2
Kata Pengantar
Alhamdulillah penulis ucapkan rasa syukur kepada Alloh SWT yang telah memudah-
kan penulis untuk kembali menghadirkan buku “Cone Penetration Test Soundings” atau kalau
di Indonesia sering di sebut dengan istilah uji sondir. Setelah terbit beberapa seri pendahulunya
yang telah tersebar secara luas dalam berbagai format digital dan buku. Dari Aceh ke Papua,
Uji sondir di Indonesia merupakan salah satu pengujian tanah yang paling populer dan
banyak dilakukan untuk perencanaan desain pondasi untuk bangunan gedung dan infrastruk-
tur lainnya.
Buku ini kami susun dari catatan catatan-catatan kecil di lapangan dan berharap dengan
berbagi catatan kecil ini bisa bermanfaat lebih luas bagi pembaca sekaligus sebagai amal jariyah
Seluruh tulisan ini dibuat sesuai dengan pengetahuan yang penulis ketahui pada saat
penulisan buku dilakukan dan mungkin akan berubah seiring dengan pengetahuan baru yang
diperoleh. Selamat menikmati isi buku ini dan mari terus berkarya dan memberikan sumbangan
Edi Supriyanto
edi@supriyanto.web.id
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………..................................................... 3
4
2.14 Kontrol Selama Uji Penetrasi Konus (Sondir) .................................................... 28
4.1 Analisa Daya Dukung Tanah Untuk Pondasi Dangkal (Shallow Foundation) 55
4.2 Analisa Daya Dukung Untuk Pondasi Dalam (Deep Foundation) .................. 64
5
4.2.1.2 Kapasitas Daya Dukung Ijin Untuk Pondasi Tiang Tunggal (Bored Pile) ...... 67
4.2.1.5 Kapasitas Daya Dukung Ijin Untuk Pondasi Tiang Tunggal (Square Pile) ..... 75
4.2.1.8 Kapasitas Daya Dukung Ijin Untuk Pondasi Tiang Tunggal (Triangle Pile) ... 83
6
BAB 1
PENYELIDIKAN TANAH
Penyelidikan tanah merupakan suatu upaya memperoleh informasi bawah tanah untuk
perencanaan pondasi bangunan sipil. Adapun tujuan dari penyelidikan tanah adalah sebagai
berikut :
t Menentukan sifat-sifat tanah yang terkait dengan perancangan struktur yang di bangun dia-
tasnya
t Menentukan besarnya tekanan tanah terhadap dinding penahan tanah atau pangkal jem-
batan
t Menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada bangunan yang
pondasi haruslah memiliki sifat yang kuat dan kokoh. Pondasi sebagai dasar bangunan harus
mampu memikul seluruh beban bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan dan
Pemilihan jenis pondasi tergantung dari jenis struktur bangunan, apakah termasuk kon-
struksi beban ringan atau beban berat serta jenis tanahnya. Untuk konstruksi beban ringan dan
kondisi daya dukung tanah yang cukup baik pada lapisan dangkal, biasanya cukup dengan me-
7
Akan tetapi untuk konstruksi beban berat seperti pada high-rise building bisanya mempergu-
nakan jenis pondasi dalam dimana perencanaan pondasi dalam biasanya lebih rumit diband-
Banyak kegagalan struktur bawah bangunan akibat perencanaan yang kurang baik dan
tidak di dukung penyelidikan tanah sebelum bangunan tersebut di bangun. Dan dari banyak
pengalaman, perbaikan akibat kegagalan struktur bawah biasanya lebih mahal apabila diband-
Dari beberapa referensi, biaya perbaikan akibat kegagalan struktur atas biasanya berk-
isar antara 10-15 persen sedangkan biaya perbaikan akibat kegagalan struktur bawah bisa sam-
pai 40 persen, bahkan ada yang mencapai 100 persen sehingga untuk kasus ini lebih baik di
bongkar saja kemudian dibangun yang baru. Oleh sebab itu seyogyanya setiap perencana, harus
Dan berikut diberikan contoh salah satu kegagalan struktur bawah yaitu robonya se-
sefindia.org/
Gambar 1.1 Bangunan Apartemen 13 Lantai Roboh
8
1.3 Jenis-Jenis Penyelidikan Tanah
Terdapat banyak jenis penyelidikan tanah baik penyelidikan di lapangan ataupun penye-
lidikan di laboratorium. Penyelidikan tanah di lapangan antara lain : Uji penetrasi standard atau
SPT, uji penetrasi kerucut statis atau sondir, uji beban pelat, uji geser kipas, uji pressuremeter.
Sedangkan uji di laboratorium dilakukan pada sampel tanah yang diperoleh dari hasil pembo-
ran antara lain : kadar air, analisis butiran, batas atterberg, triaxial, tekan bebas, geser langsung,
Dan pada buku ini dibatasi hanya akan membahas uji penetrasi kerucut statis (sondir)
yang sangat populer di Indonesia untuk dipergunakan menganalisis kapasitas dukung pondasi
9
BAB 2
Penyondiran adalah proses pemasukan suatu batang tusuk ke dalam tanah, dengan ban-
tuan manometer yang terdapat pada alat sondir tersebut kita dapat membaca atau mengetahui
kekuatan suatu tanah pada kedalaman tertentu. Dari bacaan uji sondir dapat diketahui daya
Penyelidikan dengan penyondiran disebut penetrasi, dan alat sondir yang biasa digunakan ada-
lah Dutch Cone Penetrometer, yaitu suatu alat yang pemakaiannya ditekan secara langsung ke-
dalam tanah. Ujung yang berbentuk konus ( kerucit ) dihubungkan pada suatu rangkaian stang
dalam casing luar dengan bantuan suatu rangka dari besi dan dongkrak yang dijangkarkan ke
dalam tanah.
Penyelidikan tanah sondir ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kemampuan dari la-
t Perlawanan ujung konus (qc) adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyata-
t Perlawanan geser (fs) perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya per-
tanah yang merupakan bagian dari desain pondasi. Selain di sajikan dalam tabel angka, untuk
kemudahan secara visual tabel-tabel tersebut juga disajikan dalam bentuk grafik sondir.
10
2.3 Peraturan Standard (Kode)
Di Indonesia telah di tetapkan acuan atau standard yang mengatur penyelidikan tanah
dengan alat sondir yaitu SNI 2828 2008 : Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan Alat Sondir
yang merupakan revisi dari SNI 03-2827-1992 : Metode Pengujian Lapangan dengan Alat
Sondir.
tanah di lapangan. Parameter tersebut antara lain berupa perlawanan konus (qc), perlawanan
geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf) yang dapat digunakan untuk
interpretasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari desain pondasi yang akan di bahas
11
2.4 Penentuan Lokasi dan Jumlah Titik Sondir
Penentuan jumlah dan lokasi titik sondir penting dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang dibuat antara lain jenis dan karakteristik sruktur bangunan atas yang direncanakan,
keanekaragaman sruktur geologi dan kondisi topografi daerah setempat, serta lokasi atau dae-
Pedoman penentuan letak dan banyaknya sodir belum ada acuan yang jelas atau pasti,
t Untuk proyek baru yang luas, untuk survey pendahuluan jarak titik sondir antara 50 m sam-
pai 150 m satu dengan yang lainnya. Sedangkan pada survey detail penentuan titik-titik bor
dan sondir harus dilakukan pada bangunan yang berat dan penting.
t Untuk sruktur yang besar dengan jarak kolom dekat, tempatkan titik-titik sondir berjarak
15 – 25 m, utamakan meletakkan titik sondir pada kolom yang bebannya berat, lokasi shear-
t Bangunan jembatan, tempatkan titik sondir ditengah atau sekitar perletakan pondasi, jika
tanah diragukan perlu dilakukan penyondiran kearah keliling pondasi. Pada timbunan oprit
jembatan yang tinggi dan lebar, minimal dilakukan 1 (satu) titik sondir.
t Bangunan gedung atau pabrik yang luas dengan beban kolom ringan sampai sedang, pen-
empatan titik bor dan sondir cukup pada ke-empat sudut ditambah satu titik ditengah. Se-
dangkan untuk beban kolom berat dan daerah pantai perlu ditambah titik sondir.
t Bangunan berat di tepi laut, seperti dry dock yang sudah ditentukan letaknya, letakkan titik
sondir berjarak 15 meter, dan tempatkan titik-titik sondir pada daerah kritis dan rawan
erosi.
12
t Rencana tembok penahan tanah yang panjang, tempatkan titik sondir masing-masing ber-
jarak 60 m sepanjang alinemen dinding, dan tambahkan 2 (dua) titik sondir diluar rencana
t Stabilitas lereng galian dalam (deep cut) atau lereng urugan yang tinggi (high embankment),
minimal diperlukan 3 (tiga) titik sondir pada titik kritis, sehingga dapat diperoleh poton-
gan geologis yang baik untuk dianalisis, perlu diperlukan beberapa potongan geologis yang
jang daerah rencana pondasi, kemudian tambahkan titik-titik sondir pada tempat yang kri-
tis, seperti pada rencana spillway, pintu air, terowongan dan sebagainya, sehingga jarak titik
sondir menjadi 30 m.
t Rencana dermaga pelabuhan, jetty dan trestle, paling sedikit diperlukan 3 titik sondir pada
rencana jetty, satu titik sondir pada rencana mooring dolphin, dan 2 titik sondir yang berja-
t Meskipun sudah ada acuan tersebut diatas dan sumber-sumber yang lain, penentuan akhir
letak dan jumlah titik sondir tergantung dari tenaga akhli geoteknik yang bersangkutan dan
t Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah anggaran biaya yang tersedia untuk melaku-
13
2.5 Kelebihan Uji Penetrasi Konus (Sondir)
Saat ini di Indonesia uji penetrasi konus (sondir) sangat luas penggunaannya sebagai
metode yang populer untuk penyelidikan tanah. Hal ini disebabkan uji sondir memiliki banyak
kelebihan di antaranya :
t Dapat di ulang dengan waktu relatif cepat dengan hasil yang relatif sama.
t Peralatan sondir mudah dioperasikan, dapat dibawa kemana-mana karena berat alat relatif
ringan.
pada sondir listrik (batu pori untuk mengukur tekanan air pori pada saat penetrasi sondir
kedalam tanah, sondir dilengkapi dengan stress cell dibagian belakang konus untuk men-
gukur tekanan lateral tanah selama dan setelah penetrasi, perambatan gelombang pada tan-
ah diujung konus (seismic cone) sehingga dapat diperkirakan parameter dinamis tanah).
t Dengan rumus empiris hasilnya dapat digunakan untuk menghitung daya dukung tiang.
t Kebutuhan untuk pengujian di lapangan (insitu test) untuk mengatasi tanah yang sulit di-
14
2.6 Batasan Uji Penetrasi Konus (Sondir)
Selain kelebihan uji penetrasi konus (sondir) juga memiliki beberapa keterbatasan anta-
t Tidak diperoleh sampel tanah untuk uji tanah maupun klasifikasi visual.
t Tidak memberikan data tentang sifat-sifat tanah seperti: konsolidasi, jenis tanah sebenarn-
ya, mengembang/menyusut tanah, γtanah, Gs, e, Sr, Dr, LL, PI, φ, Cu, dan lain-lain.
t Batang yang sangat langsing (d≈ 3,0 cm) di banding dengan panjangnya (sampai 30 me-
ter), kekakuan batang kecil sekali sehingga kemungkinan defleksi yang besar hampir selalu
terjadi. Jadi, pembacaan tidak selalu menunjukkan kondisi lapisan tanah arah vertical yang
sebenarnya.
t Sondir mekanis kurang sensitif pada tanah liat yang sangat lunak.
t Tidak cocok digunakan pada lapisan tanah berbutir kasar ( keras ) karena dapat memberi-
Adapun peralatan yang diperlukan di dalam melakukan uji penetrasi konus (sondir)
15
2.7.1 Penetrometer Konus
Konus yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai mana diperlihatkan pada
Gambar 1.1 :
t Ukuran diameter konus adalah 35,7 mm ± 0,4 mm atau luas proyeksi konus = 10 cm2;
t Bagian runcing ujung konus berjari-jari kurang dari 3 mm. Konus ganda harus terbuat
dari baja dengan tipe dan kekerasan yang cocok untuk menahan abrasi dari tanah;
SNI-2827-2008
Gambar 2.1 Rincian Konus Ganda
2.7.2 Selimut (Bidang) Geser
Selimut (bidang) geser yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
t Ukuran diameter luar selimut geser adalah 35,7 mm ditambah dengan 0 mm s.d 0,5 mm
t Proyeksi ujung alat ukur penetrasi tidak boleh melebihi diameter selimut geser;
t Luas permukaan selimut geser adalah 150 cm2 ± 3 cm2 atau antara rentang 147 cm2 sampai
16
2.7.3 Pipa Dorong
t Pipa harus menerus sampai konus ganda agar penampang pipa tidak tertekuk jika di sondir/
di dorong;
t Ukuran diameter luar pipa tidak boleh lebih besar daripada diameter dasar konus ganda
t Pipa-pipa tersambung satu dengan yang lainnya dengan penyekrupan, sehingga terbentuk
17
2.7.4 Batang Dalam
t Batang dalam terbuat dari bahan baja dan terletak di dalam pipa dorong;
t Panjang batang-batang dalam sama dengan panjang pipa-pipa dorong dengan perbedaan
t Batang dalam mempunyai penampang melintang yang dapat menyalurkan perlawanan ko-
t Jarak ruangan antara batang dalam dan pipa dorong harus berkisar antara 0,5 mm dan 1,0
mm;
t Pipa dorong dan batang dalam harus dilumasi dengan minyak pelumas untuk mencegah
korosi;
t Pipa dorong dan batang dalam harus bersih dari butiran-butiran untuk mencegah gesekan
Mesin pembeban yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (lihat
Gambar 2.2):
t Rangka mesin pembeban harus dijepit oleh 2 buah batang penjepit yang diletakkan pada
t Rangka mesin pembeban berfungsi sebagai dudukan sistem penekan hidraulik yang dapat
digerakkan naik/turun;
t Sistem penekan hidraulik terdiri atas engkol pemutar, rantai, roda gigi, gerigi dorong dan
penekan hidraulik yang berfungsi untuk mendorong/menarik batang dalam dan pipa
dorong;
18
t Sistem penekan hidraulik terdiri atas engkol pemutar, rantai, roda gigi, gerigi dorong dan
penekan hidraulik yang berfungsi untuk mendorong/menarik batang dalam dan pipa
dorong;
t Pada penekan hidraulik terpasang 2 buah manometer yang digunakan untuk membaca te-
kanan hidraulik yang terjadi pada waktu penekanan batang dalam, pipa dorong dan ko-
nus (tunggal atau ganda). Untuk pembacaan tekanan rendah disarankan menggunakan
manometer berkapasitas 0 Mpa s.d 2 MPa dengan ketelitian 0,05 Mpa. Untuk pembacaan
tekanan menengah digunakan manometer berkapasitas 0 MPa s.d 5 MPa dengan ketelitian
0,05 MPa, dan untuk pembacaan tekanan tinggi digunakan manometer berkapasitas 0 MPa
SNI-2827-2008
Gambar 2.2 Gambar 2 Rangkaian alat penetrasi konus (sondir Belanda)
19
2.8 Batasan Peralatan dan Perlengkapan
SNI 2827-2008 mengatur persyaratan yang diperlukan untuk peralatan sondir sebagai
berikut:
t Untuk perlawanan konus (qc) adalah 10 %; dan untuk perlawanan geser (fs) adalah 20 %;
t Alat ukur harus dapat mengukur perlawanan penetrasi di permukaan dengan dilengkap alat
t Alat perlengkapan mesin pembeban harus mempunyai kekakuan yang memadai, dan dilet-
akkan di atas dudukan yang kokoh serta tidak berubah arah pada waktu pengujian;
t Pada alat sondir ringan (< 200 kg) biasanya tidak dapat tembus untuk 2 m s.d 3 m sehingga
t Pada alat sondir berat (> 200 kg) digunakan sistem angker; namun di daerah tanah lunak
tidak dapat digunakan kecuali dengan pemberian beban menggunakan karung- karung pa-
sir.
SNI-2827-2008
Gambar 2.3 Rincian Penekan Hidraulik
20
Dan secara lengkap peralatan sondir ringan di Indonesia sebagaimana diperlihatkan
linkedin.com
Gambar 2.4 Alat Sondir Dalam 1 Rangkaian Utuh
21
2.9 Persiapan Pengujian
t Bersihkan lokasi sekitar sondir dari rerumputan dan batu-batuan, sehingga terdapat permu-
t Apabila kondisi tanah eksisting berupa timbunan padat misal limestone, maka harus di-
lakukan penggalian terlebih dahulu sampai dengan tanah asli agar tidak salah di dalam mel-
t Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali dengan linggis
t Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai dengan letak
rangka pembeban;
t Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa untuk penyondiran
tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan manometer 0 MPa s.d 25 MPa
t Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci piston, dan
jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara dalam sistem;
t Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar baut penge-
cang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat pada permukaan tanah.
Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian, tambahkan beban mati di atas balok-balok
penjepit;
t Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala pipa dorong;
dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar sekitar 8 cm di atas kepala pipa
dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa ditambah dengan potongan besi berdiameter
22
2.10 Pengujian Penetrasi Konus
t Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada kedudukan yang
tepat;
t Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan hidraulik han-
t Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik bergerak tu-
run dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm sesuai interval pengujian;
t Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik kunci pengatur,
sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam saja (kedudukan 1), lihat Gam-
bar 2.5);
SNI-2827-2008
Gambar 2.5 Kedudukan 1 pergerakan konus pada waktu pengujian sondir
t Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus berkisar antara 10
mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang pipa dorong tidak boleh ikut turun,
23
2.11 Pembacaan Hasil Pengujian
t Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-kira 4 cm pertama
(kedudukan 2, lihat Gambar 2.6) dan catat pada formulir pada kolom Cw (Tabel 2.1);
SNI-2827-2008
Gambar 2.6 Kedudukan 2 pergerakan konus pada waktu pengujian sondir
0.2 9
SNI-2827-2008
Tabel 2.1 Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus
24
t Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan batang
sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, lihat Gambar 2.7) dan catat pada for-
SNI-2827-2008
Gambar 2.7 Kedudukan 3 pergerakan konus pada waktu pengujian sondir
0.2 9 17
SNI-2827-2008
Tabbel 2.2 Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser
25
t Selisih pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser (Tw) dan pem-
bacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (Cw) di catat pada formulir pada kolom
Kw (Tabel 2.3).
0.2 9 17 8
SNI-2827-2008
Tabel 2.3 Selisih pembacaan manometer Tw - Cw
t Dari form tersebut, aktifitas pekerjaan di lapangan hanya akan menghasilkan tiga buah ko-
lom pengisian saja yaitu : Cw, Tw dan Kw. Setelah data-data tersebut diperoleh dari lapa-
ngan, maka kegiatan sondir di lapangan dihentikan dan selanjutnya data akan di olah lebih
lanjut.
26
2.12 Penghentian Uji Penetrasi Konus (Sondir)
Uji penetrasi konus (sondir) akan dihentikan dengan catatan sebagai berikut :
t Pada SNI 2827-2008, penghentian uji sondir hingga nilai perlawanan konus mencapai batas
t Kapasitas sondir ringan biasanya adalah 250 kg/cm2 dan untuk sondir berat adalah 500 kg/
cm2.
t Pada SNI 2827-2008, penghentian uji sondir juga bisa dilakukan apabila mencapai kedala-
t Beberapa referensi lain menyebutkan penghentian untuk sondir ringan adalah 30 meter dan
Apabila kedalaman maksimum sudah tercapai atau nilai perlawanan konus sudah men-
capai batas maksimum sesuai dengan kapasitas alat, maka selanjutnya uji sondir diselesaikan
dengan cara :
t Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan mendorong/menarik kunci
pengatur pada posisi cabut dan putar engkol berlawanan arah jarum jam.
27
2.14 Kontrol Selama Uji Penetrasi Konus (Sondir)
Kontrol perlu dilakukan sebelum, selama dan sesudah pengujian sondir antara lain se-
bagai berikut :
t Setiap penggunaan alat sondir harus dilakukan kalibrasi dan pemeriksaan terhadap seluruh
perlengkapannya.
t Peralatan seperti manometer serta lainnya yang akan digunakan masih dalam keadaan baik
t Ukuran konus yang akan digunakan haus sesuai dengan ukuran standard SNI yang berlaku
di Indonesia.
t Dalam pembacaan harus hati – hati melihat apakah induk stang bor sudah ikut terkena,
t Apabila alat sondir mulai terangkat, sedangkan tekanan manometer belum mencapai angka
2.15 Kalibrasi
Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun dan pada saat diperlu-
2.16 Petugas
Petugas pengujian ini adalah laboran atau teknisi yang memenuhi persyaratan kompe-
tensi yang berlaku dalam pengujian penetrasi lapangan dengan alat sondir, dan diawasi oleh ahli
geoteknik.
28
2.17 Rumus-Rumus Perhitungan
Prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan adalah dengan anggapan berlaku hu-
kum Aksi Reaksi (persamaan 10), seperti yang digunakan untuk perhitungan nilai perlawanan
Nilai perlawanan konus (qc) dengan ujung konus saja yang terdorong, dihitung dengan
menggunakan persamaan :
qcxAc =CwxApi
Dimana :
29
0.2 9 17 8 9.102
SNI-2827-2008
Tabel 2.4 Perlawanan konus (qc)
30
2.17.2 Perlawanan Geser (fs)
Nilai perlawanan geser lokal diperoleh bila ujung konus dan bidang geser terdorong
As = π Ds Ls ...................................................................................................... (7)
Dimana :
fs = Perlawanan geser
Dan nilai tersebut selanjutnya di masukkan kedalam kolom fs, sebagaimana diperlihatkan
31
0.2 9 17 8 9.102 0.354
SNI-2827-2008
Tabel 2.5 Perlawanan Geser (fs)
32
2.17.3 Perlawanan Geser Interval Bacaan (fs) x 20
Nilai perlawanan geser lokal diperoleh (fs) diamati pada setiap interval kedalaman 20
cm, sehingga untuk mendapatkan perlawanan geser sepanjang 20 cm nilainya perlu dikalikan
20.
Dan nilai tersebut selanjutnya di masukkan kedalam kolom fs x20, sebagaimana diperlihatkan
SNI-2827-2008
Tabel 2.6 Perlawanan geser sepanjang 20 cm (fs)x20
33
2.17.4 Geseran Total (Tf)
Nilai geseran total (Tf) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan geser lokal
(fs) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung dengan menggunakan persa-
maan :
Dan nilai tersebut selanjutnya di masukkan kedalam kolom Tf, sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel 2.7
SNI-2827-2008
Tabel 2.7 Perlawanan geser sepanjang 20 cm (fs)x20
34
2.17.5 Angka Banding Geser (Rf)
Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan geser
lokal (fs) dengan perlawanan konus (qs), dan dihitung dengan menggunakan persamaan:
Dan nilai tersebut selanjutnya di masukkan kedalam kolom angka banding geser (Rf), seba-
SNI-2827-2008
Tabel 2.8 Perlawanan geser sepanjang 20 cm (fs)x20
35
2.18 Hasil / Output Uji Penetrasi Konus (Sondir)
Sebagaimana pada tabel form laporan, maka outpt dari pekerjaan uji penetrasi konus
Dimana parameter-parameter tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik un-
tuk memudahkan pembacaan yang selanjutnya akan dipergunakan untuk berbagai kebutuhan,
misalnya untuk interpretasi lapisan tanah, desain pondasi dan lain sebagainya.
36
Tabel 2.9 Tabel Lengkap Hasil Uji Sondir
37
2.19 Cara Penggambaran Hasil Uji Sondir
2.9, maka tahap berikutnya adalah menggambarkan grafik sondir yang kali ini akan di buat
dengan program spreadsheet semacam Microsoft Excell atau bisa juga yang lainnya, sebagai
berikut :
t Grafik sondir bisa kita tempatkan pada satu sheet atau bisa juga kita buat sheet baru, misal
dengan nama sheet “Grafik S1”, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.8
t Untuk menggambarkan grafik hubungan antara variasi perlawanan konus (qc) dengan ke-
dalaman (meter), kita pilih tab “Charts > Scatters > Smooth Marked Scatter”, sebagaimana
38
t Selanjutnya akan muncul chart area, yaitu tempat dimana kita akan menempatkan grafik
hubungan antara jumlah perlawanan konus (qc) pada kedalaman tertentu, sebagaimana di
t Untuk menggambarkan grafik hubungan antara jumlah perlawanan konus (qc) pada kedala-
man tertentu maka kita lakukan klik kanan pada chart area dan kita pilih “Select Data...”,
39
t Selanjutnya akan muncul pop up jendela baru “Select Data Source” dan kali ini kita akan
menambahkan satu data source yaitu perlawanan konus (qc) dengan cara menekan tombol;
t Pada text box, kita tuliskan namanya dalam yaitu “Cone Resistance (qc)”, sebagaimana di
40
t Selanjutnya pada “X-Values” kita sorot kolom “qc” pada sheet “S1”, sebagaimana di perlihat-
41
t Selanjutnya pada “Y-Values” kita sorot kolom “kedalaman” pada sheet “S1”, sebagaimana di
42
t Dan kini grafik hubungan antara tahanan konus dan kedalaman telah tergambar, seba-
t Untuk kemudahan pembacaan grafik, maka kita bisa melakukan pengaturan pada “format
axis” misal interval major atau minor unit, maximum dan minimum. Untuk kedalaman kita
berikan centang “Values In Reverse Order” supaya membalik nilai kedalalaman dari angka
terkecil ke terbesar dari atas ke bawah, sebagaimana di perlihatkan pada Gambar 2.19 dan
Gambar 2.20
43
Gambar 2.20 Mengatur Parameter Pada Format Axis
t Dan kini grafik hubungan antara tahanan konus dan kedalaman telah menyesuaikan den-
gan setting yang sudah kita lakukan, sebagaimana di perlihatkan pada Gambar 2.21
44
t Untuk menambahkan data “Total Friction (Fr)”, kita lakukan klik kanan kembali pada chart
area dan kita pilih “Select Data ...”, sebagaimana di perlihatkan pada Gambar 2.22
t Selanjutnya akan muncul pop up jendela baru “Select Data Source” dan kali ini kita akan
menambahkan satu data source yaitu total friction (Tf) dengan cara menekan tombol “Add”,
45
t Selanjutnya pada “X-Values” kita sorot kolom “Total Friction (Tf)” dan pada “Y-Values” kita
sorot pada kolom “Kedalaman” pada sheet “S1”, sebagaimana di perlihatkan pada Gambar
46
Gambar 2.26 Total Friction X & Y Values
t Apabila “X-Values” dan “Y-Values” sudah kita definisikan sumbernya maka grafik “Total
t Untuk grafik “Friction Ratio (Fr) pembuatannya sama dengan sebelumnya sehingga akan
menampilkan grafik akhir sesuai dengan standard SNI 2827-2008, sebagaimana di perlihat-
47
Tabel 2.10 Grafik Lengkap Pengujian Sondir
48
2.20 Kesalahan-Kesalahan Di Dalam Uji Sondir
Untuk pekerjaan uji penetrasi konus (sondir) seringkali di jumpai beberapa kesalahan
t Apabila tanah berupa urugan, tidak dilakukan terlebih dahulu penggalian sampai tanah asli,
t Peralatan tidak terkalibrasi dengan menunjukkan bukti kalibrasi yang masih berlaku (mini-
t Peralatan yang tidak ter standard baik itu konus, selimut geser, pipa dorong, batang dalam
t Pembacaan manometer hanya dilakukan untuk nilai perlawanan konusnya saja (Cw), se-
dangkan nilai perlawanan konus dan geser (Tw) tidak dilakukan pencatatan.
t Tidak mencantumkan data alat yang dipergunakan secara spesifik, seperti diameter selimut
geser (Ds), diameter konus (Dc), diameter selimut geser (Ds), dan panjang selimut geser
(Ls).
t Penghentian uji sondir sebelum mencapai batas kemampuan alat atau kedalaman maksi-
t Menganggap “bacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (Cw)” sebagai “perlawanan
konus (qc)”, padahal nilai Cw seharusnya masih perlu dikalikan dengan “luas penampang
t Posisi koordinat yang tidak tepat karena tim tidak dilengkapi dengan peralatan survey un-
tuk penentuan posisi semacam GPS geodetik atau minimal GPS handheld.
t Untuk tanah yang berkontur, seringkali salah dalam memberikan data elevasi pada ground
surface.
49
2.21 Verifikasi Hitungan Lampiran SNI 2827-2008
SNI 2827-2008 Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan Alat Sondir telah secara resmi di-
jadikan acuan di Indonesia menggantikan standard sebelumnya yaitu SNI 03-2827-1992 : Me-
tode Pengujian Lapangan Dengan Alat Sondir. Pada bagian akhir SNI tersebut terdapat contoh
hasil uji penetrasi konus static sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.11 dan Tabel 2. 12
Verifikasi Hitungan hanya akan dilakukan pada kedalaman 0.20 meter saja untuk yang
Diketahui :
Tw = 9 Ds = 3.56 cm L = 13.3 cm
Maka :
Sehingga :
Kesimpulan :
Selisih bacaan (Kw) memberikan hasil yang sama dengan hitungan manual
Perlawanan konus (qc) memberikan hasil 2 kali lipat dengan hitungan manual
Perlawanan geser lokal (fs) memberikan hasil 2 kali lipat dengan hitungan manual
Perlawanan geser lokal interval bacaan (fsx20) memberikan hasil 2 kali lipat
Angka banding geser memberikan rasio persentase yang sama dengan hitungan manual
50
SNI-2827-2008
Tabel 2.11 Contoh Hasil Uji Penetrasi Konus Static
51
SNI-2827-2008
Tabel 2.12 Contoh Hasil Uji Penetrasi Konus Static (Lanjutan)
52
BAB 3
Hasil uji sondir yang merupakan hasil uji lapangan saat ini telah diterima oleh prak-
tisi dan pakar geoteknik. Uji sondir ini telah menunjukkan manfaat untuk pendugaan profil
atau pelapisan tanah dari kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung dan gesek selimutnya. Dan
Tahanan ujung diperoleh dari penekanan ujung konus untuk memperoleh perlawanan
tanah yang dipenetrasi. Tahanan ujung diukur sebagai gaya penetrasi persatuan luas penam-
pang ujung konus (qc). Besarnya nilai ini menunjukkan identifikasi jenis tanah. Pada tanah
pasiran, perlawanan ujung yang besar menunjukkan tanah pasir padat. Sedangkan perlawanan
ujung kecil menunjukkan pasir halus. Perlawanan ujung yang kecil juga menunjukkan tanah
lempung karena kecilnya kuat geser dan pengaruh tekanan air pori saat penetrasi.
Harga perlawanan konus (qc) dapat pula dihubungkan secara empiris dengan kekuatan-
Tabel 3.1 Konsistensi Tanah Lempung Berdasarkan Hasil Sondir (Terzaghi dan Peck, 1984)
53
Hubungan antara nilai qc dengan FR juga bisa dimanfaatkan untuk mengklasifikasikan
tanah yang salah satunya dari Robertson (1986). Pertama nilai qc harus diubah terlebih dahulu
dari satuan kg/cm2 ke dalam satuan MPa atau Mega pascal. Untuk nilai 1 kg/cm2 = 0.0980665
Mpa. Selanjutnya kita plotkan antara nilai qc dengan FR sebagaimana di tampilkan pada Gam-
bar 3.1
Gambar 3.1 Grafik Hubungan qc dan Fr Menurut Robertson dan Campanella (Bowles,
1997)
Friction Ratio merupakan perbandingan antara gesekan selimut (fs) dengan tahanan
ujung (qc). Rasio gesekan (fs/qc) dari hasil sondir dapat digunakan untuk membedakan tanah
berbutir halus dengan tanah yang berbutir kasar (memperkirakan jenis tanah yang diselidiki).
t Harga Friction Ratio > 5 % atau 6 % untuk jenis tanah organik (peat)
54
BAB 4
4.1 Analisa Daya Dukung Tanah Untuk Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)
Data dari hasil sondir dapat dipergunakan untuk menghitung daya dukung suatu pon-
dasi yang akan di konstruksi. Besaran daya dukung tanah bisa di dapat dari nilai tahanan ujung
Pondasi dangkal atau pondasi biasa digunakan apabila data sondir menujukan pada ke-
dalaman antara 1 hingga 3 meter dari permukaan tanah, mempunyai daya dukung yang baik
sehingga tidak memerlukan pondasi dalam. Pondasi dangkal memiliki kelebihan antara lain
tidak dibutuhkannya galian yang cukup, mudah di dalam pembuatannya sehingga hemat secara
ekonomi.
Pondasi tapak setempat adalah pondasi yang terbuat dari beton bertulang yang diben-
tuk papan/telapak. Pondasi ini termasuk kedalam kategori pondasi dangkal (shallow founda-
tion) biasanya digunakan sebagai tumpuan struktur kolom (beban terpusat), khususnya untuk
bangunan bertingkat. Agar bisa meneruskan beban ke lapisan tanah keras di bawahnya dengan
baik, dimensi pondasi tapak sengaja dibuat lebih besar daripada ukuran kolom di atasnya.
Pondasi menerus (strip footing) adalah juga termasuk didalam kategori pondasi dan-
gkal (shallow foundation) yang dipergunakan untuk mendukung beban garis seperti dinding.
Ilustrasi gambar pondasi tapak setempat (isolated footing) dan pondasi menerus (strip footing),
55
theconstructor.org
Gambar 4.1 Pondasi Tapak Setempat (Isolated Footing)
civilology.com
Gambar 4.2 Pondasi Menerus (Strip Footing)
56
4.1.2 Kapasitas Daya Dukung Ijin
Data yang dianalisis dengan formula kapasitas dukung untuk pondasi dangkal (pondasi
telapak) berdasarkan hasil uji sondir. Untuk pondasi pada lapisan pasir, Meyerhof, 1956 dalam
ijin yang didasarkan penurunan 1”. Persamaannya didasarkan pada kurva (Terzaghi dan Peck
1943 dalam Hardiyatmo, 2006) dan dapat diterapkan untuk pondasi telapak dan pondasi me-
manjang yang dimensinya tidak begitu besar, pada pasir kering sebagai berikut:
t Daya dukung ijin tanah yang di ijinkan untuk pondasi bujur sangkar atau menerus dengan
t Daya dukung ijin tanah yang di ijinkan untuk pondasi bujur sangkar atau menerus dengan
t Daya dukung ijin tanah pendekatan untuk seluruh pondasi dengan mengabaikan lebar pon-
dasi (B).
Dimana : σ ijin = daya dukung tanah yang di ijinkan untuk penurunan sebesar 1 inchi
qc = Nilai rata-rata statistik dari nilai konus sondir paa pengaruh pondasi 0.5
57
4.1.3 Contoh Perhitungan
Dengan mempergunakan data sondir S1 apabila pondasi akan kita tempatkan pada el-
evasi 1 meter di bawah permukaan tanah dan diketahui rata-rata nilai qc pada 0.5 meter diatas
pondasi adalah 1 meter dibawah pondasi adalah 58.78 kg/cm2. Maka diperoleh hasil perhitun-
t Apabila akan di buat pondasi dengan lebar 1 meter, maka akan diperoleh daya dukung ijin
t Apabila akan di buat pondasi dengan lebar 2 meter, maka akan diperoleh daya dukung ijin
t Apabila akan di buat pondasi dengan sembarang lebar, maka akan diperoleh daya dukung
Untuk lebar pondasi yang lain dan data sondir yang lain bisa di lihat sebagaimana diper-
58
59
Tabel 4.1 Daya Dukung Ijin Tanah Untuk Pondasi Dangkal Data Sondir 1 (DCPT #1)
Tabel 4.2 Daya Dukung Ijin Tanah Untuk Pondasi Dangkal Data Sondir 2 (DCPT #2)
60
61
Tabel 4.3 Daya Dukung Ijin Tanah Untuk Pondasi Dangkal Data Sondir 3 (DCPT #3)
Tabel 4.4 Daya Dukung Ijin Tanah Untuk Pondasi Dangkal Data Sondir 4 (DCPT #4)
62
63
Tabel 4.5 Daya Dukung Ijin Tanah Untuk Pondasi Dangkal Data Sondir 5 (DCPT #5)
4.2 Analisa Daya Dukung Untuk Pondasi Dalam (Deep Foundation)
Pondasi dalam (deep foundation) menjadi alternatif apabila daya dukung tanah yang
di dapat dari hasil sodir menunjukkan kedalaman lebih dari 3 meter sedangkan beban yang di
Pembuatan pondasi dalam lebih rumit apabila dibandingkan dengan pembuatan pon-
Pondasi dalam memiliki banyak jenis pilihannya dan biasanya pondasi dalam di golong-
kan berdasarkan bahan material dan cara pembuatannya. Jenis pondasi dalam berdasarkan ba-
han materialnya anatara lain : tiang beton, tiang kayu, tiang baja dan lain sebagainya. Sedangkan
penggolongan pondasi dalam berdasarkan cara pembuatannya antara lain : cast in place seperti
tiang beton cor (bored pile) dan precast pile seperti tiang beton jenis square pile, triangular pile,
spun pile. Ilustrasi gambar pondasi dalam (deep foundation) sebagaimana diperlihatkan pada
pinterest.com
Gambar 4.3 Pondasi Tiang Kayu (Timber Pile)
64
jasaboredpile.com
Gambar 4.4 Pondasi Tiang Bor (Bored Pile)
hmc-us.com
Gambar 4.5 Pondasi Tiang Baja (Steel Pile)
Dan untuk contoh perhitungan kali ini hanya akan diberikan beberapa contoh saja yaitu
penggunaan pondasi tiang bor (bored pile), pondasi tiang persegi (square pile) dan pondasi
65
4.2.1.1 Pondasi Tiang Bor (Bored Pile)
Pondasi bore pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu berfungsi
meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah sampai lapisan tanah
keras di bawahnya. Pondasi bor pile memiliki fungsi yang sama dengan pondasi tiang pancang
Cara pengerjaan pondasi bor pile dengan cara melubangi tanah dengan diameter dan
kedalaman tertentu dimana ke dalam lubang tersebut dipasangkan besi sebagai tulangan yang
Dalam pelaksanaan nya biasanya dikenal 2 sitem pengerjaan yaitu bor kering (dry drill-
ing) dan bor basah (wash boring) dimana masing-masing metode memiliki kelebihan dan
kekurangan. Bor sistem kering misalnya lokasi pengeboran lebih bersih namun dengan kedala-
man maksimum yang lebih dangkal (biasanya 8 meter) dibanding metode bor basah (wash bor-
ing) yang bisa menembus puluhan meter. Ilustrasi pondasi tiang bor sebagaimana diperlihatkan
olx.biz.id
Gambar 4.6 Pondasi Tiang Bor
66
4.2.1.2 Kapasitas Daya Dukung Ijin Untuk Pondasi Tiang Tunggal (Bored Pile)
Daya dukung untuk pondasi tiang tunggal didapat dari menjumlahkan daya dukung
pada ujung tiang dengan daya dukung akibat lekatan/geseran yang terdapat pada selimut tiang.
Rumus :
Qsp : Daya dukung vertikal yang di ijinkan untuk sebuah tiang tunggal (kg)
qc : Tahanan konus pada ujung tiang di ambil rata-rata dari nilai konus (Cw) pada ke dala
man 4 x diameter tiang diatas dan 4 x diameter tiang di bawah ujung tiang (kg/cm2)
Untuk contoh perhitungan kali ini hanya akan dibuat sebuah contoh saja yaitu dengan
mempergunakan data sondir S1 pada kedalaman penetrasi tiang adalah -4 meter, sebagai beri-
kut :
Luas penampang ujung tiang (Ab) = 22/7 x 17.5 x 17.5 = 962.5 cm2
67
Rumus :
Penyelesaian :
Untuk diameter pondasi yang lain dan data sondir yang lain bisa di lihat sebagaimana
68
69
Tabel 4.6 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Tunggal (Bored Pile) Data Sondir 1 (DCPT #1)
Tabel 4.7 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Tunggal (Bored Pile) Data Sondir 2 (DCPT #2)
70
71
Tabel 4.8 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Tunggal (Bored Pile) Data Sondir 3 (DCPT #3)
Tabel 4.9 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Tunggal (Bored Pile) Data Sondir 4 (DCPT #4)
72
73
Tabel 4.10 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Tunggal (Bored Pile) Data Sondir 5 (DCPT #5)
4.2.1.4 Pondasi Tiang Persegi (Square Pile)
Pondasi tiang berbentuk persegi (square pile) meskipun sama-sama dikategorikan seba-
gai pondasi dalam namun dalam hal metode pemasangannya dengan pondasi bor pile. Tiang
pancang persegi, instalasinya biasanya dilakukan dengan metode yaitu drop hammer dan jack
in pile. Dimensi yang ada di pasaran biasanya adalah : 20 cm x 20 cm, 25 cm x 25 cm, dengan
Cara kerja drop hammer adalah penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel
dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut
jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang . Untuk menghindari kerusakan pada tiang pancang
maka pada kepala tiang dipasang topi/ cap (shock absorber), cap ini biasanya terbuat dari kayu.
Drop Hammer dibuat dalam standar ukuran yang bervariasi antara 500 lb – 3000 lb, dan tinggi
jatuh yang digunakan antara 5 ft – 20 ft. Jika energi yang diperlukan besar, perlu hammer den-
gan berat yang lebih besar dan dengan tinggi jatuh yang besar pula.
Sedangkan Jack in pile adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang pelaksan-
aannya ditekan masuk ke dalam tanah dengan menggunakan dongkrak hidraulis yang diberi
beban counterweight sehingga tidak menimbulkan getaran dan gaya tekan dongkrak langsung
dan dapat dibaca melalui manometer sehingga gaya tekan tiang dapat diketahui tiap mencapai
kedalaman tertentu.
jokomaspancang.com
Gambar 4.7 Pondasi Tiang Persegi (Square Pile)
74
4.2.1.5 Kapasitas Daya Dukung Ijin Untuk Pondasi Tiang Tunggal (Square Pile)
Daya dukung untuk pondasi tiang tunggal didapat dari menjumlahkan daya dukung
pada ujung tiang dengan daya dukung akibat lekatan/geseran yang terdapat pada selimut
tiang.
Rumus :
Qsp : Daya dukung vertikal yang di ijinkan untuk sebuah tiang tunggal (kg)
qc : Tahanan konus pada ujung tiang di ambil rata-rata dari nilai konus (Cw) pada ke dala
man 4 x diameter tiang diatas dan 4 x diameter tiang di bawah ujung tiang (kg/cm2)
Untuk contoh perhitungan kali ini hanya akan dibuat sebuah contoh saja yaitu dengan
mempergunakan data sondir S1 pada kedalaman penetrasi tiang adalah -4 meter, sebagai beri-
kut :
Diameter tiang = 35 cm
75
Rumus :
Penyelesaian :
Untuk diameter pondasi yang lain dan data sondir yang lain bisa di lihat sebagaimana
76
Tabel 4.11 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Segi Empat (Square Pile)
Data Sondir 1 (DCPT #1)
77
Tabel 4.12 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Segi Empat (Square Pile)
Data Sondir 2 (DCPT #2)
78
Tabel 4.13 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Segi Empat (Square Pile)
Data Sondir 3 (DCPT #3)
79
Tabel 4.14 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Segi Empat (Square Pile)
Data Sondir 4 (DCPT #4)
80
Tabel 4.15 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Segi Empat (Square Pile)
Data Sondir 5 (DCPT #5)
81
4.2.1.7 Pondasi Tiang Segi Tiga (Triangle Pile)
Pondasi tiang berbentuk segitiga (triangle pile) memilii persamaan dengan pondasi
tiang persegi (square pile) hanya bentuknya saja yang membedakan. Dimensi yang ada di pasa-
ukuran panjang 3 meter dan 6 meter dengan mutu beton K-500 atau K-450.
Cara pemasangan bisa dnegan mempergunakan drop hammer atau jack in pile. Pondasi
tiang segi tiga bisa dilihat sebagai mana diperlihatkan pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9
jokomaspancang.com
Gambar 4.8 Pondasi Tiang Segi Tiga (Triangle Pile)
king-pile.com
82
4.2.1.8 Kapasitas Daya Dukung Ijin Untuk Pondasi Tiang Tunggal (Triangle Pile)
Daya dukung untuk pondasi tiang tunggal didapat dari menjumlahkan daya dukung
pada ujung tiang dengan daya dukung akibat lekatan/geseran yang terdapat pada selimut tiang.
Rumus :
Qsp : Daya dukung vertikal yang di ijinkan untuk sebuah tiang tunggal (kg)
qc : Tahanan konus pada ujung tiang di ambil rata-rata dari nilai konus (Cw) pada ke dala
man 4 x diameter tiang diatas dan 4 x diameter tiang di bawah ujung tiang (kg/cm2)
Untuk contoh perhitungan kali ini hanya akan dibuat sebuah contoh saja yaitu dengan
mempergunakan data sondir S1 pada kedalaman penetrasi tiang adalah -4 meter, sebagai beri-
kut :
Diameter tiang = 35 cm
83
Rumus :
Penyelesaian :
Untuk diameter pondasi yang lain dan data sondir yang lain bisa di lihat sebagaimana
84
Tabel 4.16 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Segi Tiga (Triangular Pile)
Data Sondir 1 (DCPT #1)
85
Tabel 4.17 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Segi Tiga (Triangular Pile)
Data Sondir 2 (DCPT #2)
86
Tabel 4.18 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Segi Tiga (Triangular Pile)
Data Sondir 3 (DCPT #3)
87
Tabel 4.19 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Segi Tiga (Triangular Pile)
Data Sondir 4 (DCPT #4)
88
Tabel 4.20 Daya Dukung Vertikal Yang Di Ijinkan Untuk Sebuah Tiang Segi Tiga (Triangular Pile)
Data Sondir 5 (DCPT #5)
89
TENTANG PENULIS
Edi Supriyanto
Lahir di Kebumen, Jawa Tengah dan selanjutnya menyelesaikan studinya pada Program Studi
Teknik Sipil Universitas Udayana Bali. Semenjak itu penulis telah banyak berkecimpung di
dalam dunia konstruksi baik untuk pembangunan gedung maupun pembangunan infrastruk-
Mempunyai minat yang besar terhadap dunia survey serta penguasaan software-software pop-
Kecintaannya untuk berbagi dituangkan dalam bentuk penulisan beberapa buku teknik, train-
Email : edi@supriyanto.web.id
Mobile : +6281338718071
Whatsapp : +6281338718071
90
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional . (2008). SNI 2827-2008 Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan Alat
Sondir. Bandung: Badan Standarisasi Nasional.
Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik UNUD. 2016.
Laporan Penyelidikan Tanah Proyek Perencanaan Pembangunan Tower PT. DMT Site Bedugul,
Tabanan, Bali
Eprint Undip. (2017, 27 September). Analisis Hasil Sondir Untuk Mengetahui Peningkatan
Kekuatan Tanah Sangat Lunak Di Lokasi Gate House Dalam Pekerjaan “Grouting at Semarag
Pumping Station & Retarding Pond. Diperoleh 30 September 2017, dari http://eprints.undip.
ac.id/43223/1/NASKAH_PUBLIKASI_HENDRY_TRI_WIBOWO.pdf
Scribd. (2017, 5 Januari). Final Report Rencana Hotel Ds. Tembok. Diperoleh 30 September
2017, dari https://www.scribd.com/document/244074771/Final-Report-Rencana-Hotel-Ds-
Tembok
Scribd. (2014, 9 September). Cara Pelaksanaan Pondasi Bore Pile. Diperoleh 30 September 2017,
dari http://www.borepile.info/2014/09/pondasi-bored-pile-strauss.html
Ilmu Sipil. (2011, 19 Desember). Scribd. (2014, 9 September). Cara Pelaksanaan Pondasi Bore
Pile. Diperoleh 30 September 2017, dari. Diperoleh 30 September 2017, dari http://www.il-
musipil.com/pemancangan-dengan-alat-jack-in-pile
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
Foto Ilustrasi Dokumentasi Lapangan
103
Foto Ilustrasi Dokumentasi Lapangan
104 104