PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang harus
dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak
sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin
tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, mereka seolah-olah
tidak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, dan
memiliki rasa ingin tahu secara alamiah. Anak merupakan makhluk sosial,
unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian pendek, dan memiliki
masa yang paling potensial untuk belajar, maka dari itu upaya pendidikan
untuk kesehatan anak melalui Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan Puskesmas sangat penting karena akan sangat
membantu anak dalam tumbuh kembangnya ke masa depan. Anak yang sehat
merupakan akar dari pertumbuhan generasi muda yang kuat dan unggul untuk
mengisi pembangunan suatu Negara. Faktor yang kondusif untuk kesehatan
anak ke masa depan adalah dengan upaya pendidikan kesehatan anak sejak
dini (Sujiono, 2009).
Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan atas anak untuk
menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen didalam
kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap seseorang anak. Kualitas
pendidikan untuk anak berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang
berkualitas pula. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah yang
memiliki jasmani dan rohani yang sehat. Upaya pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas dan sehat antara lain dengan melaksanakan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) (Sujiono, 2009).
1
4. Sebutkan dan jelaskan sasaran UKS?
5. Sebutkan dan jelaskan kegiatan UKS?
6. Jelaskan peran sekolah dalam meningkatkan UKS?
7. Jelaskan kebijakan dalam peningkatan implementasi dalam
peningkatan UKS?
8. Jelaskan promosi kegiatan pada UKS?
9. Jelaskan strategi promosi kesehatan sekolah ?
10. Jelaskan Ciri-ciri Promosi kesehatan sekolah?
11. Jelaskan Jenis-jenis kegiatan kesehatan sekolah ?
12. Asuhan Keperawatan pada tatanan sekolah ?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi UKS
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan
bangsa-bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan jiwa adalah
keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, intelektual,
emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang Undang
Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa
”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta
didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal
sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang
berkualitas. Menurut Sumantri (2007), peserta didik itu harus sehat dan orang
tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi,
sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses
belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart
dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan.
Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik
memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).
3
hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari
pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to child programe.
Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak yang
berkualitas.
4
tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup
sehat agar mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan
5
menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik.
Oleh karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya
manusia itu adalah kesehatan, bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas
sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama
mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber daya manusianya,
dan ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi
Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah yaitu
108 pada tahun 2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Kemajuan ekonomi suatu bangsa biasanya berkorelasi dengan tingkat
kesehatan masyarakatnya.
Semakin maju perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula
tingkat kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih berada di
urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya
belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya manusianya
yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih
keras lagi.
6
a. Penyuluhan kesehatan dari petugas puskesmas yang berkaitan dengan
:
1) Higien personal yang meliputi pemeliharaan gigi, dan mulut,
kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga dan sebagainya.
2) Lomba poster sehat
3) Perlombaan kebersihan kelas
7
2.6. Peran Sekolah Dalam Meningkatkan Kesehatan
Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat
mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang
menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan
tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan risiko
hipertensi, diabetes melitus dan obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum
makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan
masukkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya perokok
pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan
mengakibatkan penyakit degeneratif. Perilaku tidak sehat lainnya yang
mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke
dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau tindakan
kriminal. Apalagi perilaku tidak sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak
sehat, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan
masyarakatnya.
Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul dari diri peserta didik
sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun kurang, malas
sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah. Peserta didik
pun cenderung lebih menyukai dan banyak menonton televisi, bermain
videogames, dan play station, sehingga mengakibatkan fisiknya kurang
bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami sakit dan beresiko terhadap
berbagai penyakit degeneratif di usia dini. Untuk itu diperlukan fasilitas dan
program pendidikan jasmani atau olah raga memadai dan terprogram dengan
baik, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini sangat
mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan
berolah raga dengan bebas, menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan
dan kebugaran fisiknya. Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif
terhadap kematangan emosi sosialnya. Guru atau orang tua perlu memberikan
bekal yang penting bagi peserta didik yaitu menciptakan kematangan emosi-
sosialnya agar dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Peserta didik pun akan
8
mampu mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress tidak
dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan akan
menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya.
Menurut WHO (Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah yang dapat
mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan
sekolah, yaitu peserta didik, orang tua, dan para tokoh masyarakat
maupun organisasi-organisasi di masyarakat.
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman,
meliputi sanitasi dan air yang cukup, bebas dari segala macam bentuk
kekerasan, bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan zat-zat
berbahaya, suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa hormat dan
percaya. Diciptakannya pekarangan sekolah yang aman, adanya dukungan
masyarakat sepenuhnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan kurikulum
yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif
terhadap kesehatan, serta dapat mengembangkan berbagai keterampailan
hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial. Selain itu,
memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun
orang tua.
4. Memberikan akses (kesempatan) untuk dilaksanakannya pelayanan
kesehatan di sekolah, yaitu penyaringan, diagnose dini, pemantauan dan
perkembangan, imunisasi, serta pengobatan sederhana. Selain itu,
mengadakan kerja sama dengan puskesmas setempat, dan mengadakan
program-program makanan begizi dengan memperhatikan ‘keamanan’
makanan.
5. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya di sekolah untuk
mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu kebijakan yang
didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk mewujudkan proses
pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat
bagi seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan berikutnya memberikan
9
pelayanan yang ada untuk seluruh peserta didik. Terakhir. kebijakan-
kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkotika termasuk
alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan.
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan
masyarakat, dengan cara memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi
di masyarakat. Cara lainnya berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan masyarakat.
10
2.8. Promosi Kesehatan pada UKS
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan
sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama (a) penciptaan
lingkungan sekolah yang sehat, (b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah,
dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut
dikenal dengan istilah TRIAS UKS.
11
segi pendukung keberhasilan, promosi kesehatan di sekolah seringkali akan
lebih berhasil jika mendapat dukungan yang memadai dari keluarga si murid.
Hal terkait dengan intensitas hubungan antara anak dan keluarga, dimana
sebagian besar waktu berinteraksi dengan keluaraga lebih banyak. Pada segi
pihak yang turut memperoleh manfaat, peran orang tua yang memadai,
hangat, membantu serta berpartisipasi aktif akan lebih menjamin keberhasilan
program promosi kesehatan. Sebagai contoh bila di sekolah dilakukan
kampanya perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun kemudian dirumah orang tua
juga menyediakan fasilitas CTPS, maka perilaku anak akan lebih lestari
(sustainable). Bentuk dukungan orang tua ini meyakinkan bahwa tindakan
cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan yang benar, baik di sekolah
maupun di rrumah.
12
c. Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus
dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus
diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat program
promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait
dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi program promosi kesehatan sekolah.
d. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun
usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan program promosi
kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan dapat
mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.
e. Penelitrian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan
penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian
merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan promosi kesehatan
di sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping untuk
melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.
13
- Dukungan masyarakat yang sepenuhnya
3. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan : Kurikulum yang
mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif
terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan
hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial •
Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun
orangtua
4. Memberikan akses untuk di laksanakannya pelayanan kesehatan di
sekolah, yaitu :
- Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
- Kerjasama dengan Puskesmas setempat
- Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan
“keamanan” makanan
5. Menerapkan kebijakan dan upaya di sekolah untuk mempromosikan dan
meningkatkan kesehatan, yaitu :
a. Kebijakan yang di dukung oleh staf sekolah termasuk mewujudkan
proses belajar mengajar yang dapat menciptakan lingkungan
psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat sekolah
b. Kebijakan-kebijakan dalam memberikan pelayanan yang adil untuk
seluruh siswa
c. Kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan
narkoba termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk
kekerasan/pelecehan
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan
masyarakat, dengan : Memperhatikan adanya masalah kesehatan
masyarakat yang terjadi dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan masyarakat.
Pada dasarnya, setiapnya sekolah memiliki kemampuan dan kebutuhan
yang berbeda-beda sesuai situasi dan kondisinya masing-masing dalam
mewujudkan “Sekolah Promosi Kesehatan”. Namun yang terpenting
14
adalah bagaimana ia dapat menggunakan “kekuatan organisasinya” secara
optimal untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah.
15
(PAL), Jamban Keluarga, Tempat cucu tangan, kebersihan kamar
mandi dan penampungan air, pembuangan sampah, pagar sekolah, dan
lain-lain.
b. Lingkungan Psikologis : hubungan guru dengan murid baik baik
formal maupun non formal terutama kenyamanan dalam belajar
c. Lingkungan Sosial : hubungan dosen dengan orang tua murid,
Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) dan masyarakat sekitar
d. Keadaan/pelaksanaan UKS, dokter/perawat kecil.
e. Pengetahuan anak sekolah tentang kesehatan (PHBS) dan pelaksanaan
PHBS
f. Kondisi kesehatan/fisik anak sekolah terutama screening test (BB, TB,
tenggorokan, telinga/pendengaran, mata/penglihatan),
16
6. Ketidak efektifan perlindungan pada anak sekolah faktor yang
berhubungan penyalahgunaa zat/obat-obatan
7. Ketidak efektifan manajemen kesehatan masyrakat sekolah faktor yang
berhubungan kurang pengetahuan/kurang dukungan
sosial/ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengenai analisa promosi kesehatan pada tatanan sekolah umum serta sekolah
luar biasa di Indonesia dengan beberapa negara maju, Indonesia sudah ketinggalan
jauh dengan proses pembelajaran, fasilitas, permasalahan sumber daya manusia
yang tidak kompeten dalam mendukung kesehatan anak penyandang disabilitas,
adanya diskriminasi masyarakat terhadap penyandang disabilitas dan lingkungan
sekolah yang nyaman yang dimiliki oleh negara-negara maju. Terlebih, siswa di
sana juga mendapatkan kewajiban yang mengikat untuk sama-sama merawat
lingkungan di sekitar sekolah. Mungkin itu sebabnya siswa-siswi di negara-negara
tetangga lebih berkualitas secara rata-rata daripada di Indonesia.
3.2 Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena
masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah
ini. Oleh karena itu, semoga makalah ini dapat di jadikan sebagai buku ajar untuk
menambah wawasan mahasiswa/i khususnya Universitas Bhakti Kencana
Bandung tentang kesehatan di tatanan sekolah.
18