1. TINJAUAN TEORI
a. Konsep Dasar Lanjut Usia
1) Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapan tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang
ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin
dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya
usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum
akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
1
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2010)
pengelompokkan lansia menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)
3) Gizi lansia
1. Kebutuhan Gizi pada Lansia
Diet dan penuaan mempunyai peran besar dalam meningkatkan
kualitas hidup dan proses penuaan. Pada percobaan tikus dengan
pembatasan jumlah asupan kalori diet dapat memperpanjang usia
hidup atau penyakit yang bersamaan dengan usia lanjut karena akan
menurunkan produksi radikal beba. Diet juga dapat menurunkan
penyakit kronis. Bila adanya peningkatan asupan protein dan lemak
maka insiden kanker (tumor ganas) meningkat dan terjadi gangguan
organ dan mempercepat proses penuaan secara fisik, biokimia dan
imunologi (Oenzil, 2012).
4) Penilaian Status Gizi Lansia
Status gizi seseorang dapat ditentukan oleh beberapa pemeriksaan gizi.
Pemeriksaan gizi yang memberikan data paling meyakinkan tentang
keadaan aktual gizi seseorang terdiri dari empat langkah, yaitu
pengukuran antropometri, pemeriksaan laboratorium, pengkajian fisik
atau secara klinis dan riwayat kebiasaan makanan (Moore, 2010). The
Mini Nutritional Assessment (MNA) adalah alat penilaian gizi lain
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi resiko malnutrisi pada
lansia (Ebersole, 2010). Selain itu pengkajian status gizi juga dapat
2
menentukan kebutuhan gizi seseorang dan mengidentifikasi factor
psikososial dan medis yang dapat mempengaruhi dukungan status gizi.
3
2) Etiologi
a. Etiologi pada hipertensi primer / essensial tidak diketahui namun factor
dari hipertensi primer antara lain :
1) Usia
2) Jenis kelamin atau seks : pria paling banyak
3) Gaya Hidup
4) Keturunan 75%
5) Emosi /stress
6) Merokok
7) Alkohol
8) Tinggi lemak
9) Tinggi sodium /garam
10) Obesitas atau kegemukan
4
3) Patofisiologi
Penyebab hipertensi primer tidak dapat diketahui dengan pasti walaupun
telah banyak penyebab yang diidentifikasi seperti faktor :
1) Atherosclerosis
2) Meningkatnya intake sodium
3) Baroroseptor
4) Raktor genetic
a) Usia
Pada > 50 tahun biasanya terjadi perubahan struktur dan fungsi dari
pembuluh darah sehingga hilangnya elastisitas jaringan ikat, penurunan
elastisitas otot pembuluh darah, penurunan kemampuan aorta & arteri
dalam mengakomodasikan volume darah sehingga terjadi Penurunan curah
jantung dan Peningkatan tekanan perifer yang menyebabkan tekanan darah
meningkat.
b) Psikologi
Emosi / stress akan merangsang hipotalamus mempengaruhi saraf simpatis
melepaskan hormone adrenalin menjadi vasokontriktor akan berpengaruh
kerja jantung meningkat dan tekanan darah meningkat.
c) Merokok
Rokok mengandung komponen toksik seperti Nikotin dapat
mempengaruhi sekresi rennin menyebabkan pengkakuan pembuluh darah,
menyebabkan terjadinya atherosclerosis, meningkatkan kerja jantung dan
tekanan darah meningkat.
d) Alkohol
Alkohol bersifat dingin mempengaruhi sekresi rennin menyebabkan
pengkakuan pembuluh darah, menyebabkan terjadinya atherosclerosis,
terjadi meningkatkan kerja jantung dan tekanan darah meningkat.
e) Gaya Hidup
Gaya hidup yang kurang baik seperti Mengkonsumsi makanan tinggi
kolesterol berlebihan menyebabkan hyperlipidemia, meningkatkan
metabolisme kalori, lemak terjadi penumpukan lemak, penebalan dinding
5
pada pembuluh darah, menyebabkan terjadinya atherosclerosis,
meningkatkan kerja jantung sehingga tekanan darah menjadi meningkat.
4) Manifestasi klinis
a. Kelelahan, letih
b. Nafas pendek
c. Sakit kepala, pusing
d. Mual, muntah
e. Gemetar
f. Nadi cepat setelah aktivitas
g. Gangguan penglihatan
h. Sering marah
i. Mimisan
j. Kaku pada leher atau bahu
k. Kesadaran menurun
5) Pemeriksaan diagnostic/Penunjang
a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
6
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
7
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
6) Penatalaksanaan medis
a) Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,
bersepeda atau berenang.
2) Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d) Tidak menimbulakn intoleransi.
e) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan
antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin
angitensin.
8
b) Penatalaksanaan non medis
Memberikan HE kepada pasien :
a) Mengurangi mengonsumsi garam dapur dalam masakan
b) Mengurangi makan-makanan yang mengandung lemak seperti
jeroan
c) Hindari makanan seperti daging kambing, ikan asin
d) Perbanyak untuk makan buah-buahan dan sayuran
e) Meningkatkan aktivitas fisik ringan seperti : berjalan
9
2. TINJAUAN ASKEP
a) Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
a) Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien hipertensi biasanya mengeluh sakit kepala
2) Riwayat penyakit sekarang
Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien seperti
riwayat hipertensi, penyakit jantung, DM dll
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada klien hipertensi biasanya terdapat anggota keluarga yang
mengidap juga (bersifat menurun)
b) Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Pasien biasanya mengalami dispnea yang berkaitan dari
kativitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputu dan riwayat merokok
2) Makan dan minum
Pada pasien hipertensi terkadang mengalami mual dan muntah.
3) Eliminasi
Pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri
4) Pola aktifitas dan latihan
Pada klien hipertensi terkadang mengalami/merasa lemas, pusing,
kelelahan, kelemahan otot dan kesadaran menurun
5) Rasa Nyaman
Pasien biasanya mengeluh pening pening/pusing, berdenyut, sakit
kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan
10
secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur, epistakis)
c) Pemeriksaan fisik
Berat badan dan tinggi badan
Mata : Retina, pupil
Leher : JVP, bising
Paru : Pernafasan (irama, frekuensi, jenis suara nafas).
Jantung :
1) Denyut nadi
2) Tekanan darah diukur minimal 2 kali dengan tenggang waktu 2
menit dalam posisi bebaring atau duduk, dan berdiri sekurangnya
setelah 2 menit.
3) Pengukuran sebaiknya dilakukan pada kedua sisi lengan dan jika
nilainya berbeda makan nilai yang tertingi yang diambil.
4) Suara jantung.
5) Bising jantung.
Abdomen : Bising dan peristaltic.
Ekstrimitas : Refleks dan edema.
d) Pemeriksaan penunjang
a) EKG :
Kemungkinan ada pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium
kiri, adanya peenyakit jantung atau aritmia.
b) Laboratorium :
Fungsi ginjal: urin lengkap(urinalisis) Ureum, creatinin, BUN dan
asam urat, serta darah lengkap lainnya.
c) Foto rontgen :
d) Kemungkinan ditemukan pembesaran jantung, vaskularisasi atau
aorta yang lebar.
11
e) Ekokardiogram :
Tampak penebalan dinding ventrikel, mungkin juga sudah terjadi
dilatasi dan gangguan fungsi diastolic dan sistolik.
b) Diagnosa
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi
2) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
12
c. Intervensi
13
adanya hipertrofi atrium
(peningkatan volume/tekanan
atrium). Perkembangan S3
menunjukan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan
fungsi. Adanya krakles,
mengi dapat
mengindikasikan kongesti
paru sekunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung
kronik.
14
curah jantung.
5. Catat edema 5. Dapat mengendikasikan
umum/tertentu. gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vascular.
15
8. Lakukan tindakan- 8. Mengurangi
tindakan yang nyaman, ketidaknyamanan dan dapat
spt., pijatan punggung menurunkan rangsang
dan leher, meninggikan simpatis.
kepala tempat tidur.
9. Anjurkan tehnik 9. Dapat menurunkan
relaksasi, panduan ransangan yang
imajinasi, aktivitas menimbulkan stres, membuat
penglihatan. efek tenang,
Kolaborasi
10. Berikan obat-obat 10. Tiazid digunakan sendiri
sesuai indikasi, contoh : atau dicampur dengan obat
Diuretic tiazid, mis., lain untuk menurunkan TD
klorotiazid (diuril); pada pasien dengan fungsi
hidroklorotiazid ginjal. Diuretic ini
(Esidrix/HidroDIURIL) memperkuat agent-agent anti
; bendroflumentiazid hipertensif lain dengan
(Naturetin); membatasi retensi cairan.
16
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
17
dalam rentang normal : punggung dan leher, dan komplikasinya
- Tekanan darah redupkan lampu kamar,
(110/70-120/80mmHg) teknik relaksasi ( panduan
- Nadi (60-100x/mnt) imajinasi, distraksi ) dan
- Respirasi (16-20x/mnt) aktivitas waktu senggang
- Suhu (36,8 0C – 37,4 4. Pernafasan dalam dapat
4. Ajarkan menggunakan tehnik
0
C) meningkatkan asupan O2
relaksasi dan distraksi
(mendengarkan musik atau sehingga akan menurunkan
18
Kolaborasi :
6. Berikan obat analgetik 6. Dapat mengurangi tegangan
(lorezepam (ativan), dan ketidaknyamanan yang
diazepam (valium) sesuai di perberat oleh stress.
kebutuhan. Hindari
penggunaan narkotika.
19
nyata selama/sesudah
aktifitas (tekanan sistolik
meningkat 40 mmHg
atau tekanan diastolic
meningkat 20 mmHg);
dispenea atau nyri dada;
keletihan dan kelemahan
yang berlebihan;
diaforosis; pusing atau
pingsan.
2. Instruksikan pasien 2. Teknik menghadap energi
tentang teknik mengurangi penggunaan
penghematan energy, energy, juga membantu
mis, menggunakan kursi keseimbangan antara suplai
saat mandi, duduk saat dan kebutuhan oksigen.
menyisir rambut atau
penyikat gigi,
melakukan aktifitas
dengan perlahan.
20
3. Berikan dorongan untuk 3. Kemajuan aktifitas bertahap
melakukan mencegah peningkatan jantung
aktifitas/perawatan diri tiba-tiba. Memberikan bantuan
bertahap jika dapat hanya sebatas kebutuhan akan
ditoleransi, berikan mendorong kemandiriaan
bantuan sesuai dalam melakukan aktifitas.
kebutuhan. kur dan ntuk mengetahui
pantau tanda-tanda vital perkembangan kondisi pasien.
(suhu, respirasi, nadi)
21
d. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan. (Aziz, 2010). Implementasi umum
yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi :
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealfaan” yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan
Nursalam (2010). Evaluasi yang dicapai pada pasien hipertensi yaitu:
1) Nyeri akut dapat teratasi.
2) Intoleransi aktifitas teratasi
3) Penurunan curah jantung teratasi
22