Anda di halaman 1dari 20

“IMUNOLOGI”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
1. Alma Harpia Nani (1901054)
2. Vivi Sri Utami Gobel (1901058)

T.A 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas izin, kuasa
dan perlindunganNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Imunologi
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan (IDK) yang diberikan kepada kami oleh Bapak Rolef Rumondor S.si
M.si Agar kami dapat mengetahui serta memahami cara menyusun makalah dengan
benar dan agar dapat mengembangkan ilmu yang telah kami peroleh. Kami sebagai
penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini .
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Ilmu Dasar
Keperawatan (IDK) yaitu Bapak Rolef Rumondor S.si M.si Selaku guru yang
memberikan tugas ini juga yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
membuat makalah ini dan semua bentuk bimbingan serta pengajarannya yang kami
terima dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. iii

BAB I.............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 2

C. Tujuan ................................................................................................................................................. 2

BAB II ............................................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 3

A. Pengertian Imunologi .......................................................................................................................... 3

B. Sistem Imun ........................................................................................................................................ 3

C. Penyakit Imunitas.............................................................................................................................. 13

BAB III ......................................................................................................................................................... 16

PENUTUP .................................................................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 16

B. Saran ................................................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons
tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Imunologi adalah suatu
cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek
sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari
peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi
sistem imun pada gangguan imunologi karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis
komponen-komponen sistem imun.
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu
respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda.
Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang
berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri
ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan
lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system
pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap
kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun,
dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan
berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit
serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat
mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang
terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian imunologi ?
2. Apa saja yang termasuk dalam sistem imun?
3. Respon Imun Non Spesifik ?
4. Respon Imun Spesifik?

C. Tujuan
1. Mengetahui lebih jauh gambaran tentang imunologi.
2. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam system imun.
3. Mengetahui Imun Non Spesifik.
4. Mengetahui Imun Spesifik.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada
berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti :
malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun,
hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft) karakteristik fisik, kimiawi,
dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai
suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis ,
membahas masalah antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama
yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit , reaksi biologik yang bersifat
hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing.

B. Sistem Imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem
mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Imunitas atau sistem
imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system imun non spesifik dan
imun spesifik.
Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan
dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia,
kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim.
Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang
terdiri dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hyper-
sensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi
optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Kedua sistem imun ini
bekerja sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler, dan sitokin dalam
mekanisme yang kompleks dan rumit.

3
1. Imunitas Alami atau Non spesifik
Sistem kekebalan tubuh nonspesifik terdiri dari dua macam yakni sistem pertahanan
eksternal dan sistem pertahanan internal. Pada sistem pertahanan eksternal diperankan
oleh jaringan epitel, mukosa dan proses sekresi pada jaringan tersebut sedangkan
sistem pertahanan internal diperankan oleh pertahanan yang dirangsang dari sinyal-
sinyal kimia, sel fagosit dan protein antimikroba.

1. Sistem Imun Nonspesifik Eksternal


Sistem pertahanan tubuh nonspesifik eksternal merupakan sistem pertahanan tubuh
terluar atau sistem yang pertama akan menerima serangan dari antigen atau patogen,
yakni organisme yang dapat menyebabkan penyakit seperti bakteri, jamur atau virus.
Sistem pertahanan ini diperankan oleh kulit dan membran mukosa yang menghasilkan
lendir, air liur, air mata dan sekresi mukosa (mukus).

Kulit merupakan pertahanan tubuh terbesar dan mudah dilihat. Secara normal, kulit
tidak mampu ditembus oleh bakteri kecuali jika ada kerusakan (misalnya luka), maka
bakteri atau virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalan ini. Jika kulit dapat
ditembus oleh patogen, maka pada bagian tersebut akan terjadi infeksi penyakit
sehingga terjadi peradangan. Nah, disaat inilah kemudian tubuh akan mulai merespon
dimana aliran darah yang membawa banyak sel darah putih meningkat. Akibatnya,
suhu pada daerah yang terinfeksi akan meningkat pula. Disini, sel darah putih akan
bekerja membunuh patogen sehingga muncul benjolan yang sering dinamakan
sebagai bisul (abses). Di dalam bisul atau abses terdapat nanah yang berisi
patogen/antigen yang telah hancur dan bercampur dengan serum darah putih. Selain
kulit, juga ada membran mukosa yang terdapat pada saluran kelamin, pernapasan atau
saluran pencernaan yang dapat menghalangi bakteri masuk ke dalam tubuh.
Apakah bentuk perlawanan kulit dan membran mukosa hanya itu saja? tidak hanya
itu. Kulit dan membran mukosa juga akan melakukan perlawanan terhadap patogen
dalam bentuk senyawa kimiawi. Misalnya, sekresi oleh kelenjar lemak dan kelenjar
keringat pada kulit membuat keasaman (pH) permukaan kulit pada kisaran 3–5.
Kondisi tersebut cukup asam dan mencegah banyak mikroorganisme berkoloni di
kulit kita. Air liur, air mata dan sekresi mukosa (mukus) yang disekresikan jaringan
epitel dan mukosa dapat melenyapkan banyak bibit penyakit yang potensial. Proses
sekresi ini mengandung lisozim yaitu suatu enzim yang dapat menguraikan dinding

4
sel bakteri. Selain itu, bakteri flora normal tubuh pada epitel dan mukosa dapat juga
mencegah koloni bakteri patogen (Fictor Ferdinand,Hal.204-205).

Adakah contoh perlawan lainnya? ada. Perlawanan ini antara lain lambung yang
memproduksi asam lambung (HCl) untuk membunuh kuman-kuman yang masuk
bersama makanan yang kita makan, keasaman pada vagina dan urin yang dapat
menghambat pertumbuhan bibit penyakit tertentu, refleks batuk atau bersin yang
berfungsi mencegah debu masuk ke dalam paru-paru atau gerakan peristaltik pada
usus yang mendorong bibit penyakit yang ada di dalam usus sehingga segera dapat
keluar bersama feses atau kotoran.

2. Sistem Kekebalan Tubuh Nonspesifik Internal


Sistem kekebalan tubuh nonspesifik internal (dalam) akan menyerang semua patogen
yang mampu lolos dari perlawanan sistem kekebalan tubuh luar atau eksternal (kulit
dan membran mukosa). Sistem pertahanan internal ini merupakan pertahanan yang
dilakukan oleh dalam tubuh itu sendiri yang diperankan oleh sel fagosit dan protein
antimikroba.

a. Sel Fagosit
Sel fegosit terdiri dari beberapa jenis sel darah putih yakni neutrofil dan monosit yang
membunuh mikroba dengan cara fagositosis yaitu memakan mikroba yang masuk ke
dalam tubuh. Sekitar 60%-70%, kandungan dalam sel darah putih adalah neutrofil.
Neutrofil dapat mendeteksi sel yang terjangkit penyakit setelah menangkap sinyal
kimiawi. Kemudian neutrofil akan keluar dari peredaran darah menuju sel yang
terjangkit penyakit untuk membunuh patogen. Setelah mampu membunuh patogen,
neutrofil juga akan mengalami kematian.

5
Gambar. Sel Fagosit (Sumber: Pearson Education. Inc, 2006, Publishing as Benjamin Cummings. Diambil dari situs mediahex.com )

Sekitar 5% kandungan dalam sel darah putih adalah monosit. Ia dapat memberikan
perlindungan efektif dengan menyerang sel yang terjangkit penyakit setelah beberapa
jam bersirkulasi dalam darah. Monosit kemudian akan berubah menjadi makrofag. Ia
menjulurkan pseudopodia (kaki semu) untuk menarik mikroba kemudian
menghancurkannya dengan enzim pencernaannya. Lalu apa semua mikroba dapat
dihancurkan seperti itu? tidak semua, beberapa mikroba dapat menangkal serangan
dari monosit dengan cara membuat kapsul yang dapat menolak tarikan dari kaki semu
makrofag bahkan ada bakteri yang dapat menangkal serangan dari enzim-enzim
sehingga mampu bereproduksi dalam makrofag. Sekitar 1,5% kandungan dalam sel
darah putih berupa eosinofil yang memiliki enzim penghancur di dalam granul
sitoplasmanya. Ia dapat berperan dalam membunuh cacing parasit yang masuk ke
dalam tubuh manusia. Agar lebih jelas, berikut gambar eosinofil, monosit dan
neutrofil.

Gambar. Lenfosit, monosit dan neutrofil dalam sel darah putih (Sumber: hematoloji.org.tr dan
pathologyoutlines.com)

Selain sel fegosit di atas, dalam tubuh manusia juga terdapat sel pembunuh alami
yang menyerang mikroba secara tidak langsung. Sel pembunuh alami ini akan
membunuh sel-sel yang telah dirusak oleh virus atau bakteri sehingga tidak
menyebabkan tumor.

b. Protein Antimikroba
Ada sekitar 20 jenis protein antimikroba yang terdapat dalam tubuh manusia, protein
ini dinamakan sebagai sistem komplemen. Protein ini dapat menyerang bakteri secara

6
langsung dengan menyerang membran sel atau membuat lubang pada dinding sel
bakteri hingga mengalami lisis (pecah). Selain itu protein ini juga dapat menyerang
secara tidak langsung yakni dengan menghambat reproduksi bakteri di dalam tubuh.
Pada dasarnya, sistem komplemen memiliki sifat nonaktif dan bersirkulasi di dalam
darah. Namun saat salah satu protein komplemen bersinggungan dengan bakteri,
maka salah satu protein tersebut akan menjadi aktif lalu memicu ke-aktifan protein
lainnya yang tergabung dalam sistem komplemen. Ini akan menjadi sebuah reaksi
pengaktifan skala besar. Aktivitas protein komplemen terjadi jika protein komplemen
berikatan dengan antigen, yakni protein yang telah dikuasai oleh virus atau bakteri.

Sistem imun non spesifik terdiri atas pertahanan fisik/mekanik seperti kulit, selaput
lendir, dan silia saluran napas yang dapat mencegah masuknya berbagai kuman
patogen kedalam tubuh; sejumlah komponen serum yang disekresikan tubuh, seperti
sistem komplemen, sitokin tertentu, dan antibody alamiah; serta komponen
seluler,seperti sel natural killer (NK).

a. Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting.


Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan
melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen
dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh.
b. Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang
memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan
kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau
menekan respon inflamasi. Contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon
infeksi bakteri yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a).
c. Antibodi alamiah (immunoglobulin) didefinisikan sebagai antibodi pada individu
normal dan sehat yang belum distimulasi oleh antigen eksogen.Antibodi alamiah
berperan penting sebagai pertahanan lini pertama terhadap patogen dan beberapa
tipe sel, termasuk prakanker, kanker, sisa pecahan sel, dan beberapa antigen.
d. Natural Killer Cells (Sel Natural Killer) diketahui secara morfologi mirip
dengan limfosit ukuran besar dan dikenal sebagai limfosit granular besar. Sekitar
10–15% limfosit yang beredar pembuluh darah tepi adalah sel NK. Sel NK
berperan penting pada respon dan pengaturan imun bawaan. Sel NK mengenal dan
melisiskan sel terinfeksi patogen dan sel kanker. Sel NK melisiskan sel dengan

7
melepaskan sejumlah granul sitolitik di sisi interaksi dengan target. Komponen
utama granul sitolitik adalah perforin. Sel NK juga menghasilkan sitokin dan
kemokin yang digunakan untuk membunuh sel target, termasuk IFN-γ, TNF-a, IL-
5, dan IL-13. Sistem imun yang ada pada tubuh dapat kita lihat dari sel darah kita.

3. Respons Tubuh pada Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik


Respon tubuh terhadap serangan mikroba patogen dapat berupa peradangan dan demam.
Peradangan merupakan reaksi dari tubuh terhadap rusaknya sel akibat infeksi virus,
pengaruh zat-zat kimia atau gangguan fisik lainnya. Peradangan dapat memiliki gejala
pembengkakan, panas, bisul atau gatal-gatal. Diantara gejala tersebut, demam adalah
yang paling sering terjadi. Demam dapat melemahkan kinerja patogen yang tidak suka
dengan suhu yang tinggi

2. SISTEM IMUN SPESIFIK


Sistem imun spesifik Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing.Benda asing
yang pertama kali muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitiasi
sel-sel imun tersebut. Bila sel imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing
yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian akan
dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya mengahancurkan benda asing
yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem itu disebut spesifik.

Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang
berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi, komplemen,
fagosit dan antara sel T makrofag. System imun Spesifik diperlukan untuk melawan
antigen dari imunitas nonspesifik. Antigen merupakan substansi berupa protein dan
polisakarida yang mampu merangsang munculnya sistem kekebalan tubuh (antibodi).
Mikrobia yang sering menginfeksi tubuh juga mempunyai antigen. Selain itu, antigen ini
juga dapat berasal dari sel asing atau sel kanker. Tubuh kita seringkali dapat membentuk
sistem imun (kekebalan) dengan sendirinya. Setelah mempunyai kekebalan, tubuh akan
kebal terhadap penyakit tersebut walaupun tubuh telah terinfeksi beberapa kali. Sebagai
contoh campak atau cacar air, penyakit ini biasanya hanya menjangkiti manusia sekali
dalam seumur hidupnya. Hal ini karena tubuh telah membentuk kekebalan primer.

8
Kekebalan primer diperoleh dari B limfosit dan T limfosit. Sistem imun ini dibagi
menjadi 2 :

1. Sistem imun spesifik humoral


Di dalam imunitas humoral yang berperan adalah limfosit B atau sel B berasal dari
sistem sel . Fungsi utamanya adalah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri,
virus dan melakukan netralisasi toksin. Dibuat di sumsum tulang yaitu sel batang
yang sifatnya pluripotensi (pluripotent stem cells) dan dimatangkan di sumsum
tulang. Limfosit B menyerang antigen yang ada di cairan antar sel. Terdapat 3 jenis
sel limfosit B yaitu : limfosit B plasma memproduksi antibodi, limfosit B pembelah
menghasilkan limfosit dalam jumlah banyak secara cepat, limfosit B memori
mengingat antigen yang pernah masuk ke tubuh.
Humor berarti cairan di dalam tubuh. Sel B bila dirangsang oleh benda asing, akan
berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi.
Antibodi yang dilepaskan akan ditemukan di dalam serum. Fungsi utama adalah
antibodi ini adalah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta
menetralisir toksinnya.
Sel Th 2 juga mempunyai kontribusi didalam sistim imunitas ini. Th 2 akan
memproduksi Il-4, Il-5, Il-6 yang merangsang sel B untuk menghasilkan
immunoglobulin (Ig), menekan kerja monosit/makrophag dan respon imun seluler
Immunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B
akibat kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik ini akan
mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein tersebut dipisahkan
dengan cara elektroforesis, maka IgG ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin alfa
dan beta.

Ada lima jenis IgG yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, IgE.
 IgG merupakan komponen utama didalam Ig serum dengan kadar di dalam darah
sekitar 75 % dari semua immunoglobulin. IgG dapat menembus plasenta dan masuk
ke fetus dan berperan dalam imunitas bayi sampai berusia 6-9 bulan. IgG dan
komplemen bekerja saling membantu di dalam sebagai opsonin pada pemusnahan
antigen. IgG juga berperan di dalam imunitas sellular.

9
 IgA ditemukan dalam jumlah yang sedikit didalam darah. IgA di dalam serum dapat
Amengagglutinasi kuman. Mengganggu motilitasnya hingga memudahkan
fagositosis oleh sel PMN.
 IgM merupakan antibody dalam respon imun primer terhadap kebanyakan antigen.
IgM dapat mencegah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis dan
merupakan aglutinator poten protein.
 IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah didalam sirkulasi. IgD merupakan
1% dari total immunoglobulin dan ditemukan banyak pada sel membran sel B
bersama IgM dan berfungsi sebagai reseptor pada aktivasi sel B.
 IgE ditemukan dalam serum dengan kadar yang rendah di dalam serum dan
meningkat pada penyakit alergi, infeksi cacing.

Respon imun primer terjadi pada paparan pertama pada antigen. Karakteristiknya
mempunyai lag period ini dibutuhkan sel B spesifik dalam melawan antigen untuk
berproliferasi dan berdifferensiasi menjadi plasma sel. Jika seseorang terpapar untuk
kedua kalinya dengan antigen yang sama respon imun sekunder terjadi. Respon ini
lebih cepat lebih lama, dan lebih efektif karena sistim imun sudah disiapkan melawan
antigen tersebut.
Walaupun antibodi tidak dapat menghancurkan antigen secara langsung tetapi
dapat menginaktifkan dan menandainya untuk dihancurkan. Yang terjadi di dalam
interaksi antigen-antibodi adalah suatu formasi kompleks antigen-antibodi.

2. Sistem imun spesifik selular


Di dalam imunitas seluler yang berperan adalah limfosit T atau sel T yang berasal
dari sel yang sama dengan sel B tetapi proliferasinya di dalam kelenjar timus atas
pengaruh berbagai faktor asal timus.Limfosit T menyerang antigen yang berada di
dalam sel. Fungsi utama sistim imun spesifik seluler ialah untuk pertahanan terhadap
bakteri, virus , jamur dan keganasan di intra seluler. Yang berperan disini adalah
limfosit T atau sel T. Sel T bermacam-macam jenisnya, berdasarkan fungsinya secara
umum ada tiga golongan utama dari sel T. Yang merupakan sel efektor dari killing sel
Adalah sel sitotoksik (Tc), dua golongan lagi termasuk di dalam sel regulasi yaitu sel
T helper (Th) dikenal juga sebagai CD4 dan sel T suppressor (Ts) dikenal juga
sebagai CD8.T helper(Th) yang disebut juga dengan CD4 dan sel T suppressor (Ts)
yang dikenal juga dengan CD8. Th berbeda fungsi berdasarkan kemampuan sitokin

10
yang diproduksi, terbagi menjadi Th1 dan Th2. Th1 mempunyai kontribusi di dalam
imunitas humoral.
Sel T terdapat dalam jumlah yang banyak didalam submukosa jalan nafas dan
dinding alveoli. Sebagai tambahan sel T terdapat dalam jumlah sedikit didalam lumen
bronkus dapat melakukan migrasi ke jaringan. Hal ini dapat menjelaskan bahwa
limfosit dapat melakukan resirkulasi dari darah ke jaringan limpoid dan kembali ke
darah. Sel B terdapat dalam jumlah yang sedikit di dalam lamina propria dari saluran
nafas. Konsisten dengan observasi, sejumlah kecil IgA terdapat di dalam sekresi jalan
nafas seperti pada sputum maupun pada BAL. IgG juga didapat dalam lumen bronkus.
Pada keadaan penyakit atopik sel B juga memproduksi IgE yang didapati disekresi
saluran nafas.Fungsi respon imun seluler yaitu :
 Sel CD8 mematikan scr langsung sel sasaran
 Sel T menyebabkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat
 Sel T memiliki kemampuan menghasilkan sel pengingat
 Sel T sbg pengendali CD4 dan CD8 memfasilitasi dan menekan respon imun
seluler dan humoral

1. Peran sel T helper (CD4)


Th berperan menolong sel B dalam differensiasi dan memproduksi antibodi.
Sel Th1 memproduksi mediator interleukin-2 (IL-2) dan interferon gamma (IFN-ý)
yang memegang peranan penting proteksi dengan meningkatkan kemampuan
makrophag untuk fagositosis dan mencerna kuman yang telah difagotisir. Sel Th
berinteraksi secara langsung dengan sel B yang banyak mengandung fragmen antigen
pada permukaannya untuk berikatan dengan reseptor MHC II memacunya untuk cepat
membelah dan memberi sinyal untuk antibodi untuk memulai fungsinya. Ketika sel
Th berikatan dengan sel B, sel T IL 2 (dan limpokin lainnya). Limpokin yang
dilepaskan oleh sel Th tidak hanya memobilisasi sel imun dan makrophag, juga
menarik sel darah putih seperti neutropil untuk memperkuat pertahanan non spesifik.

Fungsi sel CD4

 Pengendali ; mengaitkan sist monosit-makrofag ke sist limfoid


 berinteraksi dg sel penyaji antigen untuk mengendalikan Ig
 Menghasilkan sitokin yang memungkin tumbuhnya sel CD4 dan CD8

11
 Berkembang menjadi sel pengingat

2. Peran sel T sitotoksik (Tc)


Sel T sitotoksikj juga dikenal sebagai sel T killer (pemusnah) adalah satu-
satunya sel T yang dapat langsung menyerang dan membunuh sel lainnya. Target
utamanya adalah sel yang terinfeksi virus, juga menyerang jaringan lain yang yang
terinfeksi oleh bakteri intraseluler, parasit, sel kanker, dan sel asing lainnya yang
memasuki tubuh melalui transfusi darah maupun transplantasi organ.
3. Peran sel T suppressor (Ts) (CD8)
Seperti sel Th, Ts adalah sel regulasi. Bagaimanapun aksinya adalah inhibisi
karena ia melepaskan limpokin yang dapat menekan aktivitas dari sel T dan sel B. Sel
Ts akan menghentikan respon imun setelah sukses menginaktifkan dan
menghancurkna antigen. Hal ini membantu mencegah tidak terkontrolnya dan tidak
dibutuhkannnya lagi kerja dari sistem imun.

Tabel Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik

Non spesifik Spesifik

Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang

Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua Spesifik untuk mikroorganisme yang


mikroorganisme. sudah mensintesis sebelumnya

Sel yang Fagosit Limfosit


penting Sel NK

Sel K

Molekul yang Lizosim Antibody sitokin


penting Komplemen

Protein fase akut

Interferon ( sitokin )

12
Sel yang berada didominasi sel polimorfonuklear didominasi selT dan sel B
di
dalamnya

Sifat bersifat general/ umum bersifat memori / diperlukan pajan


pertama dan efektik untuk pajanan
berikutnya dengan antigen yang
sama

Cara kerja cara kerja cepat cara kerja kualitas meningkat karena
memiliki sifat memory

4. Respon Tubuh Pada Sistem Pertahanan Spesifik (imun Spesifik)


Respon Imun Spesifik
sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal bendayang dianggap
asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali munculdalam badan segera dikenal
oleh sistem imun spesifik sehingga terjadisensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Bila
sel sistem imun tersebutberpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka
benda asingyang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya.

C. Penyakit Imunitas
Mekanisme Imun/kekebalan tubuh merupakan sistim pertahanan tubuh yang terintegrasi
sejak awal konsepsi (pembuahan).merupakan sistim pertahanan tubuh yang sudah
merupakan software bawaan. Tetapi sistim imun tersebut dapat juga berubah menjadi
suatu penyakit yang dalam beberapa jenis tidak bisadisembuhkan.Contoh : Saat udara
dingin, sering kita mengalami hidung tersumbat, bersin2 pada saluran nafas kita
(hidung), ini merupakan mekanisme untuk menghangatkan dan melembabkan udara luar
yang kita hirup kedalam paru-paru, tetapi pada orang – orang tertentu, justru udara
dingin tersebut akan memicu timbulnya reaksi yang berlebihan, yaitu timbulnya serangan
sesak nafas (astma), bisa juga timbulnya gatal - gatal di sekujur tubuh (biduren/urtikaria).
Berikut ini merupakan penyakit akibat merendahnya sistem imun.
1. Hipersensivitas
Hipersensivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respons imun yang
berlebihan sehingga menimbulkan kerusakaan jaringan tubuh. Reaksi tersebut oleh

13
Gell dan Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme
imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV. Reaksi itu dapat terjadi sendiri – sendiri,
tetapi klinik sering dua atau lebih jenis tersebut terjadi bersama.
2. Autoimunitas
Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah reaksi sistem imun terhadap antigen
jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen sedangkan antibodi yang
dibentuk disebut autoantibodi. Penyakit autoimun dapat dibagi atas beberapa
golongan, yaitu :
a. Berdasarkan organ terdiri atas penyakit autoimun organ spesifik dan non organ
spesifik.
b. Berdasarkan mekanisme penykit autoimun melalui antibodi ( anemia hemolitik
autoimun, miastenia gravis dan tirotoksikosis ), penyakit autoimun melalui kompleks
imun ( LES, AR ), penyakit autoimun melalui sel T dan penyakit autoimun melalui
komplemen.
3. HIV AIDS
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan
sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi
yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat
kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus.
4. Lupus
Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic lupus
erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam
tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi
yang menyerang tubuhnya sendiri. Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus
(SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan
Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian
pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita dan
laki-laki 5:1. Penyakit ini sering ditemukan pada beberapa orang dalam satu keluarga.
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas.
Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti
genetik, lingkungan, dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal
menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan
berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen

14
abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak
sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan
trauma psikis maupun fisik.
Gejala Klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul
mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Munculnya
penyakit dapat spontan atau didahului faktor pemicu. Setiap serangan biasanya
disertai gejala umum, seperti demam, badan lemah, nafsu makan berkurang dan berat
badan menurun.Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE, sehingga
penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan dengan antibiotika bila akan
menjalani operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya. Salah satu
bagian dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah memberikan
penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga penderita
dapat bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya.

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem Imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar Biologis yang dilakukan oleh
sil dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing dalam tubuh. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapa berkembang dalam
tubuh.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Makalah ini perlu dikaji
ulang agar dapat sempurna dan makalah ini harus digunakan sebagaimana mestinya

16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.siswapedia.com/sistem-kekebalan-tubuh-nonspesifik/ Diakses tanggal 12
November 2019
https://www.academia.edu/29184857/Makalah_imunologi Diakses tanggal 12 November 2019
https://www.academia.edu/23372760/RESPON_IMUN_NON-SPESIFIK_SELULER_ Diakses
tanggal 12 November 2019
https://blog.ub.ac.id/cdrhfitria/2012/09/19/sistem-imun-spesifik-seluler/ Diakses tanggal 12
November 2019

17

Anda mungkin juga menyukai