BAB I
PENDAHULUAN
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang
diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air
tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada
suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air
nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air
yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan
dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian.
Dalam tugas besar ini kami menganalisa kebutuhan air irigasi di daerah
Kusamba Bali, dengan wilayah petak sawah keseluruhan yang harus di aliri
seluas 1049 ha. Perencanaan tersebut meliputi perencanaan debit saluran air,
perencanaan dimensi saluran, perencanaan pintu air, skema irigasi dan juga
diagram alir perencanaan.
Secara buatan :
Ketika penggunaan air ini mengikutkan pekerjaan rekayasa teknik
dalam skala yang cukup besar, maka hal tersebut disebut irigasi buatan
(Artificial Irrigation).
Irigasi buatan secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Irigasi Pompa (Lift Irrigation), dimana air diangkat dari sumber air yang
rendah ke tempat yang lebih tinggi, baik secara mekanis maupun manual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 4 jenis sistem irigasi yang biasa
digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut :
1. Irigasi Gravitasi
Sistem ini memanfaatkan efek dari gravitasi untuk mengalirkan air. Bentuk
rekayasa ini tidak memerlukan tambahan energi untuk mengalirkan air sampah ke
petak sawah.
3. Irigasi Siraman
Air akan disemprotkan ke petak sawah melalui jaringan pipa dengan bantuan
pompa air. Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien karena dapat dikontrol
dengan sangat mudah.
4. Irigasi Tetesan
Sistem ini mirip dengan irigasi siraman. Hanya saja air akan langsung
diteteskan/ disemprotkan ke bagian akar. Pompa air dibutuhkan untuk mengalirkan
air.
Selain itu jaringan irigasi mempunyai klasifikasi yang didasarkan pada hal-hal seperti
dijelaskan dalam tabel berikut.
Prasarana yang ada seperti bangunan pengatur debit atau pembagi sama sekali
tidak ada. Hal ini terjadi karena sumber air sangat berlimpah sehingga hampir sama
sekali tidak diperlukan rekayasa irigasi. Jaringan utama air hanya perlu disadap
sesuai keinginan sehingga petak-petak sawah dapat tergenangi air. Selain itu tidak
ada pembagi antara saluran pembuang dan irigasi.
Kelemahan dari tipe jaringan ini adalah pemborosan air, karena penyadapan
yang sesuka hati. Selain itu biaya untuk penyadapan sangat mahal karena saluran
tersebut harus dapat mengairi seluruh petak sawah tanpa sebelum direkayasa
sehingga efisiensinya sangat rendah.
Jaringan ini jauh lebih maju daripada 2 jaringan lainnya dalam hal rekayasa
irigasi. Bangunan air banyak digunakan pada jaringan ini. Sepenuhnya saluran
irigasi dan pembuang bekerja secara terpisah. Sehingga pembagian air dan
pembuangan air optimum. Selain itu ada petak tersier yang menjadi ciri khas
jaringan teknis. Petak tersier kebutuhannya diserahkan petani dan hanya perlu
disesuaikan dengan saluran primer dan sekunder yang ada.
Keuntungan dari jaringan ini adalah pemakaian air yang efektif dan efisien,
menekan biaya perawatan, dan dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan.
Kelemahannya adalah biaya pembuatan yang mahal dan pegoperasian yang tidak
mudah.
a. Petak Tersier
Petak ini menerima air yang disadap dari saluran tersier. Karena luasnya yang
tergolong kecil maka petak ini menjadi tanggung jawab individu untuk
eksploitasinya. Idealnya daerah yang ditanami berkisar 50-100 Ha. Jika luas petak
lebih dari itu dikhawatirkan pembagian air menjadi tidak efisien.
Petak tersier dapat dibagi menjadi petak kuarter, masing-masing seluas 8-15
Ha. Dimana bentuk dari tiap petak kuarter adalah bujur sangkar atau segi empat.
Petak tersier haruslah juga berbatasan dengan petak sekunder. Yang harus
dihindari adalah petak tersier yang berbatasan langsung dengan saluran irigasi
primer. Selain itu disarankan panjang saluran tersier tidak lebih dari 1500 m.
b. Petak Sekunder
Petak sekunder adalah petak yang terdiri dari beberapa petak tersier yang
berhubungan langsung dengan saluran sekunder. Petak sekunder mendapatkan
airnya dari saluran primer yang airnya dibagi oleh bangunan bagi dan dilanjutkan
oleh saluran sekunder. Batas sekunder pada umumnya berupa saluran drainase.
Luas petak sekunder berbeda-beda tergantung dari kondisi topografi.
c. Petak Primer
Petak primer merupakan gabungan dari beberapa petak sekunder yang dialiri
oleh satu saluran primer. Dimana saluran primer menyadap air dari sumber air
utama. Apabila saluran primer melewati daerah garis tinggi maka seluruh daerah
yang berdekatan langsung dilayani saluran primer.
fungsinya, saluran pembawa yang membawa air masuk ke petak sawah dan saluran
pembuang yang akan mengalirkan kelebihan air dari petak-petak sawah.
a. Saluran Pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari daerah yang
disadap. Berdasarkan hierarki saluran pembawa dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Saluran Primer
Saluran ini merupakan saluran pertama yang menyadap air dari
sumbernya. Dan selanjutnya dibagikan kepada saluran sekunder yang ada.
Saluran ini dapat menyadap dari sungai, waduk, atau waduk. Bangunan sadap
terakhir yang terdapat di saluran ini menunjukan batas akhir dari saluran ini
2. Saluran Sekunder
Air dari saluran primer akan disadap oleh saluran sekunder. Saluran
sekunder nantinya akan memberikan air kepada saluran tersier. Akan sangat
baik jika saluran sekunder dibuat memotong atau melintang terhadap garis
tinggi tanah. Sehingga air dapat dibagikan ke kedua sisi dari saluran.
3. Saluran Tersier
Merupakan hierarki terendah yang berfungsi mengalirkan air yang
disadap dari saluran sekunder ke petak-petak sawah. Saluran ini dapat mengairi
kurang lebih 75-125 Ha.
b. Saluran Pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun kelebihan air yang terjadi
pada petak sawah. Umumnya saluran ini menggunakan saluran lembah. Saluran
lembah tersebut memotong garis tinggi sampai ketitik terendah daerah sekitar.
Pada saluran terbuka dikenal berbagai macam bentuk saluran seperti persegi,
setengah lingkaran, elips , dan trapesium. Untuk pengaliran air irigasi, penampang
saluran yang digunakan adalah trapesium karena umum dipakai dan ekonomis. Dalam
mendesain saluran digunakan rumus-rumus sebagai berikut.
air) dihitung berdasarkan pada perhitungan yang sudah dibahas pada pembahasan
sebelumnya. Dalam merencanakan lebar saluran yang dipergunakan di lapangan, dari
b (b perhitungan), dibulatkan 5 cm terdekat. Perhitungan dimensi saluran dimaksudkan
untuk memperoleh dimensi dari saluran yang dipergunakan dalam jaringan irigasi serta
untuk menentukan tinggi muka air yang harus ada pada bendung agar kebutuhan air
untuk seluruh wilayah irigasi dapat terpenuhi.
Perhitungan dimensi saluran ini ada dua tahap yaitu tahap penentuan dimensi
untuk setiap ruas saluran dan tahan perhitungan ketinggian muka air pada tiap-tiap ruas
saluran. Hasil perhitungan tersebut lebih efisien ditampilkan dalam bentuk tabel
dimana urutan pengerjaan sudah diurutkan perkolom.
a. Daerah Irigasi
Nama yang diberikan sebaiknya menggunakan nama daerah atau desa terdekat
dengan bangunan air atau dapat juga menggunakan nama sungai yang airnya
disadap. Akan tetapi ketika sumber air yang disadap lebih dari satu maka sebaiknya
menggunakan nama daerah.
Didalam petak tersier diberi kotak dengan ukuran 4cm x 1,25 cm. Dalam kotak ini
diberi kode dari saluran mana petak itu mendapat air. Arah saluran tersier kanan/kiri
dari bangunan sadap melihat aliran air. Kotak dibagi 2, atas dan bawah. Bagian atas
dibagi kanan dan kiri. Bagian kiri menunjukan luas petak (Ha) dan bagian kanan
menunjukan besar debit (l/dtk) untuk menentukan dimensi saluran ters
BAB III
a. Dimensi saluran didasarkan pada kapasitas terbesar, yaitu kapasitas pada musim
kemarau.
b. Letak saluran pembuangan sedemikian rupa sehingga seluruh areal dapat dialiri.
Untuk itu sedapat mungkin saluran diletakkan di punggung bukit.
c. Saluran pembawa sedapat mungkin dipisah dari saluran pembuang. Kecepatan
saluran pembawa kecil, sedangkan pada saluran pembuang kecepatannya besar.
d. Saluran primer mempunyai syarat:
panjang maksimum 5 kilometer
kemiringannya kecil dan lurus.
Dalam bab ini akan dijelaskan perencanaan saluran irigasi Gadungan Lambuk.
Flowchart Perencanaan Jaringan Irigasi
Petak yang terdapat pada daerah irigari Gadungan Lambuk adalah sebanyak
21 petak sawah dengan perencanaan sebagai berikut :
1) Ukuran luas petak masing – masing yaitu , 15 Ha, 27 Ha, 34 Ha, 38
Ha, 43 Ha, 47 Ha, 35 Ha, 8 Ha, 9 Ha, 87 Ha, 41 Ha, 124 Ha, 135
Ha, 74 Ha, 85 Ha, 49 Ha, 1 Ha, 57 Ha, 29 Ha, 59 Ha, dan 52 Ha,
jadi total luas daerah irigasi Gandungan Lambuk ialah 1049 Ha.
I= O = b + 2h √1 +
.
b/h=n
1 ( + ℎ)ℎ
=( + ℎ) ℎ
+ 2ℎ √ +1
1 (2,8 + 1 0,60) 0,60
2,98 = (2,8 + 1 0,60) 0,60 0,005
0,025 2,8 + 2 0,60 √1 + 1
2,0514
2,98 = 2,0514 40 0,0707
5.019
2,98 = 82,056 (0,5540) 0,0707106781
2,98 = 2,98
ℎ = 0,60
CROOS SECTION
CROOS LB1 3.351
CROOS LB2 2.658
CROOS LB3 2.658
CROOS LB4 2.612
B RATA RATA 2.81975
Luas = 1049 ha
Ke butuhan air irigasi = 2.84 l/dt
Q kebutuhan air = 2979.16 lt/dt 2.98 m3/dt
H = 0.80
BAB IV
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dari pengerjaan tugas besar ini penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat, maka
perlu diperhitungkan kebutuhan air yang lebih teliti, mengingat pada
kenyataan di lapangan sulit sekali menemukan kondisi ideal, di mana semua
kebutuhan air untuk semua areal sawah bisa dipenuhi secara bersamaan.
2. Data-data yang digunakan sebaiknya data-data yang aktual dan lengkap,
sehingga penyimpangan dapat diperkecil.
3. Waktu pengerjaan sebaiknya diperpanjang dan perlu diadakan asistensi rutin
di setiap minggu.
Lampiran