Anda di halaman 1dari 13

RESUME

FARMAKOLOGI DALAM PERSALINAN

Dosen Pengampu :

Rina Supriyanti, S,SiT

Nama : Rahma Suci Ladya

NIM : 1610104036

Kelas : 3A (A3)

PRODI DIV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2017/2018
HUBUNGAN COUNTERPRESSURE DENGAN NYERI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN
KALA I FASE AKTIF IBU PRIMIPARA DI BPS Hj. SULASTRI, Amd.Keb PEKALONGAN
LAMPUNG TIMUR TAHUN 2013

PENDAHULUAN hidroterapi, terapi panas/dingin, musik,


guided imagery, akupresur, aromaterapi
AKI di Indonesia sudah berhasil merupakan beberapa teknik pengaruh pada
diturunkan secara signifikan dari koping yang efektif terhadap pengalaman
390/100.000 kelahiran hidup pada tahun persalinan(6). Pijatan atau massage
1991 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup merupakan salah satu metode
pada tahun 2007(1). Sesuai target MDGs, nonfarmakologi yang dilakukan untuk
AKI harus diturunkan sampai 102/100.000 mengurangi nyeri persalinan, menurut
kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk Mander(6) . massage adalah melakukan
dapat mencapai target MDGs, diperlukan tekanan tangan pada jaringan lunak,
terobosan dan upaya keras dari seluruh biasanya otot, tendon dan ligamentum.
pihak, baik Pemerintah, sektor swasta,
maupun masyarakat(2) .

Terapi pijat dapat membantu pemulihan


fungsi fisik maupun psikis. Ibu yang dipijat
Pusat Data Persatuan Rumah Sakit dua puluh menit setiap jam selama
Seluruh Indonesia menjelaskan bahwa15% persalinan akan lebih terbebas dari rasa
ibu di Indonesia mengalami komplikasi sakit. Hal ini disebabkan karena pijatan
persalinan dan 21% menyatakan bahwa merangsang tubuh untuk melepaskan
persalinan yang dialami merupakan senyawa Endorphin yang merupakan
persalinan yang menyakitkan karena pereda rasa sakit dan dapat menciptakan
merasakan nyeri yang sangat, sedangkan perasaan nyaman(7). Disamping
63% tidak memperoleh informasi tentang mempersiapkan ibu dan kelahiran pada
persiapan yang harus dilakukan guna bayi di beberapa negara seperti India dan
mengurangi nyeri pada persalinan(3) Jepang pijat merupakan bagian terpenting
Nyeri pada saat melahirkan dari keterampilan bidan.
memiliki derajat yang paling tinggi
diantara rasa nyeri yang lain seperti patah
tulang atau sakit gigi. Banyak perempuan BPS Hj.Sulastri Pekalongan Lampung
yang belum siap memiliki anak karena Timur diketahui bahwa bidan dengan
membayangkan rasa sakit yang akan bantuan keluarga pasien melakukan pijat
dialami saat melahirkan nanti(4) punggung sebagai salah satu upaya
mengurangi nyeri persalinan, diketahui dari
Banyak wanita yang merasa bahwa 10 ibu sebanyak 8 (80%) ibu yang
pijatan sangat efektif dalam merasakan nyeri persalinannya berkurang
menghilangkan rasa sakit pada saat dan 2 (20%) ibu tidak merasakan nyeri
melahirkan yang secara umum akan persalinannya berkurang.
membantu menyeimbangkan energi,
merangsang dan mengatur tubuh Berdasarkan latar belakang tersebut
memperbaiki sirkulasi darah. maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang diberi judul “Hubungan
Relaksasi, teknik pernapasan, Counterpressure dengan Nyeri Persalinan
pergerakan dan perubahan posisi, pijatan,
pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Ibu
Primipara di BPS Hj. Sulastri, Amd.Keb
Pekalongan Lampung Timur Tahun 2013”
HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu bersalin primigravida yang ada
a. Analisis Univariat di BPS Hj.Sulastri, Amd.Keb Pekalongan
Variabel dependent adalah Nyeri Lampung Timur yang rata-rata tiap
Persalinan pada ibu bersalin, sedangkan bulannya ada 35 ibu bersalin. Sampel
Variabel independent adalah, Teknik adalah sebagian yang diambil dari
Counterpressur. Analisis univariat keseluruhan objek yang diteliti dan
menggunakan distribusi frekuensi, bivariat dianggap mewakili seluruh populasi(9) .
menggunakan chi square. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
32 ibu bersalin yang ada di BPS
METODE PENELITIAN Hj.Sulastri, Amd.Keb Pekalongan
Lampung Timur. Teknik sampling yang
Penelitian ini menggunakan jenis
digunakan dalam penelitian ini
penelitian kuantitatif dengan rancangan
menggunakan non random jenis accidental
penelitian analitik(8). Telah dilakukan pada
sampling yang berarti sampel didapat
tanggal 14 Juni – 20 Juli 2013.Tempat
berdasarkan ketersediaan responden yang
penelitian ini adalah di BPS Hj.Sulastri,
ada saat penelitian dilakukan.
Amd. Keb Pekalongan Lampung Timur.

Tabel 1

Hasil Analisis Univariat Hubungan counterpressure dengan nyeri persalinan pada ibu bersalin
kala 1fase aktif ibu primipara Di Bps Hj. Sulastri, Amd.

Keb pekalongan Lampung timurTahun 2013

No Variabel n %

Counterpressure

Tidak Dilakukan 11 34,4

Dilakukan 21 65,6

2Tingkat Nyeri

Nyeri Berat 15 46,9

Nyeri Ringan 17 53,1


Tabel 1 menunjukkan bahwa
distribusi frekuensi Tabel di atas
menunjukkan bahwa jumlah ibu yang
melakukan teknik

Counterpressure lebih banyak bila


dibandingkan dengan ibu yang tidak
melakukan teknik Counterpressure
masing- masing sebanyak 21 (65,6%) dan
11 (34,4%). Dan tingkat nyeri ringan lebih
banyak bila dibandingkan dengan tingkat
nyeri berat masing-masing sebanyak 17
(53,1%) dan 15 (46,9%).

b. Analisis Bivariat

Tabel 2

Hubungan Counterpressure dengan Nyeri Persalinan pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Ibu

Primipara di BPS Hj. Sulastri, Amd.Keb Pekalongan Lampung Timur Tahun 2013

Tingkat Nyeri

Jumlah Ρ OR

No. Variabel Nyeri Berat Nyeri Ringan

Value (CI=95%)

n % n % n %

1. Counterpressure

Tidak Dilakukan 8 72,7 3 27,3 11 100,0 5,333

0,034

Dilakukan 7 33,3 14 66,7 21 100,0 (1,069-

Total 15 46,9 17 53,1 32 100,0 26,613)


Hasil uji statistik diperoleh ρ value oleh kontraksi uterus, pembukaan serviks
=0,034 yang berarti ρ value < α (0,05), dan pada akhir kala I oleh peregangan
berarti ada hubungan Counterpressure vagina dan dasar panggul karena janin
dengan nyeri persalinan pada ibu bersalin sudah berada di dasar panggul (4) . Menurut
kala I fase aktif ibu primipara di BPS Hj. pendapat lain nyeri persalinan dapat
Sulastri, Amd.Keb Pekalongan Lampung dikendalikan dengan melakukan teknik non
Timur. Diperoleh juga nilai OR sebesar farmakologis. Salah satu teknik non
5,333 (1,069-26,613) yang menunjukkan farmakologis yang dapat
bahwa Counterpressure yang tidak diimplementasikan pada ibu primipara
dilakukan lebih berpeluang mengalami adalah teknik massase(10) .
nyeri berat 5,3 kali dibanding yang
melakukan Counterpressure. Relaksasi, teknik pernapasan,
pergerakan dan perubahan posisi, pijatan,
hidroterapi, terapi panas/dingin, musik,
guided imagery, akupresur, aromaterapi
PEMBAHASAN merupakan beberapa teknik pengaruh pada
Berdasarkan tabel di atas, hasil koping yang efektif terhadap pengalaman
penelitian menunjukkan bahwa dari 11 ibu persalinan(6) .
yang tidak dilakukan Counterpressure, Pijatan atau massage merupakan
terdapat sebanyak 8 (72,7%) mengalami salah satu metode nonfarmakologi yang
nyeri berat dan 3 (27,3%) yang mengalami dilakukan untuk mengurangi nyeri
nyeri ringan, sedangkan ibu yang persalinan, massage adalah melakukan
melakukan Counterpressure sebanyak 21 tekanan tangan pada jaringan lunak,
responden, dimana responden yang biasanya otot, tendon dan ligamentum(6) .
mengalami nyeri ringan sebesar 14
(66,7%) dan yang mengalami nyeri berat Manajemen nyeri nonfarmakologik
sebanyak 7 (33,3%). merupakan tindakan menurunkan respons
nyeri tanpa menggunakan agen
Berdasarkan hasil uji statistik Chi farmakologi. Dalam melakukan intervensi
Square diperoleh ρ value =0,034 yang keperawatan/ kebidanan, manajemen nyeri
berarti ρ value < α (0,034<0,05), berarti nonfarmakologis merupakan tindakan
ada hubungan Counterpressure dengan independen dari seorang perawat/bidan
penurunan intensitas nyeri pada ibu dalam mengatasi respons nyeri klien.
bersalin kala I fase aktif ibu primipara di Metode ini memiliki keuntungan antara
BPS Hj. Sulastri Pekalongan Lampung lain aman bagi ibu dan janin, tidak
Timur. Diperoleh juga nilai OR sebesar mempengaruhi sistem pernafasan, jantung
5,333 (1,069-26,613) yang menunjukkan dan pembuluh darah tidak menghambat
bahwa Counterpressure yang tidak kemajuan persalinan, tidak mempengaruhi
dilakukan lebih berpeluang mengalami janin, tanpa efek samping kemungkinan
nyeri berat 5,3 kali dibanding yang berhasil sangat besar, murah dan mudah.
melakukan Counterpressure.
Penjelasan tersebut menunjukkan
Nyeri pada saat melahirkan bahwa nyeri persalinan pada ibu primipara
memiliki derajat yang paling tinggi sangat penting diatasi dengan memberikan
diantara rasa nyeri yang lain seperti patah intervensi yang dapat menurunkan nyeri.
tulang atau sakit gigi. Banyak perempuan Salah satunya dengan teknik massase
yang belum siap memiliki anak karena Counterpressure, oleh karenanya untuk
membayangkan rasa sakit yang akan menurunkan tingkat nyeri pada ibu bersalin
dialami saat melahirkan nanti. Rasa sakit perlu dipertimbangkan oleh pihak rumah
dalam persalinan dialami oleh seorang sakit untuk meningkatkan mutui pelayanan
wanita dalam persalinan adalah disebabkan
persalinan sehingga dalam proses sehingga pasien tidak perlu meminta dan
melahirkan ibu tidak terlalu menderita dapat menjalani persalinan dengan tenang.
karena merasakan nyeri. Selain itu pihak institusi kesehatan juga
perlu meningkatkan keterampilan perawat
SIMPULAN dan bidan untuk menguasai teknik-teknik
Dari hasil analisis diperoleh jumlah pengendalian nyeri khususnya teknik non
ibu yang melakukan teknik farmakologis yaitu counterpressure.
Counterpressure lebih banyak bila Tenaga kesehatan juga perlu
dibandingkan dengan ibu yang tidak memperhatikan lima benang merah
melakukan teknik Counterpressuremasing- terhadap persalinan, yaitu: membuat
masing sebanyak 21 (65,6%) dan 11 keputusan klinik, asuhan sayang ibu &
(34,4%). sayang bayi, pencegahan infeksi,
pencatatan (rekam medik), asuhan
Dari hasil analisis diperoleh tingkat persalinan dan rujukan.
nyeri ringan lebih banyak bila
dibandingkan dengan tingkat nyeri berat 2. Bagi Teoritis
masing-masing 17 (53,1) dan 15 (46,9%). Banyak teknik yang dapat
Ada hubungan counterpressure dilakukan untuk pengendalian nyeri
dengan nyeri persalinan pada ibu bersalin persalinan, penelitian ini dapat menjadi
kala I fase aktif ibu primipara di BPS Hj. referensi tentang teknik counterpressure
Sulastri Pekalongan Lampung Timur tahun dan tingkat nyeri, peneliti selanjutnya juga
2013, karena diperoleh nilai ρ value = perlu meneliti teknik lain untuk
0,034. mengendalikan nyeri persalinan kemudian
melakukan perbandingan antara teknik-
SARAN teknik non farmakologis lainnya, misalnya
hipnobrithing, distraksi, akupresur dan lain
1. Bagi Praktis
sebagainya.
Hendaknya menyediakan paket
pelayanan persalinan yang lengkap
termasuk didalamnya terdapat upaya
pengendalian ‘nyeri baik berupa teknik
farmakologis dan non farmakologis
DAFTAR PUSTAKA

1. Survei Demografi dan Kesehatan


Indonesia. Laporan Pendahuluan SDKI
2012. Jakarta. Badan Pusat Statistik,
BKKBN, Kementrian Kesehatan. 2012.

2. Depkes RI. 2012. Dalam


http://www.depkes.go.id/index.php/berita/
press-release/1749-jangan-tunda-usaha
penurunan-aki-dan-akb.html. diakses
tanggal 15 Maret 2012.

Gulardi, Sumapradja, Santoso, Musbir,


Koesno dan Lestari : Modul Mahasiswa
KesehatanReproduksi,Yayasan

PendidikanPerempuanBekerjasama dengan
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Depkes RI dan Ikatan Bidan Indonesia.
2006.

Judha, Mohamad dkk : Teori Pengukuran


Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta:
Nuha Medika. 2012.

Sinsin I : Masa Kehamilan dan Persalinan.

Jakarta: Gramedia. .2008

Mander, Rosemary : Nyeri Persalinan.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2004

ManuabaIBG:KapitaSelekta

Penatalaksanaan Rutin Obstetri


Ginekologi dan KB. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC 2012.

Budiman: Penelitian kesehatan. Bandung :


Refika Aditama. 2011.

Notoatmodjo,Soekidjo:Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta. 2012.

Bobak, Lowdermilk & Jensen: Buku Ajar


Keperawatan Matenitas, Eds 4. Jakarta:
Penerbit 2005
RESUME :

Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Dalam penatalaksanaa persalinan,
nyeri dapat dikurangi dengan teknik farmakologi dan teknik nonfarmakologi. Teknik
farmakologi merupakan cara pengendalian nyeri dengan menggunakan obat analgesik,
sedangkan teknik nonfarmakologik adalah teknik alternatif yang digunakan untuk
mengendalikan nyeri(6). Diketahui hubungan counterpressure dengan nyeri persalinan pada
ibu bersalin kala I fase aktif ibu primipara di BPS Hj. Sulastri, Amd.Keb Pekalongan
Lampung Timur tahun 2013.

Jenis penelitian ini Kuantitatif, desain penelitian Analitik, dengan pendekatan cross
sectional. Dilakukan pada ibu bersalin primipara, dari tanggal 14 Juni – 20 Juli 2013 terhadap
32 responden dimana pengumpulan data menggunakan lembar observasi.

Menunjukkan bahwa dari 11 ibu yang tidak dilakukan Counterpressure, terdapat


sebanyak 8 (72,7%) mengalami nyeri berat dan 3 (27,3%) nyeri ringan, sedangkan ibu yang
melakukan Counterpressure sebanyak 21 responden, dimana responden mengalami nyeri
ringan sebesar 14 (66,7%) dan nyeri berat sebanyak 7 (33,3%). Berdasarkan hasil uji statistik
Chi Square diperoleh ρ value =0,034 yang berarti ρ value < α (0,034<0,05), berarti ada
hubungan Counterpressure dengan nyeri persalinan pada ibu bersalin kala I fase aktif ibu
primipara di BPS Hj. Sulastri, Amd.Keb Pekalongan Lampung Timur. Diperoleh juga nilai
OR sebesar 5,333 (1,069-26,613) yang menunjukkan bahwa Counterpressure yang tidak
dilakukan lebih berpeluang mengalami nyeri berat 5,3 kali dibanding yang melakukan
Counterpressure.bagi institusi kesehatan hendaknya menyediakan paket pelayanan persalinan
yang lengkap termasuk didalamnya terdapat upaya pengendalian nyeri non farmakologis
sehingga pasien tidak perlu meminta dan dapat menjalani persalinan dengan tenang.

Resume macam-macam obat:

Obat analgestik adalah obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Obat
analgetik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan opioid dan NSAID. Golongan
Opioid bekerja pada sistem saraf pusat, sedangkan golongan NSAID bekerja di reseptor saraf
perier dan sistem saraf pusat.

 Tramadol
Tramadol merupakan analgetik yang bekerja di sentral yang memiliki afinitas
sedang pada reseptor mu(µ) dan afinitasnya lemah pada reseptor kappa dan delta
opioid. Obat golongan opioid sendiri telah banyak digunakan sebagai obat anti nyeri
kronis dan nyeri non-maligna. Tramadol tergolong dalam opioid sintetik lemah,
sehingga dapat berikatan dengan reseptor morfin pada tubuh manusia. Obat ini
memiliki efektifitas yang sama dengan morfin atau miperidin walaupun reseptor
tramadol berjumlah lebih sedikit. Tramadol mengikat reseptor µ-opiod, sehingga
menyebabkan potensi kerja tramadol menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan
morfin. Reseptor opioid akan diaktifkan oleh peptide endogen dan juga eksogen
ligand. Reseptor-reseptor ini terdapat pada banyak organ, seperti thalamus, amygdala
dan juga ganglia dorsalis.

Melalui pengikatan dengan neuron dopaminergik maka akan memodulasi terjadinya


hiperkarbia, hipoksemia, miosis dan juga pengurangan motilitas pada saluran cerna. Di hati,
obat ini akan mengalami konversi menjadi O-dysmetil tramadol, yang merupakan metabolit
aktif yang memiliki pontensi kerja yang lebih besar dibandingkan dengan tramadol. Obat ini
dieksresi melalui ginjal. Tramadol berwarna putih, pahit, berbentuk kristal dan tidak berbau.

Tramadol dapat diberikan secara oral, i.m. atau i.v. dengan dosis 50-100 mg dan dapat
diulang setiap 6-7 jam dengan dosis maksimal 400 mg per hari., Kadar terapeutik dalam
darah berkisar antara 100-300 ng/ml. Obat ini dapat melakukan penetrasi pada sawar darah
dengan baik, sehingga konsentrasi tramadol dapat dihitung pada cairan serebrospinal
Tramadol 3mg/kg yang diberikan secara oral, i.m. atau i.v. efektif pada pengobatan nyeri
sedang hingga berat. Penurunan yang nyata keadaan menggigil setelah operasi yang telah
tercatat pada pasien yang ditangani dengan obat ini dan efek depresi pernafasan yang
minimal merupakan keuntungan dari obat ini. Tramadol memperlambat pengosongan
lambung, meskipun efeknya kecil dibandingkan dengan opioid lain. Selain itu, tramadol juga
dapat menyebabkan sensasi berputar, konstipasi, pusing, dan penurunan kesadaran.
Penggunaan tramadol sebaiknya dihentikan bila didapatkan gejala seperti kejang, nadi lemah,
dan kesulitan bernafas. Dibandingan dengan analgesik NSAID, Tramadol lebih aman untuk
digunakan karena tidak memiliki efek yang serius terhadap pencernaan, sistem koagulasi, dan
ginjal. Obat ini bermanfaat pada penanganan nyeri kronik karena obat ini tidak menyebabkan
toleransi atau adiksi dan tidak berkaitan dengan toksisitas organ utama atau efek sedatif yang
signifikan. Obat ini juga bermanfaat pada pasien yang mengalami intoleransi pada obat anti
inflamasi non steroid. Kerugian tramadol antara lain interaksinya dengan antikoagulan
koumadin dan kejadian kejang. Oleh karena itu pada pasien epilepsi, penggunaan tramadol
sebaiknya dihindari. Selanjutnya efek samping tramadol yang paling sering terjadi adalah
meningkatnya insidensi mual dan muntah pada pasien perioperatif. Odansetron dapat
mengganggu komponen analgesik pada tramadol karena efek pada reuptake dan pelepasan 5-
hydroxytryptamine.

 Ketorolak
Ketorolak merupakan salah satu obat analgetik dari golongan NSAID yang
merupakan suatu grup yang terdiri dari berbagai struktur kima yang memiliki
potensi sebagai antiinflamasi, antipiretik dan analgetik. Obat dengan golongan
jenis ini bekerja melalui jalur siklooksigenase yang berdampak pada terjadinya
pencegahan sensitisasi nosiseptor perifer karena terjadinya hambatan biosintesis
prostaglandin.12 Ketorolak dapat diberikan secara oral, intramuskular atau
intravena. Pemberian secara intratekal dan epidural tidak dianjurkan. Obat ini
memiliki potensi yang besar dalam menanggulangi nyeri berat akut, namun
memiliki aktifitas anti inflamasi yang sedang bila diberikan secara intra muscular
dan intra vena. Ketorolak dapat diberikan sebagai analgesik pasca operatif atau
sebagai kombinasi bersama opioid.
Cara kerja ketorolak adalah dengan cara menghambat sintesis prostaglandin
secara reversibel di perifer tanpa mengganggu reseptor opioid pada sistem pusat.
Ketorolak akan menghambat nyeri dan reaksi inflamasi, sehingga akan
mempercepat proses penyembuhan luka. Obat ini juga memiliki potensi untuk
menghambat produksi tromboksan platelet dan agregasi platelet. Ketorolak secara
kompetitif menghambat kedua isoenzim COX, COX-1 dan COX-2 dengan
potensi yang berbeda, untuk menghasilkan efek farmakologis antiinflamasi,
analgesi, dan antipiretik. Sama seperti NSAID lain, obat ini tidak dianjurkan
diberikan untuk wanita hamil, menghilangkan nyeri persalinan wanita sedang
menyusui, usia lanjut, anak usia kurang dari 4 tahun, gangguan perdarahan dan
bedah tosilektomi.
Keuntungan dari penggunaan analgesik ketorolak adalah obat ini tidak
menyebabkan depresi ventilasi atau kardiovascular. Selain itu, ketorolak hanya
memiliki sedikit atau tidak ada efek pada dinamika saluran empedu, menjadikan
obat ini lebih berguna sebagai analgesik pada pasien spasme gangguan
empedu.12 Sifat analgetik ketorolak setara dengan opioid, yaitu 30 mg ketorolak
yang sama dengan 12 mg morfin atau 100 mg petidin.13 Sifat antipiretik pada
ketorolak tergolong rendah. Penggunaan secara oral tidak terlalu bermanfaat pada
nyeri akut pasca operasi terutama dengan dosis maksimal sebesar 30 mg/hari.
Waktu paruh pada orang yang masih muda sekitar 3,5 – 9,2 jam, dengan ekskresi
lewat ginjal sekitar 91,4% sedangkan lewat empedu 6,1%. Pemberian dosis
ketorolak yang dianjurkan adalah 3-4 kali/hari dengan dosis maksimal im/iv tidak
lebih dari 120 mg/hari.

 Morfina
Daya penghilang rasa nyeri morfin jauh lebih besar dari pada codeina. Sifat
analgetika dari morfina berdasarkan penekanannya pada susunan saraf sentral
yang disertai dengan perasaan nyaman, menghambat pernafasan dan dapat
menyembuhkan batuk. Penggunaannya; Untuk mengobati rasa sakit yang tidak
dapat disembuhkan dengan analgetika antipiretika, misalnya pada kanker,
menahan rasa sakit pada waktu operasi dan sebagainya.

 Metadone
Mempunyai efek analgesik mirip morfin, tetapi tidak begitu menimbulkan efek
sedatif. Dieliminasi dari tubuh lebih lambat dari morfin (waktu paruhnya 25 jam)
dan gejala withdrawal-nya tak sehebat morfin, tetapi terjadi dalam jangka waktu
lebih lama. Diberikan secara per oral, injeksi IM, dan SC.Diindikasikan untuk
analgesik pada nyeri hebat, dan juga digunakan untuk mengobati keterganungan
heroin.

 Meperidin ( Petidin )
Menimbulkan efek analgesik, efek euforia, efek sedatif, efek depresi nafas dan
efek samping lain seperti morfin, kecuali konstipasi.Efek analgesiknya muncul
lebih cepat daripada morfin, tetapi durasi kerjanya lebih singkat, hanya 2-4
jam.Diindikasikan untuk obat praoperatif pada waktu anestesi dan untuk
analgesik pada persalinan.


DAFTAR PUSTAKA

www.kalbemed.com/Portals/6/25_185Opinipendekatanfarmakologis.pdf

http://eprints.undip.ac.id/44446/3/ALAN_ANDERSON_BANGUN_22010110120053_BAB
2KTI.pdf

https://tintusfar.files.wordpress.com/2013/10/analgetika.pdf

http://milissehat.web.id/?p=1435

Anda mungkin juga menyukai