FRAKTUR
Oleh :
KELOMPOK 3
Laporan Pendahuluan
7
8
A. FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer,
2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh taruma atau
tenaga fisik, kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang,
dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap (NANDA , 2015).
2. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur secara umum menurut (Smeltzer, 2001) :
a. Berdasarkan tempat : Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius
dan cruris.
b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur
c. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
d. Berdasarkan posisi fragmen
1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser) : garis patah lengkap ttetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2) Fraktur Displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen tulang
yang juga disebut lokasi fragmen.
9
3. Etiologi
Penyebab fraktur menurut (Bruner & Sudarth, 2002) :
a. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut
mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang).
b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat
terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang
itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan
hal ini disebut dengan fraktur patologis.
d. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan
10
4. Pathway
Fraktur
Darah ORIF
lunak entere
Diteruskan ke perifer
Gangguan mobilitas
fisik Alarm nyeri
Resiko infeksi
Nyeri akut
11
a. Pemeriksaan Rontgen
Untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur.
b. CT Scan/ MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
12
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb (Hemoglobin) mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau
juga dapat menurun (perdarahan).
2) Leukosit meningkat sebagai respon stress normal setelah trauma.
3) Kreatinin, trauma meningkatkan beban kreatinin untuk klien
ginjal.
4) Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
7. Penatalaksanan
Menurut (Lestari, 2015)
a. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk
tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
1) Immobilisasi dan penyangga fraktur;
2) Istirahatkan dan stabilisasi;
3) Koreksi deformitas;
4) Mengurangi aktifitas;
5) Membuat cetakan tubuh orthotic.
b. Traksi (mengangkat/menarik)
Traksi secara umum dilakukan dengan menempatkan beban dengan
tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian
rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang
patah.
c. Pembedahan
13
f. Shock
g. Osteomyelitis
PENGKAJIAN
14
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk
itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga
dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
2) Keluhan Utama
6) Riwayat Psikososial
c) Pola Eliminasi
d) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien
menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal
lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain
b. Pemeriksaan Fisik
Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO KEPERAWATAN
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX DAN
KOLABORASI
7
8
(interstisial, edema v Vital Sign Status § Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
paru, kongesti)
Kriteria Hasil : § Pasang mayo bila perlu
§ Tanda tanda vital § Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
dalam rentang normal
§ Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
§ Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
§ Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utam
§ Klien meningkat § Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara berpindah dari kurs
dalam aktivitas fisik tempat tidur atau sebaliknya.
§ Mengerti tujuan § Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh
11
dari peningkatan § Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda
mobilitas
Latihan Keseimbangan
§ Memverbalisasikan
perasaan dalam § Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan
meningkatkan keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.
kekuatan dan Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar
kemampuan
berpindah § Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar untuk men
kelelahan, keram & cedera.
§ Memperagakan
penggunaan alat § Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
Bantu untuk
mobilisasi (walker)
§ Integritas kulit yang § Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
12
§ Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
§ Mampumelindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
§ Klien bebas dari § Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah be
tanda dan gejala meninggalkan pasien
infeksi
§ Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
§ Menunjukkan
kemampuan untuk § Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
mencegah timbulnya § Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
infeksi
§ Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
§ Jumlah leukosit
dalam batas normal § Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
§ Batasi pengunjung
§ Dorong istirahat
v Pasien dan keluarga § Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
mampu melaksanakan
prosedur yang § Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di m
dijelaskan secara akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
benar § Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
v Pasien dan keluarga § Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang te
mampu menjelaskan diindikasikan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim § Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya
§ Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
§ Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan ke
dengan cara yang tepat
7
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika