Identitas Mahasiswa
Nama : Asri Rahayu Muslim
NIM : 191 FK 04007
Tanggal Praktek : 17 Juni 2020
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2020
Hasil Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Klien : By. X
2. Usia/Tgl. Lahir : Tidak terkaji
3. Jenis Kelamin : Tidak terkaji
4. Agama/Keyakinan : Tidak terkaji
5. Suku/Bangsa : Tidak terkaji
6. Tanggal Masuk RS : Tidak terkaji
7. Tanggal pengkajian : 17 Juni 2020
8. BB/TB : 1250 gram
9. Diagnosa Medis : BBLR
B. Penanggung Jawab
1. N a m a : Ny. X
2. Usia : Tidak terkaji
3. Jenis Kelamin : Tidak terkaji
4. Pekerjaan : Tidak terkaji
5. Hubungan dengan Klien : Ibu kandung
V. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum Klien
Pada saat pemeriksaan fisik di dapatkan somnolen. kesulitan untuk bernafas,
terpasang alat CPAP. Refleks moro tidak ada, menggenggam kurang kuat,
mengisap lemah. Tonus/ aktivitas : lemah, menangis lemah, warna kulit merah
muda, kulit tipis terlihat pembuluh darah, tidak ada lanugo, garis di telapak tangan
belum terlihat. . Telinga ketika dilipat tidak kembali.
Dari pemeriksaan maturitas nampak belum matur. Bentuk kepala normal,
frontanel anterior lunak, mata menutup, keadaan tali pusat masih basah, masih
diklem dan belum kering. umbilikus normal,. Pemeriksaan genitalia, bentuk
kelamin normal, labia dan klitoris terlihat oedema dan tidak ada masa, labia mayora
belum menutupi labia minora. Punggung normal, Anus paten. Pada Ekstremitas
gerakan lemah, tonus otot lemah, kedua ekstremitas normal.
B. Tanda-tanda Vital
Suhu 36,2 derajat Celcius
RR60 kali/menit,
HR 160 kali/menit
C. APGAR SCORE
Skor 0 1 2 Angka
A: Warna pucat Normal , badan Warna kulit
Appeaerance diseluruh merah, normal (marata
color (Warna tubuh atau (ekstremitas diseluruh 2
kulit) kebiruan pucat) tubuh)
kemerah-
merahan
P : Pulse Tidak ada Dibawah Normal (Diatas 2
(Heart rate) 100x/mnt 100x/mnt)
G : Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Menangis, 0
(Reaksi respon sama mimic batuk/ bersin
terhadap sekali (perubahan
rangsangan) mimic wajah
hanya ketika
dirangsang)
A : Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif, 1
(tonus otot) gerakan sama dalam keadaan pergerakan
sekali fleksi dan spontan
sedikit
pergerakan
R: Tidak Ada Lemah, tidak Normal, tanpa 1
Respiration teratur dan usaha bernafas
(usaha nafas) menangis pelan yang berlebih,
menangis kuat
Jumlah 6
D. Pemeriksaan Sistematis
1. Kepala
Bentuk kepala normal, frontanel anterior lunak,
2. Mata
Saat dilakukan pemeriksaan mata tertutup
3. Abdomen
keadaan tali pusat masih basah, masih diklem dan belum kering. umbilikus
normal
4. Telinga
Ketika dilipat tidak kembali
5. Genitalia
bentuk kelamin normal, labia dan klitoris terlihat oedema dan tidak ada
masa, labia mayora belum menutupi labia minora. Punggung normal
6. Anus
Anus paten
7. Ekstremitas
Pada Ekstremitas gerakan lemah, tonus otot lemah, kedua ekstremitas
normal.
F. System pernafasan
Klien mengalami kesulitan bernafas, terpasang alat CPAP
RR 60 x / menit
G. System Syaraf
Fungsi motorik: tonus/ aktivitas : lemah
H. Sistem Integumen
Kulit : warna kulit merah muda, kulit tipis terlihat pembuluh darah, tidak ada
lanugo, garis di telapak tangan belum terlihat.
mengembang
Tekanan negatif intra toraks
yang besar
a. RENCANA KEPERAWATAN
(Format Terlampir)
1
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA RENCANA
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui
efektif berhuubungan tindakan kondisi pasien sebagai
dengan Pembentukan keperawatan dasar untuk
membran hialin surfaktan selama 3x24 jam menentukan intervensi
paru belum sempurna diharapkan selanjutnya.
gangguan pola
nafas pasien dapat
teratasi
Dengan kriteria 2. Pertahankan kepatenan 2. Untuk membersihkan
hasil : jalan nafas dengan jalan nafas
1. Pola nafass melakukan penghisapan
kembali 3. Tempatkan klien pada 3. Untuk mencegah
efektif tidak posisi telentang dengan adanya penyempitan
megap megap leher seedikit ekstensi dan jalan nafas
2. Pergerakan hidung menghadap ke atas
dada adekuat 4. Kolaborasi pemberian Meningkatkan
3. RR dalam terapi oksigen keadekuatan oksigen
rentang didalam tubuh
normal
NOC :
1. Nutritional
Status
2. Nutritional
Status : food
and fluid
intake
3. Nutritional
Status :
nutrient
intake
4. Weight
control
Kriteria Hasil :
1. Adanya
peningkatan
berat badan
sesuai dengan
tujuan
2. Berat badan
ideal sesuai
3
dengan tinggi
badan
3. Mampu
mengidentifika
si kebutuhan
nutrisi
4. Tidak ada
tanda-tanda
malnutrisi
5. Menunjukkkan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dari menelan
Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
1
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA, VOLUME 3, NO. 2, NOVEMBER 2017: 125-131
Meta Febri Agrina, Afnani Toyibah, Jupriyono Poltekkes Kemenkes Malang, Jalan Besar Ijen No. 77 C
Malang Email: meta.diana22@gmail.com
Abstrak: Komplikasi BBLR banyak macamnya salah satunya adalah Respiratory Distress Syndrome
(RDS). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kejadian Respiratory Distress Syndrom (RDS)
antara BBLR preterm dan BBLR dismatur. Desain penelitian analitik komparatif dengan pendekatan
studi dokumentasi. Populasi sebanyak 40 BBLR dengan diagnosa RDS, sampling menggunakan teknik
simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 36 responden yang memenuhi kriteria inklusi.
Uji statistik dengan Fisher Exact yang menunjukkan hasil p > a (0,28 > 0,05), dengan demikian
penelitian ini menerima H0 artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kejadian RDS antara
BBLR preterm dan BBLR dismatur.
KEPUSTAKAAN
Drew, David. 2009. Asuhan Resusitasi Bayi Baru Lahir Seri Praktek Kebidanan. Jakarta : EGC.
Nurarif & kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa & NANDA NIC-
NOC.Yogyakarta : Mediaction.
Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Edisi 2.
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitin Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta Selatan : Salemba
Medika. Edisi 3.
1
0
ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
Nuzul Qur’aniati
Departemen Keperawatan Maternitas dan Anak Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya Nuzul-q-a@fkp.unair.ac.id
PENDAHULUAN
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari. Pada masa tersebut terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir
pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki
risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan
penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia
(Kementerian Kesehatan, 2015). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu
asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Riskesdas, 2007). Asfiksia saat lahir menjadi penyebab
kurang lebih 23% dari sekitar 4 juta kematian neonatus di seluruh dunia setiah tahunnya (Kitamura et
al, 2010).
Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan
kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan
dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal sakit dan atau neonatal
dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh
tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik dirumah, sarana pelayanan kesehatan dasar
maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain manajemen Asfiksia
Bayi Baru Lahir, atau standar operasional pelayanan lainnya (Kementerian Kesehatan, 2015).
Sekitar 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas saat lahir; dan kurang dari
1% membutuhkan tindakan resusitasi ekstensif agar selamat. Sebaiknya kurang lebih 90% bayi baru
lahir menjalani transisi dari kehidupan intrauterin ke ekstra uterin tanpa kesulitan.
DEFINISI
“Asphyxia is defined as progressive hypoxemia and hypercapnea accompanied by the progressive
development of metabolic acidosis. The definition has both clinical and biochemical components, and
indicates that, unless the process is reversed, it will lead to cellular damage and ultimately death of the
patient” (www.cambridge.org).
Bila transisi normal tidak terjadi, cadangan oksigen ke jaringan berkurang dan arteri di usus, ginjal,
otot, dan kulit akan konstriksi. Suatu refleks pertahanan hidup akan berusaha mempertahankan atau
meningkatkan aliran darah ke jantung dan otak untuk mempertahankan stabilitas pasokan oksigen.
Redistribusi aliran darah ini mempertahankan fungsi organ-organ vital. Akan tetapi, jika kekurangan
oksigen berlanjut, fungsi miokardial dan curah jantung akan mengalamai penurunan, tekanan darah
menurun dan aliran darah ke semua organ juga akan berkurang (irreversibel) sehingga menyebabkan
kerusakan organ- organ lain atau kematian.
Nilai APGAR adalah metode obyektf untuk menilai kondisi bayi baru lahir dan berguna untuk
memberikan informasi mengenai keadaan bayi secara umum, serta responnya terhadap resusitasi.
Intervensi resusitasi adalah modifikasi dari nilai APGAR sehingga resusitasi yang dilakukan pada saat
nilai ditentukan harus dicatat. Nilai APGAR ditentukan pada menit ke-1 dan menit ke-5 setelah lahir.
Jika nilai APGAR pada menit ke-5 kurang dari 7 maka ada tambahan nilai setiap 5 menit sampai 20
menit.
Evaluasi gawat napas menurut (PONEK, 2008) dapat menggunakan Skor Downe adalah sebagai
berikut:
Tabel. 2 Evaluasi gawat napas dengan menggunakan Skor Downe (Ponek, 2008)
Pemeriksaaan Skor
0 1 2
Frekuensi napas <60dpm 60-80 dpm >80dpm
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Sianosis menetap
sianosis dengan walaupun diberi
pemberian O2 02
Suara Napas Suara napas di kedua Suara napas di Tidak ada suara
paru baik kedua paru napas di kedua
menurun paru
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar tanpa
dengan alat bantu
stetoskop
Evaluasi Total Nilai:
- <4 : Gawat napas ringan
- 4-7 : Gawat napas sedang
- >7 : Gawat napas berat
Nilai APGAR tidak digunakan untuk memulai tindakan resusitasi ataupun menunda intervensi pada
bayi dengan depresi sampai penilaian menit ke-1. Akan tetapi resusitasi harus segera dimulai sebelum
menit ke-1 dihitung.
Tabel 3. Kerusakan sistem organ yang dapat terjadi setelah resusitasi dan terapi
Sistem Organ Komplikasi yang mungkin Tindakan Pasca Resusitas
Terjadi
Otak - Apnea Monitor apnea
- Kejang Memberi ventilasi bila dibutuhkan Memantau
- Perubahan pada glukosa dan elektrolit Mencegah hipertermia
pemeriksaan neurologi Mempertimbangkan terapi anti kejang;
hipotermia
Simpulan:
- Sebagian besar bayi lahir bugar. Hanya sekitar 10% bayi membutuhkan beberapa jenis bantuan
dan hanya 1% yang membutuhkan tindakan resusitasi lengkap untuk bertahan hidup
- Ketika janin atau bayi baru lahir kekurangan oksigen akan terjadi perpasan cepat diikuti oleh
apneau primer dan penurunan frekuensi jantung, keadaan ini akan membaik
6
dengan rangsang taktil. Jika kekurangan oksigen tetap terjadi, makan akan terjadi
periode apnea sekunder selanjutnya diikutu penurunan frekuensi jantung dan
tekanan darah. Apnea sekunder tidak dapat diatasi dengan pemberian rangsangan;
harus diberikan ventilasi.
- Semua bayi baru lahir perlu penilaian awal untuk menetukan apakah
resusitasi dibutuhkan atau tidak
- Resusitasi harus dilakukan segera karena Anda memiliki waktu kurang
lebih 30 detik untuk melihat respon dari setiap tahap sebelum
memutuskan ke tahap berikutnya; evaluasi dan pengambilan keputusan
didasarkan terutama pada pernapasan, frekuensi jantung dan oksigenasi
- Tahap resusitasi neonatus adalah
A. Tahap awal
- Berikan kehangatan
- Posisikan kepala dan bersihkan jalan napas bila diperlukan*
- Keringkan dan rangsang bayi agar bernapas
- Evaluasi pernapasan, frekuensi jantung dan oksigenasi
B. Berikan ventilasi tekanan positif dengan alat resusitasi tekanan
positif dan pasang oksimetri*
C. Berikan kompresi dada sambil melanjutkan bantuan ventilasi dan
masukkan kateter vena umbillikalis*
D. Berikan epineprin sambil melanjutkan bantuan kompresi dada*
*pertimbangkan intubasi trakea pada titik-titik ini
7
DAFTAR PUSTAKA