Memahami Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang dialami oleh balita, sebagai konsekwensi
dari kekurangan gizi kronis yang dialami sejak berada dalam kandungan, sampai
pada 1.000 hari pertama kehidupan. Dampak nonfisik dari balita stunting adalah
intelektual atau kemampuan berpikir yang tidak bisa tumbuh akibat jumlah sel yang
Page 1 of 4
terbentuk pada otaknya tidak optimal. Ketika beranjak dewasa, balita yang
mengalami stunting akan rentan terhadap penyakit dan kurang berprestasi di
sekolah.
Secara kasat mata, balita stunting dapat ditandai dengan kondisi fisik panjang badan
atau tinggi badan lebih pendek dari anak normal seusianya. Walau secara fisik bayi
atau anak yang mengalami stunting pasti pendek, tetapi bayi atau anak yang
pendek belum tentu mengalami stunting. Bayi atau anak kerdil, sama bertubuh
pendek seperti bayi atau anak yang mengalami stunting, namun keduanya dapat
dibedakan berdasarkan faktor penyebabnya. Kerdil disebabkan oleh faktor genetika
atau keturunan, sedangkan stunting tidak disebabkan oleh faktor genetika atau
keturunan.
Faktor utama yang menjadi penyebab stunting adalah buruknya asupan gizi dan
rendahnya status kesehatan. Pemicu dari kedua faktor penyebab stunting ini adalah:
Pertama, praktek pengasuhan anak yang kurang baik; Kedua, tidak tersedianya
makanan bergizi bagi rumah tangga/keluarga; Ketiga, masih terbatasnya layanan
kesehatan untuk ibu terutama selama masa kehamilan, layanan kesehatan untuk
balita yang tidak maksimal dan tidak berkualitas; dan keempat, kurangnya akses ke
air bersih dan sanitasi.
Mengatasi persoalan stunting tidaklah sulit, jika semua pihak berkomitmen untuk
mengatasinya. Apalagi ditopang dengan kebijakan dari pengambil kebijakan yang
terfokus untuk mengatasi persoalan: Pertama, Ketahanan Pangan (Ketersediaan,
Keterjangkauan dan Akses Pangan Bergizi); Kedua, Lingkungan Sosial (Norma,
Makanan Bayi, Makanan Anak, Kebersihan, Pendidikan dan Tempat Kerja); Ketiga,
Lingkungan Kesehatan (Akses, Pelayanan Preventif dan Pelayanan Kuratif);
Keempat, Lingkungan Tempat Tinggal; dan Kelima, Data/Informasi (Bahaya/Dampak
dari Stunting, Penyebab Stunting, Pencegahan Stunting serta Penanganan Stanting).
Saat ini pelibatan laki-laki dalam pencegahan stunting di Desa, bisa diawali dengan
keterlibatannya dalam menDesain Rumah Stunting Desa. Rumah Sunting Desa harus
dipahami sebagai sekretariat bersama dalam konvergensi pencegahan stunting di
Desa. Rumah Stunting Desa ini diharapkan dapat berfungsi sebagai Community
Center dan Literasi Kesehatan Masyarakat.
Sebagai Community Center, Rumah Stunting Desa dapat dijadikan sebagai ruang
publik (arena-arena komunikasi politis warganegara) bagi masyarakat Desa untuk
beraktivitas dalam urusan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa di
Page 3 of 4
bidang kesehatan masyarakat Desa. Rumah Stunting Desa bisa juga dijadikan
sebagai ruang publik bagi masyarakat Desa untuk mengkonsolidasikan kepentingan
tentang urusan kesehatan masyarakat yang akan dikelola dengan sumberdaya milik
Desa dan/atau sumberdaya milik masyarakat Desa. Sebagai ruang publik, Rumah
Stunting Desa harus menjadi alat untuk memperkuat daya tawar masyarakat Desa
dalam mengambilan keputusan pembangunan Desa untuk urusan kesehatan
masyarakat, terutama terkait dengan stunting.
Rumah Stunting Desa dapat juga difungsikan sebagai sarana untuk meningkatkan
kemampuan warga Desa (perempuan dan laki-laki) dalam mengolah dan memahami
informasi saat melakukan proses membaca dan menulis informasi tentang kesehatan
masyarakat khususnya stunting. Manfaat dari literasi kesehatan masyarakat adalah
warga Desa akan bertindak rasional dalam mengelola urusan kesehatan (termasuk
stunting) di Desa secara mandiri.
Pada akhirnya, harus di yakini oleh semua pihak yang sudah maupun akan terlibat
dalam gerakan melawan stunting adalah masa depan suatu bangsa dapat diukur
melalui perkembangan anak-anak sebagai generasi penerus. Jika anak-anak terlahir
sehat, tumbuh dengan baik, dan didukung oleh pendidikan yang berkualitas, maka
mereka akan menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan bangsa.
Karenanya, membangun manusia Indonesia sejak dari dalam kandungan adalah
investasi untuk menghadapi masa depan, sekaligus melapangkan jalan menuju
Indonesia sejahtera.
Page 4 of 4