Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh:
Christiana E.D.W
03/172373/EIK/00348

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
YOGYAKARTA
2005
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

I. PENGERTIAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran napas
termasuk adneksanya. Akut adalah berlangsung sampai 14 hari, Adneksa yaitu
sinus,rongga telinga dan pleura

II. KLASIFIKASI
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
ISPA atas : Rinitis, faringitis,Otitis
ISPA bawah : Laringitis ,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia.

III. ETIOLOGI
1. Virus Utama : - ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus
aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia
sekolah : Mycoplasma pneumonia.

IV. FAKTOR RESIKO


Faktor diri (host) : umur,jenis kelamin,status gizi,kelainan
congenital,imunologis,BBLR dan premature.
Faktor lingkungan : Kualitas perawatan orang tua,asap rokok,keterpaparan terhadap
infeksi,social ekonomi,cuaca dan polusi udara.

V. PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-
apa
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.

VI. PENATALAKSANAAN MEDIS


1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian
multivitamin dll.
2. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu
kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia berat :
Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

ASUHAN KEPERAWATAN

1.PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a. Riwayat : demam,batu,pilek,anoreksia,badan lemah/tidak bergairah,riwayat penyakit
pernapasan,pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang
menyertai.
b. Tanda fisik : Demam,dyspneu,tachipneu,menggunakan otot pernafasan
tambahan,faring hiperemis,pembesaran tonsil,sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : Umum ,tingkat perkembangan,kebiasaan sehari-
hari,mekanisme koping,kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,pengetahuan
tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.

2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
b. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nyeri
menelan,penurunan nafsu makan sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan
akut.
c. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi
d. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.

DAFTAR PUSTAKA

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-

2002,Philadelpia,USA

Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)

PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
PNEUMONIA

A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

B. Etiologi
1. streptococcus pneumonia melalui droplet
2. Staphylococcus aureus melalui slang infuse
3. P. aerugenisa dan enterobakter melalui ventilator
4. H.Influenzae
5. Mycoplasma

C. Tanda dan Gejala


Gejala Bakterial/ Non bacterial/ Pola campuran
Tipikal Atipikal
Usia Lebih tua Muda Lebih tua
Awitan Cepat Lebih lambat Cepat
Gejala dominan Konstitusional Konstitusional Konstitusional
dan respirasi
Batuk Produktif Tidak Tidak menonjol
Sputum Purulen/berdarah Negatif/mukoid Dapat purulen
Nyeri dada Sering Jarang Sering
Konsolidasi Sering Jarang Jarang
Leukositosis Segmen/lobar Tidak ada Ringan, Var: Patchy
Foto dada Interstitial, difus infiltrate.
Penyebab Bakteri Mikoplasma/virus/ Bakteri-presentasi
jamur atipikal,
tuberculosis,
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
legionella, klamida

D. Patofisiologi
Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi MO, tingkat kemudahan dan
luasnya daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh. Pneumonia dapat
terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Factor predisposisi antara
lain berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, penyakit jantung kronik, diabetes
mellitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan
penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasife: infuse, intubasi, trakeostomi,
pemasangan ventilator. Lingkungan tempat tinggal, misalnya dip anti jompo,
penggunaan antibiotic, dan obat suntik IV serta keadaan alkoholik meningkatkan
kemungkinan terinfeksi kuman gram negative.
Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu
dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh
jamur, mikrobakterium atau parasit.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologist : air bronchogram : streptococcus pneumoniae
2. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit
3. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis,
bronskoskopi, biopsy
4. Pemeriksaan Khusus : Titer antibody terhadap virus
F. Penataksanaan
1. Antibiotik
2. Terapi supportif umum
a. Terapi oksigen
b. Humidifikasi dengan nebulizer
c. Fisioterapi dada
d. Pengaturan cairan
e. Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
f. Obat inotropik
g. Ventilasi mekanis

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
h. Drainase empiema
i. Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
G. Masalah Yang lazim muncul pada klien
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam
3. Intoleransi aktivitas b/d isolasi respiratory
4. Defisit pengetahuan b/d perawatan anak pulang

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Bersihan jalan nafas NOC : NIC :
 Respiratory Airway suction
tidak efektif b/d
status : Ventilation  Pastikan
inflamasi dan obstruksi  Respiratory kebutuhan oral /
status : Airway tracheal
jalan nafas
patency suctioning
Definisi :  Auskultasi
Ketidakmampuan untuk Kriteria Hasil : suara nafas
membersihkan sekresi  Mendemonstrasikan sebelum dan
atau obstruksi dari batuk efektif dan sesudah
saluran pernafasan untuk suara nafas yang suctioning.
mempertahankan bersih, tidak ada  Informasika
kebersihan jalan nafas. sianosis dan n pada klien dan
dyspneu (mampu keluarga tentang
Batasan Karakteristik : bernafas dengan suctioning
- Dispneu, mudah, tidak ada  Minta klien
Penurunan suara pursed lips) nafas dalam
nafas  Menunjukkan jalan sebelum suction
- Orthopneu nafas yang paten dilakukan.
- Cyanosis (klien tidak merasa  Berikan O2
- Kelainan suara tercekik, irama dengan
nafas (rales, nafas, frekuensi menggunakan
wheezing) pernafasan dalam nasal untuk
- Kesulitan berbicara rentang normal, memfasilitasi
- Batuk, tidak tidak ada suara suksion
efekotif atau tidak nafas abnormal) nasotrakeal
ada  Mampu  Gunakan alat
- Mata melebar mengidentifikasika yang steril sitiap
- Produksi sputum n dan mencegah melakukan
- Gelisah factor yang dapat tindakan
- Perubahan menghambat jalan  Anjurkan
frekuensi dan nafas pasien untuk
irama nafas istirahat dan
napas dalam
Faktor-faktor yang setelah kateter
dikeluarkan dari
berhubungan: nasotrakeal
- Lingkungan :  Monitor
merokok, status oksigen
menghirup asap pasien
rokok, perokok  Ajarkan
pasif-POK, infeksi keluarga
- Fisiologis : bagaimana cara
disfungsi melakukan
neuromuskular, suksion
hiperplasia dinding  Hentikan

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
bronkus, alergi suksion dan
jalan nafas, asma. berikan oksigen
- Obstruksi jalan apabila pasien
nafas : spasme menunjukkan
jalan nafas, sekresi bradikardi,
tertahan, peningkatan
banyaknya mukus, saturasi O2, dll.
adanya jalan nafas
buatan, sekresi
bronkus, adanya Airway
eksudat di alveolus, Management
adanya benda asing  Buka jalan
di jalan nafas. nafas, guanakan
teknik chin lift
atau jaw thrust
bila perlu
 Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
 Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas
buatan
 Pasang mayo
bila perlu
 Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
 Keluarkan
sekret dengan
batuk atau
suction
 Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan
 Lakukan suction
pada mayo
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
bila perlu
 Berikan
pelembab udara
Kassa basah
NaCl Lembab

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
 Atur intake
untuk cairan
mengoptimalka
n
keseimbangan.
 Monitor
respirasi dan
status O2

2 Defisit Volume cairan NOC: Fluid management


b/d intake oral tidak  Fluid balance  Timbang
adekuat, takipneu,  Hydration popok/pembalut
demam  Nutritional jika diperlukan
Status : Food and  Pertahankan
Definisi : Penurunan catatan intake
cairan intravaskuler,
Fluid Intake
dan output yang
interstisial, dan/atau Kriteria Hasil :
akurat
intrasellular. Ini  Mempertahankan
 Monitor status
mengarah ke dehidrasi, urine output hidrasi
kehilangan cairan sesuai dengan ( kelembaban
dengan pengeluaran usia dan BB, BJ membran
sodium urine normal, HT mukosa, nadi
normal adekuat,
Batasan Karakteristik :  Tekanan darah, tekanan darah
- Kelemahan nadi, suhu tubuh ortostatik ), jika
- Haus diperlukan
dalam batas
- Penurunan turgor  Monitor vital
kulit/lidah
normal
 Tidak ada tanda sign
- Membran  Monitor
mukosa/kulit kering tanda dehidrasi,
masukan
- Peningkatan denyut Elastisitas turgor
makanan /
nadi, penurunan kulit baik, cairan dan
tekanan darah, membran hitung intake
penurunan mukosa lembab, kalori harian
volume/tekanan nadi tidak ada rasa  Lakukan terapi
- Pengisian vena haus yang IV
menurun berlebihan  Monitor status
- Perubahan status
nutrisi
mental
 Berikan cairan
- Konsentrasi urine
meningkat  Berikan cairan
- Temperatur tubuh IV pada suhu
meningkat ruangan
- Hematokrit meninggi  Dorong
- Kehilangan berat masukan oral
badan seketika  Berikan
(kecuali pada third penggantian
spacing) nesogatrik
sesuai output

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
Faktor-faktor yang  Dorong
berhubungan: keluarga untuk
- Kehilangan volume membantu
cairan secara aktif pasien makan
- Kegagalan  Tawarkan snack
mekanisme ( jus buah, buah
pengaturan segar )
 Kolaborasi
dokter jika
tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
 Atur
kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi

3 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


isolasi respiratory  Energy Activity Therapy
conservation  Kolaborasikan
Intoleransi aktivitas b/d  Self Care : dengan Tenaga
fatigue ADLs Rehabilitasi
Kriteria Hasil : Medik
Definisi : dalammerencan
Ketidakcukupan energu  Berpartisipasi
akan progran
secara fisiologis maupun dalam terapi yang
psikologis untuk aktivitas fisik tepat.
meneruskan atau tanpa disertai  Bantu klien
menyelesaikan aktifitas peningkatan untuk
yang diminta atau tekanan mengidentifikas
aktifitas sehari hari. darah, nadi i aktivitas yang
dan RR mampu
Batasan karakteristik :  Mampu dilakukan
a. melaporkan secara melakukan  Bantu untuk
verbal adanya aktivitas memilih
kelelahan atau aktivitas
sehari hari

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
kelemahan. (ADLs) konsisten
b. Respon abnormal secara yangsesuai
dari tekanan darah mandiri dengan
atau nadi terhadap kemampuan
aktifitas fisik, psikologi
c. Perubahan EKG dan social
yang menunjukkan  Bantu untuk
aritmia atau mengidentifikas
iskemia i dan
d. Adanya dyspneu mendapatkan
atau sumber yang
ketidaknyamanan diperlukan
saat beraktivitas. untuk aktivitas
yang diinginkan
Faktor factor yang  Bantu untuk
mendpatkan alat
berhubungan :
bantuan
 Tirah Baring atau aktivitas seperti
imobilisasi kursi roda, krek
 Kelemahan  Bantu untu
menyeluruh mengidentifikas
 Ketidakseimbangan i aktivitas yang
antara suplei disukai
oksigen dengan  Bantu klien
kebutuhan untuk membuat
 Gaya hidup yang jadwal latihan
dipertahankan. diwaktu luang
 Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikas
i kekurangan
dalam
beraktivitas
 Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
 Monitor
respon fisik,
emoi, social
dan spiritual

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
Energy
Management
 Observasi
adanya
pembatasan
klien dalam
melakukan
aktivitas
 Dorong anal
untuk
mengungkapkan
perasaan
terhadap
keterbatasan
 Kaji adanya
factor yang
menyebabkan
kelelahan
 Monitor nutrisi
dan sumber
energi
tangadekuat
 Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
dan emosi
secara
berlebihan
 Monitor respon
kardivaskuler
terhadap
aktivitas
 Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien

4 Defisit pengetahuan b/d NOC : NIC :


tidak familiar dengan  Kowlwdge : Teaching : disease
disease process Process
sumber informasi  Kowledge :  Berikan
health Behavior penilaian
Kriteria Hasil : tentang tingkat
 Pasien dan pengetahuan
pasien tentang

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
keluarga proses penyakit
menyatakan yang spesifik
pemahaman  Jelaskan
tentang penyakit, patofisiologi
kondisi, prognosis dari penyakit
dan program dan bagaimana
pengobatan hal ini
 Pasien dan berhubungan
keluarga mampu dengan anatomi
melaksanakan dan fisiologi,
prosedur yang dengan cara
dijelaskan secara yang tepat.
benar  Gambarkan
 Pasien dan tanda dan gejala
keluarga mampu yang biasa
menjelaskan muncul pada
kembali apa yang penyakit,
dijelaskan dengan cara
perawat/tim yang tepat
kesehatan lainnya  Gambarkan
proses penyakit,
dengan cara
yang tepat
 Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
dengna cara
yang tepat
 Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
 Hindari harapan
yang kosong
 Sediakan bagi
keluarga atau
SO informasi
tentang
kemajuan
pasien dengan
cara yang tepat
 Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
masa yang akan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
 Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan
 Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,
dengan cara
yang tepat
 Rujuk pasien
pada grup atau
agensi di
komunitas
lokal, dengan
cara yang tepat
 Instruksikan
pasien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CIROSIS HEPATIS

Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh:
Christiana E.D.W
03/172373/EIK/00348

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
YOGYAKARTA
2005

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
SIROSIS HEPATIS

A. Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, regenerasi sel-sel hati,
sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati.

B. Etiologi
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatic
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica
5. Penyakit Wilson
6. Hemokromatosis
7. Zat toksik

4. Tanda dan Gejala


A. Anoreksia, mual, muntah, dan diare
B. Demam, berat badan menurun, lekas lelah
C. Asites, hidrotoraks, dan edema
D. Ikterus, kadang-kadang urine menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan
E. Hepatomegali
F. Kelainan pembuluh darah; kolateral didinding abdomen dan toraks, kaput
medusa, wasir, dan varises esophagus.
G. Kelainan endokrin: Impotensi, atrofi testes, ginekomasti, hilangnya rambut
aksila dan pubis, amenore, hiperpigmentasi areola mamae, spider nevi dan
eritema, hiperpigmentasi.

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
5. Patofisiologi

Pada penyakit hepar kronik seperti sirosis hati (hati yang mengecil dan mengeras)
maka akan terjadi penurunan aliran darah porta ke hepar yang dapat dikenali
dengan CDFI. Hal ini akan diimbangi oleh peningkatan aliran darah arteri
hepatika yang berkelok-kelok dan melebar serta bervelositas tinggi. Juga
penyempitan cabang-cabang vena hepatika dan perubahan bentuk gelombang
Dopplernya dapat dengan jelas terlihat pada alat deteksi itu.

Gambaran USG pada sirosis hepatis nilai akurasi diagnosis USG tersebut
mencapai 85-95%. Meskipun gambaran USG sirosis hepatis kadang-kadang sulit
dibedakan dengan gambaran fatty liver stadium lanjut atau gambaran suatu
hepatitis kronik aktif, tetapi dengan mencari tanda-tanda penyerta lainnya yang
biasa dijumpai pada sirosis hepatis maka pada umumnya diagnosisnya dapat
ditegakkan dengan pasti.

Keadaan penyerta yang sering dijumpai pada sirosis hepatis adalah adanya asites
(cairan didalam rongga perut), splenomegali (limpa membesar), dan terjadinya
kolateral portositemik pada keadaan hipertensi portal yang selalu mendapat
perhatian dari klinisi. Karena keadaan ini sering menyebabkan suatu perdarahan
gastro-intestinal (perdarahan saluran cerna) yang sering menyebabkan
peningkatan angka kematian.

6. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium: albumin serum, globulin, bilirubin direk dan
indirek, enzim kolinesterase
B. SGOT, SGPT

7. Penatalaksanaan
A. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam.

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
B. Diit rendah protein
C. Antibiotik untuk mengatasi infeksi
D. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu pemberian asam amino esensial berantai
cabang dan glukosa
E. Roboransia vitamin B komplek
Penatalaksanaan asites dan edema adalah:
1. Istirahat dan diit rendah garam
2. Bila dengan istirahat dan diit rendah garam tidak dapat teratasi, diberikan
pengobatan diuretic berupa spironolakton 50-100 mg/hari.
3. Bila terjadi asites refrakter, dilakukan terapi parasentesis.
4. Pengendalian cairan asites.

Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03

Anda mungkin juga menyukai