ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PNEUMONIA
Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Disusun Oleh:
Christiana E.D.W
03/172373/EIK/00348
I. PENGERTIAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran napas
termasuk adneksanya. Akut adalah berlangsung sampai 14 hari, Adneksa yaitu
sinus,rongga telinga dan pleura
II. KLASIFIKASI
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
ISPA atas : Rinitis, faringitis,Otitis
ISPA bawah : Laringitis ,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia.
III. ETIOLOGI
1. Virus Utama : - ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus
aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia
sekolah : Mycoplasma pneumonia.
V. PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-
apa
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a. Riwayat : demam,batu,pilek,anoreksia,badan lemah/tidak bergairah,riwayat penyakit
pernapasan,pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang
menyertai.
b. Tanda fisik : Demam,dyspneu,tachipneu,menggunakan otot pernafasan
tambahan,faring hiperemis,pembesaran tonsil,sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : Umum ,tingkat perkembangan,kebiasaan sehari-
hari,mekanisme koping,kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,pengetahuan
tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
b. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nyeri
menelan,penurunan nafsu makan sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan
akut.
c. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi
d. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.
DAFTAR PUSTAKA
2002,Philadelpia,USA
Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
PNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
B. Etiologi
1. streptococcus pneumonia melalui droplet
2. Staphylococcus aureus melalui slang infuse
3. P. aerugenisa dan enterobakter melalui ventilator
4. H.Influenzae
5. Mycoplasma
D. Patofisiologi
Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi MO, tingkat kemudahan dan
luasnya daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh. Pneumonia dapat
terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Factor predisposisi antara
lain berupa kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, penyakit jantung kronik, diabetes
mellitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan
penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasife: infuse, intubasi, trakeostomi,
pemasangan ventilator. Lingkungan tempat tinggal, misalnya dip anti jompo,
penggunaan antibiotic, dan obat suntik IV serta keadaan alkoholik meningkatkan
kemungkinan terinfeksi kuman gram negative.
Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu
dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh
jamur, mikrobakterium atau parasit.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologist : air bronchogram : streptococcus pneumoniae
2. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit
3. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis,
bronskoskopi, biopsy
4. Pemeriksaan Khusus : Titer antibody terhadap virus
F. Penataksanaan
1. Antibiotik
2. Terapi supportif umum
a. Terapi oksigen
b. Humidifikasi dengan nebulizer
c. Fisioterapi dada
d. Pengaturan cairan
e. Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
f. Obat inotropik
g. Ventilasi mekanis
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
h. Drainase empiema
i. Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
G. Masalah Yang lazim muncul pada klien
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
2. Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam
3. Intoleransi aktivitas b/d isolasi respiratory
4. Defisit pengetahuan b/d perawatan anak pulang
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Bersihan jalan nafas NOC : NIC :
Respiratory Airway suction
tidak efektif b/d
status : Ventilation Pastikan
inflamasi dan obstruksi Respiratory kebutuhan oral /
status : Airway tracheal
jalan nafas
patency suctioning
Definisi : Auskultasi
Ketidakmampuan untuk Kriteria Hasil : suara nafas
membersihkan sekresi Mendemonstrasikan sebelum dan
atau obstruksi dari batuk efektif dan sesudah
saluran pernafasan untuk suara nafas yang suctioning.
mempertahankan bersih, tidak ada Informasika
kebersihan jalan nafas. sianosis dan n pada klien dan
dyspneu (mampu keluarga tentang
Batasan Karakteristik : bernafas dengan suctioning
- Dispneu, mudah, tidak ada Minta klien
Penurunan suara pursed lips) nafas dalam
nafas Menunjukkan jalan sebelum suction
- Orthopneu nafas yang paten dilakukan.
- Cyanosis (klien tidak merasa Berikan O2
- Kelainan suara tercekik, irama dengan
nafas (rales, nafas, frekuensi menggunakan
wheezing) pernafasan dalam nasal untuk
- Kesulitan berbicara rentang normal, memfasilitasi
- Batuk, tidak tidak ada suara suksion
efekotif atau tidak nafas abnormal) nasotrakeal
ada Mampu Gunakan alat
- Mata melebar mengidentifikasika yang steril sitiap
- Produksi sputum n dan mencegah melakukan
- Gelisah factor yang dapat tindakan
- Perubahan menghambat jalan Anjurkan
frekuensi dan nafas pasien untuk
irama nafas istirahat dan
napas dalam
Faktor-faktor yang setelah kateter
dikeluarkan dari
berhubungan: nasotrakeal
- Lingkungan : Monitor
merokok, status oksigen
menghirup asap pasien
rokok, perokok Ajarkan
pasif-POK, infeksi keluarga
- Fisiologis : bagaimana cara
disfungsi melakukan
neuromuskular, suksion
hiperplasia dinding Hentikan
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
bronkus, alergi suksion dan
jalan nafas, asma. berikan oksigen
- Obstruksi jalan apabila pasien
nafas : spasme menunjukkan
jalan nafas, sekresi bradikardi,
tertahan, peningkatan
banyaknya mukus, saturasi O2, dll.
adanya jalan nafas
buatan, sekresi
bronkus, adanya Airway
eksudat di alveolus, Management
adanya benda asing Buka jalan
di jalan nafas. nafas, guanakan
teknik chin lift
atau jaw thrust
bila perlu
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas
buatan
Pasang mayo
bila perlu
Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan
sekret dengan
batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
bila perlu
Berikan
pelembab udara
Kassa basah
NaCl Lembab
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
Atur intake
untuk cairan
mengoptimalka
n
keseimbangan.
Monitor
respirasi dan
status O2
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
Faktor-faktor yang Dorong
berhubungan: keluarga untuk
- Kehilangan volume membantu
cairan secara aktif pasien makan
- Kegagalan Tawarkan snack
mekanisme ( jus buah, buah
pengaturan segar )
Kolaborasi
dokter jika
tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
Atur
kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk
tranfusi
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
kelemahan. (ADLs) konsisten
b. Respon abnormal secara yangsesuai
dari tekanan darah mandiri dengan
atau nadi terhadap kemampuan
aktifitas fisik, psikologi
c. Perubahan EKG dan social
yang menunjukkan Bantu untuk
aritmia atau mengidentifikas
iskemia i dan
d. Adanya dyspneu mendapatkan
atau sumber yang
ketidaknyamanan diperlukan
saat beraktivitas. untuk aktivitas
yang diinginkan
Faktor factor yang Bantu untuk
mendpatkan alat
berhubungan :
bantuan
Tirah Baring atau aktivitas seperti
imobilisasi kursi roda, krek
Kelemahan Bantu untu
menyeluruh mengidentifikas
Ketidakseimbangan i aktivitas yang
antara suplei disukai
oksigen dengan Bantu klien
kebutuhan untuk membuat
Gaya hidup yang jadwal latihan
dipertahankan. diwaktu luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikas
i kekurangan
dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
Monitor
respon fisik,
emoi, social
dan spiritual
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
Energy
Management
Observasi
adanya
pembatasan
klien dalam
melakukan
aktivitas
Dorong anal
untuk
mengungkapkan
perasaan
terhadap
keterbatasan
Kaji adanya
factor yang
menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi
dan sumber
energi
tangadekuat
Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
dan emosi
secara
berlebihan
Monitor respon
kardivaskuler
terhadap
aktivitas
Monitor pola
tidur dan
lamanya
tidur/istirahat
pasien
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
keluarga proses penyakit
menyatakan yang spesifik
pemahaman Jelaskan
tentang penyakit, patofisiologi
kondisi, prognosis dari penyakit
dan program dan bagaimana
pengobatan hal ini
Pasien dan berhubungan
keluarga mampu dengan anatomi
melaksanakan dan fisiologi,
prosedur yang dengan cara
dijelaskan secara yang tepat.
benar Gambarkan
Pasien dan tanda dan gejala
keluarga mampu yang biasa
menjelaskan muncul pada
kembali apa yang penyakit,
dijelaskan dengan cara
perawat/tim yang tepat
kesehatan lainnya Gambarkan
proses penyakit,
dengan cara
yang tepat
Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
dengna cara
yang tepat
Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
Hindari harapan
yang kosong
Sediakan bagi
keluarga atau
SO informasi
tentang
kemajuan
pasien dengan
cara yang tepat
Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
masa yang akan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan
Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,
dengan cara
yang tepat
Rujuk pasien
pada grup atau
agensi di
komunitas
lokal, dengan
cara yang tepat
Instruksikan
pasien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CIROSIS HEPATIS
Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Disusun Oleh:
Christiana E.D.W
03/172373/EIK/00348
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
SIROSIS HEPATIS
A. Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, regenerasi sel-sel hati,
sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati.
B. Etiologi
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatic
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica
5. Penyakit Wilson
6. Hemokromatosis
7. Zat toksik
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
5. Patofisiologi
Pada penyakit hepar kronik seperti sirosis hati (hati yang mengecil dan mengeras)
maka akan terjadi penurunan aliran darah porta ke hepar yang dapat dikenali
dengan CDFI. Hal ini akan diimbangi oleh peningkatan aliran darah arteri
hepatika yang berkelok-kelok dan melebar serta bervelositas tinggi. Juga
penyempitan cabang-cabang vena hepatika dan perubahan bentuk gelombang
Dopplernya dapat dengan jelas terlihat pada alat deteksi itu.
Gambaran USG pada sirosis hepatis nilai akurasi diagnosis USG tersebut
mencapai 85-95%. Meskipun gambaran USG sirosis hepatis kadang-kadang sulit
dibedakan dengan gambaran fatty liver stadium lanjut atau gambaran suatu
hepatitis kronik aktif, tetapi dengan mencari tanda-tanda penyerta lainnya yang
biasa dijumpai pada sirosis hepatis maka pada umumnya diagnosisnya dapat
ditegakkan dengan pasti.
Keadaan penyerta yang sering dijumpai pada sirosis hepatis adalah adanya asites
(cairan didalam rongga perut), splenomegali (limpa membesar), dan terjadinya
kolateral portositemik pada keadaan hipertensi portal yang selalu mendapat
perhatian dari klinisi. Karena keadaan ini sering menyebabkan suatu perdarahan
gastro-intestinal (perdarahan saluran cerna) yang sering menyebabkan
peningkatan angka kematian.
6. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium: albumin serum, globulin, bilirubin direk dan
indirek, enzim kolinesterase
B. SGOT, SGPT
7. Penatalaksanaan
A. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam.
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03
B. Diit rendah protein
C. Antibiotik untuk mengatasi infeksi
D. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu pemberian asam amino esensial berantai
cabang dan glukosa
E. Roboransia vitamin B komplek
Penatalaksanaan asites dan edema adalah:
1. Istirahat dan diit rendah garam
2. Bila dengan istirahat dan diit rendah garam tidak dapat teratasi, diberikan
pengobatan diuretic berupa spironolakton 50-100 mg/hari.
3. Bila terjadi asites refrakter, dilakukan terapi parasentesis.
4. Pengendalian cairan asites.
Askep Pneumonia
Di Ruang A1 RS Dr. Sardjito
Christin PSIK B’03