Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pasien dengan kanker menjalani kemoterapi, yang memiliki efek

samping seperti nyeri, mual, muntah, dan kelelahan , yang merupakan gejala

paling umum. Sekitar 80% sampai 100% dari pasien dengan kanker

ginekologi mengalami kelelahan. (Yati Afiyanti dkk 2018).

Kelelahan adalah gejala subyektif yang tidak nyaman dan ditandai

dengan kurangnya energi dan meningkatnya kebutuhan untuk istirahat .

Kelelahan mengarah pada gangguan kognitif dan fisik, sosial dan perubahan

suasana hati yang mempengaruhi kualitas hidup pasien.

sekitar 56% pasien dengan kanker yang mengalami kelelahan

memiliki penurunan kualitas hidup dalam hal kemampuan mereka untuk

bekerja (37%), menikmati hidup (30%) dan memengaruhi hidup mereka

(30%). Curt et al. juga menemukan kelelahan pada pasien dengan kanker

yang menjalani kemoterapi mempengaruhi fisik mereka (56% mengalami

kesulitan melakukan pekerjaan mereka, 56% mengalami kesulitan menaiki

tangga, dan 69% dengan kesulitan berjalan jarak jauh); psikososial (59%

menyatakan bahwa bersosialisasi dengan teman itu sulit dan 30% memiliki

gangguan hubungan seksual); dan aspek ekonomi (hilangnya 71% dari satu

atau dua hari kerja seminggu, kerugian 31% sepanjang waktu mereka

lakukan pekerjaan mereka dan 28% mengundurkan diri dari pekerjaan).

1
Kelelahan di antara pasien dengan kanker jarang dibahas perawat

karena dianggap sebagai bagian dari penyakitnya . Sementara itu, beberapa

perawat masih berpikir bahwa kelelahan dialami oleh pasien kanker sama

dengan kelelahan biasa dan karenanya tidak membutuhkan intervensi . Oleh

karena itu, penilaian komprehensif terhadap kelelahan sangat penting untuk

memungkinkan perawat untuk memberikan intervensi yang tepat untuk

mengurangi kelelahan dan untuk meningkatkan kualitas pasien hidup.

Wanchai et al. menyatakan bahwa terapi farmakologis tidak cukup

efektif dalam mengelola kelelahan pada pasien dengan kanker, dan

kombinasi farmakologis dan non-farmakologis diperlukan. Banyak penelitian

yang bertujuan untuk mengurangi kelelahan pada pasien dengan kanker

dengan menggunakan latihan fisik dan metode relaksasi, termasuk latihan

relaksasi / pernapasan (RBE) .

RBE adalah tindakan sadar untuk mengatur pernapasan secara

mendalam dan perlahan untuk mencapai relaksasi dan terdiri dari gabungan

latihan fisik dengan latihan pernapasan yang dapat dilakukan secara mandiri

oleh pasien RBE mempengaruhi sistem respons stress dan merilekskan

pikiran dan tubuh ketika konsumsi energy berkurang atau tidak ada yang

dikeluarkan sama sekali . RBE juga merangsang sirkulasi, meningkatkan

transfer oksigen ke jaringan dan memfasilitasi a respons relaksasi. Latihan

pernapasan membutuhkan waktu yang relatif lama waktu dan karenanya

harus dilakukan 3-4 kali per hari sepanjang hari atau sebelum tidur pada

malam hari.

2
Intervensi RBE dilakukan selama 6 minggu dengan RBE sehari sekali

selama 30 menit. Menurut Romito dan Weinstock, meskipun implementasi

latihan relaksasi membutuhkan waktu yang relatif lama, latihan dilakukan

berulang kali dapat memberikan hasil maksimal dalam waktu singkat. Ini

hasilnya sejalan dengan Pathak et al. dan Tobing menemukan bahwa

pelaksanaan relaksasi rutin dan sering dapat membantu pasien mengatasi

berbagai masalah, termasuk stres, kelelahan dan rasa sakit akibat kanker

dan efek samping dari perawatannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merumuskan

masalah pada penelitian ini “ apakah ada efektifitas relaksation breathing

exercises pada klien kanker yang mengalami kelelahan saat kemoterapi ?”

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,

peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada efektifitas

latihan breathing exercises pada klien yang mengalami kelelahan pada klien

kemoterapi, bagaimana teknik breathing exercises ?

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas latihan breathing

exercises pada klien kanker yang mengalami kelelahan pada saat kemoterapi.

3
1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang

latihan breathing exercises pada klien kanker yang mengalami kelelahan

saat kemoterapi.

1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan

masukan untuk pengembangan pemberian layanan kesehatan yang

optimal kepada klien yang mengalami kelelahan saat menjalani kemoterapi

dengan penggunaan relaxtation breathing exercises.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.

2.1 Konsep Kemoterapi

2.1.1 Definisi kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.

Tidak seperti radiasi atau operasi yang bersifat local, kemoterapi

merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh

dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase

ke tempat lain (Rasjidi, 2017).

Obat-obat anti kaker ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal

(active single agents), tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat

lebih meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel

yang resisten terhadap salah satu obat mungkin sensitif terhadap obat

lainnya

2.1.2 Tujuan penggunaan kemoterapi

a. Terapi adjuvant :

kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau

bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang

telah bermetastase.

b. Terapi neodjuvan :

kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa

tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.

5
c. Kemoterapi primer:

digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan

kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol

gejalanya.

d. Kemoterapi induksi:

digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.

e. Kemoterapi kombinasi:

mengunakan 2 atau lebih agen kemoterapi (Rasjidi, 2007

2.1.3 Cara pemberian kemoterapi

a. Pemberian per oral

Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,

diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (vp-16)

b. Pemberian secara intra-muskulus:

Pemberian dengan cara ini relative lebih mudah dan sebaiknya suntikan

tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali

berturut-turut yang dapat diberikan secara intra-muskulus antara lain

bleomicin dan methotrexate.

Pemberian secara intravena

c. Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahan-lahan atau

diberikan secara infuse (drip). Cara ini merupakan cara pemberian

kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan .

d. Pemberian secara intra-arteri

Pemberian intra-arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana

6
yang cukup banyak antara lain alat radiologi diagnostic, mesin, atau alat

filter, serta memerlukan keterampilan tersendiri.

2.1.4 Cara kerja kemoterapi

Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan sel

yang teratur. Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel baru dan

sel yang lain akan mati. Sel yang abnormal akan membelah diri dan

berkembang secara tidak terkontrol, yang pada akhirnya akan terjadi suatu

masa yang dikenal sebagai tumor (Rasjidi, 2017).

2.1.5 Efek samping kemoterapi

Efek samping dari kemoterapi meliputi, anemia, trombositopenia,

leucopenia, mual dan muntah, alopesia (rambut rontok), stomatitis,

reaksialergi, neurotoksik, dan ekstravasasi (keluarnya obat vesikan atau

iritan ke jaringan subkutan yang berakibat timbulnya rasa nyeri, nekrosis

jaringan, dan ulserasi jaringan) (Rasjidi, 2017).

2.1.6 Efek kemoterapi secara fisik.

Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan antara

lain dampak terhadap fisik dan psikologis kemoterapi memberikan efek nyata

kepada fisik pasien, setiap orang memiliki variasi yang berbeda dalam

merespon obat kemoterapi, efek fisik yang tidak diberikan penanganan yang

baik dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, adapun dampak fisik

kemoterapi adalah sebagai berikut (Ambarwati, 2014).

a. Kelelahan

b. Mual dan muntah

7
c. Konstipasi

d. Neuropati perifer

e. Toksisitas kulit

f. Kerontokan rambut (alopecia)

g. Penurunan berat badan

h. Kelelahan (fatigue)

i. Penurunan nafsu makan

j. Perubahan rasa dan nyeri.

2.1.7 Efek Samping Psikologi

Wijayanti (2007) menyebutkan beberapa dampak psikologis pasien

kanker diantaranya sebagai berikut:

a. Kelelahan

Kelelahan adalah gejala subyektif yang tidak nyaman dan ditandai

dengan kurangnya energi dan meningkatnya kebutuhan untuk istirahat

Kelelahan mengarah pada gangguan kognitif dan fisik, sosial dan

perubahan suasana hati yang mempengaruhi kualitas hidup pasien [8,9].

Batu et al. [10] melaporkan bahwa sekitar 56% pasien dengan kanker

yang mengalami kelelahan memiliki penurunan kualitas hidup dalam hal

kemampuan mereka untuk bekerja (37%), menikmati hidup (30%) dan

memengaruhi hidup mereka (30%).

b. Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan adalah kondisi psikologis yang disebabkan oleh

gangguan motivasi, proses kognisi, dan emosi sebagai hasil pengalaman

8
di luar kontrol organisme. Ketidakberdayaan pada penderita kanker bisa

terjadi karena proses kognitif pada penderita yang berupa pikiran bahwa

usahanya selama ini untuk memperpanjang hidupnya atau mendapatkan

kesembuhan, ternyata menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan

(perasaan mual, rambut rontok, diare kronis, kulit menghitam, pusing,

dan kehilangan energi). Ketidakberdayaan dapat meyebabkan penderita

kanker mengalami dampak psikologis lain yaitu depresi (Wijayanti, 2017).

c. Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan psikologis yang disebabkan oleh

adanya rasa khawatir yang terus-menerus ditimbulkan oleh adanya inner

conflict. Dampak kecemasan yang muncul pada penderita kanker adalah

berupa rasa takut bahwa usianya akan singkat (berkaitan dengan inner

conflict). Inner conflict berupa kegiatan untuk menjalani pengobatan agar

bisa sembuh tetapi tidak mau menerima adanya risiko bagi

penampilannya. Risiko disini dapat berupa rambut rontok dan kulit

menghitam akibat kemoterapi, atau hilangnya payudara akibat operasi.

Kecemasan dapat digolongkan dalam bentuk covert behavior, karena

merupakan keadaan yang ditimbulkan dari proses inner conflict.

Kecemasan dapat pula muncul sebagai reaksi terhadap diagnosis

penyakit parah yang dideritanya. Sebagai seseorang yang awalnya

merasa dirinya sehat, tiba-tiba diberitahu bahwa dirinya mengidap

penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tentu saja muncul penolakan

yang berupa ketidakpercayaan terhadap diagnosa. Penolakan yang

9
penuh kecemasan ini terjadi karena mungkin ia memiliki banyak rencana

akan masa depan, ada harapan pada kemajuan kesehatannya, dan itu

seolah terhempas.

d. Rasa malu

Rasa malu merupakan suatu keadaan emosi yang kompleks karena

mencakup perasaan diri yang negatif. Perasaan malu pada penderita

kanker muncul karena ada perasaan dimana ia memiliki mutu kesehatan

yang rendah dan kerusakan dalam organ.

e. Harga diri

Sebagai penderita penyakit terminal seperti kanker, disebutkan

bahwa pada diri penderita mengalami perubahan dalam konsep diri.

Harga diri merupakan bagian dari konsep diri, maka bila konsep diri

menurun diartikan bahwa harga dirinya juga menurun.

f. Stres

Stres yang muncul sebagai dampak pada penderita kanker

memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap stressor. Stressor dalam

hal ini adalah penyakit kanker. Stres yang muncul ini merupakan bentuk

manifestasi perilaku yang tidak muncul dalam perilaku yang nampak

(covert behavior). Stres ini dipengaruhi oleh beberapa hal, salah

satunya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial sangat berguna

untuk menjaga kesehatan seseorang dalam keadaan stres.

10
g. Depresi

Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,

termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, dan tidak berdaya, serta

gagasan bunuh diri. Salah satu akibat dari kecemasan yang berupa

usianya akan singkat, menjadikan perasaan putus asa dalam diri

penderita kanker. Ketidakberdayaan yang menjadi dampak psikologis

memicu timbulnya perasaan depresi. Penderita kanker payudara

umumnya mengalami depresi dan hal ini tampak nyata terutama

disebabkan karena rasa nyeri yang tidak teratasi dengan gejala sebagai

berikut: Penurunan gairah hidup, perasaan menarik diri, ketidak

kemampuan, dan gangguan harga diri.Somatis berupa berat badan

menurun drastis dan insomnia. Rasa lelah dan tidak memiliki daya

kekuatan.

h. Amarah

Seseorang yang mengalami reaksi fisiologis, dapat muncul suatu

ekspresi emosional tidak sengaja yang disebabkan oleh kejadian yang

tidak menyenangkan dan disebut sebagai amarah. Semua suasana

sensori ini dapat berpadu dalam pikiran orang dan membentuk suatu

reaksi yang disebut marah. Reaksi amarah yang muncul ini tentu saja

dapat terjadi pada penderita kanker, karena suatu penyakit merupakan

suatu hal yang tidak menyenangkan. Munculnya reaksi marah pada

11
penderita kanker dapat muncul karena perasaan bahwa banyak kegiatan

hariannya yang diinterupsi oleh penyakit yang membuatnya tidak

berdaya. Reaksi marah yang muncul bisa berupa reaksi motorik (overt

behavior) seperti tangan mengepal, perubahan raut muka seperti alis

mengkerut.

2.2 Konsep kelelahan

2.2.1 Definisi

Kelelahan adalah gejala subyektif yang tidak nyaman dan ditandai

dengan kurangnya energi dan meningkatnya kebutuhan untuk istirahat (Yati

Afiyanti dkk 2018).

Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan

kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja

(Mississauga, 2012)

Kelelahan adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa lelah

secara fisik dan/atau mental.

2. 2.2 Jenis-jenis kelelahan

Berdasarkan proses dalam otot, kelelahan dapat dibagi dua (Budiono

dkk, 2013) :

a. Kelelahan otot, fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadi

tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara

fisiologis, yang ditunjukkan tidak hanya dengan berkurangnya tekanan

fisik tetapi juga makin rendahnya gerakan.

12
b. Kelelahan umum, adalah suatu perasaan letih yang luar biasa. Semua

aktivitas menjadi terganggu dan biasanya akan menimbulkan rasa kantuk.

Menurut Workplace Safety & Health Council (WSHCouncil) (2010)

tipe kelelahan dibagi menjadi :

a. Kelelahan fisik (berkurangnya kemampuan untuk bekerja manual).

b. Kelelahan mental (penurunan tingkat konsentrasi dan kewaspadaan).

2.2.3 Penyebab Kelelahan

Beberapa penyebab yang cukup mempengaruhi kelelahan kerja, antara lain:

a. Pasien dengan kanker menjalani pengalaman kemoterapi

efek samping seperti nyeri, mual, muntah, dan kelelahan yang merupakan

gejala paling umum. Sekitar 80% e100% dari pasien dengan kanker

ginekologi mengalami kelelahan

b. Pekerjaan yang berlebihan

Kekurangan sumber daya manusia yang kompeten mengakibatkan

menumpuknya pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dengan jumlah

karyawan yang lebih banyak.

c. Kekurangan waktu

Batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan terkadang

tidak masuk akal. Pada saat karyawan hendak mendiskusikan masalah

tersebut dengan atasannya, atasan bukannya memberikan solusi

pemecahan namun seringkali memberikan tugas-tugas baru yang harus

dikerjakan.

13
d. Konflik peranan

Konflik peranan biasanya terjadi antar karyawan dengan jenjang posisi yang

berbeda, yang seringkali disebabkan oleh otoritas yang dimiliki oleh peranan

atau jabatan tersebut.

e. Ambigu peranan

Tidak jelasnya deskripsi tugas yang harus dikerjakan seringkali membuat

para karyawan mengerjakan sesuatu pekerjaan yang seharusnya tidak

dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau ditilik dari sisi keahlian maupun

posisi pekerjaannya (Eraliesa, 2018).

2.2.4 Tanda -gejala kelelahan

Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptom) secara

subjektif dan objektif antara lain : perasaan lesu, mengantuk dan pusing,

berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi

yang buruk dan lambat, tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja,

menurunnya kinerja jasmani dan rohani (Budiono dkk, 2013).

2.2.5 Faktor-faktor individu yang dapat mempengaruhi kelelahan

Beberapa faktor individu yang dapat mempengaruhi kelelahan yaitu :

a) Faktor Internal

1) Usia

Subjek yang berusia lebih muda mempunyai kekuatan fisik dan

cadangan tenaga lebih besar daripada yang berusia tua. Akan tetapi pada

subjek yang lebih tua lebih mudah melalui hambatan (Setyawati, 2010).

14
Tenaga kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan

dibandingkan tenaga kerja yang relatif lebih muda (Oentoro, 2014).

2) Jenis kelamin

Ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang

dibanding pria. Secara biologis wanita mengalami siklus haid, kehamilan dan

menopause, dan secara sosial wanita berkedudukan sebagai ibu rumah

tangga (Suma’mur, 2019).

3) Psikis

Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis sangat mudah

mengalami suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi

psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu suatu kerja yang

berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dan

dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi

yang besar (Budiono dkk, 2013).

4) Kesehatan

Kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang dapat dilihat

dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa penyakit yang dapat

mempengaruhi kelelahan, yaitu:

a) Penyakit Jantung

b) Penyakit Gangguan Ginjal

c) Penyakit Asma

d) Tekanan darah rendah

e) Hipertensi (Suma’mur, 2019)

15
5) Status perkawinan

Pekerja yang sudah berkeluarga dituntut untuk memenuhi tanggung

jawab tidak hanya dalam hal pekerjaan melainkan juga dalam hal urusan

rumah tangga sehingga resiko mengalami kelelahan kerja juga akan

bertambah (Inta, 2012).

6) Sikap kerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap

sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja.

Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap

menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan.

Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai

ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit

banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan

menyebabkan kelelahan (Budiono dkk, 2003).

2.2.6 Skala Kelelahan Piper

Skala Kelelahan Piper (PFS) adalah kuesioner yang dikelola sendiri

dikembangkan oleh Piper et al. untuk mengukur tingkat kelelahan pasien

kanker. PFS adalah pengukuran subyektif yang mencakup empat domain

kelelahan, yaitu, perilaku / keparahan, afektif, sensorik dan kognitif. PFS terdiri

dari 22 item pertanyaan secara numeric skala dengan kisaran 0 -10 dan 5

pertanyaan terbuka. Skor tinggi menunjukkan tingkat kelelahan yang tinggi.

16
2.3 Konsep relaxation breathing exercises

2.3.1 Definisi

RBE (relaxation breathing exercises) adalah tindakan sadar untuk

mengatur pernapasan secara mendalam dan perlahan untuk mencapai

relaksasi, dan terdiri dari gabungan latihan fisik dengan latihan pernapasan

yang dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien .

2.3.2 Manfaat

RBE (relaxation breathing exercises) mempengaruhi sistem respons

stress dan merilekskan pikiran dan tubuh ketika konsumsi energy berkurang

atau tidak ada yang dikeluarkan sama sekali . RBE juga merangsang sirkulasi,

meningkatkan transfer oksigen ke jaringan dan memfasilitasi respons relaksasi

sehingga membuat pasien tidak mengalami kelelahan Latihan pernapasan

membutuhkan waktu yang relatif lama waktu dan karenanya harus dilakukan 3-4

kali per hari sepanjang hari atau sebelum tidur pada malam hari(Mulhaeriah dkk

2018)

Latihan pernapasan bertujuan untuk memperbaiki kesalahan

pernapasan, membangun kembali pola pernapasan yang tepat, meningkatkan

diafragma aktivitas, meningkatkan jumlah ventilasi alveolar, mengurangi

konsumsi energi saat bernafas dan meringankannya sesak napas.

17
2.3.3 Langkah langkah RBE (relaxation breathing exercises)

Latihan pernapasan membutuhkan waktu yang relatif lama waktu dan

karenanya harus dilakukan 3-4 kali per hari sepanjang hari atau sebelum tidur

pada malam hari.

Intervensi ini dilakukan selama 6 minggu dengan RBE sehari sekali

selama 30 menit pelaksanaan relaksasi rutin dan sering dapat membantu

pasien mengatasi berbagai masalah, termasuk stres, kelelahan dan rasa sakit

akibat kanker dan efek samping dari perawatannya.

RBE terdiri dari tiga komponen:

(1) latihan pendahuluan: peserta berbaring dengan nyaman di tempat

tidur dan memusatkan perhatian mereka pada perut bagian bawah;

(2) relaksasi bernafas: peserta rileks dengan menarik nafas panjang

dan membiarkan mereka keluar perlahan;

(3) latihan penutup: para peserta menyimpannya pikiran jernih dan

rentangkan tangan dan kaki mereka. Empat kali RBE kelompok

melakukan RBE selama 30 menit, empat kali sehari (pagi / 7 pagi,

tengah hari / 12 siang, sore / 4 sore dan malam / 8 malam) selama 7

hari selama rawat inap di bawah pengawasan peneliti dan di rumah

secara mandiri. Kelompok dua kali RBE melakukan RBE selama 30

menit, dua kali hari (pagi / 7 pagi dan malam / 8 malam) selama 7

hari (Mulhaeriah dkk 2018).

18
BAB III

PEMBAHASAN

Pembahasan

RBE lebih efektif dalam mengurangi kelelahan pada pasien dengan

kelelahan yang menjalani kemoterapi jika dilakukan empat kali sehari dari

pada hanya dua kali. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi

dalam pengobatan kelelahan pada pasien dengan kelelahan karena RBE

adalah perawatan non-farmakologis non-invasif dan mudah dilakukan oleh

perawat dan pasien.

Oleh karena itu, penilaian komprehensif terhadap kelelahan sangat

penting untuk memungkinkan perawat untuk memberikan intervensi yang

tepat untuk mengurangi kelelahan dan untuk meningkatkan kualitas pasien

hidup.

RBE adalah tindakan sadar untuk mengatur pernapasan secara

mendalam dan perlahan untuk mencapai relaksasi dan terdiri dari gabungan

latihan fisik dengan latihan pernapasan yang dapat dilakukan secara mandiri

oleh pasien . RBE mempengaruhi sistem respons stress dan merilekskan

pikiran dan tubuh ketika konsumsi energy berkurang atau tidak ada yang

dikeluarkan sama sekali .

RBE (relaxation breathing exercises) mempengaruhi sistem respons

stress dan merilekskan pikiran dan tubuh ketika konsumsi energy berkurang

atau tidak ada yang dikeluarkan sama sekali . RBE juga merangsang

sirkulasi, meningkatkan transfer oksigen ke jaringan dan memfasilitasi

respons relaksasi sehingga membuat pasien tidak mengalami kelelahan

Latihan pernapasan membutuhkan waktu yang relatif lama waktu dan

19
karenanya harus dilakukan 3-4 kali per hari sepanjang hari atau sebelum

tidur pada malam hari (Mulhaeriah dkk 2018)

Intervensi ini dilakukan selama 6 minggu dengan RBE sehari sekali

selama 30 menit pelaksanaan relaksasi rutin dan sering dapat membantu

pasien mengatasi berbagai masalah, termasuk stres, kelelahan dan rasa

sakit akibat kanker dan efek samping dari perawatannya.

RBE terdiri dari tiga komponen:

(1) latihan pendahuluan: peserta berbaring dengan nyaman di

tempat tidur dan memusatkan perhatian mereka pada perut

bagian bawah;

(2) relaksasi bernafas: peserta rileks dengan menarik nafas panjang

dan membiarkan mereka keluar perlahan;

(3) latihan penutup: para peserta menyimpannya pikiran jernih dan

rentangkan tangan dan kaki mereka. Empat kali RBE kelompok

melakukan RBE selama 30 menit, empat kali sehari (pagi / 7

pagi, tengah hari / 12 siang, sore / 4 sore dan malam / 8 malam)

selama 7 hari selama rawat inap di bawah pengawasan peneliti

dan di rumah secara mandiri. Kelompok dua kali RBE melakukan

RBE selama 30 menit, dua kali hari (pagi / 7 pagi dan malam / 8

malam) selama 7 hari (Mulhaeriah dkk 2018).

Metode

Desain dan pengaturan penelitian

Penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan pretest dan

posttest mengontrol desain percobaan dan dilakukan di Rumah Sakit

Pusat Kanker di Indonesia dari Februari hingga Juni 2013.

20
Terdapat sampel sebanyak Empat puluh dua pasien, 21 di

antaranya adalah grup yang menerima RBE empat kali sehari dan 21

hingga kelompok yang menerima RBE dua kali sehari. Skor kelelahan

diukur setiap hari selama 7 hari untuk kedua kelompok menggunakan

Skala Kelelahan Piper.

Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria Inklusi adalah pasien yang menjalani kemoterapi

setidaknya suatu ketika, mengalami kelelahan setelah kemoterapi dan

mereka yang sedang sepenuhnya waspada dan mampu membaca dan

menulis.

Kriteria eklusi Penderita diabetes mellitus, penyakit jantung dan

penyakit ginjal kronis (CKD) karena kondisi ini dapat memperburuk

kelelahan.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

penerapan relaxation breathing exercises terhadap kelelahan pada

pasien dengan kanker ginekologis yang menjalani kemoterapi. terbukti

efektif, Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi dalam

pengobatan kelelahan pada pasien dengan kanker karena RBE adalah

perawatan non-farmakologis non-invasif dan mudah dilakukan oleh perawat

dan pasien.

4.2 SARAN

Bagi tenaga kesehatan, hendaknya dapat menerapkan metode

relaxation breathing exercises pada klien yang mengalami. Hal ini

dikarenakan selain mudah ,dan efektif.

Bagi masyarakat, hendaknya meningkatkan pengetahuan mengenai

cara mengatasi fatigue dengan penggunaan relaxation breathing exercises.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mulhaeriah, Yati Afiyanti , Engkus Kusdinar Achmad , Moh Syafar Sangkala

2018. Effectiveness of Relaxation Breathing Exercise on fatigue in

gynecological cancer patients undergoing chemotherapy:

International Journal of Nursing Sciences.

Stanley et al (2011). Benefits of a holistic breathing technique in patients on

hemodialysis. Nephrology Nursing Journal: 38 (2)149-152

akerimoghadam et al (2016). The Effect of relaxation Breathing Exercises on The

Fatigue Levels of Patients with Chronic Obstructive Pulmonary

Disease. Nursing Journal 38 (2) : 149-152

Koyama et al (2012). Fatigue predict an increase risk for myocardial infarction on

dialysis patients. Clinical Journal of the American Society of

Nephrology, 25(2)10-22

23

Anda mungkin juga menyukai