005 PDF
005 PDF
Konsep
PENDAHULUAN........................................................................................................... iii
BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 65
i
KATA PENGANTAR
Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.
Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.
ii
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasaran sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.
Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
survey dan investigasi dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan berpedoman pada
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang tercantum pada Acuan Normatif.
Pedoman ini meliputi kegiatan persiapan, pemetaan geologi teknik, pemboran inti, tes
penetrasi standar, permeability test, pengambilan contoh-contoh tanah/material bahan
bangunan, sumur uji (test pit), penyondiran (dutch cone test), pemboran tangan (hand
auger), dan pemasangan patok beton yang disyaratkan atau disetujui yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan untuk berbagai kegiatan pembangunan sarana dan prasarana
Ke-PU-an khusunya di bidang Sumber Daya Air.
Pedoman ini mencakup kegiatan analisis geoteknik yang meliputi index (berat isi, berat jenis,
kadar air, analisis butiran, batas-batas Atterberg dan hidrometer) dan engineering properties
(direct shear test, unconfined compression test, triaxial test dan consolidation test) yang
disyaratkan atau disetujui yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan untuk berbagai
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana Ke-PU-an khusunya di bidang Sumber Daya
Air.
iii
RPT0-Pd T-xx-xxxx
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, pelaksanaan pekerjaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk penyelidikan geoteknik.
Pedoman ini mencakup kegiatan pemetaan geologi teknik, pengeboran inti, tes penetrasi
standar, permeability test, pengambilan contoh-contoh tanah/material bahan bangunan,
sumur uji (test pit), penyondiran (dutch cone test), pengeboran tangan (hand auger) dan
pemasangan patok.
Pedoman ini mencakup kegiatan analisis geoteknik yang meliputi index properties secara
umum (berat isi, berat jenis, kadar air, batas-batas Atterberg, analisis butiran dan
hidrometer) dan engineering properties (direct shear test, unconfined compression test,
triaxial test dan consolidation test) .
2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1323-1989 : Cara Uji Keplastisan Tanah Menurut Atterberg
- SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah
- SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah
- SNI 03-1964-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis Tanah
- SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah
- SNI 03-1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis Tanah
- SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair Dengan Alat Casagrande
- SNI 03-1975-1990 : Metode Mempersiapkan Contoh Tanah dan Tanah Mengandung
Agregat
- SNI 03-2411-1991 : Metode Pengujian Lapangan Tentang Kelulusan Air Bertekanan
- SNI 03-2417-1991 : Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
- SNI 03-2435-1991 : Metode Pengujian Laboratorium Tentang Kelulusan Air untuk
Contoh Tanah
- SNI 03-2436-1991 : Metode Pencatatan dan Interpretasi Hasil Pemboran Inti
- SNI 03-2437-1991 : Cara Uji Laboratorium Untuk Menentukan Parameter Sifat Fisika
Pada Contoh Batu
- SNI 03-2455-1991 : Metode Pengujian Triaxial A
- SNI 03-2486-1991 : Cara Uji Laboratorium Kuat Tarik Benda Uji Batu Dengan Cara
Tidak Langsung
- SNI 03-2812-1992 : Metode Pengujian Konsolidasi Tanah Satu Dimensi
- SNI 03-2813-1992 : Metode Pengujian Geser Langsung Tanah Terkonsolidasi
Dengan Drainase
- SNI 03-2814-1992 : Cara Uji Indek Kekuatan Batuan Dengan Beban Titik
- SNI 03-2815-1992 : Metode Pengujian Triaxial B
- SNI 03-2824-1992 : Cara Uji Geser Langsung Batu
- SNI 03-2825-1992 : Cara Uji Kuat Tekan Uniaxial Batu
- SNI 03-2826-1992 : Cara Uji Modulus Elastisitas Batu Pada Tekanan Sumbu Tunggal
- SNI 03-2827-1992 : Metode Pengujian Lapangan Dengan Alat Sondir
- SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian Untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah
Maksimum dengan Kadar Air Optimum
- SNI 03-2849-1992 : Tata Cara Pemetaan Geologi Teknik Lapangan
1 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
- SNI 03-3405-1994 : Metode Pengujian Sifat Dispersif Tanah Dengan Alat Pinhole
- SNI 03-3406-1994 : Cara Uji Sifat Tahan Lekang Batu
- SNI 03-3407-1994 : Cara Uji Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap Larutan
Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat
- SNI 03-3420-1994 : Metode Pengukuran Kuat Geser Langsung Tidak Terkonsolidasi
Tanpa Drainase
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan Alat
Hidrometer
- SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus Dengan
Cetakan Benda Uji
- SNI 03-3638-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Bebas Tanah Kohesif
- SNI 03-3968-1995 : Metode Pengukuran Kelulusan Air Pada Tanah Zone Tak Jenuh
Dengan Lubang Auger
- SNI 03-4144-1996 : Metode Pengujian Perubahan Volume Susut Tanah
- SNI 03-4148-1996 : Cara Uji Penetrasi Dengan SPT.
- SNI 03-4153-1996 : Metode Pengujian Penetrasi Dengan SPT
- SNI 03-4813-1998 : Metode Pengujian Triaksial Untuk Tanah Kohesif Dalam
Keadaan Tanpa Konsolidasi dan Drainase
- SNI 03-6371-2000 : Tata Cara Pengklasifikasian Tanah dengan Cara Unifikasi Tanah
- SNI 03-6473-2000 : Metode Uji Kelulusan Air dengan Perumusan Tinggi Tekan Air
- SNI 03-6790-2002 : Metode Penyiapan Benda Uji dari Contoh Tanah Terganggu
- SNI 03-6796-2002 : Metode Pengujian Untuk Menentukan Daya Dukung Tanah
Dengan Beban Statis Pada Pondasi Dangkal
- SNI 03-6802-2002 : Tata Cara Penyelidikan dan Pengambilan Contoh Uji Tanah dan
Bahan Untuk Keperluan Teknik
- SNI 13-6424 : Cara Uji Potensi Pengembangan atau Penurunan Satu Dimensi
Tanah Kohesif
Pedoman Teknis :
- Pd. T-03.1-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Vol. 1, Penyelidikan
pendahuluan, pengeboran dan deskripsi lubang bor
- Pd. T-03.2-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Vol. 2, Pengujian lapangan
dan laboratorium
- Pd. T-03.3-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Vol. 3, Interpretasi hasil uji
dan penyusunan laporan penyelidikan geoteknik
Petunjuk Teknis :
- PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 : Persyaratan Teknis Bagian
Penyelidikan Geoteknik
- ASTM D 420-87 : Guide for Investigating and Sampling Soil and Rock
- ASTM D 422-63 : Test Method for Particle Size Analysis of Soils
- ASTM D 512 : Test Method for Chloride Content
- ASTM D 698-78 : Test Methods for Moisture-Density Relations and Soil Aggregate
Mixtures Using 5.5-lb (2.49-kg) Rammer and 12-in (305-mm)
Drop
- ASTM D 854-83 : Test Method for Specific Gravity of Soils
- ASTM D 1125 : Test Method for Resistivity
- ASTM D 1140-54 : Test Method for Amount of Material in Soils Finer than the No.
200 (75μm)
- ASTM D 1557-78 : Test Methods for Moisture-Density Relations and Soil Aggregate
Mixtures Using 10-lb (4.54-kg) Rammer and 18-in (457-mm)
Drop
2 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
- ASTM D 1586-84 : Standard Method for Penetration Test and Split Barrel Sampling
of Soils
- ASTM D 1194-72 : Test Method for Bearing Capacity of Soil for Static Load on
Spread Footins
- ASTM D 1195-64 : Test Method for Repetitive Static Plate Load Tests of Soils and
Flexible Pavement Components for Airport and Highway
Pavements
- ASTM D 1196-64 : Test Method for Nonrepetitive Static Plate Load Tests of Soils
and Flexible Pavement Components for Use in Evaluation and
Design of Airport and Highway Pavements
- ASTM D 1452-80 : Practice for Soil Investigation and Sampling by Auger Borings
- ASTM D 1586-84 : Standard Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soils
- ASTM D 1587-83 : Practice for Thin-Walled Tube Sampling of Soils
- ASTM D 1883-87 : Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of Laboratory-
Compacted soils.
- ASTM D 2113-83 : Practice for Diamond Core Drilling for Site Investigation
- ASTM D 2166-85 : Test Method for Unconfined Compressive Strength of Cohesive
Soil
- ASTM D 2434 : Test Method for Permeability of Granular Soils (Constant Head)
- ASTM D 2435-90 : Test Method for One Dimensional Consolidation Properties of
Soils
- ASTM D 2487-90 : Test Method for Classification of Soils for Engineering Purposes
- ASTM D 2488-90 : Practice for Description and Identification of Soils (Visual-Manual
Procedure)
- ASTM D 2573-72 : Test Method for Field Vane Shear Test in Cohesive Soil
- ASTM D 2664-86 : Test Method for Triaxial Compressive Strength of Undrained
Rock Core Specimens Without Pore Pressure Measurements
- ASTM D 2845-90 : Test Method for Laboratory Determination of Pulse Velocities
and Ultrasonic Elastic Constants of Rock
- ASTM D 2850-87 : Test Method for Unconsolidated, Undrained Compressive
Strength of Cohesive Soils in Triaxial Compression
- ASTM D 2938-86 : Test Method for Unconfined Compressive Strength of Intact Core
Specimens
- ASTM D 2974-87 : Test Methods for Moisture, Ash and Organic Matter of Peat and
Other Organic Soils
- ASTM D 2976-71 : Test Method for pH of Peat Materials
- ASTM D 3080-90 : Test Method for Direct Shear Test of Soils Under Consolidated
Drained Conditions
- ASTM D 3148-86 : Test Method for Elastic Moduli of Intact Rock Core Specimens in
Uniaxial Compression
- ASTM D 3282 : The Unified Soil Classification System (USCS)
- ASTM D 3385-8 : Infiltration Rate of Soils in Field Using Double Ring Infiltrometers
- ASTM D 3550-84 : Practice for Ring-Lined Barrel Sampling of Soils
- ASTM D 3936 : Test Method for Direct Tensile Strength of Intact Rock Core
Specimens
- ASTM D 3967-86 : Test Method for Splitting Tensile Strength of Intact Core
Specimens
- ASTM D 4015-87 : Test Methods for Modulus and Damping of Soils by the Resonant
Column Method
- ASTM D 4043 : Various Field Methods for Permeability Testing
- ASTM D 4044 : Slug Tests
- ASTM D 4050 : Pumping Tests
- ASTM D 4220-89 : Practices for Preserving and Transporting Soil Samples
- ASTM D 4230 : Test Method for Sulfate Content.
3 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
- ASTM D 4318-84 : Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit and Plasticity Index if
Soils
- ASTM D 4341-84 : Test Method for Creep of Cylindrical Hard Rock Core Specimens
in Uniaxial Compression
- ASTM D 4405-84 : Test Method for Creep of Cylindrical Soft Rock Core Specimens
in Uniaxial Compression
- ASTM D 4428-84 : Test Method for Crosshole Seismic Test
- ASTM D 4429-84 : Test Method for Bearing Ratio of Soils in Place
- ASTM D 4525-90 : Test Method for Permeability of Rocks by Flowing Air
- ASTM D 4543-85 : Standard Practice for Preparing Rock Specimens and
Determining, Dimensional and Shape Tolerances
- ASTM D 4544-86 : Practice for Estimating Peat Deposit Thickness
- ASTM D 4546-90 : Test Methods for One-Dimensional Swell or Settlement Potential
of Cohesive Soils
- ASTM D 4630-86 : Test Method for Determining Transmissivity and Storativity of
Low-Permeability Rocks by In-situ Measurements Using the
Constant Head Injection Test
- ASTM D 4631-86 : Test Method for Determining Transmissivity and Storativity of
Low-Permeability Rocks by In-situ Measurements Using the
Pressure Pulse Technique
- ASTM D 4644-87 : Test Method for Slake Durability of Shales and Similar Weak
Rocks
- ASTM D 4645-87 : Test Method for Determination of the In-situ Stress in Rock Using
the Hydraulic Fracturing Method
- ASTM D 4648-87 : Test Method for Laboratory Miniature Vane Shear Test for
Saturated Fine-Grained Clayey Soil
- ASTM D 4700 : General Methods of Augering, Drilling & Site Investigation
- ASTM D 4719-87 : Test Method for Pressurmeter Testing in Soils
- ASTM D 4750-87 : Test Method for Determining Subsurface Liquid Levels in
Borehole or Monitoring Well (Observation Well)
- ASTM D 4767-88 : Test Method for Consolidated-Undrained Triaxial Compression
Test on Cohesive Soils
- ASTM D 4879-02 : Guide for Geotechnical Mapping of Large Underground Opening
in Rock
- ASTM D 4959-89 : Test Method for Determination of Water (Moisture) Content of
Soil by Direct Heating Method.
- ASTM D 4972-89 : Test Method for pH of Soils
- ASTM D 5079-90 : Practices for Preserving and Transporting Rock Core Samples
- ASTM D 5084 : Test Method for Measurement of Hydraulic Conductivity of
Saturated Porous Materials Using a Flexible Wall Permeameter
- ASTM D 5092-90 : Design and Installation of Ground Monitoring Wells in Aquifers
- ASTM D 5093 : Field Measurement of Infiltration Rate Using Double-Ring
Infiltrometer with a Sealed-Inner Ring.
- ASTM D 5126-90 : Comparison of Field Methods for Determining Hydraulic
Conductivity in the Vadose Zone
- ASTM D 5333 : Test Method for Measurement of Collapse Potenstial of Soils
- ASTM D 5407 : Test Method for Elastic Modul of Intact Rock Core in Triaxial
Compression
- ASTM D 5607 : Laboratory Direct Shear Strength Test for Rock Specimens
Under Constant Normal Stress
- ASTM D 5731 : Test Method for Determining Point Load Index ( I S )
- ASTM D 5777 : Guide for Seismic Refraction Method for Subsurface
Investigation
- ASTM D 5778 : Test Method for Electronic Cone Penetration Testing of Soils
4 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
5 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
3.9 Retak-pecah (fracture) adalah istilah umum untuk segala jenis ketidak-
sinambungan mekanis pada batuan, atau suatu kondisi diam pada kesinambungan
mekanis badan batuan akibat tegangan yang melampaui kekuatan batuan,
contohnya sesar (faults), kekar (joints), retakan (cracks), dan lain-lain.
3.10 Data geoteknik/mekanika tanah adalah kondisi bahan fondasi, bahan konstruksi,
sumber bahan timbunan, batu untuk pasangan batu kosong, agregat untuk beton,
batu belah untuk pasangan batu, dan parameter tanah yang harus digunakan.
3.11 Deskripsi kualitas batuan (Rock Quality Designation = RQD) adalah persentase
termodifikasi dari perolehan inti dengan jumlah panjang potongan inti utuh yang
melebihi 100 mm (4 in) dan dibagi dengan panjang inti. Atau RQD merupakan
ukuran persentase batuan yang terambil dari sebuah interval lubang bor.
3.12 Deskripsi tanah adalah pemberian nama contoh tanah secara sistematik, tepat dan
lengkap, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan.
3.13 Gradasi tanah adalah komposisi ukuran butir suatu jenis tanah
3.14 Hidrometer adalah suatu alat pengujian berdasarkan proses sedimentasi tanah
3.15 Investigasi geologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan tanah yang berfungsi
untuk mengetahui karakteristik tanah yang diperlukan sebagai data masukan/input
untuk keperluan perencanaan bangunan.
3.16 Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah
dengan berat kering tanah
3.17 Kadar air optimum adalah kadar air dimana berat isi keringnya mencapai
maksimum
3.18 Kekuatan geser tanah adalah tahanan atau tegangan geser maksimum yang dapat
ditahan oleh tanah pada kondisi pembebanan tertentu
3.19 Kekuatan geser tanah pada kondisi tanpa drainase adalah kekuatan maksimum
yang dapat ditahan oleh tanah apabila tanah digeser dengan cepat sehingga
drainase air dalam tanah tidak terjadi
3.20 Kepadatan tanah dalah perbandingan antara berat tanah terhadap volume tanah
3.21 Kerangka batang pemuntir adalah pipa pelindung yang dipasang disekeliling
batang pemuntir untuk mencegah gesekan batuan antara batang pemuntir dan
dinding lubang bor atau pipa pelindung lubang bor waktu pengujian.
3.22 Klasifikasi batuan adalah pengelompokan batuan untuk menggolongkan batuan
utuh padat dan massa batuan berdasarkan perilaku atau komposisi dan tekstur;
berdasarkan tegangan tekan dan rasio modulus; atau berdasarkan akibat
pembebanan yang diperkirakan dari pola diskontinuitas, rekahan, kekar, celah-celah,
retakan dan bidang perlemahan.
3.23 Klasifikasi tanah adalah pengelompokan tanah dalam kategori yang berdasarkan
atas hasil-hasil uji indeks propertis (sifat fisik) misalnya nama kelompok dan simbol.
3.23.1 Uji geoteknik insitu adalah uji lapangan yang terdiri atas metode jenis penetrasi
(SPT, CPT, CPTu, DMT, CPMT, VST) dan jenis probing (PMT, SBP), untuk
mendapatkan langsung respon tanah dasar di bawah pengaruh berbagai
pembebanan dan kondisi drainase. Uji-uji tersebut saling melengkapi dan dapat
digunakan bersama-sama dengan uji geofisik untuk mengembangkan pemahaman
sifat perlapisan tanah dan batuan di daerah lokasi proyek.
3.23.2 Uji geser baling (VST = vane shear test) atau uji baling lapangan (FV = field
vane) adalah uji lapangan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kuat geser
6 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
tidak terdrainase setempat dari lempung lunak-kaku dan lanau pada interval
kedalaman 1 m (3,28 ft) atau lebih.
3.23.3 Uji penetrasi konus (CPT = Cone penetration test) atau uji sondir adalah uji
lapangan yang paling terkenal di Indonesia, karena dapat dilakukan dengan cepat,
ekonomis, dan memberikan gambaran profil lapisan tanah yang kontinu untuk
digunakan dalam evaluasi karakteristik tanah. Uji CPT dapat digunakan dalam tanah
lempung sangat lunak sampai pasir padat, tetapi tidak memadai untuk kerikil atau
batuan.
3.23.4 Uji penetrasi standar (SPT = Standard penetration test) adalah uji yang
dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui baik perlawanan
dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan.
Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan
disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300
mm (1 ft) vertikal.
3.23.5 Uji pinhole adalah uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi tanah lempungan
apakah bersifat mudah tergerus atau tidak (SNI-03-3405). Tanah lempung yang
mudah tergerus disebabkan karena proses pelarutan dan dikategorikan sebagai
lempung bersifat khusus yang disebut sebagai tanah dispersif (dispersive clays).
3.23.6 Uji pisokonus adalah uji penetrometer konus dengan tambahan transduser untuk
mengukur tekanan air pori selama pemasukan probe.
3.24 Koefisien kelulusan air (k) adalah angka yang menunjukkan kemampuan
tanah/batuan untuk mengalirkan air, dan dinyatakan dalam satuan panjang dibagi
satuan waktu (cm/s).
3.24.1 Sifat kelulusan air tanah/batuan adalah kemampuan tanah/batuan untuk
mengalirkan air melalui rongga antarbutiran dan atau diskontinuitas.
3.24.2 Nilai Lugeon (Lu) adalah angka yang menunjukkan kemampuan batu atau tanah
mengalirkan air, dinyatakan dalam liter per menit per meter kedalaman pada
tekanan 10 bar (1 bar = 1,0197 kg/cm2).
3.24.3 Uji kelulusan air bertekanan adalah pengujian langsung di lapangan untuk
mengetahui sifat lulus air dari batuan, dengan cara memasukkan air bertekanan ke
dalam lubang bor batuan yang diuji.
3.25 Koefisien rembesan tanah adalah koefisien yang tergantung pada beberapa faktor,
yaitu: kekentalan cairan, distribusi ukuran pori, distribusi ukuran butiar, angka pori,
kekasaran permukaan butiran tanah, dan derajat kejenuhan tanah.
3.26 Kohesi tanah adalah kekuatan saling mengikat antara butir tanah
3.27 Konsolidasi adalah suatu proses perubahan volume tanah akibat keluarnya air pori
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan air pori dalam lapisan tanah jenuh air
yang diberi beban sampai terjadi kondisi seimbang.
3.28 Terkonsolidasi adalah suatu proses dengan memberikan tekanan samping sesuai
dengan kebutuhan dan dibiarkan hingga tekanan air porinya kembali pada tekanan
semula sebelum pengujian.
3.29 Uji konsolidasi adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik suatu
tanah selama proses konsolidasi berlangsung dan merupakan suatu metode uji
untuk menentukan koefisien pemampatan dan kelulusan air tanah.
3.30 Kuat tekan bebas adalah besarnya beban aksial per satuan luas
3.31 Lubang uji adalah lubang bor dimana digunakan untuk melakukan uji.
7 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
3.32 Parit uji adalah galian yang dibuat dengan bentuk seperti parit dengan tujuan untuk
mengetahui lebih jelas geologi di permukaan, misalnya batas atau bidang kontak
lapisan-lapisan batuan, rekahan (fracture), patahan, tingkat pelapukan dan tebal
lapisan penutup (over burden)
3.33 Sumur uji (test pit) adalah sumuran uji yang dibuat dengan tujuan untuk
mengetahui jenis dan tebal lapisan tanah dengan lebih jelas, baik untuk pondasi
bangunan maupun untuk bahan timbunan pada daerah sumber galian bahan
(borrow area)
3.34 Pencatatan hasil pengeboran adalah data dasar penyelidikan yang memberikan
data terperinci hasil penyelidikan dan merupakan deskripsi prosedur penyelidikan
dan kondisi geoteknik yang terjadi selama pengeboran, pengambilan contoh dan
pengeboran inti.
3.35 Pengeboran adalah suatu proses pembuatan lubang vertikal/miring/horisontal pada
tanah/batuan dengan atau tanpa menggunakan alat/mesin untuk keperluan deskripsi
tanah/batuan, biasanya dapat dilakukan bersama-sama dengan uji lapangan dan
pengambilan contoh tanah/batuan.
3.35.1 Pengeboran tangan adalah alat bor untuk mendapatkan informasi geoteknik
dangkal di lapangan yang sulit dimasuki kendaran beroda empat, dengan standar
umum lubang tipe bor auger. Untuk tanah kohesif yang stabil, bor tangan dapat
dilanjutkan untuk membantu pemeriksaan secara terperinci kondisi tanah dan
batuan dangkal dengan biaya relatif rendah.
3.35.2 Pengeboran tanpa inti (non-coring/destructive) adalah cara yang relatif cepat
dan murah dalam melanjutkan pengeboran bila tidak diperlukan contoh batuan inti,
biasanya digunakan untuk membantu menentukan bagian atas batuan dan
Mengidentifikasi rongga pelarutan di daerah karst.
3.35.3 Pipa lindung (casing) adalah pipa yang ditempatkan di lubang bor untuk
melindungi tepi lubang bor agar pengeboran dapat dilanjutkan secara bertahap.
3.36 Tanah adalah campuran butiran mineral tanah berbentuk tidak teratur dari berbagai
ukuran yang mengandung pori-pori di antaranya. Pori-pori ini dapat berisi air jika
tanah jenuh, air dan udara jika jenuh sebagian, dan udara saja jika keadaan kering.
Butiran itu merupakan hasil pelapukan batuan secara mekanik dan kimiawi, yang
dikenal sebagai kerikil, pasir, lanau, dan lempung.
3.36.1 Contoh tanah terganggu (disturbed samples) adalah contoh tanah yang sebagian
atau seluruh struktur asli tanah terganggu, sementara kadar airnya tetap dijaga.
3.36.2 Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed samples) adalah contoh tanah yang
struktur asli tanah dan sifat/karakteristiknya dijaga tetap seperti di lapangan tanpa
gangguan; contoh ini paling cocok untuk pengujian di laboratorium terutama uji
kekuatan geser tanah.
3.36.3 Kuat geser tanah adalah sifat struktur tanah anisotropis yang meliputi kuat geser
tanah kohesif tidak terdrainase dan sudut geser tanah nonkohesif yang dipengaruhi
oleh arah tegangan utama relatif terhadap arah pengendapan.
3.37 Tegangan geser tanah adalah perlawanan tanah terhadap deformasi bila diberi
tegangan geser
3.38 Tekanan air pori adalah tekanan hidrostatik dalam ruang pori antar butir yang terisi
air
3.39 Tekanan air pori berlebihan adalah tekanan pori yang terjadi akibat peningkatan
tekanan luar secara tiba-tiba
8 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
3.40 Tekanan balik pada contoh tanah adalah tekanan air yang diberikan pada pori-pori
contoh agar udara tercampur dengan air, sehingga contoh menjadi jenuh
3.41 Tekanan konsolidasi adalah perbedaan tekanan antara tekanan sel dengan
tekanan pori sebelum konsolidasi dimulai
9 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
kegiatan untuk setiap pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
Waktu maksimum yang diusulkan tidak boleh melebihi waktu maksimum yang
ditentukan dalam kontrak.
2) Mobilisasi Personil
Penyedia Jasa harus melakukan mobilisasi personil sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Mobilisasi Personil Penyedia Jasa yang memenuhi jaminan kualifikasi (sertifikasi)
menurut cakupan pekerjaannya (pembangunan, pemeliharaan berkala, atau
pemeliharaan rutin)
b) Mobilisasi semua staf Penyedia Jasa dan pekerja yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak
3) Mobilisasi Fasilitas dan Peralatan
Penyedia Jasa harus memobilisasi fasilitas dan peralatan sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut :
a) Jika diperlukan, maka menyediakan sebidang lahan yang diperlukan untuk base-
camp pelaksanaan pekerjaan di sekitar lokasi proyek.
b) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan di mana
peralatan tersebut akan digunakan menurut Kontrak ini.
4) Demobilisasi
Kegiatan Demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada
saat akhir Kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan
dari tanah milik Pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi
seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.
5) Pematokan
Perkiraan lokasi pekerjaan ditunjukkan pada Gambar-gambar Kontrak. Lokasi yang
sebenarnya akan ditetapkan di lapangan oleh Penyedia Jasa berdasarkan peta lokasi
atau gambar-gambar selanjutnya yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Penentuan
lokasi pekerjaan secara tepat di lapangan akan sepenuhnya menjadi tanggungjawab
Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa akan melakukan pengukuran sipat datar (levelling), memberikan
elevasi-elevasi tanah yang akurat dan semua koordinat untuk setiap lubang. Elevasi-
elevasi tersebut akan diberikan sehubungan dengan titik-titik tetap (Benchmark) yang
sudah ditetapkan di lapangan oleh Ahli Pengukuran yang akan dilakukan dan harus
disetujui oleh Direksi Pekerjaan (Pemberi Pekerjaan).
6) Tenaga Kerja
Penyedia Jasa akan selalu mempekerjakan di lapangan tenaga-tenaga pengeboran
dan staf pengawas yang berpengalaman, tertib, ahli dan dalam jumlah yang cukup
termasuk insyinyur-insyinyur dan ahli-ahli geologi yang melaksanakan dan mengawasi
jalannya pengeboran, pengambilan contoh, penampangan (logging) dan pengujian di
tempat.
Penyedia Jasa harus mengganti pekerja lapangan yang menurut penilaian Pengguna
Jasa tidak kompeten atau lalai dalam melakukan tugasnya atau yang berkelakuan tidak
baik. Orang-orang seperti itu tidak akan dipekerjakan kembali di lokasi tanpa seijin
Pemberi Pekerjaan.
10 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
penyelidikan geoteknik harus memuat :
5.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan dan pengkajian data diperlukan untuk perencanaan penyelidikan geoteknik.
Hasil kajian data dan informasi ini untuk penentuan lokasi dan kedalaman pengeboran,
mengetahui informasi sejarah dan geologi yang penting yang harus disajikan dalam laporan
geoteknik.
Sumber-sumber data dan informasi geologi dan historis yang penting antara lain adalah:
1) Penyelidikan geoteknik masa lampau (data historis) di atau dekat lokasi proyek;
2) Peta, laporan dan publikasi dari Direktorat Geologi;
3) Perpustakaan universitas setempat dan perpustakaan pusat dari institusi terkait;
4) Data geologi, data gempa, peta bahaya gempa, peta patahan, dan informasi dari instansi
atau institusi yang terkait (BMG, Direktorat Geologi, Pusat Litbang Sumber Daya Air).
5.2 Peninjauan Lapangan
Peninjauan lapangan ke lokasi rencana proyek diperlukan untuk memperluas informasi
geologi, geoteknik, dan kondisi jalan masuk. Data dan informasi ini untuk penyusunan
program dan rencana penyelidikan geoteknik, termasuk di dalamnya penyusunan spesifikasi.
Data dan informasi yang diperlukan untuk peninjauan lapangan adalah:
1) Rencana desain dan konstruksi serta kondisi lapangan secara umum;
2) Peninjauan geologi, geomorfologi dan kondisi jalan masuk untuk membantu transportasi
peralatan lapangan;
3) Pengaturan lalu lintas selama pekerjaan penyelidikan lapangan, lokasi prasarana yang
berada di atas dan di bawah permukaan, jenis dan kondisi fasilitas yang tersedia (jalan,
jembatan dan lain-lain), penggunaan lahan yang berdekatan (bangunan sekolah, tempat
ibadah, fasilitas penelitian dan lain-lain), pembatasan jam kerja, batasan hak melintas
lebih dulu dan persoalan lingkungan;
4) Lereng gunung yang curam, singkapan, tanda-tanda erosi, penurunan permukaan;
elevasi banjir, lalu lintas air dan jalan masuk ke lokasi pengeboran; patok dan titik
referensi lainnya untuk membantu menentukan lokasi lubang bor; tempat gudang
peralatan dan keamanan.
5.3 Penyelidikan Geoteknik
Program penyelidikan geoteknik dimodifikasi setelah penyelidikan pendahuluan dilakukan
sehubungan dengan hal-hal:
1) Adanya kendala/batasan jalan masuk ke lokasi pekerjaan;
2) Adanya perubahan kondisi geoteknik yang telah ditentukan;
3) Untuk keperluan modifikasi program penyelidikan, pengawas (tenaga ahli geoteknik atau
geologi) harus segera menunjukkan kondisi proyek, maksud penyelidikan, persyaratan
pengambilan contoh dan pengujian dan kondisi geoteknik yang mungkin terjadi;
4) Pengawas lapangan bertanggungjawab atas pemeriksaan (verifikasi) pekerjaan yang
berkaitan dengan rencana program, kemajuan komunikasi dengan tenaga ahli geoteknik
dari pihak pemberi tugas dan kelancaran komunikasi dari tenaga ahli geoteknik
mengenai kondisi geoteknik yang tidak biasa atau yang mengalami perubahan.
11 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Petunjuk umum yang harus diikuti pengawas geoteknik di lapangan meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1) Memahami lingkup proyek, spesifikasi teknik dan perihal pembayaran (ada dokumentasi
satu kopi dari hasil rencana lokasi pengeboran dan spesifikasi di lapangan);
2) Memahami kondisi lapangan jalan masuk dan setiap pembatasan;
3) Mengkaji informasi geologi dan geoteknik yang tersedia;
4) Mengkaji data lapangan yang diperoleh berkaitan dengan tujuan penyelidikan secara
kontinyu;
5) Mengatur hubungan harian dengan tenaga ahli geoteknik proyek; dan memberikan
uraian ringkas berkaitan dengan kemajuan pekerjaan, kondisi, permasalahan dan lain-
lain;
6) Mengisi formulir tipikal secara teratur yang terdiri atas:
a) memo lapangan harian;
b) lubang bor, sumuran uji, instalasi sumur dan lain-lain;
c) laporan pengeluaran subkontrak-formulir isian harian, penandatangan dengan
petugas pengeboran.
7) Mengamati dengan seksama pekerjaan pengeboran setiap waktu dan memperhatikan
dengan cermat hal-hal sebagai berikut:
a) kedalaman rata-rata (pengukuran panjang batang dan contoh);
b) prosedur pengambilan contoh dan pengeboran;
c) adanya ketidakseragaman, kehilangan air, batang jatuh dan lain-lain;
d) penghitungan pukulan SPT dan pukulan pada pipa lindung (casing);
e) pengukuran kedalaman air tanah.
8) Membimbing petugas pengeboran untuk mengikuti spesifikasi;
9) Mengklasifikasi contoh-contoh tanah dan batuan, meletakkan contoh dalam tabung
contoh dan memberi label, memastikan inti batuan telah disimpan dengan baik, membuat
foto dan perlindungan contoh;
10) Memverifikasi bahwa contoh tidak terganggu telah diambil, ditangani, dilindungi (sealed),
diberi label dan diangkut dengan baik;
11) Tidak membuka rahasia informasi kepada siapa pun, kecuali kepada tenaga ahli
geoteknik atau pemberi tugas;
12) Jika ada keraguan atau timbul permasalahan, maka pekerjaan dihentikan dan
didiskusikan dengan tenaga ahli geoteknik dari pihak pemberi tugas.
12 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
13 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
14 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
15 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(1) Metode uji lapangan (CPT, SPT, PMT, DMT dan VST) dan geofisik digunakan
untuk melengkapi pengeboran tanah.
(2) Uji penetrometer konus elektronik (CPT) memberikan informasi geoteknik tanah
tanpa pengaruh gangguan pengambilan contoh, dan data dikumpulkan tepat
waktu secara kontinyu, sehingga dapat diketahui karakteristik stratigrafi dan
kekuatan tanah. Demikian juga dengan uji SPT, PMT, DMT dan VST.
5) Frekuensi dan Kedalaman Pengeboran
Lokasi dan frekuensi pengeboran bergantung pada beberapa faktor yaitu:
a) tipe dan keadaan kritis bangunan;
b) formasi tanah dan batuan;
c) perubahan stratifikasi yang diketahui;
d) beban-beban pondasi.
16 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(kecuali jika elevasi tanah setempat seragam). Letak patok referensi (BM) dan atau
patok sementara (TBM) yang digunakan pada rencana lapangan harus
diperlihatkan oleh pengawas lapangan.
d) Penyipat datar atau alat perata dapat digunakan untuk membantu menentukan
elevasi. Survei dengan cara penyipat datar harus dilakukan dengan teliti. Elevasi
harus diperlihatkan dengan patok pada lubang bor yang berjarak paling dekat 1/10
m, kecuali jika diarahkan lain oleh perencana. Datum elevasi harus diidentifikasi
dan dicatat.
7) Perlengkapan Lapangan
Perlengkapan lapangan yang diperlukan untuk penyelidikan geoteknik di lapangan,
dapat dilihat pada Lampiran B Tabel B-3.
Hal-hal dan pekerjaan yang harus diuraikan dengan jelas dalam spesifikasi teknik,
antara lain adalah:
a) material, peralatan dan prosedur yang digunakan untuk pengeboran dan
pengambilan contoh;
b) pelaksanaan pengujian lapangan;
c) penentuan metode pengukuran;
d) ketentuan pembayaran untuk semua jenis pekerjaan.
9) Penyelidikan Tanah
a) Pengeboran Tanah
Pengeboran dan pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan berbagai
peralatan yang berbeda. Metode yang digunakan untuk melanjutkan pengeboran
harus sesuai dengan kondisi tanah dan air tanah, untuk memastikan bahwa
kualitas contoh tanah yang diperoleh sudah memadai. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada waktu pengeboran khususnya adalah keruntuhan tanah atau
tanah lepas dari bor sebelum pengambilan contoh.
Air pembilas diperlukan untuk menstabilkan dinding tepi dan dasar lubang bor
dalam tanah lempung lunak atau tanah nonkohesif yang berada di bawah muka air
tanah. Dasar lubang bor harus distabilisasi agar tidak mengalami penyembulan
atau dinding tepi menyusut, tidak mengalami gangguan tanah sebelum
17 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
18 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
hasil bor di atas dan di bawah permukaan lapisan dasar. Hal ini mutlak
dipahami oleh supervisor untuk keperluan identifikasi kondisi lapisan tanah
insitu.
(5) Tanah di bawah muka air tanah di dasar bor akan mengalami tekanan air
hidrostatik sehingga mengganggu tanah berbutir kasar atau lempung lunak. Hal
tersebut akan menimbulkan sembulan tanah sumbatan bor dan menghalangi
tabung untuk mencapai dasar lubang bor. Jika terjadi sembulan atau gangguan,
maka perlawanan penetrasi untuk menggerakkan tabung akan berkurang.
Untuk itu sebaiknya digunakan metode bor putar atau tetap dengan bor hollow
yang dialiri air pembilas untuk mengimbangi tinggi tekan walaupun sulit
dilakukan.
d) Pengeboran Putar Dengan Penyemprotan (Rotary Wash Borings)
Metode pengeboran putar dengan penyemprotan merupakan metode yang paling
memadai untuk lapisan tanah yang berada di bawah muka air tanah. Tepi lubang
bor didukung pipa lindung (casing) atau dibantu dengan air pembilas. Jika
digunakan pipa lindung bor, maka pengeboran dapat dilanjutkan secara bertahap
dengan cara sebagai berikut:
(1) Memukul pipa lindung masuk sampai kedalaman contoh yang diinginkan;
(2) Membersihkan lubang bor sampai ke dasar pipa lindung;
(3) Memasukkan alat pengambil contoh dan mengambil contoh dari bawah pipa
lindung.
Pemilihan pipa lindung biasanya berdasarkan diameter luar alat pengambil contoh
atau alat bor inti yang dimasukkan melalui pipa lindung, faktor-faktor pengaruh lain
seperti kekakuan bor dalam badan air atau tanah sangat lunak, atau ukuran batang
pipa lindung.
Dalam penggunaan pipa lindung perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(1) Pipa lindung bor putar tipikal dilengkapi dengan diameter dalam yang berkisar
antara 60 mm (2,374 in) dan 130 mm (5,125 in);
(2) Jika pengeboran berada di bawah muka air tanah, maka penggunaan pipa
lindung harus dilakukan dengan hati-hati untuk mengatur tinggi tekan air dalam
pipa lindung yang berada di atas muka air tanah. Penambahan air ke dalam
lubang juga harus dilakukan dengan hati-hati, karena batang bor kemungkinan
dapat bergeser setelah dilakukan pembersihan lubang sebelum pengambilan
contoh dilakukan. Kegagalan pada waktu penyesuaian tinggi tekan air dapat
menimbulkan hilangnya atau terjadinya sembulan contoh tanah di bawah pipa
lindung.
(3) Pipa lindung untuk lubang bor yang menggunakan air pembilas untuk
menstabilkan dinding lubang bor harus tetap ada sampai bagian atas lubang.
Hal ini dimaksudkan untuk melindungi runtuhan tanah karena kegiatan di
permukaan dan menyediakan sirkulasi air pembilas;
(4) Air pembilas (air, bentonit, foam/busa, hasil bor sintetik lain) berfungsi selain
untuk menstabilkan dinding lubang bor juga untuk memindahkan potongan bor
dari alat bor;
(5) Pada tanah berbutir kasar dan tanah lempung lunak, campuran bentonit atau
polimer tipikal dapat digunakan untuk menambah berat air pembilas agar dapat
mengurangi reduksi tegangan tanah di dasar bor;
(6) Lubang bor yang diperdalam dengan menggunakan air pembilas digunakan
untuk mengatur tekanan positif yang terjadi pada seluruh kedalaman bor.
19 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode bor putar adalah:
(1) Matabor terdiri atas dua jenis, matabor penahan yang biasanya digunakan
untuk lempung dan pasir lepas, sedangkan matabor roda untuk penetrasi tanah
butiran kasar padat, zona tersementasi dan batuan lunak atau lapuk;
(2) Pemeriksaan potongan yang berada dalam air pembilas akan membantu untuk
mengidentifikasi perubahan kondisi tanah antar lokasi;
(3) Saringan yang disimpan dalam air pembilas yang mengalir digunakan untuk
menyaring bahan layang. Air pembilas kembali yang berkurang atau hilang
dapat menunjukkan adanya pelipatan terbuka, retakan, kavitasi, lapisan kerikil,
zona yang sangat lulus air, dan kondisi stratigrafi lainnya yang dapat
menimbulkan hilangnya air dalam rongga secara tiba-tiba. Hal ini harus dicatat
dalam penyusunan log bor;
(4) Sifat-sifat air pembilas dan kuantitas air pompa melalui bit/potongan dapat
digunakan untuk mengetahui ukuran partikel yang dapat dipindahkan dari
lubang bor dengan sirkulasi air pembilas. Pada lapisan tanah yang
mengandung kerikil, kerakal, atau partikel lebih besar, material kasar akan
tertinggal di dasar bor. Untuk itu, kemungkinan diperlukan alat pengambil
contoh yang berdiameter lebih besar (misal OD split-barrel ukuran 76 mm (3,0
in)) untuk mengambil contoh tanah dan batuan yang representatif.
20 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
21 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
22 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Contoh diperoleh dari lapisan tanah lempung yang akan digunakan dalam uji
laboratorium untuk mengetahui sifat-sifat teknik tanah. Contoh tanah tidak
terganggu dari tanah berbutir kasar dapat juga diambil dengan prosedur
khusus, seperti pembekuan atau pengisian damar/lilin (parafin) dan tabung blok
atau tabung inti. Pengambilan contoh tanah yang dilakukan dengan alat khusus
ini digunakan untuk membantu mengurangi gangguan pada struktur tanah insitu
dan kadar air tanahnya. Contoh tanah tidak terganggu dapat digunakan untuk
mengetahui kekuatan, stratifikasi, kelulusan air, kepadatan, konsolidasi, sifat
dinamik, dan sifat teknik tanah lainnya.
(3) Contoh Tanah Bongkahan (Bulk)
Tabung khusus contoh tanah dan batuan terdiri atas berbagai variasi, antara
lain metode tabung sumbatan yang dapat ditarik masuk (retractable plug),
Sherbrooke, dan tabung Laval. Metode pengambilan contoh ini digunakan
untuk tanah yang sulit dan tidak dapat dilakukan dengan metode biasa, dengan
penjelasan sebagai berikut.
(a) Contoh tanah bongkahan (bulk) dapat digunakan untuk klasifikasi tanah, uji
indeks, nilai R, pemadatan, rasio dukung California (CBR), dan uji sifat-sifat
tanah padat;
(b) Contoh tanah bongkahan dapat diambil secara manual tanpa
mempertimbangkan gangguan. Contoh dapat diambil dari dasar atau
dinding sumuran uji atau parit uji, batang bor, galian lubang dengan sekop
dan alat manual lain, backhoe, atau stockpile;
(c) Contoh harus dimasukkan ke dalam wadah yang dapat mempertahankan
semua ukuran butiran. Untuk contoh yang besar, digunakan wadah plastik
atau logam atau tabung logam. Untuk contoh yang lebih kecil, digunakan
kantong plastik, yang dapat ditutup untuk menjaga kadar air contoh;
(d) Contoh bongkahan dapat mewakili material borrow untuk urugan uji
konstruksi. Untuk uji laboratorium diperlukan contoh yang dipadatkan. Jika
material relatif homogen, maka contoh bongkahan dapat diambil secara
manual ataupun mesin. Untuk material berlapis diperlukan galian secara
manual;
(e) Dalam pengambilan contoh bongkahan perlu dipertimbangkan cara
penggalian material untuk konstruksi. Jika diinginkan material berlapis
dengan menggunakan alat keruk, maka diperlukan penggalian secara
manual untuk mencegah bercampurnya tanah. Jika material diambil dari
bidang tegak, maka pengambilan contoh dilakukan dengan cara
pencampuran yang relatif homogen seperti pada waktu penggalian daerah
borrow.
(4) Contoh Blok
Untuk proyek yang memerlukan material dengan sifat-sifat tanah tidak
terganggu dan kondisinya memungkinkan, maka diperlukan pengambilan
contoh blok yang diharapkan hanya mengalami sedikit sekali gangguan.
Hal-hal yang berkaitan dengan contoh blok dan pengambilannya adalah
sebagai berikut :
(a) Contoh blok dapat diambil dari tebing bukit, galian, sumuran uji, dinding
terowongan dan dinding tebing terbuka lainnya. Pengambilan contoh blok
tidak terganggu hanya dapat dilakukan pada tanah kohesif dan batuan.
Prosedur pengambilan contoh blok tidak terganggu berbeda-beda dan dapat
dilakukan dengan pemotongan blok tanah besar dengan menggunakan
23 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
kombinasi sekop, alat tangan dan pemotong kabel, pisau kecil dan spatula
untuk memperoleh blok kecil;
(b) Ada metode khusus pengambilan contoh blok yang lebih baik dari lubang
bawah. Pada tanah kohesif dapat dilakukan dengan menggunakan tabung
Sherbrooke untuk memperoleh contoh berdiameter 250 mm (9,85 in) dan
tinggi 350 mm (13,78) (Lefebvre dan Poulin, 1979);
(c) Sebelum pengambilan contoh, dilakukan metode pembekuan di lapangan
untuk tanah berbutir kasar jenuh dan metode penggembungan damar untuk
memblok tanah insitu. Cara ini dapat menghasilkan contoh tidak terganggu
yang berkualitas tinggi tetapi memerlukan waktu lama sehingga kurang
praktis;
(d) Contoh terambil diangkut ke laboratorium dalam wadah yang memadai, lalu
dipotong dengan ukuran dan bentuk tertentu untuk keperluan pengujian.
Contoh blok harus dibungkus dengan lapisan tipis/membran plastik dan foil
yang ringan dan disimpan dalam bentuk blok serta hanya dipotong sedikit
sebelum pengujian. Setiap contoh harus diidentifikasi dengan informasi
nomor proyek, jumlah bor atau sumuran uji, jumlah contoh, kedalaman
contoh, dan orientasi.
(5) Interval Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh uji standar penetrasi (SPT) dilakukan baik pada tanah
berbutir kasar maupun tanah kohesif dan untuk tanah kohesif dilakukan dengan
menggunakan tabung dinding tipis.
Yang perlu diperhatikan dalam penentuan interval pengambilan contoh dan
jenis tabung adalah sebagai berikut :
(a) Interval pengambilan contoh berbeda-beda antara proyek dan daerah
masing-masing. Pengambilan contoh tabung belah di bagian atas 3 m (10 ft)
dapat dilakukan pada interval 0,75 m (2,5 ft), dan di bagian bawah 3 m (10
ft) pada interval 1,5 m (5 ft). Pada kedalaman di bawah 30 m (100 ft) dapat
dilakukan interval contoh yang lebih besar, misalnya 3 m (10 ft). Selain itu,
diperlukan contoh menerus untuk beberapa bagian pengeboran;
(b) Untuk tanah kohesif, minimal harus diambil satu contoh tanah tidak
terganggu dari setiap lapisan yang berbeda. Jika deposit tanah kohesif
meluas sampai dalam sekali, maka diperlukan tambahan contoh tidak
terganggu yang biasanya diambil pada interval 3 m (10 ft) sampai 6 m (20
ft). Jika pengeboran dilakukan cukup luas, maka contoh tanah tidak
terganggu diambil di setiap lubang bor.
(c) Untuk bor yang terlalu dekat atau dalam deposit tanah homogen secara
lateral, contoh tanah tidak terganggu diambil hanya dalam lubang bor yang
dipilih;
(d) Dalam formasi geologi yang tidak teratur atau lapisan lempung tipis,
kadang-kadang diperlukan pengeboran secara terpisah yang berdekatan
dengan lubang bor semula. Hal ini untuk memperoleh contoh tidak tanah
terganggu dari kedalaman tertentu yang mungkin tidak terdapat pada
pengeboran pertama.
(6) Perolehan Contoh (Sample Recovery)
Pada waktu pengeboran dengan perolehan material hanya sedikit atau tidak
ada sama sekali, maka perlu segera dilakukan percobaan kedua dengan
menggunakan tabung belah atau tabung contoh terganggu jenis lain. Tabung
contoh dapat dimodifikasi dan dilengkapi dengan wadah penahan, katup
24 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
25 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
bermotor sehingga semua kotak tidak terjadi puntiran atau gerakan berlebih
pada waktu kendaraan berjalan;
(d) Contoh tanah agar tidak dikeluarkan dari tabung di lapangan sebab dapat
menimbulkan penggelembungan contoh dan tingkat gangguan yang tinggi.
Kehilangan tegangan secara tidak terduga akan menyebabkan contoh
menjadi lunak dan mengembang sehingga lebih mudah terganggu selama
diangkut ke laboratorium;
(e) Contoh yang berkualitas tinggi dapat diperoleh jika pengeluaran contoh
tanah dilakukan di laboratorium tepat sebelum pengujian konsolidasi,
triaksial, geser langsung, kelulusan air, dan resonant column. Jika untuk
menghemat biaya contoh dikeluarkan di lapangan agar tabung dapat
digunakan kembali, maka contoh harus dibungkus dengan aluminium foil;
(f) Berdasarkan pH tanah, aluminium foil dapat bereaksi dengan permukaan
tanah dan membentuk lapisan tanah tipis yang berubah warna sehingga
menyulitkan identifikasi visual dan membingungkan serta menyebabkan
perubahan distribusi kadar air dalam contoh tanah. Untuk itu, lembaran
plastik lebih cocok sebagai pembungkus contoh tanah sebab tidak terlalu
berpengaruh dibandingkan dengan foil.
Penyimpanan contoh tanah tidak terganggu (di dalam atau di luar tabung) agar
tidak dilakukan terlalu lama. Penyimpanan yang melebihi satu bulan dapat
mengubah sifat-sifat kekuatan dan kompresibilitas tanah dari hasil uji
laboratorium.
i) Uji Kekuatan Relatif
Alat penetrometer saku dapat digunakan untuk pengamatan konsistensi tanah
secara visual dan untuk memperkirakan kekuatan contoh tanah tidak terkekang
serta cocok untuk tanah lempung kaku sampai sangat kaku. Untuk tanah yang lebih
lunak diperlukan alat penyesuaian (adaptor) yang lebih besar.
Uji ini tidak menghasilkan nilai absolut tetapi hanya sebagai acuan perkiraan
kekuatan relatif tanah sehingga nilai kekuatan tanah yang dihasilkan tidak boleh
digunakan dalam desain. Jika diperlukan kekuatan tanah (dan sifat teknik lainnya),
maka harus dilakukan uji lapangan dan atau uji laboratorium terhadap contoh-
contoh tanah tidak terganggu.
Alat uji lainnya, yaitu alat uji geser baling (torvane) yang berdiameter kecil dapat
digunakan untuk memperkirakan kuat geser tanah kohesif. Baling dengan berbagai
diameter dapat digunakan untuk tanah kohesif sangat lunak sampai sangat kaku.
Nilai dari hasil uji lapangan hanya digunakan untuk perbandingan dan agar tidak
digunakan langsung dalam analisis geoteknik atau desain.
Pengujian dengan penetrometer atau torvane harus dilakukan pada tanah asli
sedekat mungkin dengan pusat ujung atas dan dasar contoh dan tidak boleh
dilakukan pada sisi luar contoh.
10) Penyelidikan Batuan
Metode penyelidikan batuan mencakup pengeboran, sumuran uji, pemetaan geologi,
dan metode geofisik. Pengeboran inti merupakan metode penyelidikan utama yang
digunakan dalam pengambilan contoh batuan utuh bagi keperluan pengujian dan
penilaian kualitas dan struktur batuan. Metode-metode sumuran uji, bor tanpa inti, dan
geofisik digunakan untuk mengidentifikasi bagian atas batuan.
Metode geofisik seperti refraksi gempa dan penetrasi radar tanah (GPR) digunakan
untuk mengetahui kedalaman batuan. Pemetaan geologi bukaan batuan atau
singkapan untuk membantu memberikan penilaian komposisi dan diskontinuitas
26 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
lapisan batuan dengan skala besar yang perlu digunakan untuk berbagai aplikasi
teknik misalnya desain lereng batuan.
a) Pengeboran dan Pengambilan Contoh Batuan
Pengeboran yang dilakukan pada lapisan batuan lapuk dan tidak lapuk, diperlukan
prosedur pengeboran dan pengambilan contoh batuan. Sebagai pedoman
terperinci pengeboran batuan, bor inti, pengambilan contoh, dan deskripsi log bor
pada massa batuan, agar mengacu pada pedoman yang berlaku SNI atau ISRM
(International Society for Rock Mechanics) Commission on Standardization of
Laboratory and Field Tests (1978, 1981).
Metode pengeboran dan pengambilan contoh batuan adalah sebagai berikut :
(1) Bagian atas batuan dari pengeboran sulit ditentukan terutama jika ada bongkah
besar di bawah profil tanah residu tidak beraturan dan dalam daerah atau
terrain karst. Penentuan bagian atas batuan harus dilakukan dengan hati-hati
sebab identifikasi batuan yang tidak tepat dapat menyebabkan perhitungan
volume galian atau panjang tiang menjadi salah;
(2) Jika lapisan terlalu keras, disarankan untuk menggunakan prosedur bor inti
untuk pengambilan contoh tanah yang berlaku (ASTM D 2113 Practice for
Diamond Core Drilling for Site Investigation). Penetrasi tabung belah yang
berdiameter 51 mm (2 in) dapat mencapai sedalam 25 mm (1 in) atau kurang
setelah dilakukan 50 pukulan dengan tenaga penetrasi standar atau kriteria lain
yang ditentukan oleh tenaga ahli geologi atau tenaga ahli teknik. Untuk itu,
metode pengambilan contoh tanah tidak cocok dilakukan tetapi diperlukan
pengeboran batuan atau bor inti;
(3) Dapat digunakan metode geofisik seperti refraksi gempa untuk membantu
mengevaluasi elevasi bagian atas batuan dengan cara yang baik dan ekonomis
serta memberikan informasi batasan antar lokasi bor.
b) Pengeboran Tanpa Inti (Non-coring / Destructive)
Metode ini harus dilakukan dengan hati-hati karena pengeboran berjalan dengan
cepat dan memotong batuan lunak dan lapuk dengan mudah sehingga sering kali
salah dalam memperkirakan elevasi bagian atas batuan atau pemancangan tiang.
Karena contoh batuan utuh tidak termasuk dalam pengeboran tanpa inti (non-
coring), maka pengamatan selama pengeboran agar dicatat dengan cermat oleh
supervisor lapangan. Informasi karakteristik pengeboran yang harus dicatat pada
bagian log bor adalah sebagai berikut :
(1) kecepatan penetrasi atau kecepatan pengeboran dalam menit per 0,3 meter (1
ft);
(2) pemasukan batang bor;
(3) perubahan operasi bor oleh petugas bor (tekanan ke bawah, kecepatan rotasi
dan lain-lain);
(4) perubahan kondisi matabor (bit);
(5) kegiatan bor yang tidak biasa (gemertak, melambung, pengikatan, jatuh tiba-
tiba);
(6) kehilangan air pembilas, perubahan warna air pembilas, atau perubahan
tekanan bor.
27 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
c) Pengeboran Inti
Jenis-jenis bor inti (ASTM D 2113 Practice for Diamond Core Drilling for Site
Investigation) dapat berupa tabung tunggal, tabung ganda, atau tabung tripel.
(a) Jika tidak ditentukan lain, maka NX adalah ukuran yang digunakan untuk
penyelidikan. Dapat juga digunakan ukuran yang lebih besar dan lebih kecil.
Ukuran inti yang lebih besar akan menghasilkan contoh yang lebih besar
dengan kerusakan mekaniknya kecil. Untuk itu, ukuran dan jenis alat bor yang
digunakan harus dicatat dengan cermat di tempat yang cocok pada log bor;
(b) Panjang setiap lubang inti harus dibatasi sampai maksimum 3 m dan dikurangi
sampai 1,5 m (5 ft).
d) Matabor Inti (Coring Bits)
Pemilihan matabor harus didasarkan atas pengetahuan umum tentang kinerja
matabor inti untuk contoh yang diinginkan dan air pembilas yang diusulkan.
Matabor dengan aliran dasar harus digunakan pada batuan inti lunak atau batuan
dengan rekahan yang terisi tanah untuk menghindari erosi inti karena air pembilas
sebelum inti memasuki laras inti.
e) Air Pembilas
Jika diperlukan lumpur bor untuk menstabilkan lubang yang runtuh atau daerah
penutup pada waktu hilangnya air pembilas, maka perencana, tenaga ahli geologi
dan geoteknik harus menentukan jenis lumpur bor. Lumpur bor dapat menyumbat
bukaan rekahan dan retakan sehingga akan mempengaruhi pengukuran kelulusan
air.
Air pembilas harus diisi dalam bagian yang menurun untuk memindahkan potongan
bor dan membuat sirkulasi ulang air pembilas. Agar dilakukan perhatian atau
penanganan khusus jika material tercemar oleh minyak atau bahan lain dan
memerlukan tempat pembuangan serta menghindari aliran air melalui permukaan
tanah.
f) Kecepatan/Waktu Pengeboran
Kecepatan pengeboran harus dipantau dan dicatat pada log bor dalam satuan
menit per 0,3 m (1 ft). Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pengeboran
digunakan untuk menentukan kecepatan pengeboran.
g) Foto Dokumentasi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi foto inti adalah seperti berikut:
(1) Setelah pemindahan dari lubang bor, contoh inti dalam tabung inti belah harus
segera difoto, dan diberi label untuk identifikasi log bor, interval kedalaman dan
jumlah bor inti;
(2) Untuk bentuk inti yang menarik agar dilakukan gambar close-up. Untuk itu,
permukaan contoh inti dibasahi dengan semprotan dan atau digosok dengan
spon sebelum pengambilan foto agar dapat memperjelas perbedaan warna
contoh inti;
(3) Pita ukur atau penggaris harus ditempatkan melintasi bagian atas atau dasar
ujung blok untuk memberikan skala dalam foto. Pita ukur harus mempunyai
panjang minimal 1 meter (3 ft) dan penandaan yang relatif besar dan sangat
mencolok harus diupayakan agar terlihat dalam foto;
28 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(4) Bagian tabung yang berwarna (untuk yang tidak ada contoh) diperlukan dalam
foto untuk memberikan indikasi pengaruh perubahan dalam umur film, proses
film, dan sumber cahaya yang masuk (ambient). Keseragaman kondisi cahaya
dari hari ke hari harus diatur oleh petugas foto dan disesuaikan dengan jenis
film yang dipilih.
h) Klasifikasi Batuan
Jenis batuan dan sifat batuan, seperti diskontinuitas, rekahan, lipatan, dan faktor
lainnya harus didokumentasi. Klasifikasi tanah, batuan dan informasi inti batuan
harus dicatat.
i) Perolehan Inti (Core Recovery)
Panjang inti harus diukur sepanjang garis sumbu inti. Jika perolehan inti kurang dari
panjang bor inti, maka bagian yang tidak terambil harus dianggap menjadi ujung
bor kecuali jika ada alasan perkiraan lainnya (misal zona lapuk, jatuhnya batang,
penyumbatan selama pengeboran, kehilangan air pembilas, dan potongan inti
berputar atau dipotong ulang).
Non-recovery harus diberi tanda NCR (tanpa inti terambil) pada log bor dan data
masukan untuk perlapisan, retakan, atau pelapukan dalam interval tersebut tidak
perlu dibuat.
Perolehan inti terambil yang lebih besar dari 100% kemungkinan dapat terjadi jika
inti terlindungi selama pengeboran yang dilanjutkan dengan bor berikutnya. Hal ini
harus dicatat dan pengaturan data agar tidak dibuat di lapangan.
j) Rock Quality Designation (RQD)
RQD merupakan ukuran persentase batuan yang terambil dari sebuah interval
lubang bor yang berupa persentase termodifikasi dari perolehan inti dengan jumlah
panjang potongan inti utuh yang melebihi 100 mm (4 in) dan dibagi dengan panjang
inti. Indeks kualitas batuan tipikal dalam kondisi batuan yang mengalami pelapukan
berat, lunak, retakan, pergeseran, rekahan/pelipatan akan menyebabkan nilai RQD
menurun.
Korelasi asli RQD harus dicatat berdasarkan atas pengukuran pada inti ukuran NX
(Deere, 1963). RQD dapat dihitung berdasarkan inti yang mempunyai diameter
minimal berukuran NX (Deere dan Deere, 1989).
Inti pipa kawat yang menggunakan NQ, HQ, dan PQ dapat juga diterima. Ukuran
BQ dan BX yang lebih kecil tidak dapat digunakan, sebab yang lebih kecil dari NX
sangat berpotensi mengalami kerusakan dan kehilangan inti.
Prosedur pengukuran RQD, cara perhitungan dengan gambar disajikan dalam SNI
03-2436-1991 Metode Pencatatan dan Interpretasi Hasil Pemboran Inti
k) Pengukuran Panjang Potongan Inti
Potongan inti yang sama dapat diukur dengan cara sepanjang garis sumbu, dari
ujung ke ujung atau sepanjang potongan laras lingkaran penuh. Dianjurkan
mengukur panjang inti sepanjang garis sumbu. Lihat acuan the International
Society for Rock Mechanics (ISRM), Commission on Standardization of Laboratory
and Field Tests (1978, 1981).
Pengukuran sepanjang garis sumbu dapat:
(1) Menghasilkan RQD standar yang tidak bergantung pada diameter inti;
(2) Menghindari ancaman serius kualitas batuan jika keadaan retakan sejajar
lubang bor dan dipotong dengan pemasangan kedua.
29 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Patahan inti yang disebabkan oleh proses pengeboran harus disusun kembali dan
diperhitungkan sebagai satu potongan. Patahan akibat bor dapat terjadi karena
permukaan yang kasar. Pada batuan schistose dan batuan berlapis, kadang sulit
untuk membedakan antara patahan alami dan patahan akibat bor. Untuk itu, agar
dipertimbangkan sebagai patahan alami dalam perhitungan RQD yang konservatif
untuk berbagai keperluan. Jika RQD digunakan sebagai bagian dari perkiraan
pekerjaan pembongkaran atau pengerukan, maka perhitungan menjadi tidak
bersifat konservatif.
l) Penilaian Kekuatan Batuan
Potongan inti yang tidak keras dan tidak kuat, agar tidak diperhitungkan untuk RQD
meskipun memenuhi syarat panjang 100 mm (3,94 in). Persyaratan kekuatan dapat
membantu menurunkan ketentuan syarat kualitas batuan jika batuan telah
mengalami perubahan dan perlemahan, baik karena pelapukan permukaan
ataupun kegiatan hidrothermal. Keputusan penentuan tingkat perubahan kimiawi
apakah sudah cukup atau belum harus dilakukan untuk mendapat persetujuan atau
penolakan dilakukannya potongan inti.
Prosedur yang dapat digunakan untuk menilai kekuatan batuan adalah sebagai
berikut:
(1) Prosedur pertama dilakukan tanpa memperhitungkan potongan inti karena
adanya keraguan mengenai syarat kekuatan yang harus dipenuhi (misalnya
batasan perubahan warna atau pemutihan butiran, pencemaran berat, rongga,
atau butiran lemah). Prosedur ini bersifat konservatif dan meragukan penilaian
kualitas batuan;
(2) Prosedur kedua dilakukan dengan memasukkan batuan yang berubah
persentase total RQDnya dengan tanda bintang (RQD*) karena persyaratan
kekuatan belum terpenuhi. Metode RQD* dapat memberikan beberapa indikasi
kualitas batuan sesuai dengan tingkat retakan selama tidak kehilangan
kekuatan.
m) Kehilangan Air Pembilas (Drilling Fluid Recovery)
Kehilangan air pembilas selama melanjutkan pengeboran dapat menunjukkan
adanya bukaan rekahan/pelipatan, zona retakan atau rongga-rongga dalam massa
batuan yang sedang dibor. Untuk itu, volume air pembilas yang hilang dan interval
terjadinya harus dicatat. Jika tidak ada air pembilas yang hilang, berarti tidak ada
air yang hilang kecuali melalui lamanya rembesan dan pengisian pada rongga-
rongga.
Kehilangan air pembilas sebagian berarti ada air pembilas yang membalik dalam
jumlah yang lebih kecil dari jumlah air yang dipompa. Kehilangan air pembilas
penuh berarti tidak ada kehilangan air pembilas ke permukaan selama operasi
pemompaan. Untuk itu, diperlukan gabungan pendapat dari petugas lapangan dan
petugas bor agar memberikan hasil perkiraan yang terbaik.
30 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(2) Pemindahan inti harus dilakukan dengan hati-hati dari tabung ke kotak untuk
memelihara ketidakteraturan material melintang retakan dan isian retakan.
Patahan inti yang terjadi selama atau setelah inti dipindahkan ke kotak inti
harus disusun kembali dan ditandai dengan tiga garis pendek sejajar yang
melintang alur retakan untuk menunjukkan patahan secara mekanik. Patahan
yang terjadi pada waktu penyusunan inti ke kotak inti dan waktu pemeriksaan
permukaan dalam inti agar dihindari walaupun harus ditandai pula.
(3) Inti harus ditempatkan dalam kotak dari arah kiri ke kanan dan dari atas ke
bawah. Jika bagian ruangan atas kotak diisi, bagian lebih rendah (atau
sambungan) berikutnya harus diisi. Kedalaman bagian atas dan bawah inti dan
setiap rongga yang tampak dalam formasi batuan harus ditandai secara jelas
dengan label blok pengatur jarak dari kayu;
(4) Jika ada inti bor terambil yang lebih kecil dari 100%, harus ditempatkan di kotak
inti pengatur jarak tabung bambu yang sama panjang dengan inti tidak terambil,
baik pada kedalaman inti tidak terambil ataupun pada dasar bor. Kedalaman
atau panjang inti tidak terambil harus ditandai pada pengatur jarak dengan
tanda hitam yang permanen;
(5) Label kotak inti harus dilengkapi dengan pena hitam yang tidak dapat dihapus.
Penutup kotak inti harus diberi tanda yang identik pada kedua sisi dalam dan
luar, termasuk kedua ujung luar kotak. Untuk pengeboran miring, kedalaman
yang ditandai pada kotak-kotak inti dan log bor harus merupakan hasil
pengukuran sepanjang sumbu bor. Sudut dan orientasi pengeboran harus
dicatat pula pada kotak inti dan log bor.
o) Perawatan dan Pemeliharaan Contoh Batuan
Penutupan inti dalam selimut polietilin dapat dipasang lepas sebelum inti
ditempatkan dalam kotak inti (ASTM D 5079 Practices for Preserving and
Transporting Rock Core Samples). Perawatan khusus dianggap sesuai, jika kadar
air inti batuan (terutama serpih, batulempung dan batulanau) dan sifat-sifat inti yang
terkait dapat dipengaruhi oleh bukaan batuan.
Perawatan serius agar dilakukan untuk melindungi contoh terhadap goncangan/
kejutan dan getaran atau perubahan temperatur yang besar atau keduanya. Untuk
perawatan contoh terhadap kotoran ditunjukkan dalam ASTM D 4220 Practices for
Preserving and Transporting Soil Samples.
p) Penutupan Lubang Hasil Pengeboran
Semua lubang bor harus ditutup dengan baik pada waktu penyelesaian
penyelidikan lapangan dengan pertimbangan keselamatan dan pencegahan
pencemaran lapisan tanah dan air tanah. Penutupan bor diperlukan untuk proyek
terowongan karena lubang bor terbuka akan memberi kesempatan aliran air masuk
tidak terkontrol atau jalan udara tertekan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penutupan lubang bor antara lain adalah
sebagai berikut :
(1) Penutupan lubang bor (sealing dan grouting) misalnya sesuai dengan National
Cooperation Highway Research Program Report No. 378 (1995) berjudul
“Recommended Guidelines for Sealing Geotechnical Holes”;
(2) Jika terjadi air tanah atau pencemaran, maka lubang bor harus diinjeksi dengan
menggunakan campuran tepung bentonit, semen portland dan air bersih atau
air suling. Persyaratan ini harus dipahami benar oleh tenaga ahli geoteknik dan
supervisor lapangan setempat sebelum pengeboran mulai dilaksanakan;
31 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(3) Jika diperlukan, maka semua lubang bor sebaiknya diinjeksi. Lubang-lubang
jalan dan pelat harus diisi dengan beton pasangan cepat atau beton aspal.
Pengisian kembali lubang bor agar dilakukan dengan menggunakan campuran
bahan injeksi (grout). Pada lubang bor yang diisi dengan air pembilas, grout
getar akan menempati/menggantikan air pembilas. Untuk itu, harus dilakukan
persiapan perlengkapan untuk mengumpulkan buangan dari semua air
pembilas yang dipindahkan dan buangan grout;
q) Pedoman Keselamatan Dalam Pengeboran Geoteknik
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
(1) Perlindungan minimum untuk semua personil terdiri atas topi helm, sepatu bot,
pelindung mata dan sarung tangan;
(2) Tenaga ahli geoteknik dan supervisor lapangan harus mencoba untuk
mengidentifikasi kemungkinan sumber pencemaran sebelum memulai
pekerjaan lapangan. Berdasarkan evaluasi ini, harus dibuat keputusan
mengenai rencana keselamatan lapangan;
(3) Jika ditemukan pencemaran di lokasi-lokasi penyelidikan geoteknik yang tidak
diketahui atau tidak diharapkan selama pekerjaan lapangan, maka perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
(a) Penghentian segera pengeboran dan pemberitahuan informasi kepada
tenaga ahli geoteknik yang harus dilakukan oleh supervisor lapangan,
termasuk identifikasi terjadinya pencemaran, kedalaman pencemaran dan
perkiraan kedalaman muka air. Jika produksi tingkat air pembilas terjadi
pada atau di atas muka air, pengeboran harus segera ditinggalkan dan
ditutup dengan chip bentonit dicampur air atau grout;
(b) Petugas lingkungan dari instansi pemerintah harus diberitahu oleh pemberi
tugas (pemimpin proyek), agar dapat menentukan apakah perlu
dilaksanakan protokol khusus keamanan dan keselamatan serta
demobilisasi dari lapangan.
r) Pengeboran Secara Umum
Agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(1) Pembersihan runtuhan dan potongan dari dasar lubang bor yang kurang baik.
Contoh tidak boleh diambil dari runtuhan tetapi harus dari dalam lubang bor dan
runtuhan harus dipindahkan sebelum kegiatan pekerjaan;
(2) Pada tanah nonkohesif, pemancangan tidak boleh digunakan untuk
melanjutkan atau mempercepat tabung belah ke dasar lubang bor;
(3) Agar dihindari kondisi contoh inti terambil yang buruk akibat penggunaan alat
atau prosedur pengambilan contoh yang tidak sesuai;
(4) Jika pengambilan contoh tanah lunak atau tanah nonkohesif dilakukan dengan
tabung dinding tipis (misal tabung Shelby), maka tidak mungkin diperoleh
contoh tidak terganggu sebab contoh tidak akan berada dalam tabung. Petugas
bor harus diberi instruksi yang jelas agar tidak menekan inti terambil dengan
pemukulan berlebihan pada waktu pengambilan tabung contoh;
(5) Agar dihindari perolehan jenis contoh yang tidak baik atau jumlah contoh tidak
cukup;
(6) Petugas bor harus diberitahu dengan jelas frekuensi contoh dan jenis contoh
yang diperlukan. Kedalaman bor pada setiap tahap penyelidikan harus diawasi
32 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
oleh supervisor lapangan untuk menentukan contoh lapisan tanah dan atau
batuan yang baik;
(7) Agar dihindari stabilisasi lubang bor yang tidak baik;
(8) Dalam pengeboran putar dengan air dan bor tangan batang hollow di bawah
muka air tanah, diperlukan tinggi tekan air yang diatur pada puncak pipa lindung
(casing) /bor tangan pada setiap waktu. Jika batang bor ditarik atau bor tangan
batang hollow yang dimasukkan, maka muka air akan cenderung turun dan
harus ditambah dengan air pembilas agar tepi lubang bor tidak runtuh atau tidak
terjadi sembulan di dasar lubang bor;
(9) Tabung contoh diturunkan ke dalam lubang bor dengan pipa terbuka dan tanpa
sumbatan. Tabung dapat berposisi miring dan memukul dinding lubang bor.
Untuk itu, tabung agar diisi dengan debris;
(10) Agar dihindari prosedur pelaksanaan yang kurang baik selama uji penetrasi
standar. Supervisor lapangan dan petugas bor harus memastikan bahwa berat
jatuh dan pemukul yang digunakan berfungsi dengan baik sehingga friksi pada
kepala dan sepanjang pukulan hammer berkurang.
11) Deskripsi Log Bor
Pencatatan hasil pengeboran harus ditulis atau dicetak dengan jelas dan disimpan
(didokumentasi) dengan cermat dan praktis. Semua bagian pencatatan hasil
pengeboran harus dilengkapi sebelum penyelidikan lapangan selesai.
Formulir-formulir log bor, log bor inti dan log sumuran uji dapat mengacu ASCE Soil
Mechanics & Foundations Engineering Committee .
Aspek-aspek yang harus dicatat pada log bor :
a) Data survei topografi yang meliputi lokasi pengeboran dan elevasi permukaan,
serta lokasi tanda patok dan datum (jika tersedia);
b) Data akurat dari setiap deviasi lokasi bor rencana.
c) Identifikasi tanah dan batuan dasar yang terdiri atas kepadatan, konsistensi, warna,
kadar air, struktur dan sumber geologi;
d) Kedalaman berbagai lapisan tanah dan batuan secara umum;
e) Jenis tabung contoh, kedalaman, penetrasi dan contoh inti terambil (core recovery);
f) Perlawanan pengambilan contoh sesuai dengan tekanan hidraulik atau pukulan per
kedalaman penetrasi tabung contoh, serta ukuran dan jenis hammer dan tinggi
jatuh;
g) Interval pengambilan contoh tanah dan contoh inti terambil (core recovery);
h) Jumlah bor inti batuan, kedalaman dan panjang, inti terambil (core recovery) dan
nilai kualitas batuan (RQD);
i) Jenis operasi pengeboran yang digunakan untuk mempercepat dan menstabilkan
lubang bor;
j) Perbandingan perlawanan terhadap pengeboran;
k) Kehilangan air pembilas;
l) Pengamatan muka air tanah dengan tanda-tanda perubahan karena permukaan
gelombang atau turun naiknya air sungai;
m) Tanggal dan waktu pengeboran mulai, selesai dan pengukuran muka air tanah;
n) Penutupan lubang bor.
33 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
a) Informasi Proyek
Pada bagian atas log bor harus disediakan ruang untuk informasi khusus proyek,
seperti nama atau nomor proyek, lokasi proyek, kontraktor pengeboran (jika
pekerjaan pengeboran dikontrakkan ke luar), jenis alat bor, tanggal dan waktu
pekerjaan, metode pengeboran, berat palu (hammer) dan tinggi jatuh, nama
personil pengeboran, dan informasi cuaca. Semua informasi harus diberikan pada
lembaran pertama dari setiap log bor.
b) Identifikasi Stratigrafi atau Perlapisan Tanah
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam identifikasi perlapisan tanah adalah sebagai
berikut:
(1) Pengamatan kondisi geoteknik contoh tanah dan potongan inti atau perkiraan
berdasarkan kinerja perlengkapan bor (misalnya gemertak alat pemukul dalam
kerikil atau tabung yang memantul kembali pada kerakal) harus dicatat dalam
kolom tengah log bor dengan label “deskripsi material” atau dalam kolom
keterangan;
(2) Komentar petugas bor diperlukan dalam persiapan log bor, penyusunan
deskripsi masing-masing contoh dan penggambaran berbagai lapisan pada log
bor. Data tersebut meliputi deskripsi masing-masing lapisan tanah dengan
batasan horisontal yang menggambarkan perbedaan lapisan yang berdekatan;
(3) Deskripsi terperinci kondisi geoteknik pada waktu pengeboran digambarkan
pada log bor lapangan. Batas-batas perlapisan harus digambarkan sesuai
dengan perubahan deskripsi, misalnya perubahan plastisitas yang agak kaku
menjadi kaku dan yang rendah menjadi tinggi;
(4) Perubahan kecil dapat dinyatakan dengan istilah pantas atau selaras. Batas
perlapisan harus digambarkan sesuai dengan perubahan material dari kondisi
geologi asli dan harus dicantumkan dalam deskripsi material atau kolom
keterangan log sedangkan batas-batas yang terputus-putus (dashed) harus
dihindari;
(5) Pengamatan perlapisan harus meliputi identifikasi urugan yang ada, topsoil dan
potongan lapisan tanah. Interval pengamatan dan pengambilan contoh khusus
agar dilakukan untuk membantu mengidentifikasi keberadaan dan ketebalan
lapisan material serta menghasilkan kesimpulan dan saran-saran studi
geoteknik yang baik;
(6) Masing-masing lapisan harus diberi tanda di tengah-tengah contoh, kecuali jika
batasan ditemui dalam contoh atau diperlukan pengukuran khusus untuk
menentukan posisi batasan yang lebih baik.
c) Informasi Contoh
Informasi jenis-jenis tabung, jadwal dan waktu pengambilan contoh, jenis contoh,
kedalaman contoh, dan perolehan inti (core recovery) harus diperlihatkan pada
setiap formulir log dengan menggunakan notasi dan sistem grafik atau sistem
singkatan (abbreviation). Masing-masing contoh uji harus diberi nomor berurutan
yang ditandai dalam kolom nomor contoh.
Jika tabung contoh dipukul, perlawanan pukulan harus dicatat pada interval yang
ditentukan dan ditandai dalam kolom perlawanan pengambilan contoh. Persentase
inti terambil harus ditentukan sebagai panjang contoh inti terambil terhadap
panjang contoh uji (contoh 550/610 mm).
34 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Jika terjadi perubahan dalam lapisan tanah yang sama, seperti perubahan dalam
kepadatan nyata, pencatatan/log bor harus menunjukkan deskripsi perubahan, seperti
“sama, kecuali sangat padat”.
a) Konsistensi dan Sifat Kepadatan Semu (apparent)
35 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Konsistensi tanah berbutir halus dan kepadatan semu tanah berbutir kasar, dapat
diperkirakan dari jumlah pukulan (nilai N) yang diperoleh dari uji penetrasi standar
(ASTM D 1586 Standard Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soils).
Disarankan sebagai alat bantu dalam penentuan konsistensi tanah berbutir halus,
alat mekanik, seperti penetrometer saku (hand penetrometer), dan uji indeks di
lapangan (uji smear, uji kekuatan kering, uji benang/thread).
Jika memungkinkan, nilai N dari semua jenis tanah dikoreksi untuk efisiensi tenaga
(ASTM D 4633).
Catatan : nilai N disarankan tidak digunakan langsung untuk menentukan
parameter desain kekuatan tanah berbutir halus.
b) Kadar Air
Jumlah air yang ada dalam contoh tanah atau sifat kadar air harus dinyatakan
dalam keadaan kering, lembap, atau basah.
c) Warna
Warna harus diuraikan setelah contoh dikembalikan (retrived) pada kadar air
contoh tanah asli. Warna-warna utama yaitu coklat, abu-abu, hitam, hijau, putih,
kuning, merah, dan warna antara, digambarkan dengan menggunakan dua warna
dasar misalnya abu-abu - hijau.
Jika tanah ditandai sesuai dengan tempat/lokasi warna, maka digunakan istilah
titik-titik (mottled). Tanah yang bertekstur homogen tetapi mengalami perubahan
pola warna dan tidak diperhitungkan sebagai titik-titik agar digambarkan sebagai
goresan/garis (streaked).
d) Jenis Tanah
Bagian-bagian penting dari jenis tanah ditentukan berdasarkan tekstur ukuran butir,
untuk menentukan pemisahan tanah berbutir kasar, berbutir halus dan tanah
dengan kadar organik tinggi.
e) Tanah Berbutir Kasar (Kerikil dan Pasir)
Komponen kerikil dan pasir ditentukan berdasarkan atas ukuran butir.
Pengujian-pengujian yang perlu diperhatikan.
(1) Uji Sedimentasi;
(2) Karakteristik Visual;
f) Tanah Berbutir Halus
Bahan halus terdiri atas lanau dan lempung inorganik atau organik, seperti
ditentukan dalam grafik plastisitas.
g) Keterkaitan (Inclusions)
Keterkaitan tambahan atau karakteristik contoh dapat digambarkan dengan
menggunakan istilah “dengan” dan deskripsi yang dijelaskan di atas.
Sebagai contoh:
(1) dengan bau bahan bakar,
(2) dengan material organik,
(3) dengan material asing (akar, batu bata, dan lain-lain),
(4) dengan fragmen serpih,
(5) dengan mika,
(6) dengan pemisahan, lipatan, dan lain-lain dari deskripsi lengkap tanah yang
diberikan.
36 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
h) Tanah Berlapis
Tanah dengan jenis yang berbeda dapat ditemukan dalam perlapisan tanah
dengan berbagai tebal. Tiap lapisan diuraikan seolah-olah berupa tanah tidak
berlapis dengan menggunakan urutan deskripsi tanah yang diuraikan di atas. Tebal
dan bentuk lapisan dan tipe geologi perlapisan dicatat dengan menggunakan istilah
deskriptif. Tebal jenis lapisan, sebelum atau pada akhir deskripsi ditentukan dengan
tanda kurung, dan dipilih yang mana yang lebih memadai.
i) Nama Geologi
Deskripsi tanah mencakup hasil penilaian supervisor lapangan termasuk asal usul
satuan tanah dasar dan nama secara geologi (jika diketahui), yang ditempatkan
dalam tanda kurung atau dalam kolom catatan lapangan dari log bor.
j) Prosedur Pencatatan Hasil Pengeboran Inti
Pencatatan hasil pengeboran tanah dan batuan (inti) harus dilakukan selengkap
mungkin sesuai dengan kondisi lapangan, singkat dan jelas.
13) Deskripsi Batuan
Deskripsi batuan harus disusun dengan menggunakan istilah geologi teknik yang
benar, meskipun istilah setempat dalam penggunaan umum dapat diterima untuk
menggambarkan karakteristik yang berbeda. Pencatatan hasil pengeboran inti harus
dilakukan segera pada kondisi asli, khususnya untuk warna dan konsistensi.
Prosedur log bor inti dapat mengacu pada “International Society for Rock Mechanics
Commission on Standardization of Laboratory and Field Tests”(1978, 1981).
Deskripsi litologi batuan minimum meliputi butir-butir berikut:
a) jenis batuan,
b) warna,
c) ukuran dan bentuk butiran,
d) tekstur (perlapisan/foliasi),
e) komposisi mineral,
f) pelapukan dan perubahan,
g) kekuatan,
h) catatan lainnya.
Berbagai elemen deskripsi batuan harus dinyatakan dalam urutan seperti tabel di atas.
Sebagai contoh “batugamping, abu-abu terang, butiran sangat halus, lapisan tipis, tidak
lapuk, kuat”. Deskripsi batuan harus meliputi identifikasi diskontinuitas dan ciri-ciri serta
gambar retakan alami dan hancuran secara mekanik.
a) Jenis Batuan
Batuan digolongkan menurut asal usulnya ke dalam tiga kelompok utama, yaitu
beku (igneous), sedimen, dan malihan (metamorfik).
b) Warna
Warna harus konsisten dengan bagan warna Munsell, dan kondisi basah maupun
kering yang memadai juga harus dicatat.
c) Ukuran dan Bentuk Butiran
Deskripsi ukuran butiran harus diklasifikasi dengan menggunakan istilah-istilah
untuk deskripsi bentuk butiran.
d) Stratifikasi / Foliasi
37 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Ciri-ciri struktur utuh yang signifikan harus diuraikan dengan tebal lapisan dan
istilahnya, serta orientasi perlapisan/foliasi.
e) Komposisi Mineral
Komposisi mineral harus diidentifikasi oleh tenaga ahli geologi berdasarkan atas
pengalaman dan referensi yang tepat. Daftar urut mulai dari batuan dengan mineral
yang paling berlebihan dan diikuti dengan batuan yang kadar mineralnya kurang.
f) Pelapukan dan Perubahan
Istilah dan singkatan yang digunakan untuk menjelaskan pelapukan atau
perubahan.
g) Kekuatan
Penilaian kekuatan kualitatif umum pada waktu pemetaan atau logging inti
pendahuluan pada lokasi perlengkapan dengan menggunakan palu dan pisau
saku. Perkiraan lapangan harus dikonfirmasi dengan perbandingan pada uji
laboratorium yang terpilih.
h) Kekerasan
Deskripsi dan singkatan yang digunakan untuk menjelaskan kekerasan batuan.
i) Diskontinuitas Batuan
Simbol-simbol untuk jenis diskontinuitas massa batuan.
Jika tidak diitentukan lain, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.
(1) Pedoman untuk mendeskripsi jarak diskontinuitas;
(2) Istilah-istilah untuk mendeskripsi celah;
(3) Istilah lebar, sempit dan rapat digunakan untuk menggambarkan lebar
diskontinuitas, seperti tebal lapisan, pengisian patahan, atau bukaan lipatan.
(4) Patahan atau geseran yang tidak cukup tebal untuk mewakili log bor, harus
dicatat tebal terukurnya secara numerik dalam milimeter.
(5) Ciri-ciri untuk membedakan diskontiunitas.
(6) Karakteristik jumlah dan lebar isian. Kekuatan setiap material isian sepanjang
permukaan diskontinuitas. Untuk isian material nonkohesif, identifikasi isian
dapat dilaksanakan secara kualitatif (misal pasir halus).
j) Deskripsi Retakan
Lokasi setiap retakan alami dan patahan mekanik dituliskan dalam kolom retakan
dari log inti batuan, diberi nomor dan diuraikan dengan menggunakan istilah
diskontinuitasnya, seperti dijelaskan di atas.
Penjelasan retakan adalah sebagai berikut :
(1) Retakan harus digambarkan secara sket dalam kolom gambar. Sudut dip
retakan harus diukur dengan menggunakan busur derajat dan ditandai pada
log. Untuk bor miring, sudutnya harus diukur dan ditandai seolah-olah bor
berdiri tegak. Jika batuan pecah dalam beberapa potongan yang panjangnya
kurang dari 25 mm, log tidak perlu digunakan dalam interval itu, atau retakan
diperlihatkan secara skematik.
(2) Jumlah retakan alami yang diamati dalam setiap 0,5 m inti harus dicatat dalam
kolom frekuensi retakan. Patahan/retakan mekanik yang mungkin terjadi karena
pengeboran, tidak diperhitungkan.
38 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
39 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
benar jenuh agar dapat diandalkan pada waktu pengukuran tekanan air pori
berlebih Δu. Batu filter porus harus terbuat dari batu, keramik, baja tiruan
(sintered steel), kuningan, tembaga atau plastik. Bila ada permasalahan
penyumbatan atau pelumasan, sebaiknya bahan diganti dengan polypropylene.
Walaupun air dapat digunakan untuk penjenuhan, namun gliserin atau silikon
akan lebih baik digunakan pada zona tidak jenuh untuk menghindari hilangnya
tingkat kejenuhan konus sebelum mencapai muka air tanah.
(2) Pembacaan Nol (Baseline)
Sebelum dan sesudah uji CPT elektrik dilakukan, perlu dicatat pembacaan nol
pada saluran yang terpisah.
Nilai signal elektrik dapat berubah sebelum atau selama pendugaan karena
pengaruh panas (udara, air, kelembapan, tekanan barometrik, suhu tanah, atau
friksi) maupun gangguan tenaga atau pengaruh elektromagnetik. Untuk itu
operator harus melakukan pemantauan dan pencatatan pembacaan nol dengan
teliti menggunakan penyeimbang nol dari saluran khusus.
(3) Operasi Rutin CPTu
Hasil pencatatan kalibrasi, pemeliharaan dan operasi rutin dari sistem
penetrometer konus harus disimpan oleh tenaga ahli atau teknisi uji lapangan.
Kegiatan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
(a) Satu hari sebelum pengujian, elemen filter harus bersih dan benar-benar
jenuh (sebaiknya dengan gliserin). Bagian konus dan filter harus dipasang
dengan hati-hati dan diisi dengan gliserin tepat sebelum pengujian;
(b) Sebelum (dan sesudah) pengujian dilakukan, agar dicatat pembacaan nol
yang stabil di buku lapangan. Pengujian baru dapat dilanjutkan bila semua
saluran berada dalam keadaan stabil pada nilai bacaan nol (rentang nilai
bacaan nol biasanya ditentukan oleh pabrik pembuat). Setelah pengujian
dilakukan dan konus dikeluarkan dari tanah, bacaan nol/awal dan akhir
harus dibandingkan untuk memverifikasi apakah nilainya hampir sama; jika
tidak, maka diperlukan penyesuaian data yang tercatat;
(c) Peralatan harus dikelola dengan baik untuk memperoleh data yang
berkualitas dan handal. Sebelum penggunaan peralatan, sistem
penetrometer harus diperiksa oleh tenaga ahli atau teknisi lapangan (ASTM
D 5778 Test Method for Electronic Cone Penetration Testing of Soils dan
Lunne dkk, 1997).
(4) Profil CPT
Hal-hal yang harus diperhatikan ialah contoh tanah tidak dapat diperoleh
dengan uji CPT sehingga penilaian perilaku jenis tanah diduga secara tidak
langsung dengan menggunakan hasil pembacaan.
c) Uji Geser Baling (VST = Vane Shear Test)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji geser baling ialah sebagai berikut.
(1) Pada tanah lempung sangat lunak, diperlukan kotak pelindung khusus yang
melingkupi baling bila tidak ada lubang bor dan baling dapat dipasang dengan
mendorong alat pelengkap sampai kedalaman uji yang diinginkan untuk
menempatkan baling.
(2) Untuk koreksi pengaruh friksi antara batang dengan tanah dapat dilakukan
dengan mendorong dua pendugaan berdampingan (satu dengan baling, yang
lain hanya dengan batang). Kemudian, hasil friksi batang berikutnya dikurangi
dari pembacaan pertama untuk memperoleh pembacaan baling. Alternatif ini
40 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
41 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji kelulusan air dalam lubang antara lain
ialah sebagai berikut :
(a) Metode tinggi tekan naik atau tinggi tekan turun digunakan pada tanah
dengan kelulusan air cukup rendah untuk mendeteksi perubahan elevasi
muka air secara akurat. Dalam uji tinggi tekan turun, rembesan air mengalir
dari lubang bor ke tanah sekelilingnya dan membahayakan terjadinya
penyumbatan pori tanah oleh sedimen. Bahaya ini tidak terjadi dalam uji
tinggi tekan naik yang airnya mengalir dari tanah sekeliling masuk ke lubang
bor. Pada metode tinggi tekan naik, kemungkinan ada bahaya tanah dasar
di ujung lubang bor menjadi lepas jika gradien hidrauliknya terlalu tinggi;
(b) Jika digunakan uji tinggi tekan naik, maka pengujian harus diikuti dengan
pendugaan dasar lubang dengan batang-batang bor untuk menentukan
kemungkinan terjadinya penyembulan dasar. Jika kelulusan air cukup tinggi
dan tidak mungkin dilakukan pengukuran elevasi muka air naik atau turun
dengan akurat, maka digunakan uji tinggi tekan tetap.
(c) Lubang bor untuk uji kelulusan air harus dibor dengan menggunakan hanya
air jernih sebagai pembilas. Hal ini dapat mengakibatkan formasi lumpur
pada dinding lubang atau penyumbatan pori tanah oleh lumpur bor. Jika
lubang bor mencapai tingkat uji yang diinginkan, maka lubang dibersihkan
dengan pengurasan menggunakan air jernih yang dipompa melalui alat bor
dengan pancaran yang terlindung atau yang dibelokkan ke atas.
Pengurasan diteruskan sampai diperoleh permukaan material tidak
terganggu yang bersih di dasar lubang. Kemudian diuji kelulusan airnya
dengan salah satu prosedur di bawah ini.
(d) Data yang dicatat dari setiap uji tanpa mempertimbangkan jenis uji yang
dilakukan terdiri atas:
i) kedalaman permukaan tanah sampai muka air tanah baik sebelum
maupun sesudah pengujian,
ii) diameter dalam pipa lindung,
iii) tinggi pipa lindung di atas muka tanah,
iv) panjang pipa lindung pada penampang uji,
v) diameter lubang bor di bawah pipa lindung,
vi) kedalaman sampai dasar pengeboran dari puncak pipa lindung,
vii) kedalaman sampai muka air tanah konstan dari puncak pipa lindung,
viii) deskripsi material uji.
42 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
43 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
atau sampai tidak terjadi kehilangan air dalam lubang di bawah packer
bawah;
(f) Pada batuan yang berpotensi mengalami pelekukan (cave-in), uji tekanan
dilakukan setelah setiap pemasukan lubang mencapai panjang yang sama
dengan panjang batuan maksimum tidak terlindung (unsupported) yang
diijinkan atau jarak antara packer dan dipilih yang lebih kecil. Dalam hal ini,
pengujian hanya berlaku pada zona antara packer;
(g) Dalam pengujian tekanan berlebih di atas muka air pisometer alami agar
dijaga tidak melebihi 23 kPa per meter tanah atau batuan di atas tekanan
overburden pada packer bagian atas. Batasan ini untuk menjaga
kemungkinan penyembulan dan kerusakan pada fondasi. Setiap tekanan
harus diatur setelah mencapai 10 menit atau sampai kecepatan aliran
seragam (diambil yang lebih lama);
(h) Jika kecepatan aliran seragam tidak tercapai dalam waktu yang ditentukan,
maka batasan pengujian harus diupayakan oleh tenaga ahli teknik.
Kuantitas aliran untuk setiap tekanan harus dicatat pada interval waktu 1; 2
dan 5 menit dan untuk setiap interval waktu 5 menit berikutnya. Untuk
penyelesaian uji tekanan pada 100; 200 dan 300 kPa harus dikurangi pada
200 dan 100 kPa masing-masing dan kecepatan aliran dan waktu kejadian
harus dicatat sekali lagi dengan cara yang sama;
(i) Jika kurva aliran versus tekanan berbentuk cekung (konkav) ke atas, maka
hal ini menunjukkan adanya bukaan membesar dan jika cembung (konvex)
menunjukkan adanya bukaan tersumbat;
(j) Data tambahan yang diperlukan untuk setiap uji adalah sebagai berikut :
i) kedalaman lubang pada waktu uji masing-masing,
ii) kedalaman sampai dasar packer atas,
iii) kedalaman sampai puncak packer bawah,
iv) kedalaman sampai muka air dalam lubang pada interval yang berurutan
(hal ini penting karena kenaikan muka air dalam lubang bor dapat
menunjukkan bocoran sekeliling packer atas, serta bocoran sekeliling
packer bawah akan diperlihatkan oleh air yang naik dalam pipa dalam),
v) elevasi muka air pisometer,
vi) panjang bagian uji,
vii) jari-jari packer;
viii) panjang packer,
ix) tinggi alat ukur tekanan di atas permukaan tanah,
x) tinggi swivel air di atas permukaan tanah,
xi) deskripsi material uji.
(3) Uji Pemompaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam uji pemompaan ialah sebagai
berikut :
(a) Sepanjang masing-masing garis radial minimum harus ada empat buah
sumur, yang paling dalam harus berjarak 7,5 m dari sumuran uji. Sumur
observasi yang terluar harus ditempatkan pada batas yang masih
terpengaruh kondisi surut, dan sumur observasi bagian tengah harus
ditempatkan agar kurva kondisi surut dapat digambarkan dengan baik
sesuai dengan perkiraan;
(b) Pompa uji ini harus mempunyai kapasitas 1,5 - 2 kali aliran maksimum yang
mungkin terjadi dan harus dapat menghasilkan garis aliran yang cukup
panjang untuk mencegah kemungkinan aliran air kembali ke lapisan yang
44 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
sedang diuji. Garis udara, lengkap dengan alat uji pressuremeter, pompa
tangan dan katup pemeriksa harus dikencangkan sekali pada waktu
pemompaan air, jika tidak, maka harus kurang dari 0,6 m di luar ujung garis
hisapan. Alat ukur aliran harus berupa jenis visual seperti sebuah lengkung
(orifice);
(c) Data dasar sumuran uji yang harus dicatat ialah sebagai berikut :
i) lokasi, elevasi puncak dan kedalaman sumur;
ii) ukuran dan panjang semua pipa lindung kosong dalam sumur;
iii) diameter, panjang, dan lokasi semua saringan pipa lindung yang
digunakan, serta jenis dan ukuran lubang saringan dan material/bahan
saringan;
iv) jenis filter yang digunakan, jika ada;
v) elevasi air dalam sumur sebelum pengujian;
vi) lokasi dasar garis udara.
(d) Informasi yang diperlukan untuk setiap sumur observasi adalah
i) lokasi, elevasi puncak, dan kedalaman sumur;
ii) ukuran dan elevasi dasar pipa lindung (setelah pemasangan sumur);
iii) lokasi semua bagian pipa lindung kosong;
iv) pabrik pembuat, tipe, ukuran pipa, dan lain-lain;
v) kedalaman dan elevasi sumur;
vi) muka air dalam sumur sebelum pengujian.
(e) Data uji kondisi surut yang dicatat untuk setiap kecepatan aliran terdiri atas
debit aliran dan kondisi surut dari sumur uji dan masing-masing sumur
observasi pada interval waktu.
(f) Pembacaan dilanjutkan sampai muka air kembali ke muka air pemompaan
awal atau sampai diperoleh data yang cocok. Kurva hubungan antara
kondisi surut dan waktu menggambarkan garis lurus setelah beberapa
menit pemompaan pertama. Jika kondisi keseimbangan sebenarnya dapat
ditentukan, kurva hubungan antara kondisi surut dan waktu akan menjadi
horisontal.
16) Uji Laboratorium Tanah dan Jaminan Mutu
a) Uji Laboratorium
Tenaga ahli geoteknik harus mengenal dan memahami permasalahan yang ada di
proyek sehingga dapat mengoptimasi program pengujian terutama uji tegangan
dan konsolidasi.
(1) Pemilihan dan Penentuan Uji
Pertimbangan uji laboratorium seperti bilamana, jumlah, dan jenis uji hanya
dapat ditentukan oleh tenaga ahli geoteknik yang berpengalaman. Kriteria
minimal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lingkup program uji
laboratorium adalah sebagai berikut :
(a) jenis proyek (bangunan air, bendungan, rehabilitasi, gedung, dan lain-lain);
(b) ukuran proyek;
(c) beban yang bekerja pada tanah fondasi;
(d) jenis beban (misal statik, dinamik, dan lain-lain);
(e) toleransi kritis untuk proyek (misal batasan penurunan);
45 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
(f) perubahan horisontal dan vertikal dalam profil tanah, seperti ditentukan dari
pencatatan pengeboran dan identifikasi visual jenis tanah dalam
laboratorium;
(g) ditemukan tanah bersifat khusus atau dicurigai pada lokasi proyek (misal
tanah mengembang, tanah kolapsibel, organik dan lain-lain);
(h) adanya pengamatan intrusi, cermin sesar, rekahan dan lain-lain secara
visual.
(2) Identifikasi Visual Tanah
Prosedur uji adalah sebagai berikut:
(a) Prosedur uji dilakukan dengan cara pengujian visual secara manual yang
harus dilakukan dengan tepat untuk mengetahui baik persentase bahan
halus, persentase relatif kerikil, pasir, lanau dan lempung maupun unsur
pokok dan komposisinya;
(b) Penjelasan uji
i) Sebelum menentukan uji laboratorium, semua contoh tanah yang
diserahkan ke laboratorium harus dilakukan uji visual dan identifikasi.
Tenaga ahli geoteknik hadir dan memahami selama pembukaan contoh
untuk keperluan inspeksi visual. Selain itu, tenaga ahli geoteknik harus
tetap berhubungan dengan laboratorium, agar dapat memberikan
bantuan yang bermanfaat dalam memperkirakan hasil uji tanah.
ii) Contoh terganggu
Uji visual contoh terganggu terbatas pada warna, kadar (misalnya kerikil,
pasir dan lain-lain) dan konsistensi, contoh harus disimpan dalam kaleng
tertutup atau plastik sehingga kadar air dapat dijaga mendekati atau
sama dengan kondisi di lapangan. Jika diperoleh lebih dari satu contoh
dari deposit yang sama, maka keseragaman atau kekurangan contoh
harus ditentukan pada tahap ini.
iii) Contoh tidak terganggu
9Contoh tidak terganggu harus dibuka pada waktu uji satu contoh pada
suatu waktu. Sebelum pembukaan, nomor contoh, kedalaman dan
tanda identifikasi lain yang ditempatkan pada tabung contoh atau
pembungkus harus diperiksa terhadap catatan pengeboran lapangan.
Contoh harus diletakkan dengan sisi-sisinya pada permukaan meja
yang bersih. Untuk contoh lunak, harus didukung oleh tempat contoh
yang ukurannya cocok dan tidak boleh diuji pada permukaan meja
datar.
9Contoh harus diperiksa dalam ruang lembab, jika memungkinkan atau
dalam ruang dengan temperatur tidak terlalu panas atau dingin. Jika
contoh tidak dibungkus, maka teknisi, tenaga ahli geoteknik atau
geologi dapat menguji identitas contoh dari warna, jenis tanah,
perubahan dan diskontinuitas yang tampak dari bentuk permukaan,
seperti lapisan lanau dan pasir, jejak/bekas organik, celah, serpih,
mika, mineral lain, dan ciri-ciri penting lainnya.
9Kuat geser relatif yang dapat ditentukan dengan penetrometer manual,
agar dicatat selama proses berlangsung. Contoh harus ditangani
dengan sangat hati-hati untuk menghindari gangguan pada material.
Pengujian harus dilakukan dengan cepat sebelum terjadi perubahan
kadar air alami.
(3) Sifat Fisik Tanah
(a) Kadar Air
46 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Uji kadar air bertujuan untuk mengukur jumlah air yang ada dalam tanah
sesuai dengan berat keringnya, untuk memperoleh karakteristik kuat geser,
penurunan dan parameter lainnya secara korelasi empirik. Uji dapat
dilakukan dengan standar uji SNI 03-1976, SNI 03-1965-1990 Metode
Pengujian Kadar Air Tanah atau ASTM D 4959 Test Method for
Determination of Water (Moisture) Content of Soil by Direct Heating Method.
Prosedur uji dilakukan dengan cara mengeringkan tanah dalam oven pada
temperatur 110 ± 50 C dengan berat tetap (penguapan air bebas) yang
dilakukan selama 12 jam sampai dengan 18 jam.
(b) Berat Jenis
Tujuan uji berat jenis adalah untuk mengukur berat jenis butiran tanah. Uji
dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 03-1964-1990
Metode Pengujian Berat Jenis Tanah / ASTM D 854 Test Method for
Specific Gravity of Soils, PT-03, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.
Prosedur uji dilakukan dengan cara mengukur berat jenis sebagai rasio
berat dengan volume tertentu bahan padat tanah pada temperatur tertentu
terhadap berat air suling dengan volume yang sama pada temperatur
tersebut, yang diambil dalam temperatur udara.
(c) Berat Volume
Pengukuran berat volume contoh tanah tidak terganggu di laboratorium,
dilakukan secara sederhana dengan menimbang bagian contoh tanah dan
membaginya dengan volume (SNI-03-3637-1994 Metode Pengujian Berat
Isi Tanah Berbutir Halus Dengan Cetakan Benda Uji). Kadar air harus
dihasilkan pada waktu yang sama untuk memberikan konversi yang
diperlukan dari berat volume total hingga berat volume kering.
Jika contoh tidak terganggu tidak tersedia, maka berat volume dievaluasi
dari hubungan berat volume antara kadar air dan atau angka pori maupun
derajat kejenuhan yang diasumsi atau yang teruji.
(d) Analisis Saringan
Uji analisis saringan dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI
03-1975-1990 Metode Mempersiapkan Contoh Tanah dan Tanah
Mengandung Agregat, SNI 03-3423-1994 Metode Pengujian Analisis
Ukuran Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer, ASTM D 422 Test Method for
Particle Size Analysis of Soils atau ASTM D 1140 Test Method for Amount
of Material in Soils Finer than the No. 200 (75μm). Tujuan uji analisis
saringan adalah untuk mengukur persentase berbagai ukuran butir.
Distribusi ukuran butir digunakan untuk menentukan klasifikasi tekstur tanah
(misal kerikil, pasir, lempung lanauan dan lain-lain) yang akan digunakan
dalam evaluasi karakteristik teknik seperti kelulusan air, kekuatan dan
potensi swelling.
Prosedur uji dilakukan dengan cara mencuci contoh yang representatif dan
disiapkan melalui serangkaian saringan. Jumlah material yang tertahan
pada masing-masing saringan dikumpulkan dalam keadaan kering dan
ditimbang untuk mengukur persentase material yang melewati ukuran
saringan itu.
(e) Analisis Hidrometer
Uji analisis hidrometer dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji
SNI 03-3422-1994 Metode Pengujian Batas Susut Tanah atau ASTM D
47 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
1140 Test Method for Amount of Material in Soils Finer than the No. 200
(75μm).
Tujuan uji ini adalah untuk mengukur distribusi (persentase) ukuran butiran
yang lebih kecil dari saringan No.200 (<0,075 mm) dan mengidentifikasi
persentase lanau, lempung dan koloida dalam tanah.
Prosedur uji dilakukan dengan cara mencampur tanah yang melewati
saringan No. 200 dengan dispersant dan air suling, lalu ditempatkan dalam
gelas ukur dalam keadaan suspensi cair. Berat jenis campuran diuji secara
berkala dengan menggunakan hidrometer, yang dikalibrasi untuk mengukur
laju penurunan butiran tanah. Ukuran relatif dan persentase butiran halus
diukur berdasarkan hukum Stokes yaitu untuk pengendapan butiran bulat.
(f) Batas-Batas Atterberg
Uji batas-batas Atterberg dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji
SNI 03-1966-1990 Metode Pengujian Batas Plastis Tanah, SNI 03-1967-
1990 Metode Pengujian Batas Cair Dengan Alat Casagrande, SNI 03-1975-
1990 Metode Mempersiapkan Contoh Tanah dan Tanah Mengandung
Agregat, SNI 03-3422-1994 Metode Pengujian Batas Susut Tanah, PT-03,
SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 atau ASTM D 4318 Test Method
for Liquid Limit, Plastic Limit and Plasticity Index if Soils.
Untuk menggambarkan konsistensi dan plastisitas tanah berbutir halus
dengan perubahan derajat kadar air diperlukan uji batas-batas Atterberg.
(g) Uji Kompaksi (Hubungan Antara Kadar Air dan Kepadatan)
Uji kompaksi dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 03-
1742-1989 Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah atau ASTM
D 698 Test Methods for Moisture-Density Relations and Soil Aggregate
Mixtures Using 5.5-lb (2.49-kg) Rammer and 12-in (305-mm) Drop, SNI 03-
1743-1989 Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah atau D 1557
Test Methods for Moisture-Density Relations and Soil Aggregate Mixtures
Using 10-lb (4.54-kg) Rammer and 18-in (457-mm) Drop.
Tujuan uji adalah untuk mengetahui kepadatan kering maksimum yang
diperoleh di bawah tenaga pemadatan nominal tertentu untuk suatu tanah
dan kadar air optimum sesuai dengan kepadatan.
(h) Klasifikasi Tanah
Tujuan uji klasifikasi tanah adalah untuk memberikan informasi ringkas jenis
dan karakteristik dasar tanah, manfaatnya sebagai material konstruksi
bangunan atau fondasi, unsur pokok dan lain-lain. Uji dapat dilakukan
dengan mengacu pada standar uji ASTM D 2487 Test Method for
Classification of Soils for Engineering Purposes dan D 3282 The Unified Soil
Classification System (USCS).
Pengelompokan tanah dikategorikan berdasarkan hasil-hasil uji sifat fisik
tanah. Nama kelompok dan simbol disusun sesuai dengan The Unified Soil
Classification System (USCS) )-ASTM D 3282 atau ASTM D 2487 Test
Method for Classification of Soils for Engineering Purposes.
Deskripsi/klasifikasi tanah dinyatakan dengan aspek-aspek yang terdiri atas:
i) Konsistensi nyata (untuk tanah berbutir halus) atau sifat kepadatan
(untuk tanah berbutir kasar), sifat kadar air, deskripsi warna.
48 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
ii) Nama jenis tanah mineral ditambah dengan “y” yaitu komponen mineral
butiran halus <30%, tetapi >12% atau komponen mineral butiran kasar ≥
30%.
iii) Gambaran sifat jenis tanah utama, sifat distribusi ukuran butiran kerikil
dan pasir, sifat plastisitas dan tekstur tanah (lanauan atau lempungan)
untuk lanau atau lempung inorganik dan organik.
iv) Nama jenis tanah utama (semua huruf besar), sifat deskriptif “dengan”
untuk jenis tanah mineral berbutir halus sebesar 5 - 12% atau untuk
jenis tanah mineral berbutir kasar sebesar < 30% tetapi ≥ 15%, dan
istilah deskriptif untuk jenis-jenis tanah mineral.
v) Gangguan misalnya pembetonan, sementasi.
vi) Pengelompokan nama dan simbol mengikuti USCS.
vii) Nama geologi jika diketahui ditulis dalam tanda kurung atau kolom
catatan.
(i) Korosivitas Tanah
Tujuan uji korosivitas tanah adalah untuk mengetahui sifat agresif dan
korosivitas tanah, pH, kadar sulfat dan klorida tanah. Uji dapat dilakukan
dengan mengacu pada standar uji ASTM G 51 Test Method for pH of Soil
for Use in Corrosion Testing, D 512 Test Method for Chloride Content, D
1125 Test Method for Resistivity, D 2976 Test Method for pH of Peat
Materials, D 4230 Test Method for Sulfate Content, D 4972 Test Method for
pH of Soils.
(j) Resistivitas Tanah
Tujuan uji resistivitas tanah adalah untuk mengukur potensi korosi tanah. Uji
dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji ASTM G 57 Field
Measurement of Soil Resistivity (Wenner Array).
(k) Kadar Organik Tanah
Tujuan uji kadar organik tanah adalah untuk membantu penggolongan
tanah dan identifikasi karakteristik teknik tanah. Uji ini dapat dilakukan
dengan mengacu pada standar uji ASTM D 2974 Test Methods for
Moisture, Ash and Organic Matter of Peat and Other Organic Soils.
(4) Sifat Teknis Tanah
Sifat teknik tanah ditentukan dengan melakukan uji-uji yang terdiri atas uji kuat
geser, analisis tegangan total dan efektif, uji kuat geser tanah terkekang, uji
kekuatan triaksial, uji kuat geser langsung, uji resonant column, dan uji geser
baling mini (miniature vane). Parameter-parameter yang diperoleh dari hasil uji
tersebut digunakan untuk analisis dan desain pondasi dan timbunan pada
bangunan air dan bendungan, serta bangunan pelengkapnya.
(a) Uji Kuat Geser
Kuat geser harus ditentukan berdasarkan gabungan uji lapangan dan
laboratorium. Hasil uji laboratorium memberikan parameter kuat geser
acuan dengan batasan dan pembebanan yang terkontrol.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
i) Untuk lempung, digunakan uji laboratorium yang mencakup uji tekan
tidak terkekang (UC=unconfined compression) atau uji tidak
terkonsolidasi tidak terdrainase (UU).
ii) Contoh tidak terganggu maupun contoh yang dicetak ulang (remolded)
atau yang dipadatkan dapat digunakan untuk uji kuat geser. Untuk uji
49 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
kuat geser tanah terganggu dan tanah dicetak ulang, benda uji harus
dipadatkan atau distabilkan pada kadar air dan kepadatan tertentu. Jika
pengambilan contoh tidak terganggu tidak praktis (misal tanah pasiran
dan tanah kerikilan), maka perlu disiapkan benda uji cetak ulang yang
mendekati kepadatan dan kadar air alami untuk pengujian.
(b) Uji Kuat Geser Tanah Terkekang (Unconfined Compression Strength =
UCS)
Tujuan uji kuat geser tanah terkekang adalah untuk mengukur kuat geser
tidak terdrainase (cu) lempung dan lempung lanauan. Uji dapat dilakukan
dengan mengacu pada standar uji SNI 03-3638 Metode Pengujian Kuat
Tekan Bebas Tanah Kohesif atau ASTM D 2166 Test Method for
Unconfined Compressive Strength of Cohesive Soil.
(c) Uji Kekuatan Triaksial
Uji kekuatan triaksial bertujuan untuk mengetahui karakteristik kekuatan
tanah yang mencakup informasi rinci pengaruh tekanan lateral, tekanan air
pori, drainase dan konsolidasi. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada
standar uji SNI 03-4813 Metode Pengujian Triaksial Untuk Tanah Kohesif
Dalam Keadaan Tanpa Konsolidasi dan Drainase, SNI 03-2455 Metode
Pengujian Triaxial A, SNI 03-2815-1992 Metode Pengujian Triaxial B atau
ASTM D 2850 Test Method for Unconsolidated, Undrained Compressive
Strength of Cohesive Soils in Triaxial Compression, D 4767 Test Method for
Consolidated-Undrained Triaxial Compression Test on Cohesive Soils.
(d) Uji Kuat Geser Langsung
Uji kuat geser langsung mempunyai tujuan untuk mengukur kuat geser
tanah sepanjang permukaan bidang datar yang telah ditentukan
sebelumnya (horisontal). Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar
uji SNI 03-3420-1994 Metode Pengukuran Kuat Geser Langsung Tidak
Terkonsolidasi Tanpa Drainase atau ASTM D 3080 Test Method for Direct
Shear Test of Soils Under Consolidated Drained Conditions.
(e) Uji Resonant Column
Tujuan uji resonant column adalah untuk menentukan karakteristik modulus
geser (Gmax atau G0) dan redaman (D) tanah pada regangan kecil sebagai
akibat adanya gaya-gaya dinamik, khususnya akibat goncangan gempa
pada tanah dan fondasi mesin. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada
standar uji ASTM D 4015 Test Methods for Modulus and Damping of Soils
by the Resonant Column Method.
(f) Uji Geser Baling Mini (Miniature Vane)
Tujuan uji geser baling mini adalah untuk menentukan kuat geser tidak
terdrainase (su) dan sensitivitas (St) lanau dan lempung jenuh. Uji dapat
dilakukan dengan mengacu pada standar uji ASTM D 4648 Test Method for
Laboratory Miniature Vane Shear Test for Saturated Fine-Grained Clayey
Soil.
(5) Kelulusan Air
Tujuan uji kelulusan air adalah untuk menentukan potensi aliran air melalui
tanah. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji ASTM D 2434
Test Method for Permeability of Granular Soils (Constant Head) (tanah butiran),
D 5084 Test Method for Measurement of Hydraulic Conductivity of Saturated
Porous Materials Using a Flexible Wall Permeameter (semua jenis tanah), SNI
50 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
51 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
52 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
- Pada waktu mengeluarkan contoh, maka contoh harus didukung dengan baik,
dan hati-hati;
- Hindari penyimpanan contoh tanah jangka panjang dalam tabung Shelby;
- Beri nomor dan identifikasi contoh dengan baik;
- Simpan contoh dalam keadaan terkontrol dengan baik;
- Periksa secara visual dan identifikasi contoh tanah setelah dikeluarkan dari
tabung terhadap pengaruh gesekan dengan permukaan tabung;
- Gunakan penetrometer saku atau baling mini untuk menghasilkan kuat geser
tanah;
- Pilih dengan hati-hati benda uji yang tepat untuk pengujian;
- Jumlah contoh harus cukup untuk pemilihan;
- Periksa catatan hasil pengeboran untuk pemilihan benda uji yang memadai.
- Kenali gangguan akibat pengambilan contoh, adanya pemotongan, lumpur
bor atau material asing lainnya, dan hindari selama pemilihan benda uji;
- Jangan bergantung sepenuhnya pada identifikasi visual tanah untuk
klasifikasi;
- Lakukan selalu uji kadar organik bila mengklasifikasi tanah gambut atau tanah
organik. Klasifikasi visual tanah organik kemungkinan mengalami kesalahan;
- Keringkan tanah dalam oven dengan temperatur (1100 ± 50C), jangan terlalu
tinggi ataupun terlalu rendah;
- Ganti alat yang sudah kurang berfungsi, misalnya saringan yang sudah tua
terutama saringan halus (< No.40) yang perlu sering diperiksa dan diganti,
mold kompaksi atau palu yang rusak (kesalahan dalam volume mold
kompaksi dikalikan dengan 30 bila dikonversikan ke satuan volume) harus
diperiksa dan diganti jika diperlukan;
- Kinerja batas-batas Atterberg memerlukan tinggi jatuh alat batas cair yang
ditentukan dengan hati-hati dan penggulungan benda uji batas plastis yang
tepat;
- Jangan menggunakan air keran dalam pengujian jika telah ditentukan dengan
air suling;
- Lakukan perawatan (curing) dan stabilisasi benda uji dengan sebaik mungkin;
- Jangan mengasumsi bahwa semua contoh yang diterima adalah jenuh;
- Penjenuhan harus dilakukan dengan menggunakan tekanan balik bertahap
yang memadai;
- Gunakan cincin-O terpasang, membran dan lain-lain yang cocok dalam uji
triaksial atau kelulusan air;
- Potong dengan rata ujung dan tepi contoh tidak terganggu;
- Lakukan identifikasi cermin sesar dan rongga/celah alami dengan hati-hati,
dan buat laporannya;
- Jangan melakukan kesalahan identifikasi keruntuhan akibat cermin sesar
seperti keruntuhan geser;
- Jangan menggunakan hasil uji tekanan tidak terkekang (kurva tegangan-
regangan) untuk menentukan modulus elastis;
53 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
54 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tujuan uji tekan uniaksial adalah untuk mengukur kuat tekan uniaksial
batuan (qu = σu = σc). Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji
SNI 03-2825 Cara Uji Kuat Tekan Uniaxial Batu atau ASTM D 2938 Test
Method for Unconfined Compressive Strength of Intact Core Specimens.
(c) Uji Tarik Belah Batuan Utuh Tidak Langsung (Splitting Tensile Test =
Brazilian Test)
Tujuan uji tarik belah batuan utuh tidak langsung adalah untuk
mengevaluasi geser tarik inti batuan utuh secara tidak langsung, σT. Uji
dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji atau SNI 06-2486 Cara
Uji Laboratorium Kuat Tarik Benda Uji Batu Dengan Cara Tidak Langsung
atau ASTM D 3967 Test Method for Splitting Tensile Strength of Intact Core
Specimens.
(d) Uji Kuat Geser Langsung Batuan (Direct Shear Strength)
Tujuan uji kuat geser langsung batuan adalah untuk mengetahui
karakteristik kuat geser batuan sepanjang bidang perlemahan. Uji dapat
dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 06-2486 Cara Uji
Laboratorium Kuat Tarik Benda Uji Batu Dengan Cara Tidak Langsung atau
ASTM D 3967 Test Method for Splitting Tensile Strength of Intact Core
Specimens.
(2) Uji Ketahanan
(a) Uji Tahan Lekang Batuan (Slake Durability Tests)
Tujuan uji tahan lekang batuan adalah untuk mengetahui ketahanan serpih
atau batuan lunak lainnya yang mengalami siklus pembasahan dan
pengeringan. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 03-
3406 Cara Uji Sifat Tahan Lekang Batu atau ASTM D 4644 Test Method for
Slake Durability of Shales and Similar Weak Rocks.
(b) Keawetan Riprap (Soundness)
Tujuan uji keawetan riprap adalah untuk menentukan keawetan batuan
yang mengalami erosi. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar
uji ASTM D 5240.
(3) Karakteristik Deformasi Batuan Utuh
(a) Uji Modulus Elastistas
Tujuan uji modulus elastistas adalah untuk mengetahui karakteristik
deformasi batuan utuh dengan regangan antara dan perbandingan yang
memadai dengan jenis batuan utuh lainnya. Uji dapat dilakukan dengan
mengacu pada standar uji ASTM D 3148 Test Method for Elastic Moduli of
Intact Rock Core Specimens in Uniaxial Compression.
(b) Uji Ultrasonik
Tujuan uji ultrasonik adalah untuk mengukur kecepatan pulsa gelombang
tekan dan geser dalam batuan utuh dan konstanta elastis ultrasonik dari
batuan isotropik. Uji dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji
ASTM D 2845 Test Method for Laboratory Determination of Pulse Velocities
and Ultrasonic Elastic Constants of Rock.
b) Jaminan Mutu Uji Laboratorium Batuan
Pedoman penanganan dan penyimpanan inti batuan yang memadai dapat
mengacu pada ASTM D 5079 (Practices for Preserving and Transporting Rock
Core Samples).
55 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Jika tidak ditentukan lain, acuan umum penanganan contoh dan uji laboratorium
batuan dapat dijelaskan sebagai berikut.
(1) Contoh harus dilindungi untuk mencegah hilangnya kelembapan dan
gangguan struktural;
(2) Beri penomoran dan identifikasi contoh yang cocok dengan jelas;
(3) Penyimpanan contoh dikontrol terhadap lingkungan untuk mencegah
pengeringan, pemanasan berlebih, dan pembekuan;
(4) Jaga dengan baik penanganan dan pemilihan benda uji yang memadai;
(5) Periksa catatan hasil pengeboran di lapangan pada waktu pemilihan benda
uji;
(6) Pahami gangguan dan retakan akibat prosedur pengeboran inti;
(7) Pemeliharaan peralatan cetak dan uji dalam kondisi operasi yang baik;
(8) Gunakan fittings, platens, o-rings, dan membran yang memadai dalam uji
triaksial, uniaksial, dan geser;
(9) Berikan toleransi yang baik dalam pencetakan bagian ujung dan tepi inti utuh;
(10) Buat dokumentasi frekuensi, jarak, kondisi, dan isian rekahan dan
diskontinuitas;
(11) Lakukan kalibrasi berkala untuk alat-alat ukur beban, defleksi, suhu dan
waktu;
(12) Gunakan kecepatan pembebanan yang ditentukan dengan baik untuk uji
kekuatan;
(13) Buat foto dokumentasi contoh inti, pola retakan dan benda uji untuk laporan;
(14) Hati-hati mengarahkan dan meratakan semua benda uji dalam arah
pembebanan alat dan kerangka uji;
(15) Catat garis dasar awal, offset dan eksentrisitas sebelum pengujian;
(16) Amankan potongan batuan yang rusak (remnant) setelah pelaksanaan uji
uniaksial, triaksial, dan geser langsung;
(17) Lakukan uji yang tidak merusak (misalnya porositas, berat volume, ultrasonik)
sebelum uji kekuatan yang dapat merusak batuan (tekanan, tarik, geser).
Pada umumnya harus disiapkan satu atau lebih dari tiga jenis laporan, yaitu
laporan penyelidikan geoteknik (buku data), laporan desain geoteknik, atau laporan
lingkungan tanah. Pemilihan jenis laporan bergantung pada ketentuan perwakilan
(pemilik) proyek dan kesepakatan antara tenaga ahli geoteknik dan perencana
bangunan. Kebutuhan berbagai jenis laporan pada proyek utama bergantung pada
ukuran proyek, tahapan dan kompleksitasnya.
56 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
57 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
58 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
59 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis penyelidikan
geoteknik harus memuat :
6.1 Penyeldikan Geoteknik Lapangan
a) Ketelitian
1) Pemetaan Geologi
Peta yang akan digunakan sebagai acuhan atau referensi dalam pemetaan
harus mempunyai skala detail
2) Pengeboran Inti
(a) Kuantitas air pembilas
60 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
61 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
b) Pengawasan
1) Pengawasan tentang mutu pekerjaan harus dilakukan oleh Direksi Pekerjaan
secara ketat
2) Pengawasan progress pekerjaan perlu dilakukan untuk mengetahui tentang
kuantitas dan kualitas mutu pekerjaan
6.2 Penyelidikan Geoteknik Laboratorium (Index dan Engineering Properties)
a) Ketelitian
1) Berat Jenis Tanah
(a) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
(b) Termometer dengan ketelitian 0,1oC
(c) Saringan No. 4, 10, 40 harus dalam keadaan baik
2) Berat Isi Tanah
Cetakan benda uji berukuran 50 mm diameter, tinggi 28 mm dan tebal 3 mm.
3) Kadar Air
(a) Timbangan amempunyai ketelitian 0,01 gram
(b) Pelaksanaan oven dilakukan selama 24 jam
4) Batas Plastis Tanah
(a) Timbangan mempunyai ketelitian 0,01 gram
(b) Kecepatan penggelengan benda uji sekitar 80-90 giling per menit
5) Batas Cair
(a) Mangkok pengaduk terbuat dari porselin
(b) Pengeringan benda uji dilakukan pada suhu (110±5)oC
(c) Tinggi jatuh mangkok cair 1,0 cm
(d) Kecepatan putar mangkok 2 rotasi per detik
(e) Jumlah pukulan diambil 2 titik di atas 25 pukulan dan 2 titik di bawah 25
pukulan sehingga diperoleh 4 titik
6) Batas Susut Tanah
(a) Gelas ukur kapasitas 25 ml
(b) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
(c) Oven dengan kapasitas (110±5)oC
7) Gradasi Butiran
(a) Dengan Ayakan
(1) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
(2) Alat pengering tidak lebih dari 60oC
(b) Hidrometer
(1) Tabung gelas ukuran 1000 ml
(2) Hidrometer dengan skala konsentrasi 5-60 gr/liter
(3) Larutan Natrium Silikat mempunyai berat jenis 1,023
8) Triaxial Test
62 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
63 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
1. Penyelidikan Geoteknik : 3)
1) Persiapan Lump Sum
2) Remunerasi Tenaga Kerja Orang Bulan
3) Pemetaan Geologi Permukaan ha
4) Pengeboran Inti Meter
5) Standard Penetration Test Test
6) Sumuran Uji Buah
7) Bor Tangan Titik
8) Sondir Titik
9) Pengambilan Contoh Tanah Asli Tabung
10)Pengambilan Contoh Tanah Terganggu Sampel
11)Laporan Eksemplar
2. Analisis Geoteknik :
1) Remunerasi Laboran Orang Bulan
2) Uji Laboratorium Buah
64 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Bibliografi
Sosrodarsono, S. Ir. Dr., 1980, Mekanika Tanah dan teknik Pondasi, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Sub dinas Bina Teknik, 2005, Laporan Invetigasi
Geologi Teknik-Perencanaan Waduk Sukahurip di Kabupaten Ciamis, Kwarsa
Hexagon-Bandung
65 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Lampiran A
(normatif)
Bagan Alir Penyelidikan Geoteknik
Mulai
Penyelidikan Geoteknik untuk desain dan konstruksi pondasi Bangunan Air
Tidak
Apkah hasil
sesuai perkiraan
awal ?
Ya
Tidak Ya
Apakah dibutuhkan
A data tambahan ? 1
66 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
A 1
Lakukan pemeriksaan terhadap kualitas uji laboratorium dan buatkan ikhtisar hasil penyelidikan.
Tidak
Apakah hasil uji
memenuhi syarat
mutu ?
Ya
Apakah Ya
penyelidikan fase
ke 2 dibutuhkan ?
Tidak
Selesai
67 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Lampiran – B
(Informatif)
Pedoman Penyelidikan Geoteknik dan Interpretasi Geoteknik
Tabel B.1a Ikhtisar Permasalahan Geoteknik yang Dibutuhkan Dalam Desain Geoteknik Bangunan Air (Disesuaikan Dengan Kebutuhan)
Permasalahan Analisis Untuk Desain Informasi yang Dibutuhkan Untuk Analisis Uji Lapangan* Uji Laboratorium*
Geoteknik
Pondasi dangkal • Daya dukung • Profil bawah permukaan (tanah, air tanah dan • Pengeboran dan • Uji kadar air
• Penurunan (besaran dan kecepatan) batuan) pengambilan contoh • Uji berat volume
• Rembesan (bangunan penahan air) • Parameter kuat geser • Uji geser baling • Uji kadar organik
• Penyusutan dan pengembangan tanah • Parameter kompresibilitas (termasuk konsolidasi, • Uji SPT (tanah • Uji resistivitas pH
(tanah asli atau timbunan) sifat pengembangan dan penyusutan, dan berbutir kasar) • Uji pembagian butir
• Kompatibilitas sifat kimiawi tanah modulus elastisitas) • Uji CPT • Uji Atterberg
terhadap beton • Sejarah tegangan (tegangan vertikal efektif masa • Uji dilatometer • Uji konsolidasi 1-D
• Penggerusan akibat air terutama lalu dan sekarang) • Uji pressure meter • Uji geser langsung
bangunan di sungai • Parameter koefisien kelulusan air • Uji kelulusan air • Uji geser triaxial
• Beban yang serius (gempa dan banjir) • Komposisi kimiawi tanah • Inti batuan (RQD) • Uji kelulusan air
• Kedalaman perubahan kelembapan pengaruh • Uji nuclear density • Uji potensi pengembangan
cuaca) • Uji beban pelat tanah (collapsible)
• Berat volume • Uji geofisik • Uji kompresi uniaksial dan
• Pemetaan geologi untuk mengetahui orientasi modulus elastisitas batuan
dan karakteristik diskontinuitas batuan. utuh.
Pondasi tiang • Tahanan ujung tiang (end bearing) • Profil bawah permukaan (tanah, air tanah dan • Pengeboran dan • Uji kadar air
pancang • Tahanan friksi tiang (pile skin friction) batuan) pengambilan contoh • Uji berat volume
• Penurunan • Parameter kuat geser • Uji SPT (tanah • Uji kadar organik
• Rembesan (bangunan penahan air) • Koefisien tekanan tanah horisontal berbutir kasar) • Uji resistivitas pH
• Tarikan ke bawah (down-drag) pada • Parameter friksi pada bidang pemisah (interface) • Uji beban tiang (tarik • Uji pembagian butir
tiang antara tanah dan tiang dan tekan) • Uji Atterberg
• Tekanan tanah lateral • Parameter kompresibilitas • Uji CPT • Uji geser triaxial
• Kompatibilitas sifat kimiawi tanah • Parameter koefisien kelulusan air • Uji geser baling • Uji friksi bidang pemisah
terhadap beton • Komposisi kimiawi tanah/ batuan • Uji dilatometer (interface)
• Kemampuan pemancangan • Berat volume • Uji kelulusan air • Uji kelulusan air
(drivability) • Ada tanah yang mengembang/menyusut yang • Pengukuran muka • Uji konsolidasi 1-D
• Ada bongkah batuan/lapisan keras mengurangi tahanan friksi tiang air tanah • Uji potensi pengembangan
• Penggerusan akibat air terutama pada • Pemetaan geologi untuk mengetahui orientasi • Inti batuan (RQD) tanah (collapsible)
bangunan di sungai dan karakteristik diskontinuitas batuan. • Uji geofisik • Uji kompresi uniaksial dan
• Kerusakan akibat vibrasi/ modulus elastisitas batuan
penyembulan (heave). utuh.
• Beban ekstrim (gempa & banjir) • Uji beban titik (point load)
* Pengujian disesuaikan dengan kebutuhan dan perlapisan tanah
68 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tabel B.1b Ikhtisar Permasalahan Geoteknik yang Dibutuhkan Dalam Desain Geoteknik Bangunan Air (Disesuaikan Dengan Kebutuhan)
Permasalahan Analisis Untuk Desain Informasi yang Dibutuhkan Untuk Analisis Uji Lapangan* Uji Laboratorium*
Geoteknik
Pondasi tiang bor • Tahanan ujung tiang bor • Profil bawah permukaan (tanah, air tanah dan • Pengeboran dan • Uji kadar air
• Tahanan friksi tiang bor batuan) pengambilan contoh • Uji berat volume
• Metode konstruksi • Parameter kuat geser • Uji SPT (tanah • Uji resistivitas pH
• Tarikan ke bawah (down-drag) pada • Parameter friksi pada bidang pemisah (interface) berbutir kasar) • Uji pembagian butir
tiang bor antara tanah dan tiang • Uji beban tiang bor • Uji Atterberg
• Kualitas batuan sebagai soket • Parameter kompresibilitas (tarik dan tekan) • Uji kadar organik
(angker) • Koefisien tekanan tanah horisontal • Uji CPT • Uji konsolidasi 1-D
• Tekanan tanah lateral • Komposisi kimiawi tanah/ batuan • Uji geser baling • Uji geser triaxial
• Penurunan (besaran dan kecepatan) • Berat volume • Uji dilatometer • Uji friksi bidang pemisah
• Rembesan air tanah/pematusan • Parameter koefisien kelulusan air • Uji kelulusan air (interface)
(dewatering) • Ada tekanan air artesis • Pisometer • Uji kelulusan air
• Kompatibilitas sifat kimiawi tanah • Ada tanah mengembang/menyusut yang • Inti batuan (RQD) • Uji potensi pengembangan
terhadap beton mengurangi tahanan friksi tiang • Uji geofisik tanah (collapsible)
• Ada bongkah batuan/lapisan keras • Pemetaan geologi untuk mengetahui orientasi • Uji kompressi uniaksial dan
• Pengerusan akibat air terutama pada dan karakteristik diskontinuitas batuan. modulus elastisitas batuan
bangunan di sungai • Degradasi kuat geser batuan, karena pengaruh utuh.
• Beban ekstrim (gempa & banjir) air atau udara (misalnya pada shale sebagai • Uji beban titik (point load)
soket). • Uji ketahanan lekang (slake
durability)
Tubuh dan fondasi • Penurunan (besaran dan kecepatan) • Profil bawah permukaan (tanah, air tanah dan • Pengeboran dan • Uji kadar air
urugan • Daya dukung batuan) pengambilan contoh • Uji berat volume
(tanggul, • Stabilitas lereng • Parameter kuat geser • Uji nuclear density • Uji kadar organik
bendung, • Tekanan tanah lateral • Parameter kompresibilitas (termasuk konsolidasi, • Uji beban pelat • Uji pembagian butir
bendungan tipe • Kestabilan internal sifat pengembangan dan penyusutan dan • Uji penimbunan (test • Uji Atterberg
urugan dan beton) • Rembesan (bangunan penahan air) modulus elastisitas) fill) • Uji konsolidasi 1-D
• Evaluasi ketersediaan material • Sejarah tegangan (tegangan vertikal efektif masa • Uji CPT • Uji geser langsung
urugan (kuantitas dan kualitas lalu dan sekarang) • Uji SPT (tanah • Uji geser triaxial
bahan) • Parameter koefisien kelulusan air berbutir kasar) • Uji kelulusan air
• Kebutuhan perkuatan tanah • Parameter friksi antara bidang pemisah (interface • Uji dilatometer • Uji kompaksi
friction) • Uji geser baling • Uji karakteristik geosintetik
• Parameter tahanan tarik • Uji kelulusan air • Uji potensi
• Komposisi kimiawi tanah • Inti batuan (RQD) pengembangan/penyusutan
• Berat volume • Uji geofisik tanah
• Pemetaan geologi untuk mengetahui orientasi • Uji geser langsung • Uji kompresi uniaksial dan
dan karakteristik diskontinuitas batuan mod.elas. batuan utuh.
• Uji tahan lekang batuan
69 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tabel B.1c Ikhtisar Permasalahan Geoteknik yang Dibutuhkan Dalam Desain Geoteknik Bangunan Air (Disesuaikan Dengan Kebutuhan)
Permasalahan Analisis Untuk Desain Informasi yang Dibutuhkan Untuk Uji Lapangan* Uji Laboratorium*
Geoteknik Analisis
Galian dan • Stabilitas lereng • Profil bawah permukaan (tanah, air tanah • Pengeboran dan • Uji kadar air
pemotongan lereng • Penyembulan dasar dan batuan) pengambilan contoh • Uji berat volume
(slope cuts) • Likuifaksi • Parameter kuat geser tanah & batuan • Uji pemotongan lereng • Uji pembagian butir
• Pematusan (dewatering) • Parameter kompresibilitas (termasuk untuk mengetahui waktu • Uji Atterberg
• Tekanan tanah lateral konsolidasi, sifat pengembangan dan berdirinya lereng (standup • Uji geser langsung
• Kestabilan internal penyusutan dan modulus elastisitas) time) • Uji geser triaxial
• Perlemahan tanah & keruntuhan • Sejarah tegangan (tegangan vertikal • Pisometer • Uji kelulusan air
progresif efektif masa lalu dan sekarang) • Uji CPT • Uji potensi
• Tekanan air pori • Parameter koefisien kelulusan air • Uji SPT (tanah berbutir pengembangan/penyusutan
• Parameter friksi antara bidang pemisah kasar) tanah
(interface friction) • Uji dilatometer • Uji kompresi uniaksial dan
• Berat volume • Uji geser baling modulus elastisitas batuan
• Pemetaan geologi untuk mengetahui • Uji kelulusan air utuh.
orientasi dan karakteristik diskontinuitas • Inti batuan (RQD) • Uji tahan lekang batuan
batuan • Uji geser langsung batuan • Uji beban titik (point load)
• Uji geofisik
Dinding isi (Fill • Stabilitas internal • Profil bawah permukaan (tanah, air tanah • Pengeboran dan • Uji kadar air
walls), perkuatan • Stabilitas eksternal dan batuan) pengambilan contoh • Uji berat volume
tanah (reinforced • Penurunan • Koefisien tekanan tanah horisontal • Uji SPT (tanah berbutir • Uji pembagian butir
soil) • Deformasi horisontal • Kuat geser bidang pemisah dinding kasar) • Uji Atterberg
• Daya dukung dengan tanah • Uji CPT • Uji kadar organik
• Kompatibilitas sifat kimiawi tanah • Parameter kompresibilitas (termasuk • Uji dilatometer • Uji konsolidasi 1-D
terhadap beton konsolidasi, sifat pengembangan dan • Uji geser baling • Uji geser langsung
• Tekanan air pori di belakang dinding penyusutan dan modulus elastisitas) • Uji kelulusan air • Uji geser triaxial
• Evaluasi ketersediaan material • Komposisi kimiawi tanah dan pondasi • Uji pembebanan (testfill) • Uji kelulusan air
urugan (kuantitas dan kualitas • Parameter kecepatan penurunan tanah • Pengukuran tinggi muka • Uji kompaksi
bahan) • Pemetaan geologi untuk mengetahui air • Uji karakteristik geosintetik
orientasi dan karakteristik diskontinuitas • Uji kepadatan lapangan • Uji potensi pengembangan
batuan (nuclear density) tanah / penusutan tanah
• Uji pullout (MSEW / RSS) • Uji kompresi uniaksial dan
• Inti batuan (RQD) modulus elastisitas batuan
• Uji geofisik utuh.
• Uji tahan lekang batuan
* Pengujian disesuaikan dengan kebutuhan dan perlapisan tanah
70 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tabel B.2a Petunjuk Penentuan Jumlah Minimum Titik dan Kedalaman Minimum Penyelidikan Geoteknik Untuk Bangunan Air
Aplikasi Untuk Tipe Jumlah Minimum Titik Penyelidikan dan Lokasi Kedalaman Minimum Penyelidikan
Bangunan
Tembok penahan • Minimum 1 titik penyelidikan untuk setiap tembok penahan. Lebih dari satu titik • Lakukan penyelidikan di bawah dasar tembok sedalam
(tanah dan air) penyelidikan dapat dilaksanakan untuk tembok penahan dengan panjang lebih dari minimum 1 sampai 2 kali tinggi tembok atau minimum 3,0 m di
30 m, dengan ketentuan jarak antara titik berkisar antara 30-60 m dan ditempatkan bawah lapisan keras (batuan).
di sebelah dalam atau luar tembok. • Penyelidikan harus cukup dalam, sehingga menembus
• Untuk tembok penahan yang diperkuat dengan penjangkaran, diperlukan lapisan tanah lunak dengan kompresibilitas tinggi (misalnya
tambahan titik penyelidikan dengan jarak 30-60 m ditempatkan pada zona jangkar. gambut, tanah lanau organik, tanah lempung lunak) sampai
• Untuk tembok dengan paku tanah (soil nailing), diperlukan tambahan titik masuk ke dalam tanah dengan daya dukung memadai
penyelidikan berjarak antara 1,0 sampai 1,5 kali tinggi tembok ditempatkan di (misalnya tanah lempung kaku sampai keras, tanah berbutir
belakang tembok dan berjarak 30-60 m satu terhadap yang lainnya. kasar yang padat, atau batuan dasar).
• Untuk tembok penahan air (bendung), diperlukan tambahan titik penyelidikan yang
ditempatkan pada setiap tembok pangkal.
Pondasi urugan • Pada as urugan, diperlukan minimum 1 titik penyelidikan pada setiap jarak 60 m • Penyelidikan harus dilakukan sedalam minimum 1,5 - 2 kali
tanah/batu (kondisi tidak homogen) atau 120 m (kondisi homogen). tinggi urugan, kecuali ditemukan lapisan keras.
• Pada lokasi-lokasi kritis (misalnya pada daerah urugan dengan tinggi maksimum • Jika masih ditemukan perlapisan tanah lunak di bawah 1,5-2
atau dengan ketebalan tanah lunak maksimum), diperlukan tambahan minimum 3 kali tinggi urugan, lanjutkan penyelidikan sampai cukup dalam
titik penyelidikan yang ditempatkan pada arah melintang urugan untuk mengetahui menembus perlapisan tanah lunak dan menemukan
kondisi perlapisan tanah yang akan digunakan untuk analisis stabilitas lereng dan perlapisan tanah yang kuat (misalnya tanah lempung kaku
analisis rembesan. sampai keras, tanah berbutir kasar yang padat atau batuan
• Untuk bendungan tipe urugan, diperlukan tambahan minimum 1 titik penyelidikan dasar).
yang ditempatkan pada setiap abutment atau tembok pangkal.
Pemotongan lereng • Pada as pemotongan lereng, diperlukan minimum 1 titik penyelidikan pada setiap • Penyelidikan harus dilakukan sedalam minimum 1,5 - 2 kali
(cut slope) jarak 60 m (kondisi tidak homogen) atau 120 m (kondisi homogen). kedalaman galian, kecuali telah ditemukan lapisan keras.
• Pada lokasi-lokasi kritis (misalnya pada daerah pemotongan terdalam, pada • Jika masih ditemukan perlapisan tanah lunak di bawah 1,5-2
daerah ketebalan tanah lunak maksimum), diperlukan tambahan minimum 3 titik kali dalam galian, penyelidikan dilanjutkan sampai cukup
penyelidikan dalam arah melintang pemotongan lereng, untuk mengetahui kondisi dalam menembus perlapisan tanah lunak dan menemukan
perlapisan tanah yang akan digunakan untuk analisis stabilitas lereng. perlapisan tanah kuat (misalnya tanah lempung kaku sampai
keras, tanah berbutir kasar yang padat atau batuan dasar).
71 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Tabel B.2b Petunjuk Penentuan Jumlah Minimum Titik dan Kedalaman Minimum Penyelidikan Geoteknik Untuk Bangunan Air
Aplikasi Untuk Tipe Jumlah Minimum Titik Penyelidikan dan Lokasi Kedalaman Minimum Penyelidikan
Bangunan
Pondasi dangkal • Untuk bangunan di bawah permukaan (misalnya abutment atau pier) Kedalaman penyelidikan yang harus dilaksanakan:
dengan lebar kurang atau sama dengan 30,00 m, diperlukan minimum • Cukup dalam, sehingga melewati perlapisan tanah yang tidak stabil
satu titik penyelidikan untuk setiap bangunan. (misalnya gambut, lanau organik, tanah lempung lunak) dan menembus
• Untuk bangunan di bawah permukaan dengan lebar lebih dari 30,00 perlapisan tanah dengan daya dukung yang memadai.
m, diperlukan minimum 2 titik penyelidikan. • Paling sedikit harus mencapai kedalaman tanah dengan peningkatan
• Tambahan titik penyelidikan, diperlukan bila ditemukan perlapisan tegangan akibat beban struktur yang diperkirakan mencapai 10% dari
tanah dengan kondisi luar biasa. tegangan vertikal efektif (overburden) yang ada.
• Jika ditemukan perlapisan batuan dasar sebelum mencapai kedalaman
yang ditentukan pada penjelasan sebelumnya, penyelidikan dihentikan
setelah menembus 3,00 m kedalaman perlapisan batuan dasar. Namun,
penyelidikan mekanika batuan terhadap material isian yang ditemukan
pada bidang diskontinuitas harus diperbanyak untuk mengetahui sifat
kompresibilitasnya.
Pondasi dalam • Untuk bangunan di bawah permukaan (misalnya abutment atau • Pada perlapisan tanah, kedalaman penyelidikan harus mencapai 6,00 m
pier/tiang) dengan lebar kurang atau sama dengan 30,00 m, di bawah ujung tiang pancang / tiang bor yang diperkirakan atau minimum
diperlukan minimum satu titik penyelidikan untuk setiap bangunan. dua kali dimensi maksimum dari grup tiang. Dipilih yang terdalam.
• Untuk bangunan di bawah permukaan dengan lebar lebih dari 30,00 • Semua titik pengeboran harus melewati perlapisan tanah yang tidak
m, diperlukan minimum 2 titik penyelidikan. menguntungkan, seperti urugan yang tidak dipadatkan, gambut, material
• Tambahan titik penyelidikan, diperlukan jika ditemukan perlapisan dengan kadar organik tinggi, tanah lempung lunak, tanah berbutir kasar
tanah dengan kondisi luar biasa. yang lepas dan menembus sebagian dari perlapisan tanah yang keras
atau padat.
• Untuk tiang yang ujungnya terletak di atas batuan dasar, penyelidikan
harus menembus minimum 3,00 m pada setiap titik penyelidikan, untuk
memperoleh inti batuan yang dapat digunakan sebagai verifikasi tidak
terletak di atas bongkah (boulders).
• Untuk tiang bor yang terletak di atas batuan dasar atau menembus
sebagian ke dalam batuan dasar, penyelidikan harus menembus
minimum 3,00 m di bawah perlapisan batuan untuk tiang yang terisolasi
(isolated) atau dua kali dimensi maksimum dari grup tiang bor; dipilih yang
terdalam untuk mengetahui karakteristik perlapisan batuan.
72 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Peralatan Keterangan
Formulir kerja Rencana lapangan, spesifikasi teknik, lembaran instruksi lapangan, formulir
memorandum lapangan harian, formulir isian deskripsi lubang bor, formulir untuk uji
khusus (geser baling, kelulusan air, dan lain-lain), label isian contoh atau tape, kopi surat
izin yang diperlukan, buku lapangan (anti basah), rencana keselamatan dan keamanan,
panduan lapangan, formulir pengeluaran sub kontraktor.
Alat pengambil Alat pengambilan contoh, tabung kosong dan lain-lain, pisau pemotong contoh, alat ukur
contoh (sampai bagian 1 cm), dan 25 m tape/pita dengan pelampung dasar yang rata pada
ujungnya, agar dapat digunakan untuk pengukuran muka air, alat penyipat datar, kain lap,
tempat contoh dan boks inti, boks contoh untuk pengapalan (jika perlu), keranjang
dengan penutup jika diperlukan contoh bongkahan (bulk), wadah setengah lingkaran,
sikat kawat.
Alat Topi keras/baja, sepatu pengaman, kaca mata pengaman (jika bekerja dengan alat
pengaman/personil pemukul atau pahat), sepatu karet, perlengkapan hujan, sarung tangan kerja.
Alat lain Papan jepit (clipboard), pensil, penghapus, alat cap (felt markers), alat skala dan
penggaris, jam, kalkulator, kamera, kompas, botol cuci dan atau tabung uji, penetrometer
saku dan atau torvane, alat komunikasi (radio dua arah, telpon selular).
73 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Gambar B.1 Daftar Simak Aspek-Aspek yang Merupakan Bahan Pembahasan Pada Peninjauan Lapangan
74 dari 75
RPT0-Pd T-xx-xxxx
Lampiran – C
(Informatif)
LOKASI RENCANA :
PROPINSI :
WAKTU : bulan
75 dari 75