Anda di halaman 1dari 11

SEMINAR NASIONAL

TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

PERSEPSI PENGGUNA ATAS IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI


PERPAJAKAN ONLINE
Srihadi Winarningsih Zarkasyi1
1
Program Studi Sarjana Terapan D4-Akuntansi Perpajakan (Tax Accounting)
Universitas Padjadjaran, Bandung – Jawa Barat
E-mail: srihadi.winarningsih@unpad.ac.id

ABSTRAK
Direktorat Jendral Pajak (DJP) telah menyadari dan menerapkan kemajuan teknologi informasi.
Kemajuan teknologi informasi ini telah banyak mengubah paradigma dan perilaku manusia modern,
sehingga berbagai terobosan terkait dengan aplikasi teknologi informasi dalam sistem perpajakan terus
dilakukan. DJP melakukan modernisasi sistem perpajakan guna meningkatkan kualitas pelayanan
perpajakan, syarat utama yang harus dipenuhi dalam reformasi administrasi perpajakan adalah
penyederhanaan sistem perpajakan, sehingga administrasi perpajakan dapat dikelola secara efektif dan
efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi pengguna ditinjau dari tiga hal: (1)
Apakah Teknologi Informasi yang sudah diimplementasikan oleh DJP melalui system Pajak Online sudah
baik, (2) Apakah sudah dirasakan aspek kebermanfaatan ditinjau dari persepsi wajib pajak, (3) Bagaimana
penggunaan sistem e-filling sebagai salah satu system informasi perpajakan yang sudah dikembangkan
DJP. Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive analysis, dengan cara melakukan interview
terhadap para wajib pajak yang terdaftar di Jawa Barat. Teknik sampling yang digunakan adalah snowball
sampling sehingga terdapat keterbatasan untuk generalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Teknologi Informasi yang sudah diimplementasikan oleh DJP melalui system Pajak Online sudah baik.
Teknologi Informasi memiliki persentase total skor sebesar (72%) dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variable Teknologi Informasi berada dalam kategori baik, masih terdapat gap sebesar (28%) yang
menyatakan bahwa penerapan teknologi informasi merupakan sesuatu yang tidak mudah dan masih cukup
sulit dipelajari.(2) Aspek Kebermanfaatan memiliki persentase total skor sebesar (68%) berada pada
interval baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aspek Kebermanfaatan berada dalam kategori
baik, masih terdapat gap sebesar (32%) yang menyatakan bahwa system informasi pajak online belum
dirasakan manfaatnya secara maksimal. (3) Penggunaan system e-filing memiliki total skor sebesar (65%)
berada dalam kategori baik, masih terdapat gap sebesar 35% yang menyatakan bahwa penggunaan e-
filing oleh Wajib Pajak secara mandiri masih mengalami kendala teknis.
.
Kata kunci: e-taxation, application service provider (ASP), electronic filing identification number
(EFIN), electronic filing system

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya manfaat pajak masih belum seluruhnya dipahami oleh seluruh masyarakat luas. Manfaat
pajak ini sangat penting diketahui oleh masyarakat luas agar terjadi peningkatan kepatuhan pajak. Target
penerimaan pajak yang tidak tercapai ini antara lain disebabkan oleh masih banyak orang yang belum
mengenal manfaat pajak. Hal tersebut berdampak pada rendahnya willingness to pay atau keinginan
membayar pajak. Dari data beberapa tahun terakhir, tingkat kepatuhan pajak terus membaik. Hal ini terlihat
dari semakin banyaknya wajib pajak yang melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak (DJP), persentase laporan Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan pada bulan Maret 2018 yang lalu naik hingga 14,01% dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya. Pada tahun ini, DJP telah menerima 10.589.648 SPT, sedangkan tahun lalu SPT yang diterima
sebanyak 9.288.386.
Sebanyak 10 juta lebih SPT tersebut terbagi dari 993.754 SPT orang pribadi non karyawan, 244.084
SPT badan dan 9.351.810 SPT orang pribadi karyawan. Dari total jumlah SPT tahunan yang sudah
dilaporkan, sebanyak 8,49 juta melakukan pelaporan melalui elektronik. Sisanya dilaporkan secara manual.
Dengan adanya data tersebut, tercatat bahwa tingkat kepatuhan lapor pajak sejumlah 59,98% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu, yakni 55,96%. Artinya persentase tingkat kepatuhan naik 4,02%.Data
tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Pajak Kemenkeu, Robert Pakpahan. Meski tingkat
kepatuhan bertambah, namun masih ada sebagian wajib pajak yang terdaftar belum terlalu mementingkan
pelaporan pajak. Hal ini berkaitan pula dengan ketidaktahuan masyarakat betapa pentingnya pajak bagi
mereka, perekonomian, dan pembangunan negara.

PROSIDING
95
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

Manfaat Pajak Secara Umum dapat di klasifikasikan sebagai berikut: (a) Fungsi Budgeter. Pajak
digunakan untuk membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya. Jadi, pajak
merupakan pendapatan negara yang berfungsi menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan
negara. (b) Fungsi Regulasi. Pajak menjadi alat untuk mengatur kebijakan sosial dan ekonomi. Pajak dapat
digunakan untuk mengatur laju inflasi, mendorong kegiatan ekspor, memberikan proteksi atau
perlindungan terhadap barang produksi dalam negeri dan menarik investasi. (c) Fungsi Distribusi. Pajak
berfungsi mendistribusikan kesejahteraan masyarakat, (d) Fungsi Stabilitas, dalam hal ini pajak berfungsi
untuk menstabilkan kondisi perekonomian. Contohnya, untuk mengatasi inflasi pemerintah menetapkan
pajak yang tinggi agar jumlah uang beredar dapat dikurangi. Begitu pun ketika negara mengalami kelesuan
ekonomi, pemerintah merespon dengan menurunkan pajak sehingga jumlah uang yang beredar bisa
meningkat.
Data pada tahun 2018 menunjukkan beberapa alokasi uang pajak yang telah disetorkan oleh para wajib
pajak di Indonesia. Berikut ini rincian pengalokasian dana pajak pada tahun 2018 seperti dikutip dari situs
resmi Kementerian Keuangan RI. Alokasi Pajak dalam Anggaran Belanja Pemerintah Pusat, digunakan
untuk: (a) Pelayanan Umum. Saat ini total anggaran APBN untuk Pelayanan Umum mencapai Rp435,9
triliun. Dana ini digunakan untuk mempercepat pencapaian dan sasaran pada fungsi pelayanan umum
seperti: Pengelolaan jumlah PNS mulai dari perekrutan hingga pembayaran gaji, Peningkatkan kinerja
birokrasi yang efektif dan efisien melalui penerapan Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP) pada 623
Instansi Pemerintah (IP), Peningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik lewat implementasi e-
government yang terintegrasi pada 623 IP, Peningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi melalui
implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP) pada 581 Instansi Pemerintah,
Mendukung manajemen dan pelaksanaan tugas teknis K/L yang berbasis output. (b) Pertahanan. Total
anggaran untuk kebutuhan pertahanan mencapai Rp107,8 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk
mempercepat capaian dan sasaran yang diharapkan untuk pertahanan negara, di antaranya: Terpenuhinya
modernisasi Alutsista melalui pengadaan/penggantian 50 unit kendaraan tempur. Pengembangan fasilitas
dan/atau sarana-prasarana matra laut melalui pembangunan pos pengamanan perbatasan sebanyak 3
dermaga, Modernisasi command center Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas). (c)Ketertiban
dan Keamanan. Saat ini, total anggaran APBN untuk kebutuhan Ketertiban dan Keamanan adalah Rp136
triliun. Alokasi dana tersebut digunakan untuk mencapai sasaran berikut ini: Terpenuhinya modernisasi
Alutsista melalui pengadaan/penggantian 50 unit kendaraan tempur, Pengembangan fasilitas/sarana-
prasarana matra laut melalui pengembangan pos pengamanan perbatasan sebanyak 3 dermaga, Modernisasi
command center Kohanudnas. (d) Ekonomi. Anggaran dalam APBN 2018 untuk sektor ekonomi adalah
Rp335,5 triliun. Dana tersebut digunakan untuk pencapaian sasaran ekonomi, di antaranya: Pembangunan
jalur KA sepanjang 639 kilometer, Pembangunan LRT sepanjang 23 kilometer, Pembangunan jalan baru
sepanjang 832 kilometer, Pembangunan 15 bendungan baru dan 92 unit embung baru, Pembangunan 15.373
meter jembatan baru, Pembangunan 17 pelabuhan laut, Pembangunan bandara baru di 8 lokasi,
Pembangunan 947 kilometer irigasi, Penyediaan jaringan tulang punggung serat optik nasional (Palapa
Ring) pada 57 kabupaten/kota, Penyediaan 70% satelit multifungsi, Penyediaan akses Base Transceiver
Station (BTS). (e) Perlindungan Lingkungan Hidup. Pada saat ini, anggaran yang tersedia di APBN untuk
Perlindungan Lingkungan Hidup mencapai Rp15,7 triliun. Anggaran tersebut akan disalurkan untuk
kepentingan seperti berikut ini: Pemulihan kawasan konservasi yang terdegradasi secara kolaboratif
bersama masyarakat seluas 30.000 hektar, Pengembangan infrastruktur keagrariaan seluas 1,5 juta hektar,
Pengelolaan kolaboratif hutan konservasi bersama masyarakat di kawasan hutan konservasi taman nasional
seluas 70.000 hektar, Perlindungan kawasan konservasi baru yang ditetapkan/dicanangkan di tingkat
nasional dan daerah seluas 700.000 hektar, Rehabilitasi hutan dan lahan kritis pada DAS rawan/pasca
bencana secara vegetatif seluas 16.800 hektar, Rehabilitas hutan dan lahan kritis di DAS yang mendukung
ketahanan pangan seluas 8.500 hektar. (f) Perumahan dan Fasilitas Umum. Saat ini, anggaran APBN untuk
Perumahan dan Fasilitas Umum mencapai Rp31,5 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk: Pembangunan
dan pengembangan kawasan perkotaan dan pedesaan seluas 2.941 hektar, Pembinaan dan pengembangan
penyehatan lingkungan permukiman melalui sistem pengelolaan air limbah untuk 489.489 KK, Pembinaan
dan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman melalui sistem pengelolaan drainase di kawasan
seluas 392 hektar, Pembinaan dan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman melalui sistem
penanganan persampahan untuk 1.605.565 KK, Pembinaan dan pengembangan sistem penyediaan air
minum di 214 kawasan, Pembangunan baru rumah swadaya sebanyak 6.000 unit dan peningkatan kualitas
rumah swadaya untuk 174.000 unit. (g) Kesehatan. Anggaran kesehatan di APBN mencapai Rp65,1 triliun.
Dana ini akan dialokasikan untuk mencapai berbagai sasaran seputar kesehatan, di antaranya: Pembinaan
gizi masyarakat melalui penyediaan makanan tambahan bagi 460.000 ibu hamil Kurang Energi Kronis
(KEK) dan penyediaan makanan tambahan bagi 612.900 balita kurus kekurangan gizi, Peningkatan mutu
dan akreditasi pelayanan kesehatan bagi rumah sakit di 147 kabupaten/kota dan puskesmas di 2.100

PROSIDING
96
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

kecamatan, Pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS yang mencakup 92,4 juta jiwa peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI), (h) Pariwisata. Saat ini anggaran dalam APBN untuk Pariwisata adalah
RP7,5 triliun. Alokasi ini digunakan untuk mencapai sejumlah sasaran yaitu: Terlaksananya pengembangan
pendidikan tinggi bidang pariwisata, Terlaksananya fasilitas/dukungan perbaikan/peningkatan akses
transportasi ke destinasi pariwisata pada 10 destinasi pariwisata prioritas, Terlaksananya peningkatan tata
kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat, Terlaksananya pengembangan komunikasi pemasaran
pariwisata dalam negeri ke mancanegara. (i) Agama. Untuk kepentingan Agama, alokasi APBN mencapai
Rp9,5 triliun. Anggaran ini dialokasikan untuk mempercepat pencapaian dan sasaran
berupa: Meningkatkan pelayanan ibadah haji dalam negeri dan umrah melalui revitalisasi dan
pengembangan 8 asrama haji, Meningkatkan kualitas pembinaan ibadah haji dan umrah melalui pembinaan
4.090 petugas haji professional, Pemberian tunjangan pada 4.140 penyuluh agama Kristen non-PNS,
Pemberian tunjangan 3.800 penyuluh agama Katolik non-PNS, Pengembangan dan pemberdayaan pada
188 lembaga sosial keagamaan Hindu, Peningkatan kualitas 330 rumah ibadah Buddha. (j)
Pendidikan. Alokasi APBN untuk Pendidikan saat ini sebesar Rp147,6 triliun. Anggaran ini digunakan
untuk pencapaian sejumlah sasaran yakni: Meningkatnya akses layanan pendidikan dasar, dengan indikator
banyaknya siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah penerima bantuan Program Indonesia Pintar
melalui KIP sebanyak 19,7 juta siswa, Tercapainya mahasiswa penerima bantuan Bidik Misi sebanyak 401
ribu mahasiswa, Bantuan operasional sekolah (pusat) untuk 8,8 juta siswa, Tunjangan profesi guru
sebanyak 257 ribu guru PNS, Pembangunan dan rehabilitasi 30 ribu ruang kelas, Meningkatnya kualitas
pembelajaran melalui revitalisasi 75 Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan (LPTK),
Pengelolaan/pengembangan 72 PTN baru dan akademi komunitas. (k) Perlindungan Sosial. Anggaran
untuk Perlindungan Sosial adalah Rp162,6 triliun. Dana ini akan dimanfaatkan untuk beberapa sasaran,
yakni: Bantuan tunai bersyarat kepada 10 juta penerima manfaat berdasarkan basis data yang lebih valid
dan akuntabel, Penyaluran bantuan sosial pangan berupa bantuan sosial rastra dan bantuan pangan non-
tunai (BPNT) kepada 15,6 juta penerima manfaat, Penyediaan bantuan kelompok usaha ekonomi produktif
(KUBE) di wilayah pedesaan bagi 64.700 keluara miskin, Rehabilitas dan perlindungan sosial terhadap
balita terlantar/anak jalanan, anak berhadapan hukum dan anak yang mendapatkan perlindungan khusus
sebanyak 90.000 anak.
Alokasi Iuran Pajak dalam Anggaran Belanja Pemerintah Daerah diperuntukkan sebagai berikut: (1)
Dana Alokasi Umum. Total anggaran dalam APBN senilai Rp401,5 triliun. Pemerintah pusat akan
mengirimkan dana ke pemerintah daerah dana untuk tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
dan mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. (3) Dana Bagi Hasil. Dana Bagi
Hasil dalam APBN 2018 senilai Rp89,2 triliun. Dana yang dialokasikan ke daerah berguna untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka melaksanakan desentralisasi. Dana Bagi Hasil terdiri dari Dana Bagi Hasil
dari Pajak dan Dana Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam. (4) Dana Alokasi Khusus Non Fisik. Dalam APBN
2018, Dana Alokasi Khusus Non Fisik mencapai Rp123,5 triliun. Dana ini digunakan untuk membiayai
berbagai kegiatan, seperti: Kegiatan di bidang Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Operasional
Penyelenggaraan PAUD (BOP), Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah, Tambahan Penghasilan Guru PNS
Daerah, Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi BOK dan BOKB, Dana Peningkatan Kapasitas
Koperasi, UKM, dan Ketenagakerjaan. (5)Dana Keistimewaan DIY. Total anggaran dalam APBD untuk
Dana Keistimewaan DIY adalah Rp1 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk mendanai urusan
Keistimewaan DIY yang meliputi: Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang gubernur
dan wakil gubernur, Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY, Kebudayaan, Pertanahan, Tata ruang. (6) Dana
Otonomi Khusus: Anggaran untuk Dana Otonomi Khusus yang ada di dalam APBN 2018 sebesar Rp20
triliun. Anggaran ini nantinya akan digunakan untuk Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua
Barat, khususnya untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi
Papua dan Papua Barat dialokasikan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur seperti, jalanan,
dermaga, sarana transportasi darat, sungai maupun laut. Terdapat juga Dana Otonomi Khusus Provinsi
Aceh yang ditujukan untuk pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan
ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan. (7)Dana
Insentif ke Daerah. Anggaran untuk Dana Insentif dalam APBN mencapai Rp8,5 triliun. Dana ini nantinya
akan dialokasikan pada provinsi, kabupaten dan kota berdasarkan kriteria utama dan kriteria kinerja.
Tujuannya untuk memberikan penghargaan pada daerah dengan kinerja baik di bidang kesehatan fiskal dan
pengelolaan keuangan daerah, pelayanan dasar publik juga perekonomian dan kesejahteraan. (8) Dana
Desa. Total Anggaran dalam APBN untuk Dana Desa adalah Rp60 triliun. Dana ini dialokasikan kepada
74.954 desa dengan rata-rata alokasi per desa senilai Rp800 juta. Arah kebijakan dana tersebut untuk
pembangunan desa seperti: Meningkatkan anggaran Dana Desa,dengan tetap memerhatikan kondisi
keuangan Negara, Pengalokasian Dana Desa dengan memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan,

PROSIDING
97
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

Meningkatkan kualitas pengelolaan Dana Desa, Meningkatkan kapasitas perangkat desa melalui pelatihan
dan pendampingan desa guna meningkatkan efektivitas pengelolaan dan penggunaan Dana Desa.
Begitu banyak manfaat yang bisa kita terima dengan membayar pajak seperti telah disebutkan dalam
latar belakang. Setelah mengetahui banyaknya manfaat pajak tersebut, kini saatnya menjadi warga negara
yang patuh membayar dan melaporkan pajak. Melakukan pembayaran dan pelaporan pajak juga sudah
dapat di lakukan secara online. Kita sebagai wajib pajakpun tidak perlu repot lagi mengantri dan membawa
banyak dokumen untuk bayar dan lapor pajak. Selain bayar dan lapor pajak melalui situs resmi DJP Online,
Anda bisa melakukan bayar dan lapor pajak melalui aplikasi yang juga resmi ditunjuk oleh DJP. Beberapa
perusahaan penyedia jasa aplikasi yang telah
ditunjuk oleh DJP menurut Fidel (2010) adalah sebagai berikut: (1) http://www.pajakku.com,
(2) http://www.laporpajak.com (3) http://www.taxreport.web.id (4) http://www.layananpajak.com
(5) http://www.onlinepajak.com (6) http://www.setorpajak.com (7) http://www.pajakmandiri.com
(8) http://www.spt.co.id
Peneitian ini ditujukan untuk mengetahui: (1) Apakah Teknologi Informasi yang sudah
diimplementasikan oleh DJP melalui system Pajak Online sudah baik, (2) Apakah Teknologi Informasi
yang sudah diterapkan oleh DJP dengan e- filling system telah memiliki aspek kebermanfaatan sesuai yang
diharapkan, (3) Apakah e-filing system yang telah diimplementasikan oleh DJP sudah memiliki kualitas
yang baik.

1.2 Tinjauan Pustaka


Terdapat dua jenis sistem pemungutan pajak yaitu Official Assessment System dan Self Assessment
System. Di Indonesia system perpajakannya menganut Self Assessment System yaitu suatu sistem dimana
Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang terutang, memperhitungkan
besarnya pajak yang sudah dipotong oleh pihak lain, membayar pajak yang harus dibayar dan melaporkan
ke Kantor Pajak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan yangberlaku (Diana Sari,
2013). Supaya sistem tersebut dapat berhasil dibutuhkan kesadaran, kejujuran, kedisiplinan dan keinginan
Wajib Pajak untuk melakukan kewajibannya sesuai peraturan perpajakan yang berlaku. Akan tetapi dalam
kenyataannya, keinginan masyarakat untuk membayarkan pajak masih tergolong rendah. Direktorat
Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak hingga 26 September 2014 mencapai
Rp683 triliun atau masih jauh dari target dalam APBN Perubahan sebesar Rp1.072,3 triliun
(beritasatu.com).
Menurut Fuad Rahmany (2014) berdasarkan data Ditjen Pajak, potensi Wajib Pajak (WP) karyawan
dan pribadi di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 46 juta orang. Akan tetapi, hingga saat ini WP
pribadi dan karyawan yang terdaftar baru 28 juta dan dari jumlah itu yang menyetorkan SPT hanya 22 juta,
sedangkan puluhan juta WP golongan pemilik usaha restoran dan hotel, yang membayar pajak hanya
460.000 orang. Khusus untuk WP badan usaha dari yang terdaftar 5 juta, hanya sekitar 550.000 atau 11%
saja patuh menyetorkan pajak. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, Direktorat
Jenderal Pajak selalu berupaya mengoptimalkan pelayanan sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran dan keinginan masyarakat untuk tertib sebagai Wajib Pajak, salah satunya dengan melakukan
reformasi perpajakan. Gunadi dalam Abdul Rahman (2010:210) menyatakan bahwa reformasi perpajakan
meliputi dua area, yaitu reformasi kebijakan pajak berupa regulasi atau peraturan perpajakan seperti
undang-undang perpajakan dan reformasi administrasi perpajakan Reformasi administrasi perpajakan
memiliki beberapa tujuan. Pertama, memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Kedua, mengadministrasikan penerimaan pajak sehingga transparansi dan
akuntabilitas penerimaan sekaligus pengeluaran pembayaran dana dari pajak setiap saat dapat diketahui.
Ketiga, memberikan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan pajak, terutama adalah kepada
aparat pengumpul pajak, kepada Wajib Pajak, ataupun kepada masyarakat pembayar pajak. Agar tujuan
tersebut tercapai, program reformasi administrasi perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara
menyeluruh dan komprehensif melalui perubahan–perubahan dalam bidang struktur organisasi, proses
bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan good
governance (Diana Sari, 2013).Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan melakukan perbaikan
proses bisnis yaitu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan menerapkan sistem e-filing.
Melalui Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-88/PJ/2004 pada bulan Mei tahun 2004 secara
resmi diluncurkan produk e-filing. Tepatnya pada tanggal 24 Januari 2005 bertempat di Kantor
Kepresidenan, Presiden Republik Indonesia bersama-sama dengan Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan
produk e-filing atau electronic filing system (Ayu, 2005). E-filing merupakan layanan pengisian dan
penyampaianSurat Pemberitahuan Wajib Pajak yang dilakukan secara elektronik melalui sistem online
yang real time kepada Direktorat Jenderal Pajak melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak
atau melalui Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dengan

PROSIDING
98
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

diterapkannya sistem e-filling, diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi Wajib
Pajak dalam mempersiapkan dan menyampaikan SPT karena dapat dikirimkan kapan saja dan dimana saja
sehingga dapat meminimalkan biaya dan waktu yang digunakan Wajib Pajak untuk penghitungan,
pengisian dan penyampaian SPT. E-filing dapat meminimalkan biaya dan waktu karena hanya dengan
menggunakan komputer yang terhubung internet, penyampaian SPT dapat dilakukan kapan saja yaitu
selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu (termasuk hari libur) dan dimana saja tanpa perlu datang
ke kantor pajak untuk memberikannya kepada Petugas Pajak. Penerapan sistem e-filing diharapkan dapat
memudahkan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT. Penggunaan e-filing memanfaatkan jaringan
internet, maka untukdapat menggunakan e-filing Wajib Pajak dituntut untuk dapat mengoperasikan
internet.
Pengertian Wajib Pajak menurut UU No 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan berbunyi:“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.” Menurut Abdul Rahman (2010:32) Wajib Pajak adalah orang
pribadi atau badan yang ditentukan
untuk melakukan kewajiban perpajakan yaitu memungut atau memotong pajak tertentu yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan, sedangkan menurut Fidel (2010: 136)
Wajib Pajak merupakan subjek pajak yang memenuhi syarat-syarat objektif yaitu masyarakat yang
menerima atau memperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP), yaitu penghasilan yang melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi wajib
pajak dalam negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Berdasarkan beberapa pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak adalah subyek pajak yang terdiri dari orang pribadi atau badan
yang memenuhi syarat-syarat obyektif yang ditentukan oleh Undang-Undang, yaitu menerima atau
memperoleh penghasilan kena pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Subyek pajak adalah orang atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia. Obyek
pajak menurut Fidel (2010:136) adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diperoleh Wajib Pajak
yang digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut. Penghasilan Kena
Pajak adalah penghasilan yang melebihi penghasilan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri.
Kewajiban pajak merupakan kewajiban publik yang bersifat pribadi, yang tidak dapat dialihkan kepada
orang lain. Wajib Pajak dapat menunjuk atau meminta bantuan atau memberi kuasa pada orang lain, akan
tetapi kewajiban publik yang melekat pada dirinya, khususnya mengenai pajak-pajak langsung tetap ada
padanya. Dia tetap bertanggung jawab walaupun orang lain dapat ikut dipertanggungjawabkan. Menurut
Mardiasmo (2011: 56) Wajib Pajak memiliki beberapa kewajiban yang harus dipenuhi yaitu: (1)
Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan
Pajak yang berada di wilayah tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, kemudian akan diperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP tersebut yang kemudian digunakan sebagai identitas bagi
Wajib Pajak. Pendaftaran NPWP dapat dilakukan secara online melalui e-register.(2) Melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP.Wajib Pajak yang merupakan pengusaha yang dikenakan PPN wajib
melaporkan usahanya untuk kemudian dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) kepada KPP.
Pengukuhan sebagai PKP juga dapat dilakukan secara online melalui e-register. (3) Menghitung pajak
terutang, memperhitungkan pajak yang sudah dipotong oleh pihak lain, membayar, dan melaporkan sendiri
pajak dengan benar. Sistem perpajakan di Indonesia menganut self assessmentsystem, sehingga Wajib Pajak
diharuskan melakukan penghitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak secara mandiri. (4) Mengisi dengan
benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang
telah ditentukan. SPT merupakan surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran objek pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Batas waktu
maksimal yang telah ditentukan untuk melaporkan SPT ke Kantor Pajak adalah tiga bulan setelah akhir
tahun pajak untuk SPT PPh tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi dan empat bulan setelah akhir tahun pajak
untuk SPT PPh tahunan Wajib Pajak Badan. (5) Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan. Pencatatan
merupakan kumpulan data mengenai peredaran dan/atau penghasilan bruto yang digunakan untuk
penghitungan jumlah pajak yang terutang. Pembukuan adalah pencatatan yang dilakukan secara teratur
yang berupa data dan informasi keuangan serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan meliputi neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun
pajak tersebut. (6) Apabila diperiksa Wajib Pajak diwajibkan: (a). Memperlihatkan laporan pembukuan
atau catatan, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.(b). Memberikan kesempatan untuk
memasuki tempat atau ruangan yang diperlukan dan yang dapat memperlancar pemeriksaan. (7) Apabila
ketika mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak

PROSIDING
99
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh
permitaan untuk keperluan pemeriksaan.
Hak-hak Wajib Pajak Menurut Mardiasmo (2011) yaitu: (1) Mengajukan surat keberatan dan surat
banding. Wajib Pajak berhak mengajukan surat keberatan apabila merasa tidak puas dengan ketetapan pajak
yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga. Apabila
Wajib Pajak belum puas dengan hasil surat keputusan keberatan, Wajib Pajak berhak mengajukan surat
banding ke Pengadilan Pajak, (2) Menerima tanda bukti pemasukkan SPT. Tanda bukti pemasukan SPT
merupakan tanda bukti diterimanya SPT. Tanda bukti diberikan oleh petugas pajak kepada Wajib Pajak,
(3) Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan. Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT
yang telah dimasukkan dengan menyampaikan pernyataan tertulis sebelum Direktur Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan. (4) Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT. Wajib Pajak berhak
untuk mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT dengan alasan tertentu yang dapat diterima.

1.1 Metodologi Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif atau descriptive
research adalah penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi (Yusuf,
2014). Tipe penelitian ini umumnya berkaitan dengan opini individu, kelompok atau oranisasional, kejadian
atau prosedur (Indriantoro, 2001). Data dalam penelitian ini merupakan data primer, data dikumpulkan
dengan menggunakan kuesioner dan depth interview. Sampel penelitian yang digunakan adalah Wajib
Pajak Individu dan Pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di lingkungan Kanwil Jabar I.
Responden penelitain yang berpartisipasi memberikan jawaban (snow ball sampling) terdiri dari 60 Wajib
Pajak individu dan 40 Wajib Pajak UMKM

2. PEMBAHASAN
Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka berturut-turut akan dibahas: (1) Persepsi wajib pajak
individu dan badan, dalam hal ini Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mengenai kualitas Teknologi
Informasi yang sudah diimplementasikan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) melalui system Pajak Online,
(2) Persepsi wajib pajak individu dan UMKM atas Aspek Kebermanfaatan E Taxation secara umum, (3)
Persepsi wajib pajak individu dan UMKM mengenai penggunaan sistem e-filling sebagai salah satu system
informasi perpajakan yang sudah dikembangkan DJP,

Persepsi wajib pajak individu dan UMKM mengenai kualitas Teknologi Informasi yang sudah
diimplementasikan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) melalui system Pajak Online.
Sebelum pemerintah mengenalkan metode pembayaran pajak secara online melalui sistem e-billing,
wajib pajak sudah dapat membayar pajak secara online melalui ATM pada tahun 2013. Namun, jenis pajak
yang dapat dibayarkan masih terbatas yakni Pajak Penghasilan (PPh). Untuk menyetorkan pajak, wajib
pajak hanya perlu mendatangi ATM dan memasukkan NPWP diikuti 2 digit bulan dan 2 digit tahun pajak.
Pada awalnya, pembayaran pun hanya bisa dilakukan di bank tertentu saja.
Pemerintah baru memperkenalkan sistem e-Billing dalam pembayaran pajak secara online setelah
membuat sejumlah dasar hukum yakni: (a) PMK-242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan
Penyetoran Pajak, (b) PMK-32/PMK.05 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik, (c) Per-
PJ/2014 tentang Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik.
Beberapa tahun kemudian, pemerintah mulai mengembangkan sendiri aplikasi e-Billing yakni SSE
Pajak versi 1, yang kemudian disempurnakan melalui SSE pajak versi 2 dan SSE Pajak versi 3. Kehadiran
e-Billing memberikan sejumlah keuntungan dibandingkan dengan sistem pembayaran pajak secara online
sebelumnya seperti: (a) Menyederhanakan dan mempermudah proses pengisian data dalam rangka
pembayaran pajak. (b) Menghindari human error yang terjadi pada pembayaran pajak secara manual
melalui teller bank/kantor pos persepsi. (c) Memungkinkan wajib pajak memonitor status pembayaran
pajaknya. (d) Menghemat waktu wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajak. (e) Lebih ramah
lingkungan karena mengurangi pemakaian kertas pada pembayaran pajak menggunakan Surat Setoran
Pajak (SSP).
Mc Leod & Shell (2001) menyatakan bahwa terdapat 5 (lima) karakteristik kualitas management
information system yang dapat menciptakan kepuasan pengguna (user satisfaction), yaitu: (a) Mudah
digunakan (easy of use or user friendly), (b) Isinya mudah dipahami dan lengkap (content), (c) Akurat
(accuracy), (d) Informasi yang dihasilkan tepat waktu (Timeliness) dan (e) format nya menarik dan simple
(Format). Pada penelitian ini digunakan indicator-indikator tersebut untuk dapat menilai kepuasan
pengguna teknologi informasi perpajakan online. Kepada responden ditanyakan masing-masing
karakteristik tersebut kemudian dibuatkan table distribusi frekuensi agar jawaban responden dapat
dianalisis.

PROSIDING
100
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

Berikut adalah tanggapan responden yang terdiri dari 60 Wajib Pajak individu dan 40 Wajib Pajak
UMKM di lingkungan Kanwil DJP Jabar I atas karakteristik kualitas teknologi informasi yang dapat
mendorong kepuasan pengguna (user satisfaction):

Tabel 1. Tanggapan Respnden Atas Karakteristik Kualitas Teknologi Informasi Perpajakan


Online
No. Karakteristik kualitas
Teknologi Informasi yang Baik Cukup Kurang
sudah diimplementasikan % % %
oleh DJP melalui system
Pajak Online
1 Easy of use (user friendly) 70 20 10
2 Content 73 20 7
3 Accuracy 73 13 14
4 Timeliness 72 20 8
5 Format 72 20 8
6 Rata-rata 72 % 18,6 % 9,4
Sumber: Hasil interview

Dari Tabel 1 kita memperoleh gambaran Persepsi wajib pajak individu dan UMKM mengenai kualitas
Teknologi Informasi yang sudah diimplementasikan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) melalui system
Pajak Online . Dari 100 orang responden jawaban tertinggi terletak pada indicator “content” dan
“accuracy” masing-masing memperoleh skor baik yaitu 73%. Kriteria skor yang digunakan adalah: 0-20:
Sangat Buruk, 21-40 Buruk, 41 – 60 Cukup, 61 – 80 Baik, 81 – 100 Sangat Baik. Sedangkan skor terendah
adalah “easy of use” (user friendly), sejumlah 70% dari responden berpendapat bahwa teknologi informasi
tersebut sudah baik, namun masih ada sejumlah 30 persen responden yang berpendapat bahwa system nya
belum cukup mudah/ familiar untuk digunakan. Hal ini juga patut diduga dari kelompok usia responden,
sekitar 25% responden memiliki usia di atas 50 tahun yang sudah terbiasa dengan “paper based” menjadi
“paper less” atau “electronic based”.

Persepsi wajib pajak individu dan UMKM atas Aspek Kebermanfaatan E Taxation secara umum
Dunia digital dan perkembangannya yang pesat saat ini, banyak meberikan jalan bagi pelaku bisnis,
khususya pada bidang bisnis online. Situs jual beli yang kerap disebut sebagai situs e-Commerce, kini
semakin banyak dengan berbagai keunikan dan menawarkan banyak kemudahan dalam bertransaksi. Tidak
hanya bisnis dalam dunia digital, kini banyak pula bisnis yang bukan berbasis digital, mulai menggunakan
sarana online tersebut untuk kepentingan bertransaksi maupun aktivitas marketing.
Hal ini semakin dipermudah dengan hadirnya fasilitas pembayaran pajak yang bisa dilakukan secara
online. Selain Efisien dri segi waktu dibandingkan sistem manual, pembayaran pajak via online ini juga
memberikan rasa aman karena semua data pelaporan pajak yang ditampilkan sangat lengkap dan jelas.
Berikut adalah jawaban hasil interview denagn responden:

Tabel 2. Aspek Kebermanfaatan E Taxation Secara Umum


Prosentase Jawaban Responden
No. Kriteria Setuju (%) Kurang Setuju (%)
1. Cepat dan Mudah 70 30
2. Akurat dan Aman 67 33
3. Murah dan Ramah Lingkungan 70 30
4. Fleksibilitas Waktu (Dapat 65 35
dilakukan kapanpun dan
Dimanapun)
5. Rata-rata 68 % 32%

Tabel 2 menunjukkan hasil jawaban responden mengenai aspek kebermanfaatan yang dirasakan oleh
Wajib Pajak individu dan UMKM secara umum. Berikut adalah perincian untuk masing-masing indicator:
(a) Untuk indicator “Cepat dan Mudah” dijawab setuju oleh 70% responden, sisanya sejumlah 30%
responden menyatakan kurang setuju, hal tersebut disebabkan karena masih adanya responden yang belum
memahami fitur-fitur dari system online perpajakan, (b) Untuk indicator Akurat dan Aman, dijawab setuju
oleh 67% responden, sisanya sejumlah 33% responden menyatakan kurang setuju mengingat kehawatiran

PROSIDING
101
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

bahwa EFIN ada kemungkinan di hack atau diretas oleh pengguna yang tidak bertanggung jawab, (c)
Sebagian besar responden yaitu 70% setuju bahwa E-taxation secara umum lebih murah dan ramah
lingkungan, sisanya sebesar 30% belum yakin bahwa system ini murah dibandingkan dengan system yang
conventional, (d) Fleksibilitas Waktu (Dapat dilakukan kapanpun dan Dimanapun) dijawab setuju oleh
wajib pajak individu dan UMKM sejumlah 65%, sisanya sebanyak 35% kurang setuju mengingat
dibeberapa daerah koneksi internet nya belum cukup stabil.

Persepsi wajib pajak individu dan UMKM atas penggunaan sistem e-filling sebagai salah satu
system informasi perpajakan yang sudah dikembangkan DJP.
Lapor pajak secara online adalah cara penyampaian SPT atau pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan yang dilakukan secara online dan realtime melalui website e-filing pajak DJP Online atau aplikasi
yang disediakan ASP (Application Service Provider) atau Penyedia Jasa Aplikasi pajak. Pelaporan pajak di
Indonesia semakin mudah semenjak adanya sebuah terobosan cara lapor pajak online ini. Meskipun metode
yang memanfaatkan kecanggihan teknologi ini memberikan banyak keuntungan bagi pemakainya, namun
masih banyak wajib pajak yang melaporkan SPT secara manual dengan mendatangi Kantor Pelayanan
Pajak (KPP).
Lapor pajak secara online memiliki misi untuk mempermudah wajib pajak dalam menuntaskan
perpajakannya dan membantu meningkatkan penerimaan pajak negara. Program lapor pajak secara online
sudah di-default otomatis untuk melakukan perhitungan, sehingga Anda sudah tidak perlu lagi melakukan
perhitungan, kecuali untuk hal-hal tertentu yang memang belum disediakan. Dengan adanya layanan secara
online ini, masyarakat diharapkan dapat lebih mudah dalam melakukan lapor pajak dan lebih taat dalam
membayar pajak. Untuk mengetahui nominal pajak yang harus dibayarkan WP secara akurat dan untuk
menghindari adanya kesalahan pelaporan pajak maka WP harus memiliki penghitungan pajak yang benar.
Untuk mendapatkan penghitungan pajak yang tepat, WP harus memiliki perencanaan pembayaran
pajak. Dengan membuat estimasi pajak, WP dapat mengelola keuangan perusahaan dengan lebih tepat dan
akurat. Jurnal, software akuntansi juga dilengkapi dengan fitur Tax Center yang dapat membantu WP
mengekspor file CSV yang berisi penjualan dengan template yang siap diimpor ke aplikasi pajak e-Faktur.
Istilah pajak online adalah penggabungan antara kata pajak dan online, yang kemudian diartikan sebagai
proses pembayaran pajak secara online. Agar lebih jelas dan sesuai, kita akan mulai dengan pengertian
perpajakan dan perpajakan online. Banyak sumber yang mendefinisikan, yang akan kita bahas beberapa
diantaranya.
Menurut website Dirjen Pajak, pajak merupakan kontribusi wajib warga kepada negara. Baik warga
secara perorangan, ataupun badan usaha, landasannya tertulis dalam undang-undang. Dana pajak nantinya
digunakan sepenuhnya untuk warga negara dan kemakmuran masyarakat.

Pajak Online
Penambahan kata online disini ditujukan untuk sistem atau platform yang digunakan untuk pembayaran
pajak. Pajak online merupakan sistem elektronik yang disediakan oleh Dirjen Pajak atau pihak lain, yang
bekerja sama dengan Dirjen Pajak. Tujuannya untuk mengadakan pelayanan dan transaksi elektronik terkait
perpajakan. Keputusan terkait lapor pajak online ditulis dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-
42/PJ/2017.

Sejarah Pajak Online


Terkait pembayaran pajak elektronik, kita merasa ini bukan hal yang baru. Karena beberapa saat lalu,
pajak memang sudah dapat dibayar secara elektronik atau via Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Sistem
pembayaran ini memang sudah ada sejak tahun 2013, yang biasa kita kenal sebagai layanan id-billing dari
Dirjen Pajak.
Sistem id-billing ini masih sangat terbatas, pembayaran yang dapat dilakukan dengan sistem ini hanya
pembayaran pajak penghasilan. Di awal kemunculannya, id-billing juga hanya dapat dilakukan di bank-
bank tertentu saja. Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah mencoba mengembangannya dengan
mengeluarkan SSE Pajak versi 2 dan SSE Pajak versi 3. Setelah sistem id-billing, Dirjen Pajak kemudian
mengeluarkan sistem pembayaran yang disebut e-filing pajak. Sistem ini mengembangkan aplikasi dan
pemberitahuan terkait wajib pajak di website Dirjen Pajak. Para wajib pajak dapat mengisi formulir
pembayaran secara online di situs Dirjen Pajak.

PROSIDING
102
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

Berikut adalah tabel yang menunjukkan pendapat pengguna atas e-Filing:


Tabel 3. Persepsi Pengguna Atas Sistem e-filing
No. Tanggapan Responden Jumlah Responden Prosentase
yang memberikan Skor Jawaban
Tanggapan
1. Sistem e-filling sudah sangat baik
dan sangat sesuai dengan harapan 35 35%
pengguna
2. Sistem e-filling sudah baik dan
sesuai dengan harapan pengguna 30 30%
3. Sistem e-filling sudah cukup baik
dan cukup sesuai dengan harapan 20 20%
pengguna
4. Sistem e-filling masih kurang baik
dan masih kurang sesuai dengan 15 15%
harapan pengguna
5. Sistem e-filling sangat kurang baik
dan sangat tidak sesuai dengan 0 0
harapan pengguna
6 Total 100 -
Sumber: Hasil interview dengan menggunakan kuesioner

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menjawab 100 orang, merupakan
keseluruhan sampel yang diteliti terdiri dari WP individu sejumlah 60 dan UMKM 40. Responden yang
diinterview menyatakan: (a) Sistem e-filling sudah sangat baik dan sangat sesuai dengan harapan pengguna,
sejumlah 35%, (b) Sistem e-filling sudah baik dan sesuai dengan harapan pengguna, sejumlah 30%, (c)
Sistem e-filling sudah cukup baik dan cukup sesuai dengan harapan pengguna 20%, (d) Sistem e-filling
masih kurang baik dan masih kurang sesuai dengan harapan pengguna 15%.
Sebagaimana system aplilkasi lainnya, system e-filling juga memiliki sisi kelebihan dan kekurangan.
Ada beberapa kelebihan yang di dapatkan oleh para wajib pajak, di samping kekurangan yang bisa menjadi
pertimbangan bagi DJP untuk terus mengawal aplikasi ini agar lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Hal yang umumnya mendorong kita untuk melakukan sesuatu adalah manfaatnya, dan hal yang menjadi
pertimbangan kita terhadap sesuatu adalah kelebihan dan kekurangannya. Dari hasil interview terhadap
responden dapat diketahui beberapa kelebihan dari e-filling system. Berikut adalah deskripsi hasil
interview: (1) Pertama dapat dilihat dari segi keamanannya. Pajak online dinilai lebih aman, dengan alasan
adanya Electronic Filing Identification Number (EFIN). Melalui EFIN ini, layanan dan transaksi pajak yang
dilakukan melalui website Online Pajak ataupun ATM akan terenkripsi aman dan rahasia, (2) Melalui e-
filling, efisiensi wajib pajak akan meningkat. Baik dari sisi waktu maupun tenaga, karena dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja tanpa batasan hari dan jam kerja, (3) Layanan e-filing dapat diperoleh secara
gratis disitus DJP dan mitra DJP atau Application Service Provider (ASP) yang dapat diakses/dimanfaatkan
oleh wajib pajak dalam penyampaian SPTnya, yang sekarang sudah bertambah jumlahnya. Antara lain: PT.
Achilles Advanced System (www.online-pajak.com), PT Mitra Pajakku (www.pajakku.com), PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (efiling.bri.co.id), PT.Sarana Prima Telematika (www.spt.co.id), PT.
Prima Wahana Cakra atau Price Waterhouse Consulting, Pt Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
(aspbni.bni.co.id), PT Jurnal Consulting Indonesia (klikpajak.id), PT. Nebula Surya, PT. Hexa Sarana
Intermedia dan yang lainnya.
Meskipun terdapat banyak kelebihan, ternyata e-filing juga memiliki beberapa kekurangan yang dirasa
cukup signifikan. Kekurangan dari pajak online salah satunya berada pada fiturnya yang belum sepenuhnya
dipahami para wajib pajak. Sehingga saat melakukan transaksi terkait pajak, banyak kesalahan yang terjadi
dan dialami para wajib pajak. Misalnya kesalahan dalam mengisi formulir, atau terlewat mengisi salah satu
syarat. Wajib pajak juga ada yang lupa meminta bukti e-filing pasca transaksi. Namun, pada dasarnya WP
tidak perlu panik, WP diharapkan sudah membaca tata cara dengan baik, sehingga akan dapat
melakuakannya dengan baik. WP harus memahami bahwa selalu ada pegawai Dirjen Pajak atau account
representative yang siap mendengar keluhan dan membantu.
Wajib Pajak diharapkan mengetahui syarat-syarat atau dokumen yang diperlukan saat WP akan
melakukan pembayaran pajak secara online. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk membantu
menghitung pajak dan melakukan pembayaran. Untuk pembayaran pajak penghasilan, WP perlu
menyiapkan formulir masa SPT yang bisa didapat di laman DJP Online. WP juga perlu menyiapkan SPT
Masa PPh, Bukti Potong PPh, Bukti Pembayaran PPh, dan Laporan Keuangan. Kemudian WP juga perlu

PROSIDING
103
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

menyiapkan rekening koran, akte pembuatan atau perubahan, Lampiran SPT Tahunan, Bukti Penerimaan
dan Pengeluaran, Buku Besar Pendukung, dan Buku Besar Pembantu pendukung laporan. Dengan
melengkapi syarat-syarat tersebut, pembayaran pajak online atau e-filing akan lancer.

3. KESIMPULAN
Secara umum implementasi teknologi informasi perpajakan yang sudah diterapkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak sudah baik dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Mengingat untuk dapat
terlaksananya pajak online dengan efektif diperlukan usaha advokasi terus menerus agar menjadi kebiasaan
yang sesuai standar dan hal tersebut perlu didukung dengan infrastruktur internet yang memadai.
.

PUSTAKA

Abdul Rahman. 2010. Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan Untuk Karyawan, Pelaku Bisnis
dan Perusahaan. Bandung : Nuansa.
Agus, Jatmiko. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus,
dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajb Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang.
Universitas Diponegoro.
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Process,
Vol.50
Ali et al. 2001. The Effects of Tax Rates and Enforcement Polices on Tax Payer Compliance: A Study of
Self Employed Tax Payers. Atlantic Economic Journal, 29 (2)
Arum, Harjanti Puspa. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan
Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Diponegoro.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2014). Statistik Interne tIndonesia. Diakses dari
http://www .apjii.or.id/v2/read/article/Statistik/263/statistik-internetindonesia-.html
Astana, Wayan Sugi dan Lely Aryani M, Ni Ketut. 2017. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 18(1), h:818-846
Ayu Ika Novarina. (2005). “Implementasi Electronic Filling System (E-Filling) dalam Praktik
Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) di Indonesia”. Universitas Diponegoro Semarang.
Bambang Prasetyo & L.M. Jannah 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Depok: PT.
RajaGrafindo Persada.
Berly Angkoso. 2010. “Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan,Pengetahuan Dasar Wajib Pajak
tentang Perpajakan, dan KesadaranPerpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Diana Sari. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung : PT.Refika Aditama.
Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Harmonisasi Membangun Negeri Laporan Tahunan 2012.
Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Mudahnya Pelaporan Pajak Melalui E-Filling. Di ambil dari
http://www.pajak.go.id/ content/mudahnya-pelaporan-pajak-melalui-e-filing-
Erly Suandy. 2005. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat.
Fidel, 2010. Cara Mudah dan Praktis Memahami Masalah-Masalah Perpajakan. Jakarta: Muria Kencana.
Fuad Rahmany, 2014 Abdul Rahman. ( 2010). Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan Untuk
Karyawan, Pelaku Bisnis dan Perusahaan. Bandung : Nuansa
Fuad Rahmany, Feri Kristianto. 2014.Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Masih Rendah. Di ambil dari
http://finansial.bisnis.com/read/20140907/10/255668/fuad-rahmany-tingkatkepatuhan-wajib-pajak-masih-
rendah
Gita Gowinda Kirana. 2010. ”Analisis Perilaku Penerimaan Wajib Pajak Dalam Penggunaan E-Filling”.
Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro Semarang.
Hendra. 2014. Fenomena Internet pada Anak-anak dan Remaja. Di akses darihttp://hendra.room318
online.com/fenomena-internet-pada-anak-anak-danremaja
Indriantoro, Nur, 2000, Metode Penelitian Untuk Akuntansi dan Bisnis, BPFE UGM
Irmayanti Madewing. 2013. “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara”. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Hassanuddin Makassar.

PROSIDING
104
ISBN: 978-602-51407-1-6
SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI TERAPAN INOVASI DAN REKAYASA (SNT2IR) 2019
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI UNIVERSITAS HALU OLEO

Kementerian Keuangan 2014. Kemkeu: Penerimaan Pajak Baru Rp.683 Triliun. Di ambil dari
m.beritasatu.com/ekonomi/213755-kemkeu-penerimaan-pajak-baru-rp-683-triliun.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-88/PJ/2004 tentang PenyampaianSurat Pemberitahuan
Secara Elektronik
Mardiasmo. 2016. Perpajakan. Edisi Terbaru 2016. Yogyakarta: Andi Ofset.
McLeod, Raymond, George P Schell, 2004, Management Information System, Prentice Hall Inc.
Melli, Pujiani. 2012. Analisis Efektivitas Penggunaan e-System terhadap Penerimaan Pajak di KPP
Pratama Palembang Ilir Timur
Muliari, Ni Ketut; Ery Setiawan, Putu.(2011) Pengaruh Persepsi tentang Sanksi Perpajakan dan
Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, [S.l.], jan. 2011.
ISSN 2303-1018.
Mustikasari, Elia. 2007. Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri
Pengolahan di Surabaya. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi.
Norasmila Awang and Azlan Amran. (2014) "Ethics and Tax Compliance" In Ethics, Governance and
Corporate Crime: Challenges and Consequences. Published online: 08 Oct 2014; 105-113.
Nur Indriantoro & Bambang Supomo. 2009. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen.
Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Nurhidayah, Sari 2015. Pengaruh Penerapan System E-Filing terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan
Pemahaman Internet sebagai Variabel Pemoderasi pada KPP Pratama Klaten.Program Studi
Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta.
Palil, M. Rizal. 2005. Does Tax Knowledge Matter in Self Assessment System? Evidence from Malaysia
Tax Administrative.The Journal of American Academy of Bussiness, 2. Cambridge.
Parmita Saha, Atanu K. Nath, Esmail Salehi-Sangari. 2012. Evaluation of Government E-Tax Websites: An
Information Quality and System Quality Approach. Transforming Government: People, Process,
and Policy, Vol. 6 Issue: 3, pp.300-321, https://doi.org/10.1108/17506161211251281
Punarbhawa, B dan Aryani M, Ni Ketut Lely. 2013. Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan dan
Pengetahuan Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP). E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 5(2), h:381-397.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan
Kriteria Tertentu dalam Rangka Pemgembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
Riahi, Ahmed. 2004. Relationship Between Tax Compliance Internationally and Selected Determinants of
Tax Moral. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, Vol 13, p:135-143.
Siti Hawa Kamelia. 2008. “Analisis Pengaruh Kepatuhan wajib Pajak Sebelum dan Sesudah Penerapan
Program e-SPT dalam Melaporkan SPT Masa PPN”. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sri Rahayu & Ita Salsalina Lingga. 2009. “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Jurnal Akuntansi. Vol.1, No:119-138.
Undang-Undang No. 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Wulandari. 2016. Pengaruh Penerapan E-Filing, Tingkat Pemahaman Perpajakan, dan Kesadaran Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Yogyakarta.
Yusuf, Muri.,2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, Jakarta,
Prenada Media Group.
Yulitasari, Inten dan Suprasto, Herkulanus Bambang. 2017. Pengaruh Tanggung Jawab Moral, Sanksi
Perpajakan, dan Penerapan Sistem E-Filing pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 20(2), h:1360-1389.

PROSIDING
105
ISBN: 978-602-51407-1-6

Anda mungkin juga menyukai