Anda di halaman 1dari 15

IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN

Ditulis untuk memenuhi tugas Mata kuliah


Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Dosen Pengampu
Q. Zaman, S.HI., M. SI

Disusun Oleh :
Restu Kurniawan
NIM. 171710769
Irvan Pratama
NIM. 171710793

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2017
Hakikat Iman
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah
mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benar-nya." (Al-Anfal: 2-4)

"Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang
yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki
(nikmat) yang mulia." (Al-Anfal: 74)

Dalam ayat-ayat yang pertama Allah menyebutkan orang-orang yang lembut hatinya dan takut
kepada Allah ketika namaNya dise-but, keyakinan mereka bertambah dengan mendengar ayat-
ayat Allah. Mereka tidak mengharapkan kepada selainNya, tidak menyerahkan hati mereka
kecuali kepadaNya, tidak pula meminta hajat kecuali ke-padaNya.

Mereka mengetahui, Dialah semata yang mengatur kerajaanNya tanpa ada sekutu. Mereka
menjaga pelaksanaan seluruh ibadah fardhu dengan memenuhi syarat, rukun dan sunnahnya.
Mereka adalah orang mukmin yang benar-benar beriman. Allah menjanjikan mereka derajat
yang tinggi di sisiNya, sebagaimana mereka juga memperoleh pahala dan ampunanNya.

Kemudian dalam ayat yang kedua Allah menyifati para sahabat Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam, baik Muhajirin maupun Anshar dengan iman yang sebenar-benarnya, karena iman
mereka yang kokoh dan amal perbuatan mereka yang menjadi buah dari iman tersebut.

Telah kita ketahui bersama lafazh iman, baik secara bahasa maupun munurut istilah.
Sebagaimana kita juga mengetahui bahwa madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah memasukkan
amal ke dalam makna iman, dan bahwa iman itu bisa bertambah, juga bisa berkurang.

Bertambah karena bertambahnya amal shalih dan keyakinan dan berkurang karena berkurangnya
hal tersebut. Kemudian kita juga mengetahui sebagian besar dalil-dalilnya.
Dasar Hukum Keimanan
Diantara dasar hukum yang disebut di dalam Al-Qur'an.
“Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman): “Kami beriman kepada Allah dan kitab yang
diturunkan kepada kami, dan kitab yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan
anak cucunya, dan kitab yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kitab yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan
kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
—QS. Al-Baqarah: 136
“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya.”
— QS. Al-Anbiya`: 19-20

Hadits Jibril, tentang seseorang yang bertanya kepada Nabi.


"“Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada
Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir
Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” ...Kemudian lelaki tersebut segera
pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau,
siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau
bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.”"
— HR Muslim, no. 8

Hubungan Iman, Ilmu dan Amal

Fenomena ini banyak mengelirukan segolongan kita yang kadang kala terperangkap dalam
himpitan kalam-kalam yang cuba membawa suatu motif tertentu. Iman, Ilmu, Amal. Sebuah
trilogi yang tidak dapat di pisahkan. Saling terkait. Iman tanpa ilmu, sesat. Ilmu tanpa Amal,
sesat. Amal tanpa ilmu, taklid.
Secara susunan nya kadang kala ia terlalu dipertikai akan kepentiangan untuk menyusun nya.
Ada menyatakan ilmu itu dahulu dari iman , dan ada menyatakan iman dahulu dari amal. Apapun
yang pasti ketiga ini berkait antara satu sama lain. Kita akan membahas pengertian dari
ketiganya terlebih dahulu sebelum beranjak pada pembahasan korelasi diantara ketiganya.
Pengertian Iman
Iman pula melahirkan penyaksian mata hati (musyahadah) terhadap ketuhanan Allah s.w.t pada
setiap pandangan kepada segala perkara. Allah s.w.t berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman! Tetapkanlah iman kamu kepada Allah dan Rasul-Nya…
(Ayat 136 : Surah an-Nisaa’)
Sabda rasulullah :
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan
tanpa iman”…. [HR. Ath-Thabrani]

Ayat di atas ditujukan kepada orang yang sudah beriman. Mereka sudah pun beriman tetapi
masih digesa supaya beriman. Iman pada tahap permulaan berdasarkan dalil-dalil dan
pembuktian. Kemudian mereka diajak pula kepada iman dengan penyaksian mata hati,
menyaksikan Rububiyah yang tidak pernah berpisah daripada ubudiyah. Tanpa penyaksian
terhadap Rububiyah segala amal tidak berguna kerana orang yang beramal menisbahkan amal itu
kepada dirinya sendiri, sedangkan tiada yang melakukan sesuatu melainkan dengan izin Allah
s.w.t, dengan Kudrat dan Iradat-Nya, dengan Haula dan Kuwwata-Nya. Himpunan amal sebesar
gunung tidak dapat menandingi iman yang sebesar zarah. Orang yang beriman dan menyaksikan
Rububiyah pada segala perkara dan semua amal itulah orang yang memperolehi nikmat yang
sempurna lahir dan batin, kerana hubungannya dengan Allah s.w.t tidak pernah putus. Orang
inilah yang berasa puas dengan berbuat taat kepada Allah s.w.t dan berasa cukup dengan-Nya,
kerana tiada Tuhan melainkan Allah s.w.t dan tidak berlaku sesuatu perkara melainkan menurut
ketentuan-Nya. Apa lagi yang patut dibuat oleh seorang hamba melainkan taat kepada-Nya dan
menerima keputusan-Nya.
Kesimpulannya iman merupakan penentu sah sesuatu amalan seorang hamb a yang mengaku
iman kepadaNYA

Pengertian Ilmu

Ilmu sesuatu yang sering diutamakan. Tidak dipelihara dengan baik. Kadang ilmu hanya
dijadikan sesuatu yang nisbi. Ada tapi tidak ada atau Tidak ada tetapi ada? Tetapi yang pasti
adalh ilmu itu satu kewajipan yang tidak bole di pertikai kerana terdapat bukti dan dalil yang
pasti semua mengetahuinya.
Akhir-akhir ini satu fenomena yang ditemui, yang membuat kita ketahui bahawa kadang-kadang
seseorang tidak faham dengan ilmu yang dipelajarinya. Untuk apa ilmu itu digunakan? Akan
bagaimana bila mengamalkan ilmu itu? Fenomena klasik, tapi tetap membuat kita tidak habis ber
fikir.
Belajar, mencari ilmu kadang di jadikan formula belaka. Kerana maruah, harga diri, atau bahkan
desakan dari pihak orang lain, orang tua, suami, isteri, desakan majikan ,dan lain-lain lagi. Pada
akhirnya ilmu tidak meresapi dalam diri. Tidak meninggalkan bekas. Bahkan mungkin, tidak
menjadikan diri lebih baik.
Pentingnya menuntut Ilmu dalam Islam dan Mengamalkannya.Menuntut Ilmu Sejarah pernah
mencatat, bahwa imperium Utsmaniyah pernah memiliki peranan yang menentukan dalam
percaturan dunia. Bahkan dakwah Islamiyah pernah sampai ke Wina. Sehingga masyarakat barat
menjadi tidak tenang. Itu semua bisa terjadi karena umat Islam di waktu itu membekali diri
dengan ilmu pengetahuan, di samping memperkokoh keimanan. Bahkan sejarah pernah pula
mencatat, bahwa kemajuan peradaban Islam di Eropa, khususnya di Spanyol, tidak terlepas dari
ajaran Islam, yang menjunjung tinggi dan mengagungkan ilmu pengetahuan.

Kemajuan barat, tidak bisa dipisahkan dari kontribusi Islam. Sebagaimana diungkapkan oleh
para ilmuwan mereka dengan tegas mengatakan, bahwa bangsa eropa sangat beruntung dan
berhutang budi dengan kedatangan Islam. Banyak ilmu pengetahuan yang ditemukan dan
kemudian diadopsinya. Kesan juga diungkapkan oleh ilmuwan barat lainnya, bahwa ilmu
pengetahuan yang dibawa Islam, menjadi inspirasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan
modern barat. Saat itulah izzul Islam wal muslimin (kemulyaan Islam dan kaum muslimin)
dirasakan oleh dunia. Ini merupakan rahmat besar. Hidup dengan ilmu pengetahuan, disegani
dan dihormati oleh bangsa lain. Ini sebagai bukti bahwa Islam adalah agama yang merupakan
aturan hidup yang sempurna yang datang dari Allah SWT.

Islam sebagai agama rahmatan lil ‘aalamiin. Telah mensyariatkan dan mewajibkannya kepada
umatnya untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya melalui wahyuNya yang pertama kali turun
yakni iqra’ (bacalah). Artinya ini perintah untuk belajar dan menuntut ilmu. (QS At Taubah :
122, Az Zumar : 9 ).

Kata “ilmu” di dalam Al Qur’an dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 854 kali. Artinya
agama Islam memberi perhatian besar kepada manusia untuk membekali diri dengan ilmu, dalam
rangka menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah untuk beribadah kepadaNya dan sebagai
khalifatullah di muka bumi ini. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mewajibkan kepada semua
umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabdanya : thalabul ilmi fariidhotun ‘alaa kulli
muslimiin wa muslimatun (mencari ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki maupun perempuan).
Beliau juga mempunyai kebijakan untuk mendorong umatnya terus belajar dan belajar. Misalnya
ketika kaum muslim berhasil menawan sejumlah pasukan kaum musyrikin dalam perang Badar.
Dengan cara menawarkan mereka, jika mau bebas mereka harus membayar tebusan, atau
mengajar baca tulis kepada warga Madinah. Kebijakan ini sungguh cukup strategis, karena
mempercepat terjadinya transformasi ilmu pengetahuan di kalangan kaum muslimin.
Kita sebagai orang tua, harus menjadi teladan di tengah keluarga kita masing-masing. Sebagai
orang tua juga mendorong penuh agar keluarga kita untuk menuntut ilmu, jangan sampai kita
telantarkan mereka. Jangan membiarkan mereka menjadi generasi yang lemah. (An Nisa’ : 9,
Maryam : 59).

Di akhirat nanti jangan sampai anak isteri kita menggugat di pengadilan Ilahi, hanya karena kita
tidak pernah menjadi teladan yang baik, di rumah tangga. Hanya karena kita tidak pernah
memberi dorongan kepada keluarga untuk hadir di majlis ilmu untuk menuntut ilmu.

Allah SWT berfirman dalam surah At Tahrim : 6 yang maknanya : Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.

Menuntut ilmu itu adalah bagian dari ibadah. Menuntut ilmu itu adalah suatu kemulyaan. Allah
SWT akan mengangkat derajat dan kedudukan orang yang menuntut ilmu. Dan Allah akan
mudahkan jalan menuju surga orang yang menuntut ilmu. Allah berfirman dalam surah Al
Mujadilah : 11 yang maknanya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Rasululah SAW bersabda : man salaka thoriqon yaltamisu fiihi ilman, sahalallahu lahu bihi
thoriiqon ilal jannah (barang siapa berjalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju surga).

Menuntut ilmu disamping ibadah, juga merupakan jihad. Yakni jihad melawan kebodohan. Jihad
melawan keterbelakangan. Maka di sinilah diperlukan kesungguhan yang luar biasa.
Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW : man khoroja fii tholabil ilmi fahuwa fii sabiilillah
(barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia pada jalan Allah). Ilmu adalah cahaya
yang menerangi dan menerangi hidup ini. Ilmu adalah petunjuk, sedang kebodohan adalah
kegelapan dan kesesatan. (QS Al Maidah : 15-16), yang maknanya : Hai ahli Kitab,
Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al
kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. dengan
kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya
yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. Ilmu
adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bagaimana kita akan mengenal Allah kalau
kita tidak pernah membekali diri dengan ilmu. Ilmu sekaligus juga sebagai petunjuk keimanan
dan beramal sholih. Dengan menuntut ilmu berarti kita telah meneladani sifat Allah yang Mulia
yakni Al Aliim. Bukankah kita diperintakan untuk berakhlak dengan akhlak Allah. Allah telah
memberi anugerah kepada penuntut ilmu dengan rahmah dan maghfirohNya.

Sehingga energi yang dimiliki oleh orang aliim, diharapkan mampu meningkatkan kualitas
manusia dan menjawab berbagai persoalan manusia. Kesesuaian Antara Ilmu dan Amal

Selayaknya seorang penuntut ilmu antusias untuk mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya,
sebagaimana antusias dia dalam mencari tambahan ilmu baru. Karena tujuan pokok menuntut
ilmu adalah untuk diamalkan. Mengamalkan ilmu juga menjadi pertanda atas nikmat Allah
berupa ilmu, yang dengannya Allah akan menambahkan ilmu sebagai ziyadah (tambahan)
nikmat atasnya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu,” (QS. Ibrahim: 7)

Maka barangsiapa yang mensyukuri nikmat ilmu dengan amal, niscaya Allah akan menambah
nikmat berupa ilmu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Wahid bin Zaid, “Barangsiapa
yang mengamalkan ilmunya, maka Allah akan membuka baginya ilmu yang belum diketahui
sebelumnya.”

Orang yang hanya sibuk mencari ilmu namun tidak berusaha mengamalkannya, seperti orang
yang mencari uang, namun ia tidak mampu membelanjakannya, lalu apa gunanya dia mencari
uang?

Abdullah bin Mubarak berkata, “Orang yang berakal adalah, seseorang yang tidak melulu
berpikir untuk menambah ilmu, sebelum dia berusaha mengamalkan apa yang telah dia miliki,
Maka dia menuntut ilmu untuk diamalkan, karena ilmu dicari untuk diamalkan.

Tentu saja penekanan beliau adalah motivasi untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki,
bukan mengerem atau menjatuhkan semangat untuk menambah ilmu. Bagaimanapun, kita tetap
harus senantiasa menuntut ilmu dan terus berusaha mengamalkan ilmu.
Tidak dibenarkan juga seseorang yang tidak sudi menuntut ilmu dengan alasan takut akan
tuntutannya. Karena berarti dari awal dia sudah tidak memiliki niat untuk mengamalkan ilmu.
Akhirnya ia menjadi orang yang bodoh dari ilmu dan kosong dari amal. Tepat sekali jawaban
sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ketika seseorang kepada beliau, “Sebenarnya aku
ingin mencari ilmu, tapi aku takut menyia-nyiakannya (yakni takut tuntutan mengamalkannya).”
Maka beliau berkata, “Cukuplah kamu dikatakan menyia- nyiakan ilmu jika kamu tidak mau
belajar.

Para ulama memandang, seseorang tidak dikatakan alim (orang yang berilmu) kecuali setelah
mengamalkan ilmu yang dimilikinya “Innamal ‘aalim, man ‘amila bimaa ‘alim.”(sungguh orang
yang yang alim itu adalah orang yang mengamalkan ilmunya) Imam asy-Sya’bi juga berpendapat
bahwa orang yang faqih adalah orang yang benar-benar menjauhi segala yang diharamkan Allah
SWT dan alim adalah orang yang takut kepada Allah SWT. Jika kita menengok para ulama salaf
dan para Imam yang bertabur ilmu, akan kita dapatkan bahwa mereka bukan sekedar ahli ilmu,
tapi juga ahli ibadah. Bukan sekedar ibadah yang wajib dan yang tampak, tapi juga ibadah yang
sunnah dan yang tersembunyi.

Seperti Imam Abu Hanifah rahimahullah. Beliau biasa menghidupkan separuh malamnya.
Hingga pada suatu hari beliau melewati suatu kaum, dan beliau mendengar mereka berbisik,
“Orang ini (yakni Abu Hanifah), menghidupkan malam semuanya untuk ibadah.” Maka Abu
Hanifah berkata, “Sungguh! Aku malu kepada Allah, jika aku disebut-sebut dengan sesuatu yang
tidak aku lakukan.” Lalu setelah itu beliau selalu menghidupkan malamnya semua.

Imam asy-Syafi’I berkata : “Sudah sepantasnya seorang penuntut ilmu itu memiliki suatu rahasia
antara dia dengan Allah, yakni berupa amal shalih, tidak hanya mengandalkan banyaknya ilmu
namun sedikit harapannya untuk akhirat.”
Pengertian Amal
Amal merupakan satu aplikasi yang hasil dari gabungan ilmu dan iman kerana kebenaran iman
dapat di lihat amal soleh seseorng .Allah bersumpah demi sesungguhnya manusia itu rugi andai
beriman tanpa amal
Allah SWT berfirman, "Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati untuk kebenaran
dan saling menasihati untuk kesabaran." (Surah Al-Asr : 1-3).
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan
tanpa iman”…. [HR. Ath-Thabrani]
Berdasarkan bukti dan dalil di atas tidak sempurna iman dan ilmu seseorng itu melainkan dengan
disulami dengan amal yang terhasil kefahaman dari ilmu ,dan penyatuan yang hadir hasil
penyaksian bahawa ianya benar dan hasilnya , anggota badan itu yang bergerak demi
merealisasikan ilmu dan iman dengan amal nya .

Setelah kita mengetahui pengertian dari iman, ilmu dan amal. Sekarang saatnya kita mengetahui
korelasi diantara ketiganya.
Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya,“Allah tidak menerima iman tanpa
amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman”…. [HR. Ath-Thabrani]
kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”…. [HR. Ibnu
Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata
bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya
dilakukan orang-orang?". Beliau Saw. menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu
yang diciptakan untuknya"…. [HR. Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang
diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.”…. [HR.
Abu Na’im] ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan
ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” …. [HR. At Tirmidzi] ”Seseorang itu
tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan ilmunya.” …. [HR. Ibnu Hibban]
Sekali peristiwa datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan pertanyaan:
”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw.: “Ilmu
Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi maksudkan ?”.
Jawab Nabi Saw.: ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala ! ” Sahabat itu
rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami
bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab Nabi Saw. pula
“Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan
banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang Allah”[HR. Ibnu Abdil Birr
dari Anas]
Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
kualiti amal setiap orang menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan
karena ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka
diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya … QS.[10]:9. Ilmu pengetahuan tentang
Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung antara keimanannya dengan amalan-amalan
manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah
Saw. bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di
amalkan bil arkan …Dengan itu di simpulkan bahawa kita jangan memisah ketiga komponen
yang telah kita perhatikan tadi , kerana pemisahan setiap komponen menjadikan islam itu janggal
dan susah dan sukar.

Karakteristik dan sifat orang yang beriman


1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai daripada anak,isteri,harta benda
dan segalanya “Katakanlah: “jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya”. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”(QS.9:24)

2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad. Orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad
dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya
yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam
keraguannya.
(QS.9:44-45)

3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil mereka untuk
melaksanakan suatu perbuatan. “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah
ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
”(QS.24:51)

4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap persoalan/ permasalahannya. “Maka
demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.”(QS.4:65)
5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn keragu-raguan sedikitpun dan
keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah dgn harta & jiwanya. “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang yakin(beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS.49:15)

6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan seluruh persoalan yg
mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah rasulullah. “Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.4;59)

7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar, imannya
bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-
ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka
bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan
serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4)

8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan tegas kepada kaum
kafir. “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54)

9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan
rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-Nya “Dan tidaklah patut bagi laki-
laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya
telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata. “(QS.33:36)
Hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman

Dalam Ensiklopedi ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Juz 1 Bab 6 disebutkan bahwa ada 6 macam
perkara yang dapat merusak bahkan membatalkan iman seseorang, yaitu :

1. Syirik
2. Kufur
3. Nifaq
4. Sihir
5. Bid’ah
6. Meremal Nasib seseorang

Syirik adalah kebalikan dari tauhid, dan terbagi juga kepada tiga macam (Syirik dalam
Rububiyah, syirik dalam uluhiyyah, syirik dalam dzat dan asma (dzat dan nama-nama)).
Pendapat yang lain, syirik itu ada tiga bagian: Syirik akbar (syirik besar), syirik ashgar (syirik
kecil), syirik khafi (syirik tersembunyi). Syirik rububiyyah yaitu meyakini bahwa dismping
Allah juga ad yang mengatur atau menentukan sesuatu kejadian atau nasib sesorang. Syirik
uluhiyyah yaitu menyekutukan pengabdian kepada Allah seperti memohon keselematan atau
pertolongan kepada selain Allah dalam hal-hal yang di luar kemampuan manusia. Syirik besar
seperti penyembahan terhadap berhala. Syirik kecil seperti riya, yaitu beribadah dengan
mengharapkan pujian manusia. Syirik khafi yaitu syirik yang tersembunyi atau terselubung.

Kufur ada dua macam yaitu kufur yang membuat keluar dari agama dan kufur yang tidak
membuat keluar dari agama. Kufur yang membuat dirinya keluar dari islam, seperti kufur dengan
mendustakan ajaran yang datang dari Allah dan Rasul-Nya atau kufur dengan sebab menolak
atau mengingkari perintah Allah dan Rasul Nya seperti ibilis dinilai kafir karena menolak dan
sombong untuk melaksanakan perintah Allah padahal iblis percaya akan wujudnya Allah. Kufur
yang tidak membuat dirinya keluar dari islam, seperti mengkufuri nikmat dan anugerah Allah,
atau sepeti seorang istri yang mengkufuri nikmat dan pemberian suaminya. Dalam hadits shahih
ia dinilai kafir, yaitu mengingkari kebaikan suaminya.

Nifaq itu ada dua macam yaitu nifaq i’tiqadah (aqidah) dan Nifaq ‘amali (perbuatan). Nifaq
I’tiqad yaitu nifaq yang berkaitan dengan keyakinan, yaitu orang yang hatinya menolak ajaran
islam atau sebagian ajaran islam. Nifaq ‘amali yaitu orang yang memiliki sifat munafiq, seperti
suka dusta kalau berbicara, khianat terhadap amanat dan suka melanggar janjinya.
Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan merusak rumah tangga
orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan meminta bantuan kepada setan. Hal ini
termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar. Firman Allah SWT :

َ َّ‫اطينَ َكفَ ُروا يُعَ ِل ُمونَ الن‬


‫اس‬ ِ َ‫شي‬َّ ‫سلَ ْي َمانُ َو ٰلَ ِكنَّ ال‬ ُ ‫علَ ٰى ُم ْل ِك‬
ُ ‫سلَ ْي َمانَ ۖ َو َما َكفَ َر‬ َ ُ‫اطين‬ َّ ‫َواتَّبَعُوا َما تَتْلُو ال‬
ِ َ‫شي‬
‫وَل إِنَّ َما نَحْ نُ فِتْنَةٌ فَ ََل‬ َ ُ‫ان ِم ْن أ َ َح ٍد َحت َّ ٰى يَق‬
ِ ‫اروتَ ۚ َو َما يُعَ ِل َم‬ ُ ‫اروتَ َو َم‬ ُ ‫علَى ا ْل َملَ َكي ِْن بِبَابِ َل َه‬ َ ‫السِحْ َر َو َما أ ُ ْن ِز َل‬
ِ َّ ‫َارينَ بِ ِه ِم ْن أ َ َح ٍد إِ ََّل بِ ِإ ْذ ِن‬
ۚ ‫َّللا‬ ِ ‫ت َ ْكفُ ْر ۖ فَيَتَعَلَّ ُمونَ ِم ْن ُه َما َما يُفَ ِرقُونَ بِ ِه بَ ْينَ ا ْل َم ْر ِء َو َز ْو ِج ِه ۚ َو َما ُه ْم بِض‬
ٍ ‫شت َ َراهُ َما لَهُ فِي ْاْل ِخ َر ِة ِم ْن َخ ََل‬
َ ْ‫ق ۚ َولَبِئ‬
‫س َما ش ََر ْوا بِ ِه‬ َ ‫َويَتَعَلَّ ُمونَ َما يَض ُُّر ُه ْم َو ََل يَ ْنفَعُ ُه ْم ۚ َولَقَ ْد‬
ْ ‫ع ِل ُموا لَ َم ِن ا‬
َ ُ‫أ َ ْنف‬
َ‫س ُه ْم ۚ لَ ْو كَانُوا يَ ْع َل ُمون‬
“dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan sulaiman)
dan mereka mengatakan bahwa sulaiman iti mengerjakan sihir), padahal sulaiman tidak kafir
(tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitanlah yang kafir (mengerjakan sihir). Merek
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada apa yang diturunkan
kepada malaikat di negri babil yaitu harut dan marut, sedangkan keduanya tidak mengerjakan
(sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan : “sesungguhnya kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir “ maka kami mempelajari dari kedua malaikat itu apa
yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun,
kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi manfaat. Demi
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang telah menukarnay (kitab Allah)
dengan sihir itu, tiadalah bginya keuntungan diakhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Baqarah :102)
Tidak diragukan lagi bahwa sihir termasuk dosa besar dan hukumnyapun sangat berat, yakni
dipenggal dengan pedang. Sebagaiman sabda Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh turmudzi
“hukuman bagi tukang sihir itu adalah dipenggal dengan pedang” (HR Turmudzi
Menurut hadits yang diriwayatkan secara marfu’ oleh ibnu mas’ud, perbuatan yang temasuk sihir
adalah memohon kekuatan pada alam, mempercayai bahwa benda-benda tertentu dapat menolak
dari gangguan pada diri, dan juga memalingkan hati perempuan agar menyukainya.
Sihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir antara lain :
a. Mempengaruhi hati dan badan seseorang, untuk di sakiti atau di bunuh,
b. Memusnahkan harta benda seseorang,
c. Memutuskan ikatan kasih sayang seseorang dengan suami istri atau anak atau dengan anggota
keluarga lainnya.

Bid’ah Jika di tinjau dari sudut pandang bahasa, bid’ah adalah diambil dari kata bida’ yaitu al
ikhtira‘ mengadakan sesuatu tanpa adanya contoh sebelumnya. Seperti yang termaktub dalam
Kitab Shahih Muslim bi Syarah Imam Nawawi dijelaskan sebagai berikut: ‫ قال أهل‬.‫والمراد غالب البدع‬
‫ هي كل شيء عمل على غير مثال سابق‬:‫“ اللغة‬Dan yang dimaksud bid’ah, berkata ahli bahasa, dia ialah
segala sesuatu amalan tanpa contoh yang terlebih dahulu”[1] Sedangkan jika ditujukan dalam hal
ibadah pengertian-pengertian bid’ah tersebut diantaranya: ،‫ يراد بها التعبد‬،‫ طريقة مستحدثة في الدين‬:‫البدعة‬
‫ والسنة وإجماع سلف األمة‬،‫“ تخالف الكتاب‬Bid’ah adalah suatu jalan yang diada-adakan dalam agama
yang dimaksudkan untuk ta’abudi, bertentangan dengan al Kitab (al qur`an), As Sunnah dan
ijma’ umat terdahulu“

Menebak-nebak nasib seseorang dapat merusak iman, karena pada hakikatnya, segalanya
hanya Alloh lah yang menentukan nasib seseorang. Sayangnya ramal-meramal masih sangat
merebak, terutama mereka-mereka yang senang berspekulasi. Ada yang menggunakan isti-
lah astrologi, guratan tangan, thiyaroh (menerbangkan burung), fenomena alam, termasuk
mereka yang menganggap kemalangannya akibat dari kedatangan seseorang. Seperti dalam
kisah Nabi Sholeh AS berikut :

mereka menjawab : "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu


dan orang-orang yang berseteru", Sholeh berkata :"Nasibmu ada pada sisi
Alloh, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji.
(QS An-Naml : 47)
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasar penjabaran yang telah disampaikan, bahwa keimanan manusia telah Allah tulisakan
dalam Al-Quran dan telah disebutkan pula As-Sunnah. Tingkat keimanan seseorang berbeda-
beda. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa keimanan seorang dapat berubah menjadi lebih
baik melalui beberapa tingkat, mulai dari dasar hingga tingkatan yang lebih tinggi. Namun
karena keimanan seseorang dari hati, terkadang iman ini dapat naik ataupun turun. Tetapi,
apabila masing-masing dari kita dapat beristiqomah insyallah iman kita akan tetap terjaga.

Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan terutama mengenai
tata bahasa dan juga refrensi. Juga kita sebagai mahasiswa semester awal menyadari akan
kekurangan itu. Maka, penulis berharap apabila terdapat kesalahan mohon dimaklumi dan
dimaafkan karena keterbatasan penulis. Juga kritik ataupun saran, sangat diharapkan agar di
kemudian hari dapat menghasilkan makalah maupun karya tulis yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai