buku besar dan buku
pembantu, memo, dan catatan tidak resmi seperti daftar lembaran kerja
(work sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi
secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan.
Informasi pendukung lainnya meliputi semua dokumen seperti cek, faktur,

3
surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak
yang kompeten, informasi yang diperoleh auditor melalui tanya jawab,
pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang
dihasilkan atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik
kesimpulan dengan alasan kuat. Bukti audit merupakan suatu konsep yang
fundamental di dalam audit, dan hal itu dinyatakan dalam standar pekerjaan
lapangan ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326 pr. 1) menyatakan
bahwa : “ Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi : Bukti audit
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.” Bukti audit sangat
besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam
rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh
karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup
dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi
pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang
berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak
pantas.

1. Cakupan Konsep Bukti Audit adalah :


a. Sifat Bukti Audit
Meliputi catatan-catatan akuntansi dan informasi lain yang
tersedia. Catatan akuntansi seperti catatan jurnal awal dan catatan
pendukung yaitu cek dan transfer data elektronik, faktur, kontrak,
buku besar umum dan pembantu, ayat jurnal. Infrormasi lain yg
dapat digunakan auditor sebagai bukti audit meliputi notulen
rapat, konfirmasi dari pihak ketiga, laporan analis, data tolak ukur
mengenai pesaing dll.

b. Kompetensi Bukti Audit


Ukuran kualitas bukti audit dengan informasi yang relevan dan
andal. relevan, kompetensi bukti tergantung pada relevansinya

4
terhadap asersi yang sedang diuji krn jika auditor bergantung
pada bukti yang tidak berkaitan dengan asersi maka akan
menghasilkan kesimpulan yang tidak benar mengenai asersi.
Keandalan, atau validitas dari bukti mengacu pada apakah jenis
bukti tertentu dapat diandalkan untuk memberi tanda penyajian
yang benar atas suatu asersi. Keandalan bukti dipengaruhi oleh
sumber bukti independen, efektifitas pengendalian internal,
pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung, bukti dokumen,
dokumen asli.

c. Kecukupan Bukti Audit


Ukuran jumlah bukti audit. Jumlah bukti audit yang diperlukan
dipengaruhi oleh risiko salah saji dan kualitas bukti audit yang
dikumpulkan. Jadi semakin besar risiko salah saji semakin banyak
bukti audit yang kemungkinan diperlukan untuk memenuhi
pengujian audit. Dan semakin tinggi kualitas bukti maka semakin
sedikit bukti yang diperlukan untuk memenuhi pengujian audit.
dalam banyak hal auditor lebih mengandalkan bukti yang bersifat
mengarahkan/persuasif daripada bukti yang bersifat meyakinkan
dalam membentuk pendapata atas paket laporan keuangan, ada 2
alasan yaitu: pertama, audit harus harus harus diselesaikan dalam
jangka waktu yang layak dan pada biaya yang layak, auditor
hanya memeriksa sampel dari transaksi yang membentuk saldo
akun atau kelompok transaksi. Kedua, karena sifat bukti auditor
sering harus bergantung pada bukti yang sangat tidak andal.
jumlah bukti audit ditentukan oleh pertimbangan profesional
auditor dan terpengaruh oleh risiko salah saji material bagi saldo
akun atau kelompok transaksi dan terpengaruh oleh risiko salah
saji material.

5
d. Evaluasi Bukti Audit
Kemampuan untuk mengevaluasi bukti secara tepat adalah
keahlian penting lain yang harus dikembangkan oleh seorang
auditor. Auditor harus mampu menentukan kapan jumlah yang
cukup dari bukti kompeten telah didapat dalam rangka
memutuskan apakah kewajaran asersi manajemen dapat
didukung. Auditor harus secara mendalam mencari bukti dan
tidak memihak/tidak bias dalam mengevaluasinya.

B. Hubungan Bahan Bukti Dengan Standar Auditing


Semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan
opini audit. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari
pemberian pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan mengevaluasi
bukti-bukti yang mendukung laporan keuangan tersebut.

1. Kecukupan Bukti
Berkaitan dengan kualitas bukti audit. Faktor yang mempengaruhi
kecukupan bukti, meliputi:
a. Materialitas
b. Risiko Audit
c. Faktor-faktor Ekonomi
d. Ukuran dan Karakteristik Populasi

2. Kompetensi Bukti
Kompetensi atau kualitas bahan bukti yang berupa catatan
akuntansi berkaitan erat dengan efektivitas pengendalian internal
klien. Semakin efektifitas pengendalian internal klien semakin
kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan. Kompetensi bukti audit
yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor,
yaitu:
a. Relevansi (bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit).

6
b. Sumber Bukti (bukti audit yang berasal dari sumber di luar
organisasi klien pada umumnya merupakan bukti yang tingkat
kompetensinya dianggap tinggi).
c. Ketepatan Waktu (berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti
yang diperoleh oleh auditor).
d. Obyektivitas (bukti objektif umumnya lebih andal dibandingkan
dengan bukti yang bersifat subjektif).

Bukti kurang kompeten Faktor kompetensi Bukti lebih kompeten


Dari luar perusahaan
Dari dalam perusahaan
yang independen
Pengendalian intern
Pengendalian intern lemah SUMBER
baik
Perolehan atau pengetahuan Perolehan atau
tidak langsung pengetahuan langsung
Relevan tidak langsung RELEVANSI Relevan langsung
Subyektif OBYEKTIVITAS Obyektif
Bukti diterapkan pada tanggal Bukti diterapkan pada
SAAT/WAKTU
neraca tanggal neraca

3. Tipe bukti audit


Tipe bukti audit dikelompokan menjadi 2 yaitu tipe data akuntansi dan
tipe informasi penguat.
a. Tipe Data Akuntansi
 Pengendalian Intern Sebagai Bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan
perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa
klien telah merancang pengendalian intern dan telah
melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal
ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai

7
keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan
keuangan.

 Catatan Akuntansi Sebagai Bukti


Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang
tercantum dalam laporan keuangan, dengan melakukan
penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan
akuntansi. Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan
bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transakasi
keuangan yang telah dilakukan oleh klien.

b. Tipe Informasi Penguat


 Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara
inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Pengamatan fisik
terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk mengidentifikasi
sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas, dan
merupakan suatu usaha untuk menentukan mutu atau keaslian
kekayaan tersebut.
 Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas
bertuliskan huruf dan atau angka atau symbol-simbol yang
lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas
yang dikirimkan langsung kepada auditor.
2) Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang
disimpan dalam arsip klien.
3) Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam
organisasi klien.

8
 Perhitungan Sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat
berupa:
1) Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
2) Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan
horizontal.
3) Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan
cara menggunakan tarif depressiasi yang digunakan oleh
klien.
4) Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang
usaha, laba per saham yang beredar, taksiran pajak
perseroan, dan lain-lain.
 Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta
keterangan secara lisan dari klien terutama para manajer.
Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan
tersebut merupakan tipe bukti lisan.
 Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan
guna penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan
analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang,
penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam
tahun sebelumnya.
 Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki
keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain
akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang
digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang
mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan persyaratan
keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan
auditor. Jika auditor menerima hasil penemuan spesialis
sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis

9
tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi
pendapat wajar. Jika auditor puas dengan hasil penemuan
spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat
wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis
tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan pendapat
wajar dalam laporan auditnya.

4. Prosedur Audit
Bukti audit diperoleh auditor melalui penerapan prosedur
auditing. Pemilihan prosedur dilakukan saat tahap perencanaan audit.
Pemilihan prosedur auditing mempertimbangkan efektivitas potensial
prosedur dalam memenuhi tujuan spesifik audit, dan biaya untuk
melaksanakan prosedur tersebut.

Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:


a. Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen
atau kondisi fisik sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap
kondisi fisik suatu aktiva tetap misalnya, auditor akan dapat
memperoleh informasi mengenai eksistensi fisik aktiva tersebut.

b. Pengamatan
Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit yang
digunakan oleh auditor untuk melihat pelaksanaan suatu kegiatan.

c. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga
yang bebas.

10
d. Permintaan keterangan
Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan
dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang
dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan dokumenter.

e. Penelusuran
Dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan
penelurusan informasi sejak mula-mula data tersebut direkam
pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan
pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.

f. Pemeriksaan dokumen pendukung


Pemeriksaan dokumen pendukung merupakan prosedur audit
yang meliputi:
 Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mengdukung
suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan
kewajaran dan kebenarannya.
 Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi
yang berkaitan.

g. Perhitungan
Prosedur audit ini meliputi :
 Perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas
atau sediaan di tangan.
 Pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.

h. Scanning
Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen,
catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak
tidak biasa yang memerlukan penyelidikkan lebih mendalam.

11
i. Pelaksanaan ulang
Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang
dilaksanakan oleh klien. Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan
pada perhitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien.

j. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit


techniques)
Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media
elektronik, auditor perlu menggunakan teknik audit berbentuan
komputer dalam menggunakan berbagai prosedur audit yang
dijelaskan diatas.

C. Hubungan Bukti Pemeriksaan Dengan Tujuan Auditing

Tujuan umum Audit adalah untuk menyatakan pendapat atas


kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha
serta arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang
cukup. Untuk menghimpun bukti yang cukup, auditor perlu
mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk
setiap akun laporan keuangan.
Tujuan Audit spesifik ditentukan berdasarkan asersi-asersi yang
dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Asersi itu
sangat penting karena membantu auditor dalam memahami bagaimana
laporan keuangan mungkin disalahsajikan dan menuntut auditor dalam
mengumpulkan bukti.
Laporan Keuangan memiliki asersi-asersi manajemen baik yang bersifat
ekspilsit maupun implisit. Asersi-asersi dapat diklarifikasikan sebagai
berikut :
1. Keberadaan atau keterjadian
Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan
apakah nilai aktiva atau utang suatu perusahaan benar-benar ada pada

12
tanggal tertentu dan apakah transaksi yang tecatat benar-benar terjadi
selama periode tertentu.
2. Kelengkapan
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua
transaksi dan akun (rekening) yang semestinya disajikan dalam
laporan keuangan telah dicantumkan.
3. Hak dan kewajiban
Mempunyai hubungan yang sangat erat dengan asersi keberadaan atau
keterjadian. Keeratan ini mengakibatkan salah satu kantor akuntan
publik besar di indonesia, yang berafiliasi dengan suatu kantor
akuntan publik asing dari Amerika Serikat, yang ,menganggap
keduanya adalah satu dan menamakannya sebagai asersi genuine.
4. Penilaian dan pengalokasian
Berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, utang,
pendapatan, dan biaya sudah dimasukkan dalam laporan keuangan
pada jumlah yang semestinya
5. Penyajian dan pengungkapan
Berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu dalam
laporan keuangan sudah diklarifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan
secara semestinya. Dan asersi ini tidak hanya menyangkut penyajian
dan pengungkapan dalam neraca, atau laporan rugi laba. Asersi ini
juga menyangkut pengungkapan lainnya, termasuk catatan atas
laporan keuangan.

D. Situasi Audit Yang Mengandung Risiko Besar

Dalam situasi tertentu , resiko terjadinya kesalahan dan penyajian


yang salah dalam akun dan di dalam laporan keuangan jauh lebih besar
dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh itu, auditor harus waspada
jika menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar seperti:
1. Pengendalian Intern yang Lemah

13
Dalam situasi yang pengendalian intern dalam suatu bidang lemah,
auditor harus waspada dan mengumpulkan bentuk bukti audit rinci
yang lain yang dapat menggantikan bukti-bukti yang dihasilkan oleh
pengendalian intern yang lemah tersebut.

2. Kondisi Keuangan yang tidak Sehat


Suatu perusahaan yang mengalami kerugian dalam posisi yang sulit
untuk melunasi utangnya akan mempunyai kecendurangan untuk
menunda penghapusan piutangnya yang sudah sulit untuk ditangih.
Hal ini tidak mungkin terjadi dalam perusahaan yang keadaan
keuangannya baik.

3. Manajemen yang tidak dapat Dipercaya


Auditor harus waspada terhadap manajer yang pernyataan-pernyataan
lisannya ternyata sebagian atau seluruhnya tidak benar.

4. Penggantian Auditor
Klien yang mengantikan auditornya tanpa alasan yang jelas, mungkin
disebabkan oleh ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan
oleh auditor yang lama dan ada nya perselisihan antara klien dan
auditor publiknya mengenai penyajian laporan keuangan dan
pengungkapannya.

5. Perubahan Tarif atau Peraturan Pajak atas Laba


Jika tarif pajak penghasilan tiba-tiba sangat besar, maka reaksi wajar
perusahaan yang terkena adalah mencari cara meminimumkan
penghasilan atau laba kena pajak. Perubahan tarif pajak yang drastis
akan mendorong perusahaan untuk menggeser pengakuan pendapatan
dalam periodenyang pejaknya masih relatif rendah.

14
6. Usaha yang Bersifat Spekulatif
Auditor yang melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang
kegiatannya dalam usaha yamg sifatnya spekulatif, akan menghadapi
risiko yang lebih besar bila dibandingkan dengan auditor yang
melakukan audit terhadap perusahaan yang kegiatan usahanya relatif
stabil dalam jangka panjang.

7. Transaksi perusahaan yang Kompleks


Klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi yang sangat rumit
merupakan klien yang mengandung risiko besar bagi auditor bila
dibandingkan dengan klien yang kegiatannya bersifat konvensional.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan adalah terdiri dari data
akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Dalam
Standar pekerjaan Lapangan ketiga seperti yang telah dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia, mewajibkan auditor untuk mengumpulkan bukti
audit yang kompeten untuk mendukung opini yang akan diterbitkan. Dua
penentu persuasifitas bukti audit adalah kompetensi dan kecukupan yang
langsung diambil dari standar pekerjaan lapangan ketiga.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini kami meminta kritik dan saran bagi
pembaca terutama pada dosen matakuliah, karena di dalam penulisan
makalah ini kami masih merasa banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan.
Oleh karena itu saran dan kritik sangat diperlukan untuk kemajuan kami
dalam menulis makalah selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. https://katarinadesi.blogspot.com/2015/10/makalah-bukti-audit.html?m=1.
Diakses 20 November 2019.
2. https://hellomango.blogspot.com/p/buktiaudit-makalah-diskusi-
disusun.html?m=1. Diakses 20 November 2019.

17

Anda mungkin juga menyukai