Anda di halaman 1dari 7

A.

PENGKAJIAN
1. Faktor Teknologi
Karena Ny. E tidak kunjung sembuh, demam tinggi yang tidak turun juga dan sakit
kepala yang berketerusan, akhirnya Tn. P memutuskan untuk membawa nya
kepuskesmas terdekat. Setelah seminggu dirawat di Puskesmas penyakit yang
diderita tidak kunjung sembuh dan keluarga memutuskan untuk dibawa pulang ke
rumah karena tidak mengetahui teknologi saat ini, pasien mengobati penyakitnya
dengan cara mencari cacing lalu di rebus dengan air teh.
2. Faktor Kepercayaan
Faktor agama dan filsofi ini dapat di kaji mulai Tn. A membawa Ny. B ke orang pintar
atau disebut dukun. Orang pintar menjelaskan bahwa Ny. B harus di oatidengn cara
menggunakan cacing tanah yang direbus kata dukun tersebut.
3. Factor Kekeluargaan dan Sosial
Nama : Ny. B
Umur : 25 tahun
Jeniskelamin :perempuan
Status :Dewasa
Profesi :Pedagang kaki lima
Pendidikan : SMP
Tipekeluarga :Sebagai anak pertama dari Tn. A
Pengambilan keputusan Tn. A sebagai ayah kandung Ny. B

Kebiasaan :Jika salah satu keluarga terkena penyakit akan dibawa Ke orang pintar dan
percaya bahwa penyakit bisa di sembuhkan dengan rebusan cacing dengan teh. Nilai-
nilaiBudaya, Kepercayaan dan Gaya Hidup

4. Factor ini dapat dikaji berdasarkan nilai budaya dan kepercayaan yang diyakini oleh
keluarga Ny.B tersebut. Nilai budaya dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga
tersebut terlihat sangat begitu kental dilihat dari kepercayaan di mana saat Ny. B jatuh
sakit, sakit kepala dan demam tingg.Tn A langsung menanyakan penyakitnya ke orang
pintar. Hal ini tidak sesuai dengan konsep kesehatan, karena menurut Leininger besar-
besaran berfikir sehat-sakit sebagai konsep yang bergantung pada budaya. Apresiasi
sehat-sakit berbeda budaya oleh alas an itu pengetahuan tentang budaya membutuhkan
agar-agar mampu mengatasi makna yang diberikan oleh
kelompokbudayatertentuterhadapsehat-sakit.
5. FaktorKebijakan dan Peraturan
Fakor ini dapat dikaji berdasarkan peraturan yang berlaku dalam lingkungan
masyarakat sekitar. Setelah ke orang pintar/dukun ,keluarga Ny. B. Selama sakit ny.
B Tidak di perblehkan minum obat dari dokter tetapi malah disuruh minum ramuan
rebusan cacing.
6. Faktor Ekonomi
Faktor ini dikaji berdasarkan ekonomi keluarga Ny. B yang tergolong cukup
dikarenakan Ny. E bekerja sebagai pedagang kaki limaTn.A bekerja sebagai tukang
ojek. FaKtor ini juga tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku ketidak patuhan
dalam pengobatan.
7. Faktor Pendidikan
Faktor ini dapat dikaji berdasar kan tingkat Pendidikan dari keluarga Ny. b dan Tn.a
mereka hidup di desa gedang anak dengan begitu kental budaya disana. Di gedang
anak ada orang yang mempunyai kekuatan dan bias menyembuhkan penyakit
disebut orang pinter/dukun. Mereka percaya bahwa orang pintar/dukun ini memiliki
kekuatan gaib dan semua perkataanya dipercayai oleh masyarakat di sana bahwa
semua perkatanny abenar. Hal ini sangat berpengaruhi dalam kurangnya
pengetahuan keluarga Ny. E terkait kesehatan yang berhubungan dengan adat yang
dimiliki oleh keluarga Ny. E.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Deficit pengetahuan berhubungan dengan kekurang terpapar informasi, kurang
minat dalam belajar dan kekeliruan mengikuti anjuran.
C. RENCANA KEPERAWATAN

1. MempertahankanBudaya

NO DIAGNOSIS INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x jam kunjungan, klien
berhubungan dengan menunjukan deficit pengetahuan. Dengan kriteria hasil :
kurang terpapar 1. Informasi saat ini bergantung pada tenaga kesehatan.
informasi, kurang 2. Menerima diagnosis promosi kesehatan.
minat dalam belajar 3. Memodifikasi aturan atau regimen yang diarahkan oleh tenaga
dan kekeliruan kesehatan.
mengikuti anjuran. Mempertahankan Budaya :
1. Kaji pemahaman klien mengenai alas an kurangnya pengetahuan.
2. Tentukan perbedaan persepsi klien dan perawat terkait dengan
masalah kesehatan yang di derita klien.
3. Kembangkan diskusi terbuka terkait dengan persamaan dan
perbedaan budaya.
4. Diskusikan perbedaan dengan terbuka dan klarifikasi konfliknya.
5. Beri informasi yang tepat mengenai perkembangan teknologi saat ini.
Seperti saat terjadi permasalahan dalam kesehatan segera dibawake
tenaga kesehatan agar segera ditangani.
2. Negosiasi Budaya

NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN INTERVENSI


1. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
berhubungan dengan kurang 5 kali jam kunjungan, klien menunjukan defisit
terpapar informasi, kurang pengetahuan terkait dengan kurang terpapar
minat dalam belajar dan informasi, kurang minat dalam belajar, dan
kekeliruan mengikuti anjuran kekeliruan mengikuti anjuran. Dengan kriteria
hasil :
1. Informasi saat ini bergantung pada
tenaga kesehatan.
2. Menerima diagnosis promosi
kesehatan.
3. Memodifikasi aturan atau regimen
yang diarahkan oleh tenaga kesehatan.
Negoisasi Budaya :
1. Lakukan negoisasi dan kompromi
definisi pengetahuan yang dapat
diterima sesuai dengan ilmu medis,
keyakinan pasien dan standart etik.
2. Berikan waktu untuk proses informasi
dan mengambil keputusan.
3. Relax dan tergesa-gesa saat interaksi
dengan pasien.
3.Restrukturisasi Budaya

NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN INTERVENSI


1. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
berhubungan dengan kurang selama5 kali jam kunjungan, klien menunjukan
terpapar informasi, kurang minat definisit pengetahuan terkait dengan kurang
dalam belajar dan kekeliruan terpapar informasi, kurang minat dalam
mengikuti anjuran belajar, dan kekeliruan mengikuti anjuran.
Dengan kriteria hasil :
1. Informasi saat ini bergantung pada
tenaga kesehatan.
2. Menerima diagnosis promosi
keperawatan.
3. Memodifikasi aturan atau regimen
yang diarahkan oleh tenaga kesehatan.
Restrukturasi Budaya :
1. Libatkan keluarga untuk membantu
ketaatan dari rencana yang telah
dibuat.
2. Fasilitasi interaksi antara udaya.
3. Sediakan informasi ke pada pasien
mengenai perawatan kesehatan.
4. Ubah pola pikir dan presepsi pasien
sesuai dengan informasi saat ini
tentang kesehatan dan pengobatan
saat ini.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Mempertahankan budaya

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI


1. Defisit Pengetahuan Mempertahankan budaya:
berhubungan dengan kurang 1. Memberi informasi yang tepat agar
terpapar informasi, kurang dapat mengetahui banyak informasi
minat dalam belajar dan dapat mempertahankan yang dimiliki
kekeliruan mengikuti anjuran individu
2. Melakukan diskusi terbuka dengan
individu yang berkaitan dengan cara
memberi tahukan minat dan belajar
kekeliruan.
3. Mendiskusikan perbedaan persepsi
pasien , pasien menyadari dan
mengklarifikasi budaya.

2. Negosiasi budaya
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1. Defisit Pengetahuan Negosiasi Budaya:
berhubungan dengan 1. Melakukan negosiasi dan kompromi
kurang terpapar informasi, ketidak patuhan yang dapat di terima
kurang minat dalam belajar sesuai dengan ilmu medis, pasien
dan kekeliruan mengikuti menginginkan perubahan.
anjuran 2. Memberikan waktu mengambil keputusan
dengan memberikan pasien kesempatan
untuk mengetahui atau menannyakan
ketidak tahuannya.
3. Melakukan dengan santai sehingga pasien
merasa tenang dan siap melakukan
perubahan

3.Restrukturisasi budaya

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1. Defisit Pengetahuan Restrukturisasi budaya:
berhubungan dengan kurang 1. Melibatkan keluarga dengan
terpapar informasi, kurang mengikutsertakan keluarga dalam proses
minat dalam belajar dan perencanaan, pasien merasa tidak ada
kekeliruan mengikuti anjuran hambatan dalam melakukan perubahan,
memberi informasi yang tepat.
2. Memfasilitasi interaksi antar budaya
dengan memberikan berbagai informasi,
pasien merasa memiliki wawasan yang luas.
3. Menyediakan informasi perawatan
kesehatan, pasien mampu melakukan
perubahan secara mandiri.

4. Evaluasi
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1. Defisit Pengetahuan S : Pasien mengatakan ingin melakukan perubahan
berhubungan dengan kurang O:pasien terlihat melakukan pengobatan, dengan
terpapar informasi, kurang A: masalah Defisit Pengetahuan berhubungan
minat dalam belajar dan dengan kurang terpapar informasi, kurang minat
kekeliruan mengikuti anjuran dalam belajar dan kekeliruan mengikuti anjuran
P: hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai