Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CA REKTRUM

Oleh :

D Budi Yuwono

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2020
1. PENGERTIAN
Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma Recti
merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian
Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Karsinoma
rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar
sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolonrektal berawal dari polip yang sudah
ada sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid
besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai
cincin anular (Price and Wilson, 2006).

2. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko
telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat
(Brunner & Suddarth, 2001).
a. Polip di usus (Colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi
pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker),
tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
b. Ulseratif Kolitis
Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar 1% dari
pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. Resiko perkembangan kanker
pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena kolitis dan berbanding lurus
dengan keterlibatan dan keaktifan dari ulseratif kolitis.
c. Penyakit Crohn
Pasien dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis
ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih
besar. Pasien yang menderita penyakit crohn’s mempunyai risiko tinggi untuk
menderita kanker kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan ulseratif
kolitis. Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada penyakit crohn’s sekitar
20%. Pasien dengan struktur kolon mempunyai insiden yang tinggi dari
adenokarsinoma pada tempat yang terjadi fibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada
tempat strikturoplasty menjadikan sebuah biopsy dari dinding intestinal harus dilakukan
pada saat melakukan strikturoplasty. Telah dilaporkan juga bahwa squamous sel kanker
dan adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien dengan crohn’s disease.
d. Riwayat Kanker
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat kanker
kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang
mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker
kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak
memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya.
e. Faktor Gaya Hidup
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk
memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan merokok
lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk menderita
adenoma. Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara aktifitas,
obesitas dan asupan energi dengan kanker kolorektal. The Nurses Health Study telah
menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik dengan terjadinya
adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan meningkatkan
risiko terjadinya adenoma.
f. Diet atau Pola Makan
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat
berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan penelitian,
meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan antara
serat dan kanker kolorektal.

3. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas
ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian
rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan
kolon asendens.
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih.
b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.
d. Penyebaran secara transperitoneal
e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Adenokarsinoma secara jalur APC (adenomatous polyposis coli) melibatkan beberapa
mutasi genetik, dimulai dengan inaktivasi dari gen APC, yang memungkinkan replikasi
seluler di bawah permukaan dinding. Dengan peningkatan pembelahan sel, terjadi mutasi
lebih lanjut, mengkibatkan aktivitas dari onkogen K-ras pada tahap awal dan mutasi pada
tahap-tahap selanjutnya. Kerugian kumulatif ini dalam fungsi gen supresor tumor mencegah
apoptosis dan memperpanjang umur sel tanpa batas. Jika mutasi APC diwariskan, akan
berakibat pada sindrom poliposis adenomatosa kekeluargaan (Leggett, 2001). Secara
histologis, adenoma diklasifikasikan dalam tiga kelompok : tubular, tubulovillous, dan
villous adenoma. Mutasi K-ras dan ketidak stabilan mikrosatelit telah diidentifikasi dalam
hiperplastik polip. Oleh karena itu, hiperplastik polip mungkin juga memiliki potensi ganas
dalam berbagai derajat (Leggett, 2001).

4. PATHWAYS
Polip usus, ulseratif kolitis
Faktor gaya hidup
Riwayat kanker / polip

Defifit thiamin, asam folat, reboflafin

Gang. Organesis usus

Cancer kolorektal

Obstruksi rektum

Konstipasi penumpukan gas

Mual, mmuntah
Colonsoscopy, sigmoidoscopy,
darah lengkap, biopsi, rontgen intake oral menurun

Ditemukan massa pada


kolon atau rektum Gang. Pemenuhan
nutrisi kurang dari
keb. tubuh
Operatif atau pembedahan Konservatif

Insisi jaringan pemberian laksatif


Gang. Keseimbangan
cairan dan elektrolit

diare

Luka operasi

Trauma saraf penurunan Terputusnya


mobilitas fisik kontinuitas jaringan

Nyeri
peristaltik usus
menurun
Resiko tinggi
Gang. Eliminasi infeksi
bowel :
konstipasi

5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar
maupun yang berwarna hitam.
b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut atau usus tidak benar - benar kosong saat
BAB
c. Feses yang lebih kecil dari biasanya
d. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada perut
atau nyeri
e. Penurunan berat badan
f. Mual dan muntah
g. Rasa letih dan lesu
h. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah
gluteus

6. KLASIFIKASI
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging system,
yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV) antara lain :

a. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu pada
mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
b. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis
dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar
dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.

c. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun tidak
menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
d. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar
kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
e. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau
ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal,
diantaranya ialah :
1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen) dan Uji
faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan
2. Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining awal.
Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal,
pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum,
tumor akan teraba keras dan menggaung.

Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan adanya suatu
penonjolan tepi, dapat berupa :
a. Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu suatu
plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
b. Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi umumnya
mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi
c. Suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol dengan
suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling sering)
d. Suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan bentuk cincin
3. Barium Enema
yaitu Cairan yang mengandung barium dimasukkan melalui rektum kemudian
dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointestinal bawah.
4. Sigmoidoscopy
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat
polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan melalui rektum
sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
5. Colonoscopy
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat
polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan melalui rektum
sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
6. Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan. Secara
patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu sekitar 90
sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa,
carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors
7. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan
tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core.
Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.

F. PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium
I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan
pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan
stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment
dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan
dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant
chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang
hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah
diangkat saat operasi, beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi
setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
 Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
 Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis juga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
2. Radiasi
Banyak kasus kanker stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran
tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai
terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat
melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama
ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan
setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di
pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis
jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya
pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang
memiliki tumor lokal yang unresectable.
3. Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit
residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien
dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol
( Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan
kira - kira 15% dan menurunkan angka kematian kira - kira sebesar 10%
4. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma
ini dapat bersifat sementara atau permanen.

8. KOMPLIKASI
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (2001) adalah:
a. Obstruksi usus parsial
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang menyebabkan
kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
b. Perforasi atau perlobangan
c. Perdarahan
d. Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat gangguan
peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, penanggung jawab dll
B. Riwayat kesehatan
Keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
kesehatan masa lalu
Pengkajian Kebutuhan Dasar
1. Aktivitas dan istirahat
a. Data Subyektif:
 Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri pada abdomen)
b. Data obyektif:
 Kelemahan umum.
2. Sirkulasi
a. Data Subyektif : -
b. Data obyektif :
 Hipotensi
3. Integritas Ego
a. Data Subyektif :
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
b. Data obyektif :
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan, kesulitan
berekspresi diri.
4. Eliminasi
Data Subyektif :
Konstipasi, diare, adanya darah pada feses, kembung, rasa penuh pada perut atau nyeri
5. Makan dan minum
a. Data Subyektif :
 Nafsu makan hilang
 Nausea / vomitus
b. Data obyektif :
 Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
 Obesitas (faktor resiko)
6. Sensori neural
a. Data Subyektif :
 Nyeri abdomen
 Kelemahan
b. Data obyektif :
 Perubahan status mental dan gangguan fungsi kognitif
 Ekstremitas : kelemahan dan kekakuan
7. Nyeri (kenyamanan)
a. Data Subyektif : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
b. Data obyektif : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif : Perokok ( faktor resiko )
9. Keamanan
Data obyektif : Resiko jatuh
10. Interaksi social
Data obyektif : kepurtusasaan
11. Pengajaran pembelajaran
Data Subjektif : Riwayat kanker keluarga
12. Pertimbangan rencana pulang.
 Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
 Bantuan untuk transportasi, , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan
rumah.
(Doenges E, Marilynn,2000)

II. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan


Diagnosa Rasional
No Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri (Akut) Kriteria Evaluasi : Mandiri: Membantu mengevaluasi
berhubungan Kaji nyeri, catat derajat ketidaknyamanan
dgn : Menyatakan nyeri lokasi, dan keefektifan analgesik.
Biologis;aktivi hilang atau terkontrol. karakteristik,
tas proses intensitas (skala 0-
penyakit 10). Mencegah pengeringan
Menunjukkan nyeri
(kanker,trauma mukosa oral dan
hilang, mampu
) Berikan tindakan ketidaknyamanan.
tidur/istirahat dengan
kenyamanan, mis., Menurunkan tegangan otot
tepat.
perawtan mulut, dan meningkatkan
pijatan punggung, relaksasi.
Menunjukkan
ubah posisi.
penggunaan
Membantu pasien untuk
keterampilan relaksasi
Dorong istirahat lebih efektif dan
dan kenyamanan umum
penggunaan tehnik memfokuskan kembali
sesuai indikasi situasi
relaksasi, mis., perhatian, sehingga
pasien.
bimbingan menurunkan nyeri dan
imajinasi,visualisas ketidaknyamanan.
i.
Menurunkan kekakuan
otot atau sendi. Ambulasi
Bantu melakukan mengembalikan organ ke
latihan rentang posisi normal dan
gerak dan dorong meningkatkan kembalinya
ambulasi dini. fungsi ketingkat normal.
Hindari posisi
duduk lama. Diduga inflamasi
peritoneal, yang
memerlukan intervensi
Selidiki dan medik cepat.
laporkan adanya
kekakuan otot
abdominal dan
nyeri tekan
Menurunkan nyeri,
Kolaborasi : meningkatkan
Berikan obat sesuai kenyamanan.
indikasi, mis.,
narkotik, analgesik. Menurunkan
ketidaknyamanan lokal.
Berikan rendam Menurunkan edema dan
duduk. meningkatkan
penyembuhan luka
2. perineal.
Perubahan Kriteria Evaluasi :
nutrisi kurang Lakukan/pantau Perangsang kutaneus dapat
dari kebutuhan Mempertahankan berat efek unit TENS. digunakan untuk
tubuh badan/menunjukkan menghambat transmisi
berhubungan peningkatan berat badan rangsangan nyeri.
dengan : bertahap sesuai tujuan Mandiri :
Anoreksia dengan nilai Lakukan
lama/gangguan laboratorium normal. pengkajian nutrisi
masukan saat dengan seksama. Mengidentifikasi
praoperasi dan kekurangan/kebutuhan
Merencanakan diet
Adanya Auskultasi Bising untuk membantu memilih
untuk memenuhi
diare/ganggua usus. intervensi.
kebutuhan nutrisi.
n absorpsi.
Kembalinya fungsi usus
Mulai dengan menunjukkan kesiapan
makan cairan untuk memulai makan
perlahan. lagi.

Identifikasi bau Menurunkan insiden kram


yang ditimbulkan abdomen, mual.
oleh makanan
(mis., kol, ikan, Sensitivitas terhadap
kacang-kacangan) makanan tertentu tidak
dan sementara umum setelah bedah usus.
batasi diet. Pasien dapat mencoba
berbagai makanan sebelum
menentukan apakah ini
Anjurkan pasien membuat masalah.
meningkatkan
penggunaan yogurt Dapat menurunkan
dan mentega susu. pembentukan bau.

Diskusikan
mekanisme
menelan udara Minum melalui sedotan,
sebagai factor mengorok, ansietas,
pembentukan merokok, sakit gigi, dan
flatus. meneguk makanan
meningkatkan produksi
flatus. Terlalu banyak
flatus dapat menjadi factor
penyebab kebocoran dari
banyaknya tekanan dalam
kantong.
Kolaborasi :
Konsult dengan
ahli diet. Membantu mengkaji
kebutuhan nutrisi pasien
dalam perubahan
pencernaan dan fungsi
Tingkatkan diet usus.
dari cairan sampai
makanan rendah Diet rendah sisa dapat
residu bila dipertahankan selama 6-8
masukan oral minggu pertama untuk
dimulai. memberikan waktu yang
adekuat untuk
penyembuhan usus.
Berikan makanan
enteral/ parenteral Pada kelemahan/tidak
Kriteria Evaluasi : bila diindikasikan. toleran terhadap makanan
per oral. Hiperalimetasi
Mempertahankan digunakan untuk
Integritas kulit. menanbah kebutuhan
3. komponen pada
Resiko tinggi Mandiri : penyembuhan dan
Mengidentifikasi faktor
terhadap Lihat stoma/area mencegah status
resiko individu.
kerusakan kulit peristomal katabolisme.
integritas kulit pada tiap
Menunjukkan
berhubungan penggatian
perilaku/teknik
dengan : kantong. Bersihkan Memantau proses
peningkatan
Karakter/aliran dengan air dan penyembuhan/keefektifan
penyembuhan/mencega
feses dan keringkan. Catat alat dan mengidentifikasi
h kerusakan kulit.
flatus dari iritasi, kemerahan masalah pada area.
stoma. (warna gelap, Mempertahankan
kebiru-biruan). kebersihan/mengeringkan
area untuk membantu
pencegahan kerusakan
kulit. Identifikasi dini
nekrosis stoma/iskemia
atau infeksi jamur
Ukur stoma secara memberikan intervensi
periodik, mis,, tiap tepat waktu untuk
perubahan kantong mencegah komplikasi
selama 6 minggu serius.
pertama. Kemudian
sekali sebulan Sesuai dengan
selama 6 bulan. penyembuhan edema
pascaoperasi (selama 6
minggu pertama) ukuran
kantong yang dipakai
Berikan pelindung harus tepat sehingga feses
kulit yang efektif, terkumpul sesuai aliran
mis., wafer dari ostomi dan kontak
stomahesive, dengan kulit dicegah.
karaya gum,
Realiseal (Davol) Melindungi kulit dari
atau produk perekat kantong,
semacamnya. meningkatkan perekat
kantong dan memudahkan
Kosongkan, irigasi pengangkatan kantong bila
dan bersihkan perlu.
kantong ostomi
dengan rutin. Penggantian kantong yang
sering mengiritasi kulit
Sokong kulit dan harus dihindari.
sekitar bila
mengangkat Mencegah iritasi
kantong dengan jaringan/kerusakan
perlahan. sehubungan dengan
“penarikan” kantong.
Selidiki keluhan
rasa Indikasi kebocoran feses
terbakar/gatal/mele dengan iritasi periostomal,
puh disekitar atau kemungkinan infeksi
stoma. kandida yang memerlukan
intervensi.
Kolaborasi :

Konsul dengan ahli


terapi/enterostomal Membantu pemilihan
produk yang tepat untuk
kebutuhan penyembuhan
Berikan sprei pasien, termasuk tipe
aerosol ostomi, status fisik/mental
kortikosteroid dan dan sumber finansial.
bedak nistatin
sesuai indikasi. Membantu penyembuhan
bila terjadi iritasi
peristomal/infeksi jamur.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2006. Cancer Facts and Figures 2006. American Cancer Society
Inc. Atlanta
Anonim, 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center,
University of Texas.
De Jong Wim, Samsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Mansjoer Arif et all, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Penerbit Buku Media
Aesculapius. Jakarta
Marijata, 2006. Pengantar Dasar Bedah klinis. Unit Pelayanan Kampus, FK UGM.
National Cancer Institute. 2006. SEER Cancer Statistics Review 1975-2003, Available from
http://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.html. (Download : 07 Januari 2013)
Soeripto et al. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Asian Pacific Journal of Cancer
Prevention, (Online), 2003; Vol. 4, No. 4, Available from http://www.apocp.org/
cancer_download/Vol4_No4/Soeripto.pdf,. (Download : 07 Januari 2013)
Sylvia A. Price & Lorainne M. Wilson. 2006. Patofisiologi (Vol 1 & 2). Edisi 6. EGC
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai