Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH IMUNOLOGI

VAKSIN

Kelas: C
Anggota Kelompok:
1. Aulia Salwa Salsabila (2018210183)
2. LL. Joko Raharjo (2018210170)
3. Rio Yomargo (2018210195)
4. Rislah Juana Dewi (2018210178)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
TA. 2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dapat terhindar dari penyakit, karena didalam tubuhnya dilengkapi dengan dua
kekebalan tubuh yaitu system kekebalan spesifik dan ksistem kekebalannon-spesifik. Sistem
kekebalan tubuh nonspesifik bekerja melawan semua jenis benda asing yang masuk dan
tidak bekerja ditujukan pada zat asing atau mikroorganisme tertentu. Sistem kekebalan tubuh
nonspesifik antara lain:
a. Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia bulu getar hidung yangmenyaring kotoran
yang masuk dari saluran nafas bawah, kulit, bulu mata, dan lain-lain.
b. Pertahanan biokimiawi, misalnya air susu ibu yang mengandung laktoferin yang
berperan sebagai antibakterik.
c. Pertahanan tubuh seluler, misalnya monosit dan makrofrag.
Apabila kekebalan tubuh spesifik tidak bisa mengatasi serangan mikroorganisme atau zat
asing yang masuk maka kekebalan tubuh spesifik akan diaktifkan. Sistem kekebalan tubuh
spesifik bekerja melawan antigen tertentu oleh karena kemampuannya menyimpan memori.
Sistem kekebalan tubuh spesifik diperankan oleh sel limfosit T dan limfosit B. Sistem
kekebalan tubuh spesifik ini tidak mengenali struktur utuh darimikroorganisme melainkan
hanya sebagian protein saja yang kemudian memacu kekebalan aktif tubuh. Protein
yang sebagian ini disebut antigen. Adanya antigen iniakan menyebabakan sel T dan B
memproduksi antibody untuk melawan antigen yangmasuk ke dalam tubuh manusia.
Semakin sering terpapar antigen dari luar maka akan semakin tinggi antibody yang terbentuk
dan memori pertahanan tunuh semakin banyak mengingat, sehingga tubuh menjadi kebal.
Akan tetapi antibodi dalam tubuh manusia sifatnya tidak stabil, untuk itu diperlukan suatu
paparan antigen dari luar yang dilemahkan yang disebut vaksin untuk memacu kekebalan
tubuh tersebut aktif. (Cahyono, Subarjo.2010)
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan vaksin?
2. Apa tujuan dan manfaat imunisasi?
3. Apa saja jenis-jenis dari vaksinasi?
4. Apa keuntungan dan kelemahan dari vaksin?
5. Apa yang dimaksud dengan vaksin DNA?
6. Bagaimana pemberian vaksin?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian vaksin.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat imunisasi.
3. Untuk mengetahui penggolongan dari vaksin.
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan vaksin.
5. Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan vaksin DNA.
6. Untuk mengetahui cara pemberian vaksin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vaksin

Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal, resisten. Imunisasi berarti anak
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit
tetapi belum kebal terhadap penyakit yang lain. (Soekidjo, 2003)
Imunisasi adalah upaya memberikan bahan untuk merangsang produksi daya
tahan tubuh. Sebagai akibat selanjutnya orang yang diberi vaksin akan memiliki
kekebalan spesifik terhadap penyakit yang disebabkan kuman tersebut. Bahan tersebut
pada dasarnya merupakan ancaman buatan bagi tubuh (Achmadi, 2006)
Imunisasi disebut juga vaksinasi atau inokulasi. Imunisasi memberikan
perlindungan terhadap sejumlah penyakit berbahaya. Ketika diimunisasi, diberikan
vaksin yang dibuat dari sejumlah kecil bakteri atau virus penyebab penyakit tersebut.
Vaksin ini akan merangsang tubuh membuat antibodi terhadap penyakit yang dimaksud.
(Thompson, 2003)
Vaksin adalah segala persiapan dimaksudkan untuk menghasilkan kekebalan
terhadap penyakit dengan merangsang produksi antibodi. Vaksin misalnya suspensi
mikroorganisme dibunuh atau dilemahkan, atau produk atau turunan dari
mikroorganisme. Metode yang paling umum dari pemberian vaksin adalah melalui
suntikan, namun ada juga yang diberikan melalui mulut atau semprot hidung. Menurut
WHO, vaksinasi merupakan imunisasi aktif adalah suatu tindakan yang dengan sengaja
memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan
menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak
akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi
yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat
menimbulkan limfosit yang peka, antibodi maupun sel memori.

B. Tujuan Imunisasi atau Vaksinasi


Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia. Program imunisasi bertujuan
untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi
serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umun tujuan
imunisasi adalah :
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas
(angka kematian) pada balita.

C. Manfaat Imunisasi
Ada beberapa manfaat dari vaksinasi, antara lain :
1. Bagi anak, sebagai upaya pencegahan untuk melindungi anak dari serangan penyakit
tertentu, yang mungkin bisa menyebabkan penderitaan atau bahkan cacat permanen.
2. Bagi keluarga, vaksinasi bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan akan
kesehatan dan biaya pengobatan jika anak sakit. Menumbuhkan keyakinan dan
harapan bahwa anak-anak akan menjalani masa pertumbuhannya dengan amandan
ceria. Sehingga, orang tua bisa sedikit terlepas dari kekhawatiran anaknya terserang
dari penyakit-penyakit tertentu yang selalu menjangkiti anak-anak.
Bagi negara, vaksinasi merupakan salah satu bentuk tanggung jawab negara untuk
meningkatkan taraf kesehatan wargananya. Dengan vaksinasi diharapkan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan lebih meningkat dan citra negara di
mata dunia menjadi lebih baik.

D. Jenis – Jenis Vaksinasi


1. Live Attenuated Vaccine
Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya
virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih
mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah.
Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu :
a. Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun
sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen.
b. Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis
berganda.
c. Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu
pemberiannya tidak tepat
d. Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik.
e. Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah.
f. Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan
mencapai 95%.
g. Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan
dosisasli dan berperan sebagai imunisasi ulangan.
Contoh: Vaksin Polio (Sabin), Vaksin MMR, Vaksin TBC, Vaksin Demam
Tifoid, Vaksin Campak, Vaksin Gondongan, dan Vaksin Cacar Air (Varicella).

2. Inactivated Vaccine (Killed Vaccine)


Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia
(formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau
virus, atau sebagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin
inactivated vaccine, yaitu :
a. Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan
dalam bentuk antigen.
b. Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit
atau tidak menimbulkan imunitas seluler.
c. Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan
dosis ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi
hanya memacu dan menyiapkan sistem imun, respon imunprotektif baru-
barumuncul setelah dosis kedua dan ketiga.
d. Tidak dipengaruhi oleh circulating antibod.
e. Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik.
f. Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah.
Contoh : Vaksin Rabies, Vaksin Influenza, Vaksin Polio (Salk), Vaksin
Pneumonia Pneumokokal, Vaksin Kolera, Vaksin Pertusis, dan Vaksin Demam
Tifoid.

3. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat
imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi
disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya
antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu
tahun.Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus.

4. Vaksin Acellular dan Subunit


Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin
vektor virus dan vaksin antiidiotipe.Contoh:Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus
Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.

5. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari
antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut
sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin
ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran
terhadap reseptor pre sel B.

6. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar.
Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem
ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan teknologi
DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA.
Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari
virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam
genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini
menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misalnya hepatitis B)
memerlukan-epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut
melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.

7. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)


Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi
dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba
diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi
gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan
menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel
(kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya.
Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat
imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan
isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini
sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang
percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon
humoral dan selular yang cukup kuat. Sedangkan penelitian klinis pada manusia saat
ini sedang dilakukan.

8. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari
bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat
menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian
serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.

9. Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-
anak di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus)
dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran
pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin.
Kini terdapat lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya
lebih kurang 10% yang bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia.
Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit
pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap antibiotik. Pneumokokus
menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya adalah:
a. Meningitis (Radang selaput otak).
b. Bakteremia (infeksi dalam darah).
c. Pneumonia (infeksi Paru-paru).
d. Otitis Media (infeksi Telinga).
Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak,
ketulian, dan kematian.

10. Vaksin Human Papillomavirus (HPV)


Human Papilloma Virus secara umum menginfeksi lapisan kulit yaitu pada
keratinosit dan membran mukosa. Sebagian besar virus jenis ini (ada lebih dari 200
virus) tidak menimbulkan gejala, tetapi sebagian akan dapat menimbulkan gejala
berupa kutil. Kutil ini dapat muncul dimana saja. Virus ini juga telah terbukti
memiliki hubungan dengan munculnya kanker cervix, vulva, vagina, dan anus pada
wanita dan sebagian lain kanker pada anus dan penis laki-laki.

11. Vaksin Varicella (Cacar Air)


Cacar air (Varicella) adalah penyakit yang sering dialami pada masa kanak-
kanak. Penyakit ini cukup ringan, tapi bisa berakibat serius, terutama bagi bayi dan
orang dewasa.
a. Cacar air bisa menyebabkan ruam, rasa gatal, demam, dan rasa lelah.
b. Bisa menyebabkan infeksi kulit yang berat, meninggalkan bekas luka,
pneumonia, kerusakan pada otak atau kematian.
c. Virus cacar air bisa tersebar melalui udara, atau melalui kontak dengan
cairan pada lepuhan (pada kulit) yang disebabkan oleh cacar air tersebut.
d. Seseorang yang telah menderita penyakit cacar air bisa mengalami ruam
yang menyebabkan rasa nyeri beberapa tahun setelah terkena cacar air.
Sebelum vaksin cacar air ini ada, sekitar 11.000 orang di Amerika Serikat
dirawat di rumah sakit akibat penyakit ini.
Vaksin cacar air ini dapat mencegah penyakit cacar air. Kebanyakan dari orang
yang telah mendapatkan vaksinasi cacar air, mereka tidak terkena penyakit ini.
Walaupun mereka terkena cacar air, biasanya reaksi yang ditimbulkan cukup
ringan.Mereka hanya memiliki sedikit lepuh atau gelembung cacar air di tubuh, dan
sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami demam. Waktu pemulihannya juga
relatif cepat.

12. RotaTeq dan Rotarix Vaksin


Rotavirus adalah virus yang sering menyebabkan gastroenteritis akut (infeksi
saluran pencernaan) pada anak, yang ditandai dengan muntah, diare, demam, dan
nyeri perut. Pada bayi dan anak kecil, infeksi rotavirus dapat menyebabkan diare dan
muntah berat sehingga anak menjadi kehilangan banyak cairan (dehidrasi).Infeksi
rotavirus dapat dicegah salah satunya dengan imunisasi rotavirus. Saat ini tersedia
dua jenis vaksin rotavirus yaitu RotaTeq dan Rotarix.
Gejala infeksi rotavirus berupa demam, muntah, diare, dan atau nyeri
perut.Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat
berlangsung selama 3 – 8 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak
kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat
menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian.
Pencegahan dari rotavirus dapat menular dengan mudah. Untuk mencegah
infeksinya dapat dilakukan dengan cara rajin cuci tangan dan menjaga kebersihan
sangat penting, namun tidak cukup untuk mencegah penularan infeksi rotavirus.
Selain itu juga dapat diberikan vaksin rotavirus dapat mencegah gastroenteritis yang
disebabkan oleh infeksi rotavirus. Vaksin rotavirus dapat mencegah hingga kira-kira
75% kasus infeksi rotavirus dan 98% kasus infeksi berat. Saat ini tersedia dua jenis
vaksin rotavirus yaitu RotaTeq dan Rotarix.
Selain itu anak yang sudah imunisasi rotavirus masih dapat terkena infeksi
rotavirus (gastroenteritis) karena rotavirus terdiri dari banyak strain, tidak semua
strain rotavirus terdapat dalam vaksin, dan vaksin tidak memberikan efek
perlindungan (imunitas yang penuh).
a. Rotarix
Rotarix adalah vaksin yang melindungi bayi anda dari virus (rotavirus) yang
dapat menyebabkan diare dan muntah berat.Rotavirus dapat menyebabkan diare
dan muntah berat sehingga bayi anda dapat kehilangan banyak cairan sehingga
anak harus segera dibawa ke rumah sakit.Vaksin Rotarix berupa cairan yang
diberikan melalui mulut (vaksin oral), bukan suntikan.
Rotarix berupa cairan yang diberikan melalui tetesan pada mulut bayi dan
ditelan oleh bayi. Bayi anda akan mendapatkan dosis pertama pada usia 6
minggu. Dosis kedua diberikan setidaknya 4 minggu setelah dosis pertama,
sebelum usianya 6 bulan.Rotarix dapat diberikan bersama dengan imunisasi
suntik lainnya.Bayi anda dapat langsung menyusui setelah mendapatkan Rotarix.
b. Rotateq
Rotateq adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi rotavirus
pada anak-anak.Infeksi rotavirus dapat menyebaban demam, muntah dan diare,
yang penyakit tersebut dapat berat dan menyebabkan anak kehilangan banyak
cairan (dehidrasi), memerlukan perawatan di rumah sakit, dan bahkan dapat
menyebabkan kematian pada beberapa anak.

13. Vaksin Hepatitis A


Hepatitis A merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis A
suatu virus RNA yang ditularkan melalui rute fecal-oral terutama karena sanitasi yang
buruk. Dapat menular lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi virus atau
dari droplet ludah manusia yang mengandung virus.Penyakit ini sebenarnya dapat
sembuh sendiri tetapi pada pasien dengan gejala yang berat dapat muncul kuning di
seluruh tubuh maupun di mata, mual, muntah-muntah dan demam.Vaksinasi dapat
mencegah penyakit ini.

E. Keuntungan dan Kelemahan Vaksin


1. Keuntungan vaksin yang dilemahkan :
a. Dapat mengaktifkan seluruh proses sistem imun untuk memproduksi IgG dan IgA
b. Dapat meningkatkan respon imun untuk melindungi tubuh terhadap antigen
c. Bahan produksi lebih murah
d. Lebih cepat menimbulkan respon imun
e. Lebih mudah untuk didistribusikan
f. Dapat di gunakan untuk mengeliminasi beberapa jenis virus yang berjangkit di
masyarakat
2. Kelemahan vaksin yang di lemahkan :
a. Dapat terjadi mutasi, sehingga kembali menjadi virulen
b. Penyebaran vaksin virus yang tidak terstandarisasi dengan baik dan kemungkinan
bermutasi
c. Virus yang dileamhkan tidak dapat diberikan kepada penderita immunodefisiensi
d. Kadangkala tidak dapat berfungsi optimal jika di gunakan pada daerah tropis
3. Keuntungan vaksin yang dimatikan :
a. Dapat memberikan respon imun humoral jika diberikan vaksinasi ulang (booster)
b. Tidak dapat terjadi mutasi atau reverse menjadi virulen
c. Dapat digunakan pada penderita immunodefisiensi
d. Dapat digunakan dengan baik pada daerah tropis
4. Kelemahan vaksin yang dimatikan :
a. Kadangkala tidak dapat merangsang kekebalan
b. Memerlukan pengulangan vaksin (booster)
c. Kurang baik dalam meningkatkan respon imun lokal (IgA)
d. Biaya produksi mahal

F. Vaksin DNA

Merupakan vaksin yang terakhir kali dikembangkan. Gen yang menyandi antigen
patogenik yang diinginkan diklon kemudian di suntikkan. Penggunaan DNA yang
menyandi antigen dapat digunaan sebagai vaksin yang potensial. Naked cDNA yang
menyandi hermaglutinin virus influenza. Dapat diinokulasikan ke jaringan otot yang
mampu merangsang baik produksi antibody maupun respon CTL yang spesifik.
Vaksin DNA terdiri atas plasmid bakteri yang mengandung DNA yang menyandi
protein antigen, dapat memacu baik imunitas humoral maupun selular. Melalui rakayasa
genetic, segmen dari bahan herediter/ DNA dari satu jenis organisme dapat
dikombinasikan dengan gen organisme kedua. Dengan jalan demikian, organisme yang
relative sederhana seperti bakteri dan jamur dapat diinduksi untuk memproduksi sejumlah
besar protein manusia seperti hormone/ insulin atau sitokin. Juga dapat disintesis protein
asal agens infeksi seperti virus hepatitis untuk digunakan dalam vaksin.
Gen dapat di klon, DNA dapat disekuens dan protein rekombinan dapat
diproduksi. Komponen, struktur dan fungsi sistem imun pada tahapan molekuler dapat
dipelajari. Keuntungan penggunaannya bebas dari fragmen-fragmen patogen yang tidak
diinginkan atau berbahaya yang dapat menimbulkan efek samping seperti halnya dengan
vaksin konvensional.
Epitop khusus yang protektif dapat digunakan dalam vaksin. Bagian virulen
tertentu dari mikroba dapat digunakan seperti glikoprotein D (glyD) virus herpes untuk
merangsang CTL yang menimbulkan proteksi dan tidak dikhawatirkan pejamu akan
menjadi sakit seperti yang mungkin terjadi pada pemberian vaksin virus yang
dilemahkan. Pendekatan ini juga dapat dilakukan untuk memberikan proteksi humoral
terhadap mikroba. Baik epitope sel B (bagian dari anti bodi yang mengikat agen infeksi),
maupun epitope sel T (peptida yang mengikat molekul MHC-II untuk merangsang sel
CD4) dapat digunakan.
Yang menarik yaitu teknik yang menyuntikkan DNA yang kemudian
diekspresikan oleh sel otot penjamu dengan efisiensi yang lebih besar dibanding dengan
yang diperoleh dalam biakan sel. DNA dapat berintegrasi dengan kromosom DNA
penjamu atau dipertahankan untuk waktu yang lama dalam bentuk episom. Antigen virus
tidak hanya diekspresikan dalam sel otot, tetapi juga dalam SD ditempat suntikan. Sel
otot mengekspresikan MHC-I rendah, oleh karenanya SD lokal sangat diperlukan untuk
respons antigenik vaksin DNA.
Beberapa sel tubuh akan memproses DNA dan selanjutnya DNA
menginstruksikan sel-sel untuk mensintesis molekul antigen, melepas antigen yang
dipresentasikan dipermukaan selnya. Jadi sel tubuh sendiri menjadi pabrik yang
mensintesis vaksin, antigen yang diperlukan untuk merangsang sistem imun.
Penggunaan DNA yang menyandi antigen dapat digunakan sebagai vaksin yang
potensial.
G. Pemberian Vaksin
Menurut beberapa penelitian ada vaksin yang diberikan 1 kali saja sudah cukup
untuk meningkatkan kekebalan, tetapi ada juga yang butuh beberapa kali baru bisa
memberikan perlindungan yang memadai. Pada anak dibawah satu tahun akan sering
mendapat imunisasi hampir tiap bulannya, diantara vaksin tersebut ada yang diberikan 1
kali seperti, hepatitis B, DPT dan Polio. Hal ini karena untuk penyakit tersebut,
Berdasarkan vaksinasi 1 atau 2 kali saja tidak cukup, antibodi yang terbentuk untuk
memberikan perlindungan.
Imunisasi pada anak usia kurang dari 1 tahun merupakan imunisasi dasar, jadi harus
lengkap terpenuhi.Bahkan pada imunisasi DPT, masih memerlukan tambahan atau
booster (penguat) pada usia diatas 1 tahun, usia 6 tahun dan usia sekitar 12 tahun.
Dasarnya adalah penelitian para ahli yang mendapatkan kadar antibodi mulai berkurang
pada usia-usia tersebut.
Memang cukup ‘merepotkan’ bagi ibu-ibu muda yang mempunyai bayi, karena harus
siap berulangkali membawa si kecil kedokter, BKIA atau Posyandu. Pada saat sekarang
dan kedepan, kerepotan itu nampaknya akan berkurang dengan adanya vaksin kombinasi
(Vaksin Kombo, Combined Vaccine) karena sekali suntik dapat untuk pencegahan 4
sampai 5 penyakit. Mengenai jadwal vaksin yang tidak sama dapat dijelaskan sebagai
berikut : pada vaksin seperti : hepatitis B dan Polio diberikan sejak usia kurang dari 1
bulan, dikarenakan untuk vaksin tersebut bayi sudah mampu membentuk antibodi nya.
Tapi ada vaksin yang baru dapat menghasilkan antibodi yang cukup setelah usia yang
lebih tua. Selain itu pertimbangan masih adanya antibodi dari ibu sudah mulai berkurang.
Hal lain dengan mempertimbangkan angka kejadian penyakit tersering pada kelompok
umur anak. Anak usia diatas 2 tahun sudah mengenal jajan dan beresiko tinggi terkena
dema tifoid (tifus), maka pemberian vaksin tifoid mulai diberikan setelah usia anak 2
tahun.

H. Usia Pemberian Vaksin Pada Anak


Berikut ini adalah macam-macam vaksin yang direkomendasikan untuk diberikan
menurut Center of Disease Prevention and Control US. Ada beberapa vaksin yang belum
populer diberikan di Indonesia, namun akan lebih baik juga jika diberikan, seperti vaksin
rotavirus dan human papiloma virus. Beberapa vaksin tertentu perlu diberikan beberapa
kali untuk meningkatkan efektivitas perlindungannya.
1. Vaksin Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis
g. Pemberian pertama pada saat lahir sampai 2 bulan.
h. Pemberian kedua pada 1 sampai 4 bulan.
i. Pemberian ketiga pada 6 sampai 18 bulan.
2. Vaksin Hib untuk mencegah infeksi virus hemophilus influenza tipe B
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
d. Pemberian keempat pada 12 sampai 15 bulan.
3. Vaksin polio untuk mencegah polio
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 sampai 18 bulan.
d. Pemberian keempat pada 4-6 tahun.
4. Vaksin DPT untuk mencegah diphteri, pertusis (batuk rejan) dan tetanus
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
d. Pemberian keempat pada 15 sampai 18 bulan.
e. Pemberian kelima pada 4-6 tahun.
f. Dianjurkan juga pada 11 tahun
5. Vaksin pneumokokus untuk mencegah infeksi saluran nafas karena
bakteri (pneumonia)
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
d. Pemberian keempat pada 12 sampai 18 bulan.
6. Vaksin rotavirus untuk mencegah infeksi saluran cerna seperti diare yang
sering terjadi pada anak-anak
a. Pemberian pertama pada 2 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4 bulan.
c. Pemberian ketiga pada 6 bulan.
7. Vaksin hepatitis A
a. Pemberian pertama pada 12 bulan.
b. Pemberian kedua pada 18 bulan.
8. Vaksin Influenza
a. Pemberian pertama pada usia 6 bulan (memerlukan satu
bulan booster setelah vaksin awal).
b. Setiap tahun sampai 5 tahun (kemudian tahunan jika ditunjukkan atau
diinginkan, menuru resiko).
9. Vaksin MMR (measles, mumps and rubella) untuk mencegah sakit campak
dan campak jerman
a. Pemberian pertama pada 12 sampai 15 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4-6 tahun.
10. Vaksin varicella untuk mencegah cacar air
a. Pemberian pertama 12 sampai 15 bulan.
b. Pemberian kedua pada 4-6 tahun.
11. Vaksin meningokokus untuk mencegah infeksi meningitis
a. Pemberian tunggal pada 11 tahun.
12. Vaksin Virus Human Papilloma (untuk remaja perempuan saja) untuk
mencegah kanker serviks
a. Pemberian pertama pada 11 tahun.
b. Pemberian kedua dua bulan setelah pemberian pertama.
c. Pemberian ketiga enam bulan setelah pemberian pertama.
BAB III

KESIMPULAN

1. Imunisasi diartikan pemberian vaksin atau senyawa antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif dan meningkatkan imunitas tubuh penyakit untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu.
2. Tujuan diberikannya imunisasi pada anak adalah untuk mencegah timbulnya berbagai
macam penyakit yang dimungkinkan dapat menyerang system kekebalan tubuh anak
sehingga dapat memberikan manfaat untuk menghilangkan kecemasan terhadap anak
untuk terjangkit penyakit.
3. Jenis-jenis imunisasi terdiri atas imunisasi pasif yaitu pemberian antibodi kepada resipien
yang dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus
memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya, dan imunisasi aktif
yaitu kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada
imunisasi atau terpajan secara alamiah.
4. Pemberian imunisasi harus dilakukan dengan cara yang benar untuk menghindari efek
samping yang tidak diharapkan.
5. Efek yang dapat ditimbulkan setelah pemberian vaksin atau imunisasi berbagai macam
mulai dari peradangan, demam, sampai pada kerusakan system saraf.
6. Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul yang dapat
dipengaruhi oleh dosis vaksin, frekuensi pemberian vaksin, ajuvan, dan jenis vaksin.
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaya, Karnen, Garna, Rengganis Iris. 2012, Imunologi Dasar Edisi 10, Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. “Pedoman Imunisasi di Indonesia”. Cetakan I;
Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 2011.

Anda mungkin juga menyukai