VAKSIN
Kelas: C
Anggota Kelompok:
1. Aulia Salwa Salsabila (2018210183)
2. LL. Joko Raharjo (2018210170)
3. Rio Yomargo (2018210195)
4. Rislah Juana Dewi (2018210178)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
TA. 2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dapat terhindar dari penyakit, karena didalam tubuhnya dilengkapi dengan dua
kekebalan tubuh yaitu system kekebalan spesifik dan ksistem kekebalannon-spesifik. Sistem
kekebalan tubuh nonspesifik bekerja melawan semua jenis benda asing yang masuk dan
tidak bekerja ditujukan pada zat asing atau mikroorganisme tertentu. Sistem kekebalan tubuh
nonspesifik antara lain:
a. Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia bulu getar hidung yangmenyaring kotoran
yang masuk dari saluran nafas bawah, kulit, bulu mata, dan lain-lain.
b. Pertahanan biokimiawi, misalnya air susu ibu yang mengandung laktoferin yang
berperan sebagai antibakterik.
c. Pertahanan tubuh seluler, misalnya monosit dan makrofrag.
Apabila kekebalan tubuh spesifik tidak bisa mengatasi serangan mikroorganisme atau zat
asing yang masuk maka kekebalan tubuh spesifik akan diaktifkan. Sistem kekebalan tubuh
spesifik bekerja melawan antigen tertentu oleh karena kemampuannya menyimpan memori.
Sistem kekebalan tubuh spesifik diperankan oleh sel limfosit T dan limfosit B. Sistem
kekebalan tubuh spesifik ini tidak mengenali struktur utuh darimikroorganisme melainkan
hanya sebagian protein saja yang kemudian memacu kekebalan aktif tubuh. Protein
yang sebagian ini disebut antigen. Adanya antigen iniakan menyebabakan sel T dan B
memproduksi antibody untuk melawan antigen yangmasuk ke dalam tubuh manusia.
Semakin sering terpapar antigen dari luar maka akan semakin tinggi antibody yang terbentuk
dan memori pertahanan tunuh semakin banyak mengingat, sehingga tubuh menjadi kebal.
Akan tetapi antibodi dalam tubuh manusia sifatnya tidak stabil, untuk itu diperlukan suatu
paparan antigen dari luar yang dilemahkan yang disebut vaksin untuk memacu kekebalan
tubuh tersebut aktif. (Cahyono, Subarjo.2010)
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan vaksin?
2. Apa tujuan dan manfaat imunisasi?
3. Apa saja jenis-jenis dari vaksinasi?
4. Apa keuntungan dan kelemahan dari vaksin?
5. Apa yang dimaksud dengan vaksin DNA?
6. Bagaimana pemberian vaksin?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian vaksin.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat imunisasi.
3. Untuk mengetahui penggolongan dari vaksin.
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan vaksin.
5. Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan vaksin DNA.
6. Untuk mengetahui cara pemberian vaksin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vaksin
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal, resisten. Imunisasi berarti anak
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit
tetapi belum kebal terhadap penyakit yang lain. (Soekidjo, 2003)
Imunisasi adalah upaya memberikan bahan untuk merangsang produksi daya
tahan tubuh. Sebagai akibat selanjutnya orang yang diberi vaksin akan memiliki
kekebalan spesifik terhadap penyakit yang disebabkan kuman tersebut. Bahan tersebut
pada dasarnya merupakan ancaman buatan bagi tubuh (Achmadi, 2006)
Imunisasi disebut juga vaksinasi atau inokulasi. Imunisasi memberikan
perlindungan terhadap sejumlah penyakit berbahaya. Ketika diimunisasi, diberikan
vaksin yang dibuat dari sejumlah kecil bakteri atau virus penyebab penyakit tersebut.
Vaksin ini akan merangsang tubuh membuat antibodi terhadap penyakit yang dimaksud.
(Thompson, 2003)
Vaksin adalah segala persiapan dimaksudkan untuk menghasilkan kekebalan
terhadap penyakit dengan merangsang produksi antibodi. Vaksin misalnya suspensi
mikroorganisme dibunuh atau dilemahkan, atau produk atau turunan dari
mikroorganisme. Metode yang paling umum dari pemberian vaksin adalah melalui
suntikan, namun ada juga yang diberikan melalui mulut atau semprot hidung. Menurut
WHO, vaksinasi merupakan imunisasi aktif adalah suatu tindakan yang dengan sengaja
memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan
menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak
akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi
yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun dapat
menimbulkan limfosit yang peka, antibodi maupun sel memori.
C. Manfaat Imunisasi
Ada beberapa manfaat dari vaksinasi, antara lain :
1. Bagi anak, sebagai upaya pencegahan untuk melindungi anak dari serangan penyakit
tertentu, yang mungkin bisa menyebabkan penderitaan atau bahkan cacat permanen.
2. Bagi keluarga, vaksinasi bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan akan
kesehatan dan biaya pengobatan jika anak sakit. Menumbuhkan keyakinan dan
harapan bahwa anak-anak akan menjalani masa pertumbuhannya dengan amandan
ceria. Sehingga, orang tua bisa sedikit terlepas dari kekhawatiran anaknya terserang
dari penyakit-penyakit tertentu yang selalu menjangkiti anak-anak.
Bagi negara, vaksinasi merupakan salah satu bentuk tanggung jawab negara untuk
meningkatkan taraf kesehatan wargananya. Dengan vaksinasi diharapkan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan lebih meningkat dan citra negara di
mata dunia menjadi lebih baik.
3. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat
imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi
disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya
antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu
tahun.Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus.
5. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari
antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut
sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin
ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran
terhadap reseptor pre sel B.
6. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar.
Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem
ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan teknologi
DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA.
Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari
virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam
genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini
menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misalnya hepatitis B)
memerlukan-epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut
melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
8. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari
bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat
menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian
serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.
9. Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-
anak di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus)
dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran
pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin.
Kini terdapat lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya
lebih kurang 10% yang bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia.
Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit
pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap antibiotik. Pneumokokus
menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya adalah:
a. Meningitis (Radang selaput otak).
b. Bakteremia (infeksi dalam darah).
c. Pneumonia (infeksi Paru-paru).
d. Otitis Media (infeksi Telinga).
Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak,
ketulian, dan kematian.
F. Vaksin DNA
Merupakan vaksin yang terakhir kali dikembangkan. Gen yang menyandi antigen
patogenik yang diinginkan diklon kemudian di suntikkan. Penggunaan DNA yang
menyandi antigen dapat digunaan sebagai vaksin yang potensial. Naked cDNA yang
menyandi hermaglutinin virus influenza. Dapat diinokulasikan ke jaringan otot yang
mampu merangsang baik produksi antibody maupun respon CTL yang spesifik.
Vaksin DNA terdiri atas plasmid bakteri yang mengandung DNA yang menyandi
protein antigen, dapat memacu baik imunitas humoral maupun selular. Melalui rakayasa
genetic, segmen dari bahan herediter/ DNA dari satu jenis organisme dapat
dikombinasikan dengan gen organisme kedua. Dengan jalan demikian, organisme yang
relative sederhana seperti bakteri dan jamur dapat diinduksi untuk memproduksi sejumlah
besar protein manusia seperti hormone/ insulin atau sitokin. Juga dapat disintesis protein
asal agens infeksi seperti virus hepatitis untuk digunakan dalam vaksin.
Gen dapat di klon, DNA dapat disekuens dan protein rekombinan dapat
diproduksi. Komponen, struktur dan fungsi sistem imun pada tahapan molekuler dapat
dipelajari. Keuntungan penggunaannya bebas dari fragmen-fragmen patogen yang tidak
diinginkan atau berbahaya yang dapat menimbulkan efek samping seperti halnya dengan
vaksin konvensional.
Epitop khusus yang protektif dapat digunakan dalam vaksin. Bagian virulen
tertentu dari mikroba dapat digunakan seperti glikoprotein D (glyD) virus herpes untuk
merangsang CTL yang menimbulkan proteksi dan tidak dikhawatirkan pejamu akan
menjadi sakit seperti yang mungkin terjadi pada pemberian vaksin virus yang
dilemahkan. Pendekatan ini juga dapat dilakukan untuk memberikan proteksi humoral
terhadap mikroba. Baik epitope sel B (bagian dari anti bodi yang mengikat agen infeksi),
maupun epitope sel T (peptida yang mengikat molekul MHC-II untuk merangsang sel
CD4) dapat digunakan.
Yang menarik yaitu teknik yang menyuntikkan DNA yang kemudian
diekspresikan oleh sel otot penjamu dengan efisiensi yang lebih besar dibanding dengan
yang diperoleh dalam biakan sel. DNA dapat berintegrasi dengan kromosom DNA
penjamu atau dipertahankan untuk waktu yang lama dalam bentuk episom. Antigen virus
tidak hanya diekspresikan dalam sel otot, tetapi juga dalam SD ditempat suntikan. Sel
otot mengekspresikan MHC-I rendah, oleh karenanya SD lokal sangat diperlukan untuk
respons antigenik vaksin DNA.
Beberapa sel tubuh akan memproses DNA dan selanjutnya DNA
menginstruksikan sel-sel untuk mensintesis molekul antigen, melepas antigen yang
dipresentasikan dipermukaan selnya. Jadi sel tubuh sendiri menjadi pabrik yang
mensintesis vaksin, antigen yang diperlukan untuk merangsang sistem imun.
Penggunaan DNA yang menyandi antigen dapat digunakan sebagai vaksin yang
potensial.
G. Pemberian Vaksin
Menurut beberapa penelitian ada vaksin yang diberikan 1 kali saja sudah cukup
untuk meningkatkan kekebalan, tetapi ada juga yang butuh beberapa kali baru bisa
memberikan perlindungan yang memadai. Pada anak dibawah satu tahun akan sering
mendapat imunisasi hampir tiap bulannya, diantara vaksin tersebut ada yang diberikan 1
kali seperti, hepatitis B, DPT dan Polio. Hal ini karena untuk penyakit tersebut,
Berdasarkan vaksinasi 1 atau 2 kali saja tidak cukup, antibodi yang terbentuk untuk
memberikan perlindungan.
Imunisasi pada anak usia kurang dari 1 tahun merupakan imunisasi dasar, jadi harus
lengkap terpenuhi.Bahkan pada imunisasi DPT, masih memerlukan tambahan atau
booster (penguat) pada usia diatas 1 tahun, usia 6 tahun dan usia sekitar 12 tahun.
Dasarnya adalah penelitian para ahli yang mendapatkan kadar antibodi mulai berkurang
pada usia-usia tersebut.
Memang cukup ‘merepotkan’ bagi ibu-ibu muda yang mempunyai bayi, karena harus
siap berulangkali membawa si kecil kedokter, BKIA atau Posyandu. Pada saat sekarang
dan kedepan, kerepotan itu nampaknya akan berkurang dengan adanya vaksin kombinasi
(Vaksin Kombo, Combined Vaccine) karena sekali suntik dapat untuk pencegahan 4
sampai 5 penyakit. Mengenai jadwal vaksin yang tidak sama dapat dijelaskan sebagai
berikut : pada vaksin seperti : hepatitis B dan Polio diberikan sejak usia kurang dari 1
bulan, dikarenakan untuk vaksin tersebut bayi sudah mampu membentuk antibodi nya.
Tapi ada vaksin yang baru dapat menghasilkan antibodi yang cukup setelah usia yang
lebih tua. Selain itu pertimbangan masih adanya antibodi dari ibu sudah mulai berkurang.
Hal lain dengan mempertimbangkan angka kejadian penyakit tersering pada kelompok
umur anak. Anak usia diatas 2 tahun sudah mengenal jajan dan beresiko tinggi terkena
dema tifoid (tifus), maka pemberian vaksin tifoid mulai diberikan setelah usia anak 2
tahun.
KESIMPULAN
1. Imunisasi diartikan pemberian vaksin atau senyawa antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif dan meningkatkan imunitas tubuh penyakit untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu.
2. Tujuan diberikannya imunisasi pada anak adalah untuk mencegah timbulnya berbagai
macam penyakit yang dimungkinkan dapat menyerang system kekebalan tubuh anak
sehingga dapat memberikan manfaat untuk menghilangkan kecemasan terhadap anak
untuk terjangkit penyakit.
3. Jenis-jenis imunisasi terdiri atas imunisasi pasif yaitu pemberian antibodi kepada resipien
yang dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus
memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya, dan imunisasi aktif
yaitu kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada
imunisasi atau terpajan secara alamiah.
4. Pemberian imunisasi harus dilakukan dengan cara yang benar untuk menghindari efek
samping yang tidak diharapkan.
5. Efek yang dapat ditimbulkan setelah pemberian vaksin atau imunisasi berbagai macam
mulai dari peradangan, demam, sampai pada kerusakan system saraf.
6. Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul yang dapat
dipengaruhi oleh dosis vaksin, frekuensi pemberian vaksin, ajuvan, dan jenis vaksin.
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaya, Karnen, Garna, Rengganis Iris. 2012, Imunologi Dasar Edisi 10, Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. “Pedoman Imunisasi di Indonesia”. Cetakan I;
Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 2011.