Anda di halaman 1dari 12

A.

PENGERTIAN
Ureterolithiasis merupakan penyakit batu saluran kemih sedangkan nefrolithiasis
merujuk pada penyakit batu ginjal. Urolithiasis merujuk pada adanya batu dalam system
perkemihan. Batu atau kalkuli dibentuk didalam saluran kemih mulai dari ginjal ke
kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi didalam urin. (Nursalam, 2009)
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau
kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat,
asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2010).
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan Kristal
yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai
pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik
sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal
(Nuari & Widayati, 2017, p. 197).
Urolithiasis adalah suatu keadaan terbentuknya batu (calculus) pada ginjal dan
saluran kemih. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu dapat ditemukan
di setiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit
granuler kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang
berwarna oranye (Suharyanto & Majid, 2013, p. 150).
Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi benda padat pada saluran
kencing yang terbentuk karena factor presipitasi endapan dan senyawa tertentu. Batu
tersebut bisa terbentuk dari berbagai senyawa, misalnya kalsium oksalat (60%), fosfat
(30%), asam urat (5%) dan sistin (1%) (Prabowo & Pranata, 2014, p. 111).

B. ETIOLOGI
1. Peningkatan pH Urine
Peningkatan pH pada urine merangsang kristalisasi pada senyawa-senyawa tertentu,
misalnya kalsium. Pada waktu terjadinya peningkatan pH (basa), maka ion-ion
karbonat akan lebih mudah mengikat kalsium, sehingga lebih mudah terjadinya ikatan
antara kedua. Kondisi inilah yang memicu terbentuknya batu kalsium bikarbonat.
2. Penurun pH urine
Jika peningkatan urine bisa menyebabkan pembentukan batu, maka penurunan pH
pun menjadi precursor terbentuknya batu. pH yang rendah (asam) akan memudahkan
senyawa-senyawa yang bersifat asam untuk mengendap, misalnya senyawa asam
urat. Dengan pengendapan asam urat inilah terbentuk batu asam urat.
3. Kandungan matriks batu tinggi
Ginjal yang berfungsi sebagai tempat filtrasi sangat berisiko untuk terjadi endapan.
Partikel-partikel dalam darah dan urine membersihkan beban kepada ginjal untuk
melakukan filtrasi. Dengan kondisi matriks pembentukan batu yang konsentrasinya
tinggi dalam darah maupun urine, maka proses sedimentasi pada ginjal akan semakin
cepat yang lambat laun akan membentuk.
4. Kebiasaan makan (lifestyle)
Secara tidak disadari, pola hidup utamanya konsumsi makanan memberikan
kontribusi terhadap batu. Sumber makanan yang mengandung tinggi purin, kolesterol,
dan kalsium berpengaruh pada proses terbentuknya batu. Hal ini dikarenakan
senyawa-senyawa tersebut nantinya akan dilakukan proses filtrasi pada ginjal karena
sehari-hari makanan yang telah diserap oleh villi pada mukosa intestinal akan beredar
dalam sirkulasi yang pastinya akan melewati ginjal. Dari sinilah senyawa prekursor
tersebut akan merangsang pembantuan batu.
5. Obat-obatan
Obat-obatan yang mempengaruhi filtrasi ginjal (glomerulus filtration ratel GFR)
maupun yang mempengaruhi keseimbangan asam basa bisa menjadi precursor
terbentuknya batu.
6. Stagnasi urine
Sesuai dengan prinsip cairan, bahwa mobilitas cairan yang rendah akan
mempengaruhi tingkat sedimentasi yang tinggi. Oleh karena itu, hambatan aliran
urine yang diakibatkan berbagai faktor (obstruksi, input inadekuat) bisa
meningkatkan resiko pembentukan batu.
7. Penyakit
Beberapa penyakit seringkali menjadi penyebab terbentuknya batu. Infeksi saluran
kemih sering menjadi pemicu terbentuknya batu yang disebut dengan struvit, hal ini
dibuktikan dengan temuan batu struvit yang merupakan kombinasi dari magnesium,
ammonium dan fosfat pada area-area yang terinfeksi pada saluran kemih.
Hiperkalsemia juga menjadi pemicu terbentuknya batu, karenanya tingginya kadar
kalsium darah. Kondisi asam urat juga bisa menyebabkan terbentuknya batu asam
urat seperti yang dijelaskan di atas.
8. Obesitas
Kondisi berat berlebihan (obesity) meningkatkan resiko terbentuknya batu ginjal
sebagai dampak dari peningkatan ekskresi kalsium, oksalat dan asam urat, sehingga
menjadi bahan/matriks pembentukan batu
(Prabowo & Pranata, 2014, p. 114).

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda gejala yang timbul berhubungan dengan :
1. Ukuran batu (ukuran batu yang lebih besar cenderung lebih banyak menimbulkan
gejala-gejala)
2. Lokasi batu
3. Obstruksi aliran urine
4. Pergerakan batu (misalnya dari pelvis ginjal ke kandung kemih)
5. Infeksi
Gejala dan tanda utama dari adanya batu ginjal atau uretra adalah serangan nyeri
hebat yang tiba-tiba dan tajam. Berdasarkan bagian organ yang terkena nyeri ini disebut
kolik ureter atau kolik renal. Kolik renal terasa di region lumbal menyebar ke samping
dan ke belakang menuju daerah testis pada laki-laki dan kandung kencing pada wanita.
Kolik uretra terasa nyeri di sekitar genetalia dan sekitarnya. Saat nyeri ditemukan mual,
muntah, pucat, berkeringat, dan cemas serta sering kencing. Nyeri dapat berakhir
beberapa menit hingga beberapa hari. Nyeri dapat terjadi intermitten yang menunjukkan
batu berpindah-pindah. Nyeri yang disebabkan oleh batu pada ginjal tidak selalu berat
dan menyebabkan kolik kadang-kadang terasa nyeri tumpul, atau terasa berat
(Suharyanto & Majid, 2013, p. 155).

D. PATHOFISIOLOGI

Berbagai kondisi yang menjadi pemicu terjadinya batu saluran kemih menjadi
kompleksitas terjadinya urolithiasis. Komposisi batu yang beragam menjadi faktor utama
bekal identifikasi penyebab urolithiasis. Batu yang terbentuk dari ginjal (renal) dan
berjalan menuju ureter paling mungkin tersangkut pada satu dari tiga lokasi sebagai
berikut :

1. Sambungan pelvik
2. Titik ureter menyilang pembuluh darah illiaka
3. Sambungan ureterovesika

Perjalanan batu dari ginjal ke saluran kemih sampai dalam kondisi statis
menjadikan modal awal dari pengambilan keputusan untuk tindakan pengangkatan batu.
Batu yang masuk pada pelvis akan membentuk pola koligentes, yang disebut sebagai batu
staghorn.

Stagnansi batu pada saluran kemih menimbulkan gambaran klinis yang berbeda-
beda. Stagnansi batu yang lama akan menyebabkan berbagai komplikasi, misalnya
hidronephrosis, gagal ginjal, infeksi ginjal, ketidakseimbangan asam basa, bahkan
mempengaruhi beban kerja jantung dalam memompa darah ke sirkulasi

(Prabowo & Pranata, 2014, p. 116)


E. PATHWAY

Faktor intrinsic: Faktor idiopatik: Faktor ekstrinsik:


- Herediter - Dehidrasi - Asupan air
- Umur - ISK - Diit
- Jenis kelamin - Obstruksi saluran perkemihan - Pekerjaan

Defisiensi kadar
magnesium, sifrat
prifosfor,
mukoprotein dan
peptid

Mual muntah Resiko kristalisasi mineral

Penumpukan kristal
Risiko tinggi kekurangan
volume cairan Pengendapan batu saluran kemih
berhubungan dengan mual
dan muntah.

Sumbatan saluran kemih Batu merusak dinding setempat

Spasme batu saat turun Hematuresis


dari ureter

BAK tidak tuntas


Nyeri

Perubahan pola
eliminasi urine
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
4. Urinalisa ; warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium,
fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
5. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang
reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
6. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal
atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
7. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau
efek obstruksi.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Tujuan:
1. Menghilangkan obstruksi
2. Mengobati infeksi.
3. Mencegah terjadinya gagal ginjal.
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
b. Operasi dilakukan jika:
1. Sudah terjadi stasis/bendungan.
2. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan
positif harus dilakukan operasi.
c. Therapi
1. Analgesik untuk mengatasi nyeri
2. Allopurinol untuk batu asam urat
3. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. Diet
1. Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung
kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi,
coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang
mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju
dan sari buah.
2. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan
daging
3. Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu,
kentang.
4. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga
secara teratur.

H. PEGKAJIAN
a. Biodata klien dan penanggung jawab ( nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat,
pekerjaan)
b. Riwayat kesehatan
I. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri perut
II. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatan nyeri di daerah perut sampai pinggang dan terasa pusing
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/ pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
d. Riwayar kesehatan keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan)
e. Riwayat alergi
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi pada obat atau tidak
f. Pemeriksaan fisik menurut virginia handerson
1. Pola oksigenasi
- Sebelum sakit : pasien tidak sesak nafas dapat bernafas dengan normal
tanpa alat bantu pernafasan
- Saat dikaji : pasien bernafas secara normal
2. Pola nutrisi
- Sebelum sakit :Pasien mengatakan pola makannya 3X sehari tanpa dibatasi
diet,pasien tidak pernah mengalami gangguan makan,pasien makan dengan
normal lewat mulut dan tidak ada gangguan menelan
- Saat dikaji : pasien mengatakan tidak selera makan tetapi pasien masih
bisa makan seperti biasa tanpa ada gangguan menelan
3. Pola eliminasi
- Sebelum sakit
BAK : pasien mengatakan tidak pernah mengalami kesulitan
dalam BAK.
BAB : pasien mengatakan BAB lancar tanpa ada gangguan
- Saat dikaji
BAK : Pasien mengatakan BAK melalui selang karena terpasang
DC
BAB : pasien mengatakan mengalami kesulitan saat BAB karena
pasien mengalami post operasi dan ketika bergerak merasakan nyeri.
4. Pola aktivitas/bekerja
- Sebelum sakit : pasien mengatakan sehari-harinya ia bekerja di salah satu
klinik disekitar kota kudus
- Saat dikaji : pasien mengalami nyeri setelah operasi kolelitiasis dan
harus beristirahat total di rumah sakit tempat beliau dirawat
5. Pola istirahat dan tidur
- Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam
beristirahat/tidur tanpa ada gangguan sulit tidur
- Saat dikaji : pasien mengatakan saat nyerinya timbul beliau
menghilangakanya dengan tidur/beristirahat
6. Pola mempertahankan suhu
- Sebelum sakit : pasien mengatakan jika dingin memakai jaket dan selimut
jika suhunya sedang panas pasien lebih suka memakai pakaian tipis
- Saat dikaji : pasien hanya mengenakan baju beserta selimut yang
menutupi badanya
7. Pola berpakaian
- Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat mengenakan pakaianya sendiri
tanpa bantuan
- Saat dikaji : pasien membutuhkan bantuan keluarga dalam mengenakan
pakaian
8. Pola gerak dan keseimbangan
- Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat bergerak bebas sesuai keinginan
- Saat dikaji : pasien hanya bergerak terbatas krena nyeri yang
dirasakanya
9. Pola personal higien
- Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit dapat membersihkan
badanya (mandi) sendiri tanpa bantuan keluarga
- Saat dikaji : pasien mengatakan hanya menyibin badanya selama di
rumah sakit
10. Pola komunikasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan lancar dalam berkomunikasi setiap
harinya
- Saat dikaji : pasien masih bisa berkomunikasi tetapi dengan nada yang
pelan
11. Pola aman dan nyaman
- Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa lebih nyaman di rumah dengan
anggota keluarganya
- Saat dikaji : pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan
keadaanya sekarang yang selalu berbaring tidur di tempat tidur pasien
12. Pola spiritual
- Sebelum sakit : pasien mengatakan bergama islam dan selalu sholat 5
waktu
- Saat dikaji : pasien mengatakan sholat hanya di lakuakan dengan tidur
13. Pola rekreasi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan jarang rekreasi berpergian dengan
keluarga kareana kesibukan masing-masing
- Saat duikaji : pasien mengatakan hanya bisa melihat pasien yang berada
di sebelahnya
14. Pola belajar
- Sebelum sakit : pasien mengatakan mengetahuai tentang sakitnya
Saat dikaji : pasien mengatakan mengetahui lebih jelas tentang penyakit yang
dideritanya yang telah di jelaskan oleh dokter yang menanganinya.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
2. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu
3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
4. Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan post operasi
dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi

(NANDA: 2018-2020)
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC Intervensi (NIC)


1. Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik nyeri ( lokasi,
berhubungan tindakan keperawatan lama, intensitas dan
dengan adanya diharapkan nyeri pada 2. Observasi tanda-tanda vital,
iritasi pada pasien berkurang dengan tensi, nadi, cemas
saluran kemih kriteria hasil: 3. Jelaskan penyebab rasa nyeri
a. Pasien akan 4. Ciptakan lingkungan yang
menunjukkan nyaman
penggunaan 5. Bantu untuk mengalihkan rasa
keterampilan relaksasi nyeri: teknik napas dalam.
dan aktifitas distraksi 6. Kolaborasi dengan tim
b. Skala nyeri mengalami kesehatan lainya mengenai
penurunan pemberian obat, pemberian
c. Ekspresi wajah pasien nutrisi untuk memenuhi
tenang tidak meringis kebutuhan pasien
kesakitan
d. Vital sign dalam batas
normal
2. Perubahan pola Setelah dilakukan 1. Monitor intake dan output urin
elminasi: urine tindakan keperawatan 2. Anjurkan untuk meningkatkan
berhubungan diharapkan pola eliminas cairan per oral 3 – 4 liter per
dengan urn membaik dengan hari.
inflamasi, kriteria hasil: 3. Kaji karakteristik urine
obstruksi karena a. Pola eliminasi urine 4. Kaji pola Bak normal pasien,
batu. dan output dalam catat kelainnya.
batas normal. 5. Kolaborasi dengan tim
b. Tidak menunjukkan kesehatan lainya mengenai
tanda-tanda obstruksi pemberian obat, pemberian
(tidak ada rasa sakit nutrisi untuk memenuhi
saat berkemih, kebutuhan pasien
pengeluaran urin
lancar).
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Monitor intake dan output cairan
kekurangan tindakan keperawatan 2. Berikan intake cairan 3 – 4 liter
volume cairan diharapkan status volume per hari.
berhubungan cairan membaik dengan 3. Monitor tanda-tanda vital, turgor
dengan mual dan kriteria hasil: kulit, membran mukosa.
muntah. a. Keseimbangan cairan 4. Berikan cairan intra vena sesuai
adekuat intruksi dokter.
b. Turgor kulit baik 5. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lainya mengenai
pemberian obat, pemberian
nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan pasien
5. .

4. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk


integritas kulit tindakan keperawatan menggunakan pakaian yang
berhubungan diharapkan integitas kulit longgar
dengan adanya membaik dengan Kriteria 2. Jaga kulit agar tetap bersih dan
luka post Hasil : kering
operasi a. Integritas kulit yang 3.Mobilisasi pasien (ubah posisi
baik bisa pasien) setiap dua jam sekali
dipertahankan 4.Monitor kulit akan adanya
b. Tidak ada luka/lesi kemerahan
pada kulit 5.Monitor status nutrisi pasien
c. Perfusi jaringan baik 6.Observasi luka :lokasi, dimensi,
d. Tidak ada tanda-tanda kedalaman luka, karakteristik,
infeksi warna cairan, granulasi, jaringan
Menunjukkan terjadinya nekrotik, tanda-tanda infeksi
proses penyembuhan luka luka.
7.Lakukan teknik perawatan luka
dengan steril
REFERENSI

Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan
Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. yogyakarta:
Nuha Medika.

SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat.

Suharyanto, T., & Majid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA.

Wilkinson, J. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC.

Razak B., 1992. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pembentukan Batu Saluran Kemihdi
Ujung Pandang dan di Tana Toraja.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th
Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2002
Purnomo, B.B., 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke 3, CV. Sagung Seto, Jakarta.
DepKes RI, 2002. Statistik Rumah Sakit di Indonesia. Seri 3, Morbiditas dan Mortalitas
Depkes RI., 2005. Distribusi Penyakit-Penyakit Sistem Kemih Kelamin Pasien Rawat Inap
Menurut Golongan Sebab Sakit Indonesia

Anda mungkin juga menyukai