Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

Oleh :
KELOMPOK 3

1. Putri Nurlaeli 113119066


2. Yuni Rofi Mardini 113119061
3. R Roy Indra S 113119072

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2020

Laporan Pendahuluan

7
8

A. FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer,
2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh taruma atau
tenaga fisik, kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang,
dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap (NANDA , 2015).
2. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur secara umum menurut (Smeltzer, 2001) :
a. Berdasarkan tempat : Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius
dan cruris.
b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur
c. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
d. Berdasarkan posisi fragmen
1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser) : garis patah lengkap ttetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2) Fraktur Displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen tulang
yang juga disebut lokasi fragmen.
9

e. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).


1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound),  bila terdapat hubungan
antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
adanya perlukaan kulit.
f. Berdasar bentuk garis fraktur
g.  Berdasarkan kedudukan tulangnya :
h. Berdasarkan posisi frakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :1/3 proksimal, medial,
distal
i. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-
ulang.
j. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses
patologis tulang.

3. Etiologi
Penyebab fraktur menurut (Bruner & Sudarth, 2002) :
a. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut
mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang).
b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat
terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang
itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan
hal ini disebut dengan fraktur patologis.
d. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan
10

4. Pathway

Trauma tunggal Patologis Tekanan berulang-ulang

Kerusakan tulang Jaringan tidak kuat

Fraktur

Kerusakan pembuluh perubhan bentuk fragmen

Darah ORIF

Gangguan perfusi jaringan serebral


Pemasangan Kichnail (pin)

Terputusnya jaringan lunak Insisi Jaringan Terbentuknya post de

lunak entere

Mengenal syaraf Pertahanan sekunder


Gangguan integritas
Perifer tidak adekuat
kulit

Saraf aferen Masuknya

Sistem saraf pusat Mikroorganisme

Diteruskan ke perifer
Gangguan mobilitas
fisik Alarm nyeri

Resiko infeksi
Nyeri akut
11

Gambar 2.1 Pathway Pos Oprasi Fraktur


Menurut Fitriana, 2007

5. Tanda Dan Gejala


Menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah :
a. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
b. Deformitas
Pergeseran fragmen pada fraktur menyebakan deformitas (terlihat
maupun terasa), deformitas dapat diketahui dengan membandingkan
ekstremitas yang normal.
c. Krepitus
Saat ekstremitas diperiksa, terasa adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang terasa akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya.
d. Pembengkakan dan perubahan warna.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi
pembengkakan dan perubahan warna lokal yang mengikuti fraktur.
Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur menurut Doenges (2000: 762)
adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Rontgen
Untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur.
b. CT Scan/ MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
12

c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb (Hemoglobin) mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau
juga dapat menurun (perdarahan).
2) Leukosit meningkat sebagai respon stress normal setelah trauma.
3) Kreatinin, trauma meningkatkan beban kreatinin untuk klien
ginjal.
4) Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
7. Penatalaksanan
Menurut (Lestari, 2015)
a. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk
tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
1) Immobilisasi dan penyangga fraktur;
2) Istirahatkan dan stabilisasi;
3) Koreksi deformitas;
4) Mengurangi aktifitas;
5) Membuat cetakan tubuh orthotic.

b. Traksi (mengangkat/menarik)
Traksi secara umum dilakukan dengan menempatkan beban dengan
tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian
rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang
patah.

c. Pembedahan
13

Metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya saat ini


adalah pembedahan. Berikut ini jenis pembedahan pada pasien
fraktur:
1) Reduksi terbuka dengan melakukan kesejajaran tulang yang patah
setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemanjangan tulang
yang patah
2) Fiksasi ekterna
3) ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
8. KOMPLIKASI
Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
b. Kompartement Syndrom
c. Fat Embolism Syndrom
d. Infeksi
e. Avaskuler Nekrosis

f. Shock
g. Osteomyelitis

Komplikasi Dalam Waktu Lama

a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)


b. Non union (tak menyatu)

PENGKAJIAN
14

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk
itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga
dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

1.      Pengumpulan Data

a.       Anamnesa

1)      Identitas Klien

2)        Keluhan Utama

3)      Riwayat Penyakit Sekarang

4)      Riwayat Penyakit Dahulu

5)      Riwayat Penyakit Keluarga

6)      Riwayat Psikososial

7)      Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a)      Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

b)      Pola Nutrisi dan Metabolisme

c)      Pola Eliminasi

d)     Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien
menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal
lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain

e)      Pola Hubungan dan Peran


15

f)       Pola Persepsi dan Konsep Diri

g)      Pola Sensori dan Kognitif

h)      Pola Reproduksi Seksual

i)        Pola Penanggulangan Stress

j)          Pola Tata Nilai dan Keyakinan

b.      Pemeriksaan Fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.

Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan


membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)

Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi


restriktif (imobilisasi)

Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
NO KEPERAWATAN
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX DAN
KOLABORASI

1 Nyeri akut b/d NOC NIC


spasme otot,
gerakan fragmen v Pain Level, Pain Management
tulang, edema, v Pain control, §  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, f
cedera jaringan kualitas dan faktor presipitasi
lunak, pemasangan v Comfort level
traksi, §  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kriteria Hasil :
stress/ansietas,
§  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
luka operasi. §  Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab §  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
nyeri, mampu
menggunakan tehnik §  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa la
nonfarmakologi untuk §  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)

7
8

§  Melaporkan bahwa §  Kurangi faktor presipitasi nyeri


nyeri berkurang
dengan menggunakan §  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
manajemen nyeri §  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§  Mampu mengenali §  Tingkatkan istirahat
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi §  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
dan tanda nyeri)
§  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
§  Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

§  Tanda vital dalam


rentang normal

2 Gangguan NOC : NIC :


pertukaran gas b/d
perubahan aliran v Respiratory Status : Airway Management
darah, emboli, Gas exchange
§  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
perubahan v Respiratory Status :
membran ventilation §  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
alveolar/kapiler
9

(interstisial, edema v Vital Sign Status §  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
paru, kongesti)
Kriteria Hasil : §  Pasang mayo bila perlu

§  Mendemonstrasikan §  Lakukan fisioterapi dada jika perlu


peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang §  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
adekuat §  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
§  Memelihara §  Lakukan suction pada mayo
kebersihan paru paru
dan bebas dari tanda §  Berika bronkodilator bial perlu
tanda distress
§  Barikan pelembab udara
pernafasan
§  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
§  Mendemonstrasikan
batuk efektif dan §  Monitor respirasi dan status O2
suara nafas yang
bersih, tidak ada Respiratory Monitoring
sianosis dan dyspneu
§  Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
(mampu
mengeluarkan sputum, §  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot suprac
mampu bernafas dan intercostal
dengan mudah, tidak
ada pursed lips) §  Monitor suara nafas, seperti dengkur
10

§  Tanda tanda vital §  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
dalam rentang normal
§  Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)

§  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

§  Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utam

§  auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

3 Gangguan NOC : Latihan Kekuatan


mobilitas fisik b/d
kerusakan rangka v Joint Movement : §  Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan secara rutin
neuromuskuler, Active
Latihan untuk ambulasi
nyeri, terapi v Mobility Level
restriktif §  Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga.
(imobilisasi). v Self care : ADLs
§  Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
v Transfer
performance §  Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.

Kriteria Hasil : Latihan mobilisasi dengan kursi roda

§  Klien meningkat §  Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara berpindah dari kurs
dalam aktivitas fisik tempat tidur atau sebaliknya.

§  Mengerti tujuan §  Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh
11

dari peningkatan §  Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda
mobilitas
Latihan Keseimbangan
§  Memverbalisasikan
perasaan dalam §  Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan
meningkatkan keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.
kekuatan dan Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar
kemampuan
berpindah §  Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar untuk men
kelelahan, keram & cedera.
§  Memperagakan
penggunaan alat §  Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
Bantu untuk
mobilisasi (walker)

4 Gangguan NOC : NIC : Pressure Management


integritas kulit b/d
fraktur terbuka, v Tissue Integrity : §  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
pemasangan traksi Skin and Mucous
Membranes §  Hindari kerutan padaa tempat tidur
(pen, kawat,
sekrup) Kriteria Hasil : §  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

§  Integritas kulit yang §  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
12

baik bisa §  Monitor kulit akan adanya kemerahan


dipertahankan
§  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
§  Melaporkan adanya
gangguan sensasi atau §  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
nyeri pada daerah §  Monitor status nutrisi pasien
kulit yang mengalami
gangguan §  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

§  Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang

§  Mampumelindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

5 Risiko infeksi b/d NOC : NIC :


ketidakadekuatan
13

pertahanan primer v Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)


(kerusakan kulit,
taruma jaringan v Risk control §  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
lunak, prosedur §  Pertahankan teknik isolasi
invasif/traksi
tulang) Kriteria Hasil : §  Batasi pengunjung bila perlu

§  Klien bebas dari §  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah be
tanda dan gejala meninggalkan pasien
infeksi
§  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
§  Menunjukkan
kemampuan untuk §  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
mencegah timbulnya §  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
infeksi
§  Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
§  Jumlah leukosit
dalam batas normal §  Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

§  Menunjukkan §  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing


perilaku hidup sehat
§  Tingktkan intake nutrisi

§  Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)


14

§  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

§  Monitor hitung granulosit, WBC

§  Monitor kerentanan terhadap infeksi

§  Batasi pengunjung

§  Saring pengunjung terhadap penyakit menular

§  Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko

§  Pertahankan teknik isolasi k/p

§  Berikan perawatan kuliat pada area epidema

§  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

§  Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

§  Dorong masukkan nutrisi yang cukup

§  Dorong masukan cairan

§  Dorong istirahat

§  Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep


15

§  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

§  Ajarkan cara menghindari infeksi

§  Laporkan kecurigaan infeksi

§  Laporkan kultur positif

6 Kurang NOC : NIC :


pengetahuan
tentang kondisi, v  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
prognosis dan process
§  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
kebutuhan v  Kowledge : health
pengobatan b/d Behavior §  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan
kurang terpajan dengan cara yang tepat.
atau salah Kriteria Hasil :
§  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
interpretasi
v  Pasien dan keluarga
terhadap §  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
menyatakan
informasi,
pemahaman tentang §  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
keterbatasan
penyakit, kondisi,
kognitif, kurang
prognosis dan §  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
akurat/lengkapnya
program pengobatan
informasi yang ada §  Hindari harapan yang kosong
16

v  Pasien dan keluarga §  Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
mampu melaksanakan
prosedur yang §  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di m
dijelaskan secara akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
benar §  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
v  Pasien dan keluarga §  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang te
mampu menjelaskan diindikasikan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim §  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya
§  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat

§  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan ke
dengan cara yang tepat
7
DAFTAR PUSTAKA

Nanda NIC NOC 2015

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta

Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai