Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN


STUNTING DI DESA OESENA KECAMATAN AMARASI KABUPATEN KUPANG

TAHUN 2019

Disusun Oleh :

YANI IRAWATI REMIANDUNG

NIM : 2016115127

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA KUPANG

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK

2019/2020
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN


STUNTING DI DESA OESENA KECAMATAN AMARASI KABUPATEN KUPANG

TAHUN 2019

Disusun Oleh :

YANI IRAWATI REMIANDUNG

NIM : 2016115127

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA KUPANG

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK

2019/2020
Jl.Nibaki no 99 liliba, Kupang-NTT
No.Telp. (0380) 828233
Website: www.stikesnusantara.com
E-mail:stikes@gmail.com

LEMBAR PERSETUJUAN

Telah selesai diberikan bimbingan dalam penulisan proposal penelitian sehingga naska
proposal penelitian ini memenuhi syarat dan dapat di setujui untuk diteliti, oleh :

NAMA : Yani I. Remiandung

NIM : 2016115127

KELAS : KBN 17 B

JUDUL KTI : Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Dengan Kejadian


Stunting Di Puskesmas Oekabiti Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang
Tahun 2019
Kupang, November 2019

Pembinbing I Pembimbing 2

Maria J. Lokagleu, S. ST. Keb, M.Si Feris Kamlasi, S. Pd, M.Si


NIDN : 0810128903 NIDN: 0806118803

Mengetahui

Ka.Prodi Kebidanan

Maria J. Lokagleu, S. ST. Keb, M.Si


NIDN : 0810128903
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan rahmatnya Sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal dengan Judul
“Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Primipara Dengan Kejadian Stunting” Di Puskesmas
Oekabiti Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang Tahun 2019. Terselesainya Proposal ini tidak
lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu penulis. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan merasa tidak akan mampu sepenuhnya
membalas jasa dari pihak yang telah membantu serta semoga bantuan yang berharga tersebut
akan dibalas oleh Yang Mahakuasa. Rasa syukur dan ucapan terima kasih ini disampaikan
kepada :

1. Bapak Rudizon B. Doko Patty, SE, M.M.Kes Selaku Ketua Yayasan Kunci Ilmu yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa STIKES NUSANTARA
KUPANG.

2. Bapak Markus Koe, S.Kep, M.Si Selaku Ketua STIKES NUSANTARA yang mempunyai
ketabahan hati yang sangat tinggi dan member motivasi kepada peneliti untuk menyelesaikan
Proposal ini.

3. Ibu Maria J. Lokangkue, SST, M.Kes Selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan, Selaku
Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta memberi bimbingan
sehingga ini dapat di selesaikan.

4. Bapak Feris Kamlasi, S. Pd, M.Si selaku pembimbing II Proposal yang telah meluangkan
Waktu, Tenaga, Pikiran serta member bimbingan sehingga Proposal ini dapat diselesaikan

5. Segenap Dosen yang telah memberikan dorongan, motivasi dan ilmunya kepada penulis.
6. Kedua Orangtua Bapak Pelipus Remiandung dan Ibu Lena Agustina Remiandung – Punga
yang selalu memberikan Doa, Semangat, Arahan, Kasi sayang dan dukungan moril serta
materil tanpa pernah berhenti sepanjang waktu.

7. Kakak Intan Remiandung, Elvis Remiandung, Raymond Rini, Adik Dea Rihi dan Queen
Rihi yang tak pernah lelah selalu memberikan doa, motivasi, nasehat, kesabaran, kasih
sayang dan dukungan moril yang selalu terucap kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat terbaik K’ Susan, K’ Vonce, K’ Julio yang telah memberikan dukungan.

9. Seluruh pihak yang membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya penulis
menyadari bahwa sebagai manusia biasa, kemampuan penulis sangat terbatas. Oleh sebab itu
penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dalam penulisan proposal ini dan dengan
kerendahan hati penulis menerima serta menghargai semua saran dan kritik demi
penyempurnaan penulisan ini. Kiranya Tuhan Yesus Yang Maha Esa selalu meberikan
berkatnya yang melimpah bagi kita semua, penulis berharap semua kebaikan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Tuhan. Proposal ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya. Amin
DAFTAR ISI

HAL JUDUL ………………………………………


LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………
KATA PENGANTAR ………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………
DAFTAR TABEL ………………………………………
DAFTAR GAMBAR ………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………
1.2 Rumus Masalah ………………………………………
1.3 Tujuan Umum ………………………………………
1.3.1 Tujuan Umum ………………………………………
1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………………
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
………………………………………
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep ………………………………………

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 ………………………………………
4.2 ………………………………………
4.3 ………………………………………
4.4 ………………………………………
4.5 ………………………………………
4.6 ………………………………………
4.7 ………………………………………
4.8 ………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


3.1 Kerangka Konsep ………………………………………………..
4.1 Kerangka Operasional
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Ijin Pengambilan Data Awal

Lampiran II Surat Persetujuan Responden

Lampiran III Kuesioner

Lampiran IV Lembar Konsultasi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu, karena ibu hamil

membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari suami agar dapat menjalani

proses kehamilan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman (Musbikin, 2008).

Bagi ibu Primigravida (ibu pertamakali hamil) kehamilan merupakan pengalaman

pertama kali dalam periode kehidupannya. Situasi tersebut dapat dapat menyebabkan

perubahan 10ember10 baik pada fisik ibu maupun psikologis (Bethsaida dan Pieter,

2013).

Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan

memengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu

yang memengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat,

ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan. Usia

kehamilan ibu yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) berisiko melahirkan bayi dengan

berat lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya

stunting. Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada

usia 1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan

dikonsumsi oleh ibu hamil. Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya,

asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan kronis pada anak akibat kekurangan

nutrisi dalam waktu lama. Anak stunting umumnya bertumbuh lebih pendek anak
seusianya. Seorang anak yang bertahan dengan kondisi ini, cenderung memiliki

kemampuan belajar yang rendah dan lebih rentan terhadap penyakit. Terlepas dari global

tentang cara mendefinisikan dan mengukurnya, stunting adalah kondisi yang sering tidak

diakui di masyarakat di mana kondisi pendek adalah sesuatu yang normal dan sering kali

tidak menjadi perawatan kesehatan primer. Padahal, pertumbuhan tinggi seorang anak

berfungsi sebagai penanda berbagai kelainan patologis yang terkait dengan peningkatan

morbiditas dan mortalitas, hilangnya potensi pertumbuhan fisik, penurunan

perkembangan saraf dan fungsi kognitif serta peningkatan risiko penyakit kronis di masa

dewasa. Saat ini stunting diidentifikasi sebagai prioritas kesehatan global yang paling

utama. Selain itu, stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak masih di bawah

usia 2 tahun tidak tercukupi. Entah itu karena tidak diberikan ASI eksklusif,

atau MPASI (makanan pendamping ASI) yang diberikan kurang mengandung zat gizi

yang berkualitas — termasuk zink, zat besi, serta protein.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang dilakukan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) menunjukan Angka

stunting atau anak tumbuh pendek turun dari 37,2 % pada Riskesdas tahun 2013 menjadi

30,8% pada Riskesdas tahun 2018. Artinya 11ember sepertiga dari jumlah balita

Indonesia mangalami masalah gizi yang mengakibatkan tinggi badan balita yang lebih

rendah dari kelompok seusianya, Angka tersebut masih jauh diatas batas yang ditetapkan

oleh WHO yakni sebesar 20%.

Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi balita stunting di Nusa Tenggara Timur

(NTT) menempati posisi puncak yakni sebesar 42,6 % atau tertinggi dibandingkan

provinsi lainnya di Indonesia. Tingginya pravelensi balita stunting didukung oleh


proporsibalita dengan gizi buruk yang cukup besar yakni 29,5 %. Artinya bahwa tiga dari

sepuluh balita di NTT mengalami gizi buruk. Angka ini lebih tinggi dibandingkan

proporsi balita gizi buruk di tingkat nasional yaitu sebesar 17,7 %.

Dampak stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000

hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2

tahun. Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang

ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Gejala stunting

jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan,

penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan gejala jangka

panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner,

hipertensi, dan osteoporosis.

Berdasarkan golongan usia anak yang mengalami stunting di Puskesmas Oekabiti

terdapat anak usia 0-12 bulan sebanyak 25 orang, usia 25-36 bulan sebanyak 30 orang,

usia 49-60 bulan sebanyak 65 orang dengan total keseluruhan anak yang mengalami

stunting sebanyak 120 anak yang terbagi dalam 8 Desa.

Berdasarkan survey awal di Puskesmas oekabiti, terdapat 142 ibu hamil Primigravida

yang terbagi dalam 8 Desa. Melalui survey awal dengan 15 ibu hamil di salah satu Desa,

6 diantaranya mengetahui tentang stunting dan terdapat 9 ibu hamil yang kurang

mengetahui tentang stunting. Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti ingin

melihat hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kejadian stunting di Puskesmas

Oekabiti kecamatan Amarasi

.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas penulis merumuskan masalah

penelitian yaitu “ Adakah Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Stunting di

Puskemas Oekabiti Tahun 2019 ? “

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang stunting Di


Puskesmas Oekabiti.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Oekabiti tentang

Stunting berdasarkan kategori baik, cukup dan kurang

2. Untuk mengetahui kejadian stunting di Puskesmas Oekabiti Tahun 2019

3. Untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kejadian

stunting di Puskesmas Oekabiti

1.4 Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna untuk menamba wawasan kepada

setiap wanita dalam menghadapi kondisi stunting pada anak dan atau sebagai

acuan untuk peneliti selanjutnya dengan 13ember13a yang lebih kompleks.

Khususnya bagi mahasiswa STIKES NUSANTARA KUPANG.


2. Praktis

Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa DIII KEBIDANAN

dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di STIKES

NUSANTARA KUPANG.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi pada penelitian – penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya asupan nutrisi untuk

mencegah stunting pada masa kehamilan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

No Judul Tahun Penulis Metode Kesimpulan

1. Hubungan Tingkat 2012 Putri Anindita Penelitian ini Adanya Hubungan antara

pendidikan Ibu, merupakan Tingkat pendidikan Ibu,

Pendapatan penelitian Pendapatan Keluarga,

Keluarga, penjelasan Kecukupan Protein &

Kecukupan Protein dengan Zinc dengan Stunting

& Zinc dengan pendekatan cross pada balita Usia 6-35

Stunting pada balita sectional dan bulan

Usia 6-35 bulan menggunakan uji

Squre

2 Hubungan Tingkat 2014 Nining Yuliani Penelitian yang Terdapat hubungan

Pendidikan Ibu Dan Rohwatun digunakan dalam antara tingkat pendidikan

Pemberian Asi penelitian ini ibu dan pemberian Asi

Eksklusif Dengan adalah penelitian eksklusif dengan kejadian

Kejadian Stunting observasi dengan stunting pada balita

pada Balita Di Desa pendekatan cross

Sidowarno sectional

Kecamatan
Wonosari

Kanupaten Klaten

3 Hubungan 2016 Tia Survei Tidak ada hubungan

Karakteristik Agustiningr analitik case antara umur,

Ibu Dengan um, Dewi control Pendidikan,

Kejadian Rokhanawat pekerjaan dengan

Stunting Pada i kejadian stunting

Balita Usia 24-

59 Bulan di

Wilayah Kerja

Puskesmas

Wonosari

4 Hubungan pola 2018 Noor Isnaini Penelitian ini Adanya hubungan

asuh makan dan Idealita menggunaka Pola asuh makan dan

pengetahuan ibu n Uji pengetahuan gizi

tentang gizi Statistik dengan kejadian

dengan kejadian Spearman stunting Di Desa

stunting di Desa Rank ( Rho ) Kidang Lombok

Kidang Lombok Tengah

Tengah
2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Pengetahuan

Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengetahuan adalah mengetaui

sesuatu, segala apa yang di ketahui. Pengetahuan atau knowledge adalah merupakan hasil

“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo 2010 ). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan yang dicakup

di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar/

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di

pelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).


4. Analisis (analisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menuju kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berarti kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau

objek.

2.3 Kehamilan

2.3.1 Definisi kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi. Kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40 minggu

atau 10 bulan. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester satu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-

27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Walyani, 2015).

Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu, karena ibu hamil

membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama dari suami agar dapat menjalani

proses kehamilan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman (Musbikin, 2008).
2.3.2 Tanda-tanda Kehamilan

Menurut (Lockhart & Lyndon, 2014) tanda-tanda kehamilan terbagi menjadi tiga

trimester antara lain:

a. Trimester Pertama

Trimester pertama terjadi pada 0-12 minggu. Periode ini terjadi perubahan

pada badan seorang wanita hamil yang bekerja keras untuk menyesuaikan diri

dengan kehamilannya. Tidak terjadinya menstruasi merupakan tanda pertama

kehamilan, serta payudara wanita mulai terasa nyeri dan menjadi lebih besar

dan lebih berat sebab saluran susu baru berkembang untuk persiapan

menyusui. Setelah itu rasa mual juga terjadi pada trimester pertama akibat

proses pencernaan yang lambat pada wanita hamil. Hal ini menyebabkan

makanan dicerna dalam lambung lebih lama dari biasanya, sehingga

menimbulkan mual. Pada beberapa minggu pertama kehamilan, wanita akan

merasa cepat lelah dan akan menjadi lebih 19ember19a19 seperti perubahan

rasa kecap di mulut. Keadaan ini menyebabkan beberapa wanita hamil tidak

menyukai makanan dan minuman yang biasa ibu hamil suka contohnya, ada

rasa tidak suka kopi, atau wanita mendadak mengidam makanan yang tidak

biasanya mereka makan. Perubahan ini disebabkan oleh meningkatnya kadar

19ember19 yang terjadi selama kehamilan berlangsung..

b. Trimester Kedua

Trimester kedua adalah periode kehamilan mulai minggu ke 13-28 yang

merupakan waktu stabilitas atau kehamilan sungguh-sungguh terjadi dan

kedua orang tuanya mempunyai kesempatan memikirkan dampak dari


bayinya. Pada minggu ke 16 beberapa wanita mulai terjadi perubahan

pigmentasi kulit, I susu (papilla mammae), dan kulit sekitarnya mulai lebih

gelap dan ada garis hitam (line nigra) yang bisa terlihat pada pusar di perut

yang disebut navel. Sekitar 18 minggu kehamilan perut wanita mulai tampak

menjadi lebih bulat dikarenakan perkembangan janin. Bentuk badan wanita

akan mengalami perubahan yang tidak enak dipandang dan memerlukan

banyak pengertian dari pasangannya.

c. Trimester Ketiga

Trimester ketiga berlangsung dari kehamilan ke 29 sampai ke 40 (bayi lahir).

Periode ini merupakan dimana wanita bisa meluangkan waktu untuk

mempersiapkan diri dalam persalinan yang akan datang. Pada trimester ketiga

ini terjadi perubahan terutama pada berat badan, akibat pembesaran uterus dan

sendi panggul sedikit mengendor yang menyebabkan calon ibu sering kali

mengalami nyeri pinggang. Selanjutnya, minggu-minggu terakhir kehamilan

biasanya wanita hamil mengalami kontraksi Braxton Hick atau uterus

mengeras dan kontraksi seperti gerakan gerakan tanda melahirkan. Kondisi

tersebut hanya akan berlangsung selama 30 detik dan beberapa wanita tidak

memperhatikannya bila kepala bayi turun ke dalam pelvis sekitar 36 minggu.

Dengan kepala bayi turun ke dalam pelvis, ibu mulai merasa lebih nyaman

dan napasnya menjadi lebih mudah.


2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan

Menurut (Romauli, 2011) 21ember-faktor yang mempengaruhi kehamilan antara lain:

1. Faktor Fisik

a. Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan salah satu 21ember yang berhubungan dengan kondisi

kesehatan ibu hamil. Pengaruh status kesehatan terhadap kehamilan antara lain:

1. Penyakit atau komplikasi akibat langsung dari kehamilan, seperti hypereesis

gravidarum, preeklamsi, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan ektopik,

kelainan plasenta, atau selaput janin, pendarahan antepartum, dan gamelli.

2. Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan.

Terdapat hubungan 21ember21 balik dimana penyakit ini dapat memperberat

serta mempengaruhi kehamilan, contohnya:

a) Penyakit kelainan bagian kandungan seperti varises vulva, kelainan

bawaan, hematoma vulva, peradangan, gonorea, DM, kista bartholini,

fistula vagina, kista vagina, kelainan bawaan uterus, kelainan letak

uterus, tumor uteri, mioma uteri, karsinoma serviks, karsinoma korpus

uteri.

b) Penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, hipertensi, stenosis

aorta, jantung rematik, endokarditis.

c) Penyakit darah misalnya anemia karena kehamilan, 21ember21a,

hemastosis dan kelainan pembekuan darah, purpura trombositopeni,

hipofibrinogenemia.
d) Penyakit saluran nafas misalnya influenza, bronchitis, pneumonia,

asma bronkiale, TB paru.

e) Penyakit traktus digestivus misalnya ptialismus, kries, gingivitis,

pirosis, herniadiafragmatikagastritis, ileus, valvulusta, hernia,

appendik, colitis, megakolon, hemmorhoid.

f) Penyakit hepar misalnya hepatitis, rupture hepar, sirosis hepatis,

ikterus, atrofi hepar, penyakit 22ember22a.

g) Penyakit ginjal atau saluran kemih misalnya infeksi saluran kemih,

bakteriuria, sistisis, sindroma nefrotik, batu ginjal, tbc ginjal.

h) Penyakit endokrin misalnya diabetes dalam kehamilan, kelainan

kelenjar gondok, dan kelainan hipofisis.

i) Penyakit saraf misalnya korea gravidarum, epilepsia, pendarahan

intakranial, tumor otak, poliomyelitis.

j) Penyakit menular misalnya IMS, AIDS, kondolimata akuminata,

tetanus, erysipelas, difteri, lepra, torch, morbilli, campak, parotitis,

variola, malaria dan lain-lain. Beberapa pengaruh penyakit terhadap

kehamilan adalah terjadi abortus, intra uterin fetal death, anemia

berat, infeksi tranplasental, dismaturitas, shock, pendarahan.

b. Status Gizi

Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan,

karena 22ember gizi sangat dipengaruhi terhadap status kesehatan ibu selama

hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Keterbatasan gizi

selama hamil sering berhubungan dengan 22ember ekonomi, pendidikan,


23ember atau keadaan lain yang dapat meningkatkan kebutuhan gizi ibu

hamil. Gizi merupakan salah satu 23ember penting yang menentukan tingkat

kesehatan dan kesejahteraan manusia. Pengaruh gizi terhadap kehamilan

sangat penting. Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai

dengan umur kehamilan. Berat badan normal akan menghasilkan anak yang

normal. Demikian juga sebaliknya kenaikan berat badan lebih dari normal,

dapat menimbulkan komplikasi keracunan kehamilan (pre-eklamsi), anak

yang terlalu besar sehingga menimbulkan kesulitan persainan. Jika berat

badan ibu hamil kurang dari normal kemungkinan ibu beresiko keguguran,

anak lahir premature, berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim

mengeluarkan anak, dan pendarahan sehabis persalinan. Kebutuhan zat gizi

pada ibu hamil secara garis besar antara lain:

a Asam folat, Asam folat ini berfungsi sebagai menurunkan resiko

kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida, dan anansepalus, baik pada

ibu hamil normal maupun beresiko. Minimal pemberian asam folat

dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut 3 bulan pertama

kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk preventif adalah 500 kg

atau 0,5- 0,8 mg, sedangkan untuk kelompok beresiko adalah 4 mg/hari.

Bila kekurangan asam folat akan menyebabkan anemia pada ibu dan cacat

bayi yang dilahirkan.

b Energi, kebutuhan 23ember ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses

tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.


c Protein, protein berfungsi sebagai menambah jaringan tubuh ibu seperti

jaringan payudara dan rahim dan dapat diperoleh dari susu, telur, dan

keju.

d Zat besi (Fe), membutuhkan tambahan 700-800 mg zat besi. Jika

kekurangan, bisa terjadi perdarahan sehabis melahirkan.

e Kalsium, berfungsi sebagai untuk pembentukan tulang dan gigi bayi.

Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 500 mg/hari.

f Vitamin D, berkaitan dengan zat kapur dan jika kekurangan zat kapur

maka pembentukan gigi geliginya dan lapisan luar gigi tidak sempurna.

g Yodium, berfungsi sebagai mencegah gondongan dan jika kekurangan

yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan janin menderita kretenisme,

sebuah ketidakmampuan yang mempengaruhi pemikiran.

h Vit.A, berfungsi sebagai mencegah rabun ayam, kebutaan dan membantu

tubuh untuk melawan infeksi.

c. Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat baik

masyarakat yang bersifat positif meupun kebiasaan bersifat 24ember24a yang

dapat mempengaruhi kesehatan. Pengaruh gaya hidup yang mempengaruhi

kehamilan seperti kebiasaan minum jamu, aktivitas seksual, pekerjaan atau

aktivitas sehari-hari yang terlalu berat, senam hamil, konsumsi 24ember24,

merokok, dan kehamilan yang tidak diharapkan.


2. Faktor Psikologi

Faktor psikologi muncul karena ketidak matangan di dalam perkembangan emosional

dalam kesanggupan seseoraang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu

termasuk kehamilan. Faktor psikologi ini mempunyai beberapa 25ember yang

mempengaruhi kehamilan, antara lain stressor, dukungan keluarga, 25ember25a25

abuse, partner abuse.

3. Gaya Hidup

Gaya hidup sehat adalah gaya yang digunakan ibu hamil. Ekonomi juga selalu menjadi

25ember penentu dalam proses kehamilan yang cukup dapat memeriksakan

kehamilannya secara rutin. Dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat

tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik.

2.3.4 Bentuk-bentuk Kehamilan

Menurut (Pieter & Namora, 2010) Bentuk-bentuk kehamilan antara lain:

1. Hamil Resiko Tinggi

Hamil resiko tinggi merupakan bentuk kehamilan umum, namun memiliki resiko

tinggi baik selama kehamilan dan proses persalinan. Faktor penyebab pada kehamilan

resiko tinggi adalah kondisi fisik kesehatan ibu maupun kondisi bayi. Faktor

kesehatan fisik ibu meliputi anemia, diabetes, hipertensi menahun, pre-eklamsi,

penyakit jantung, atau penurunan daya tahan tubuh seperti lupus eritenatosis

sistematik. Sedangkan 25ember kondisi bayi meliputi kesehatan fisik bayi, letak

posisi bayi dalam rahim seperti sungsang atau melintang.


2. Hamil Normal

Hamil normal merupakan kehamilan yang umum dan normal dialami oleh setiap

wanita tanpa ada kelainan fisik dan psikis. Perubahan fisik ditandai dengan

26ember26a26i, membesarnya perut dan payudara, pinggul dan perubahan

26ember26 kehamilan. Sementara perubahan psikis ditandai dengan antara lain:

26ember26a26, emosi, mudah cemburu, ambivalen, 26ember, depresi, ansietas, dan

insomnia.

3. Hamil Pseudoceyis

Hamil Pseudoceyis merupakan suatu gejala abnormal psikologis yang dialami

seorang wanita dalam bentuk hamil yang imaginer ataupun palsu. Reaksi perubahan

fisik ibu hamil pseudoceyis ialah 26ember sama dengan kehamilan nyata seperti

berhentinya haid, membesarnya payudara dan perut, pinggul melebar, dan ada

perubahan kelenjar endokrin. Faktor penyebab kehamilan pseudoceyis lebih banyak

efek psikologis seperti sikap ambivalen, dorongan keibuan, 26ember peran ganda,

perasaan bersalah, ego, dan fantasi.

4. Hamil tidak dikehendaki

Hamil tidak dikehendaki merupakan kehamilan yang diluar kehendak ibu. Reaksi

emosi kehamilan yang tidak dikehendaki ialah ibu mudah emosional seperti gampang

marah, rasa benci dan murung, gampang bingung, 26ember, bahkan bisa depresi atau

bunuh diri. Faktor penyebab hamil tidak dikehendaki antara lain: ibu tidak siap dalam

menghadapi kehamilan, mengikuti pendidikan atau karir, suami yang tidak

menghendaki anak lagi, kebencian kepada suami akibat perkawinan yang dipaksakan,
hasil perselingkuhan atau korban pemerkosaan, 27ember kesehatan ibu dan ekonomi

yang kurang mendukung, penggunaan alat kontrasepsi yang tidak sesuai.

5. Kehamilan Ganda

Kehamilan ganda merupakan kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan

27ember27a dapat berupa kehamilan gamelli (dua janin), triplet (tiga janin),

kuadruplet (empat janin), kuintuplet (lima janin), dan frekuensi kejadian semakin

jarang sesuai dengan 27embe Hellin. Hukum Hellin menyatakan bahwa perbandingan

kehamilan ganda dan tunggal ialah 1:89, triplet 1:892, dan kuadruplet 1:893.

6. Hamil Bedrest

Bedrest merupakan beristirahat diatas tempat tidur. Terdapat ibu hamil yang harus

bedrest total, yang mana ibu tidak boleh beranjak sama sekali dari tempat tidur. Jadi,

semua aktivitas ibu hanya dapat dilakukan di atas tempat tidur, sekalipun untuk

mandi maupun buang kotoran. Faktor ibu yang mengalami bedrest total adalah

terancam keguguran, sakit jantung, pre-ekslamsi, hamil ganda, dam plasenta previa.

2.3.5 Tanda-tanda Bahaya Ibu Hamil

Tanda-tanda bahaya kehamilan antara lain: Pendarahan pervaginam, sakit kepala

yang hebat, penglihatan kabur, bengkak diwajah dan jari-jari tangan, keluar cairan

pervaginam, gerakan janin tidak terasa, nyeri abdomen yang hebat (Walyani, 2015).

2.4 Ibu Hamil

2.4.1 Pengertian

Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, sebutan untuk wanita yang sudah

bersuami, panggilan takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami maupun yang

belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Hamil adalah mengandung janin
dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2005). Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai dari

konsepsi sampai lahirnya janin (Prawirohardjo, 2005). Kehamilan adalah masa di

mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan

manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38

minggu dari pembuahan).

2.4.2 Klasifikasi Umur Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir

(HPHT) (Prawirohardjo, 2007). Menurut Farah (2011) kehamilan dibagi atas 3 trimester

yaitu :

1) Trimester I (0-12 minggu)


2) Trimester II (12-28 minggu)
3) Trimester III (28-40 minggu)

2.4.3 Primigravida

Gravida adalah seorang ibu hamil (Sarwono. 2006 : 180), Primi yang berarti pertama

(Maimunah, 2005 : 143). Primigravida adalah keadaan di mana seorang wanita

mengalami masa kehamilan untuk pertama kalinya (Manuaba, 2017)

2.5 Stunting

2.5.1 Pengertian Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima

tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal

setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru 29ember setelah bayi berusia 2

tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita

dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya

dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference

Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar

deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted). (Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden, 2017)

Di Indonesia, sekitar 37% (29ember 9 juta) anak balita mengalami stunting,

Indonesia adalah 29ember dengan prevalensi stunting kelima terbesar. Balita/baduta

(bayi dibawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat

kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit

dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada

akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan. (Riset Kesehatan

Dasar/Riskesdas 2018). Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-

up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan. Masalah

stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan

meningkatnya risiko kesakitan, kematian, dan hambatan pada pertumbuhan baik

motorik maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan catcth up

growth yang tidak memadai yang mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai

pertumbuhan optimal. Hal tersebut mengungkapkan bahwa kelompok balita yang


lahir dengan berat badan normal dapat mengalami stunting bila pemenuhan

kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik. (Kemenkes 2018)

2.5.2 Cara Pengukuran Balita Stunting (TB/U)

Stunting merupakan suatu 30ember30a30 kependekan dengan menggunakan

rumus tinggi badan menurut umur (TB/U) Panjang Badan Menurut Umur (PB/U)

memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan

yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola

asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak dilahirkan yang mengakibatkan

stunting. (Achadi LA. 2012)

Keuntungan indeks TB/U yaitu merupakan 30ember30a30 yang baik untuk

mengetahui kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-mana, jarang

orang tua keberatan diukur anaknya. Kelemahan indeks TB/U yaitu tinggi badan

tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, dapat terjadi kesalahan yang

mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran. Sumber kesalahan bisa

berasal dari tenaga yang kurang terlatih, kesalahan pada alat dan tingkat kesulitan

pengukuran. TB/U dapat digunakan sebagai indeks status gizi populasi karena

merupakan estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik.

Seorang yang tergolong pendek tak sesuai umurnya (PTSU) kemungkinan

keadaan gizi masa lalu tidak baik, seharusnya dalam keadaan normal tinggi badan

tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pengaruh kurang gizi terhadap

pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. 2016)


2.5.3 Dampak Stunting Pada Balita
Beberapa fakta terkait stunting dan pengaruhnya adalah sebagai berikut :

a. Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan

mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang parah

pada anak, akan terjadi 31ember31 jangka panjang dalam perkembangan fisik dan

mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah

dibandingkan anak dengan tinggi badan normal. Anak dengan stunting cenderung

lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak

dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan

dalam kehidupannya dimasa yang akan datang. Stunting akan sangat

mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Faktor dasar yang

menyebabkan stunting dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan

intelektual. Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak

memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi

pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak dengan stunting

mengkonsumsi makanan yang berbeda di bawah ketentuan rekomendasi kadar

gizi, berasal dari keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota

dan komunitas pedesaan.

b. Pengaruh gizi pada usia dini yang mengalami stunting dapat menganggu

pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Stunting pada usia

lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan usia

dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita

dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan

produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan BBLR.


c. Stunting terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung

menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat

melahirkan. Akibat lainnya kekurangan gizi/stunting terhadap perkembangan

sangat merugikan performance anak. Jika kondisi buruk terjadi pada masa golden

period perkembangan otak (0-2 tahun) maka tidak dapat berkembang dan kondisi

ini sulit untuk dapat pulih kembali. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel

otak terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 (dua) tahun.

Apabila gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi penurunan skor

tes IQ sebesar 10-13 point. Penurunan perkembangan kognitif, gangguan

pemusatan perhatian dan manghambat prestasi belajar serta produktifitas menurun

sebesar 20-30%, yang akan mengakibatkan terjadinya loss generation, artinya

anak tersebut hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak baik dalam bidang

pendidikan, ekonomi dan lainnya. Generasi demikian hanya akan menjadi beban

masyarakat dan pemerintah, karena terbukti keluarga dan pemerintah harus

mengeluarkan biaya kesehatan yang tinggi akibat warganya mudah sakit.

(Supariasa, 2011)

2.5.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting

Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu: makanan yang

dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan seorang tergantung

pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian makanan

tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik ibu tentang makanan dan

kesehatan. Keadaan kesehatan juga berhubungan dengan karakteristik ibu terhadap


makanan dan kesehatan, daya beli keluarga, ada tidaknya penyakit infeksi dan

jangkauan terhadap pelayanan kesehatan (Pramuditya SW, 2010).

1. Asupan Zat Gizi

Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di kalangan

balita ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan konsumsi

makanan dan hambatan mengabsorbsi zat gizi. Zat 33ember digunakan oleh

tubuh sebagai sumber tenaga yang tersedia pada makanan yang mengandung

karbohidrat, protein yang digunakan oleh tubuh sebagai pembangun yang

berfungsi memperbaiki sel-sel tubuh. Kekurangan zat gizi pada disebabkan

karena mendapat makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan

badan atau adanya ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan

gizi dari segi kuantitatif maupun kualitatif (Irianton A, 2015).

Asupan makan yang tidak adekuat merupakan penyebab langsung terjadinya

stunting pada balita. Kurangnya asupan 33ember dan protein menjadi penyebab

gagal tumbuh telah banyak diketahui. Kurangnya beberapa mikronutrien juga

berpengaruh terhadap terjadinya retardasi pertumbuhan linear. Kekurangan

mikronutrien dapat terjadi karena rendahnya asupan bahan makanan sumber

mikronutrien tersebut dalam konsumsi balita sehari-hari serta disebabkan karena

bioavailabilitas yang rendah (Mikhail,et al., 2013)

Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan zat gizi yaitu :

a) Daya Beli Keluarga

Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga. Orang

miskin biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk


makanan. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan

orang orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang dibutuhkan.

Ada pula keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan cukup namun

sebagian anaknya berstatus kurang gizi (Irianton A, 2015).

Pada umumnya tingkat pendapatan naik jumlah dan jenis makanan cenderung

untuk membaik tetapi mutu makanan tidak selalu membaik (Aditianti, 2010).

Anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rentan terhadap kurang

gizi diantara seluruh anggota keluarga dan yang paling kecil biasanya paling

terpengaruh oleh kekurangan pangan. Jumlah keluarga juga mempengaruhi

keadaan gizi (Welassih BD, The Indonesian Journal of Public Health. 2012;8.

70).

b) Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga

juga berperan dalam penyusunan makan keluarga, serta pengasuhaan dan

perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan

lebih mudah menerima informasi kesehatan khususnya dibidang gizi, sehingga

dapat menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan

sehari- hari (Depkes RI, 2015). Tingkat pendidikan yang dimiliki wanita

bukan hanya bermanfaat bagi penambahan pengetahuan dan peningkatan

kesempatan kerja yang dimilikinya, tetapi juga merupakan bekal atau

sumbangan dalam upaya memenuhi kebutuhan dirinya serta mereka yang

tergantung padanya. Wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi

cenderung lebih baik taraf kesehatannya (Pramudtya SW, 210).


Jika pendidikan ibu dan pengetahuan ibu rendah akibatnya ia tidak mampu

untuk memilih hingga menyajikan makanan untuk keluarga memenuhi syarat

gizi seimbang (UNICEF, 2010). Hal ini senada dengan hasil penelitian di

Meksiko bahwa pendidikan ibu sangat penting dalam hubungannya dengan

pengetahuan gizi dan pemenuhan gizi keluarga khususnya anak, karena ibu

dengan pendidikan rendah antara lain akan sulit menyerap informasi gizi

sehingga dapat berisiko mengalami resiko stunting (Hizni, et al .2010).

c) Pengetahuan Gizi Ibu

Gizi kurang banyak menimpa balita sehingga golongan ini disebut golongan

rawan. Masa peralihan antara saat disapih dan mengikuti pola makan orang

dewasa atau bukan anak, merupakan masa rawan karena ibu atau pengasuh

mengikuti kebiasaan yang keliru. Penyuluhan gizi dengan bukti-bukti

perbaikan gizi pada dapat memperbaiki sikap ibu yang kurang menguntungkan

pertumbuhan anak (Rahayu A, 2014).

Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa 35ember. Di samping pendidikan

yang pernah dijalani, 35ember lingkungan 35ember dan frekuensi kontak

dengan media masa juga mempengaruhi pengetahuan gizi. Salah satu

penyebab terjadinya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau

kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan

sehari-hari (Suhardjo, 2007).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi perubahan sikap

dan perilaku di dalam pemilihan bahan makanan, yang selanjutnya akan

berpengaruh pula pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Keadaan gizi
yang rendah di suatu daerah akan menentukan tingginya angka kurang gizi

secara nasional (Mulyati, 2009).

1. Riwayat Kehamilan

a. Usia Ibu Hamil

Usia ibu mempunyai hubungan erat dengan berat bayi lahir, pada usia ibu yang

masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya

belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga

pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menghadapi kehamilannya secara

sempurna, dan sering terjadi komplikasi-komplikasi. Telah dibuktikan pula bahwa

angka kejadian persalinan kurang bulan akan tinggi pada usia dibawah 20 tahun

dan kejadian paling rendah pada usia 26–35 tahun, semakin muda usia ibu maka

yang dilahirkan akan semakin ringan. Risiko kehamilan akan terjadi pada ibu yang

melahirkan dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun erat

kaitannya dengan terjadinya kanker rahim dan BBLR. Usia ibu yang beresiko

akan berpotensi untuk melahirkan bayi BBLR, bayi yang BBLR akan berpotensi

untuk menjadi stunting (Depkes RI, 2013)

b. Hamil dengan KEK(Kurang Energi Kronis)

Kurang 36ember kronis merupakan keadaan di mana ibu penderita kekurangan

makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya

gangguan kesehatan pada ibu (Depkes RI 2012). Kekurangan 36ember kronik

dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Kurang

gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang

cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode
tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah

dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Lingkar Lengan Atas (LILA) sudah

digunakan secara umum di Indonesia untuk mengidentifikas ibu hamil risiko

Kurang Energi Kronis (KEK).

Menurut Departemen kesehatan batas ibu hamil yang disebut resiko KEK jika

ukuran LILA < 23,5 cm, dalam pedoman Depkes tersebut disebutkan intervensi

yang diperlukan untuk WUS atau ibu hamil yang menderita risiko KEK. Sampai

saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi, khususnya gizi

kurang seperti KEK dan anemia, sehingga mempunyai kecenderungan melahirkan

bayi dengan berat badan lahir kurang. Gizi kurang pada ibu hamil dapat

menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu, antara lain anemia, perdarahan,

mempersulit persalinan sehingga terjadi persalinan lama, prematuritas, perdarahan

setelah persalinan, bahkan kematian ibu (Muliarini, 2010). Ibu hamil yang

menderita KEK dan anemia berisiko mengalami Intrauterine Growth Retardation

(IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat, dan bayi yang dilahirkan mempunyai

BBLR (Depkes RI, 2010). Asupan 37ember dan protein yang tidak mencukupi

pada hamil dapat menyebabkan KEK. Wanita hamil berisiko mengalami KEK jika

memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5cm. Ibu hamil dengan KEK berisiko

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang jika tidak segera ditangani

dengan baik akan berisiko mengalami stunting(Pusat dan Data Informasi

Kementerian Kesehatan RI).

c. Kadar Hb (Hemoglobin)
Masa kehamilan sering sekali terjadi kekurangan zat besi dalam tubuh. Zat

besi merupakan mineral yang sangat dibutuhkan untuk membentuk sel darah

merah (hemoglobin). Selain itu mineral ini juga berperan sebagai komponen

untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot) ,

kolagen (protein yang terdapat ditulang, tulang rawan, dan jaringan

penyambung) serta enzim zat besi juga berfungsi dalam sistem pertahanan

tubuh (Dewi, 2013). Saat hamil kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat

dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamil, volume

darah meningkat sampai 50% sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk

membentuk hemoglobin.Volume darah meningkat disebabkan karena terjadi

pengenceran darah, kebutuhan pembentukan plasenta, dan pertumbuhan janin.

Hemoglobin (sel darah merah) yang disingkat dengan Hb adalah metaloprotein

atau protein yang mengandung zat besi dalam sel darah merah yang berfungsi

mengangkut oksigen dari paru–paru ke seluruh tubuh. Selain itu hemoglobin

juga memainkan peran penting dalam menjaga bentuk sel darah merah. Pada

dasarnya, berat bayi lahir memang tidak mutlak dipengaruhi oleh kadar

hemoglobin ibu hamil. Berat bayi lahir dipengaruhi oleh dua 38ember ibu

yang mempengaruhi pertumbuhan janin 38ember38a38ine, yaitu 38ember

internal dan eksternal ibu hamil. Kadar hemoglobin termasuk ke dalam

38ember internal ibu hamil (Nurkhasanah, 2008). Kadar Hb wanita sehat

seharusnya punya kadar Hb sekitar 12mg/dl. Kekurangan Hb biasanya disebut

anemia. Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl, yang artinya

banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter. Dikatakan anemia ringan


pada keadaan Hb dibawah 11gr%, yaitu 9-11 gr%, dan anemia berat yaitu Hb

dibawah 7 gr%. Anemia pada kehamilan dapat berakibat persalinan

prematuritas, abortus, infeksi, mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, dan

KPD. Pemeriksaan Hb dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu

pada trimester I dan trimester ke III. Tinggi rendahnya kadar hemoglobin

selama kehamilan mempunyai pengaruh terhadap berat bayi lahir karena dapat

mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin di dalam kandungan.

2. Frekuensi Antenatal Care (ANC)

Pemeriksaan selama kehamilan bertujuan untuk menelusuri hal-hal yang sekecil

kecilnya mengenai segala sesuatu yang mungkin dapat mempengaruhi kesehatan

ibu dan bayinya (Oswari E, 2008). Antenatal care adalah perawatan yang

diberikan kepada ibu hamil, selama kehamilan secara berkala yang diikuti dengan

upaya koreksi terhadap kelainan yang ditemukan sesuai dengan pedoman

pelayanan antenatal yang ditentukan. Pelayanan ANC yang diberikan kepada ibu

hamil sesuai dengan pedoman pelayanan KIA yaitu pemeriksaan antenatal care

minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan 1 kali pada tribulan I, 1 kali

pada tribulan II, dan 2 kali pada tribulan III (Depkes RI.2013). Pemeriksaan

selama hamil sangat penting, dalam hal ini tidak hanya jumlah kunjungan tetapi

juga kualitas dari pelayanan ANC itu sendiri sangat menentukan hasil yang akan

dicapai. Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal atau mengidentifikasi

masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama masa

kehamilan dapat dipelihara dan yang terpenting adalah ibu dan berada dalam

keadaan sebaik mungkin pada saat persalinan. Hubungan antara frekuensi


pemeriksaan kehamilan dengan kejadian BBLR adalah semakin kurang frekuensi

pemeriksaan kehamilan maka semakin meningkat resiko sebesar 1,5–5 kali untuk

mendapat BBLR (Anonim, 2013). Berat Bayi lahir rendah berpotensi menjadi

stunting.

3. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

Secara individual, BBLR merupakan prediktor penting dengan umur kehamilan

kurang dari 37 minggu dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bila bayi yang

lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya kurang

dari seharusnya desebut dengan dismatur kurang bulan kecil untuk masa

kehamilan. Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna perkembangan

organ organ tubuhnya, dan semakin rendah berat badannya saat lahir dan semakin

tinggi risikonya mengalami berbagai komplikasi berbahaya. Dampak Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) sangat erat kaitannya dengan mortalitas janin. Keadaan ini

dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif, kerentanan terhadap

penyakit kronis di kemudian hari. Secara individual, BBLR merupakan prediktor

penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup bayi yang baru lahir dan

berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian bayi dan anak (WHO, 2017).

Dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh (growth faltering),

penelitian Sirajudin dkk tahun 2011 menyatakan bahwa bayi BBLR memiliki

potensi menjadi pendek 3 kali lebih besar dibanding non BBLR, pertumbuhan

terganggu, penyebab wasting, dan risiko malnutrisi.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah di uraikan pada tinjauan pustaka, maka peneliti

membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi konsep – konsep sesuai

penelitian sehingga dapat dimengerti dan dalam mengembangkan konse dan teori menjadi

sebuah kerangka kerja. Di bawah ini di jelaskan mengenai kerangka konsep yang akan di

lakukan peneliti di Puskesmas Oekabiti

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat pengetahuan Ibu hamil


tentang stunting :
Kejadian Stunting

Baik Cukup Kurang


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan tentang apa yang sedang diamati dalam upaya untuk

memahaminya. ( Prof. Dr. S. Nasution, 2000 )

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Hipotesis Nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara

42ember42a l independen dan 42ember42a dependen.

Ho: Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kejadian

stunting di Puskesmas Oekabiti

2. Hipoteisi Alternative adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan

antara variable independen dan variable dependen.

Ha: Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kejadian Stunting di

Puskesmas Oekabiti.
BAB IV

METEDE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian 43ember analitik. Survei analitik

merupakan survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimna dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2002:145). Dalam penelitian survey

analitik ini, Penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti (populasi),

tetapi hanya mengambil sebagian dari populasi tersebut (sampel).

Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu dengan melakukan

pengukuran variable independen (bebas) yaitu Tingkat pengetahuan ibu hamil dan

variable dependen yaitu Kejadian stunting.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Oekabiti Kecamatan Amarasi

Kabupaten Kupang yang dilaksanakan pada bulan Desember 2019.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek / subjek

yang di tentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2014) Dimana populasi dalam penelitian ini adalah Ibu hamil

Primigravida yang terbagi dalam 8 Desa sebanyak 142 ibu hamil di puskesmas

oekabiti kecamata Amarasi


2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila populasi

penelitian berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang diambil adalah semuanya,

namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih dari 100 maka sampel dapat

diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Maka sampel (n) yaitu 25% dari

populasi (N)

Rumus: n= N x 25%

Ket :

n= jumlah sampel

N= jumlah populasi

d= tingkat kepercayaan/ ketepatan (0,01)

Besar presentasi yang digunakan dari rumus diatas peroleh sampel sebanyak :

n= N x 25%

142 x 25%
𝑛=
100

n= 35,5

jadi sampel yang diteliti adalah 36 orang

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik sampel merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel

yang akan digunakan dalam penelitian, Sugiyono (2017).

Terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling dibagi

menjadi dua kelompok yaitu probability sampling dan non probability sampling.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan probability sampling.


“probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel, Sugiyono (2017:82) ” .

Probability sampling terdiri dari simple random sampling, proponate stratified

random sampling, disproportionate stratified random, sampling area (cluster)

sampling . Pada penelitian ini peneliti menggunakan simple random sampling.

Simple Random Sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu,

Sugiyono (2017:82).

Adapun Kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi

Kriteria atau cirri-ciri yang harus dipenuhi setiap masing- masing

anggota populasi yang akan dijadiak sampel (Notoatmodjo 2010)

yaitu 45ember45a inklusi dalam hal ini adalah :

a Ibu hamil

b Ibu hamil Primigravida ( Ibu pertama kali hamil )

c Bersedia menjadi informan

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria atau 45embe-ciri anggota populasi yang tidak bisa dijadikan

sebagai sampel penelitian, ( Notoatmodjo 2010 ) yaitu criteria dalam

hal ini adalah : hubungan pengetahuan ibu hamil primigravida dengan

kejadian stunting
4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data penelitian. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian

ini adalah Kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

menjawabnya (Sugiyono, 2010: 199).

4.5 Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu :

1. Meminta surat pengantar dari kampus STIKES NUSANTARA untuk melakukan

penelitian setelah proposal di setujui pembimbing.

2. Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan ijin kepada peskesmas untuk

mengadakan penelitian dan memohon kerja sama.

3. Mendatangi responden untuk menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kerahasiaan informasi yang diberikan kepada peneliti serta meminta kerja sama

responden untuk menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner secara jujur

sesuai dengan keadaan responden.

4. Mengajukan pertanyaan kepada responden sesuai kuesioner yang telah di

sediakan

5. Jawaban dari responden kemudian diolah dan dianalisis.


4.6 Data Operasional

No Variable Definisi Parameter dan Kategori Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

operasional

Variabel
1. bebas: Pengetahuan Pengetahuan baik, bila Kuesioner - Baik Ordinal

Pengetahuan dan kemampuan skor 76% - 100% - Cukup

ibu hamil ibu hamil untuk Pengetahuan - Kurang

Primigravida menjawab cukup, bila skor

tentang pertanyaan yang 56% - 75%

stunting berkaitan Pengetahuan

dengan stunting kurang bila skor

<56%

Variabel
2. rerikat : Kejadian Pengetahuan baik, bila Kuesioner - Baik Ordinal

Kejadian stunting stunting adalah skor 76% - 100% - Cukup

kondisi dimana Pengetahuan cukup, - Kurang

tumbuh bila skor 56% - 75%

kembang anak Pengetahuan

terhambat atau kurang bila skor

melambat <56%

dibandingkan

dengan anak

seusianya
4.7 Kerangka operasional

Pengetahuan ibu hamil


primigravida tentang stunting Simple Random Sampling
di Puskesmas Oekabiti
dengan Populasi (N)
sebanyak 142 ibu hamil

Ibu hamil Primigravida


( ibu pertama kali hamil )
sebagai sampel (n)
sebanyak 36 ibu hamil

Baik, Cukup, Kurang

Analisi Data

4.1 Kerangka Operasional

4.8 Analisis

Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri ,

serta hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman

arti keseluruhan ( Dwi Prastowo Darminto, 2014). Beberpa kegiatan yang dilakukan

oleh peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi 6 tahap, yaitu:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir

kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setalah data terkumpul.


2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan

dan analisis data menggunakan computer. Biasanya dalm pemberian kode dibuat

juga daftar kode dan artinya dalam satu buku ( code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable.

3. Sortir

Sortie merupakan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang

dikehendaki (klasifikasi data). Misalnya: menurut daerah sampel, menurut

tanggal dan sebagainya.

4. Entry Data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

master tabel atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.

5. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entry,

apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-

entry data ke computer.

6. Mengeluarkan informasi

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan (setiadi, 2016)


4.9 Jenis Data dan Teknis Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan sistem software komputerisasi SPSS.

Analisa yang dilakukan adalah anlisis Univariat untuk mengetahui tingkat pengetahuan

ibu hamil tentang Stunting.

4.9.1 Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden tentang pengetahuan ibu hamil

tentang stunting di Puskesmas oekabiti

4.9.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang ada

(Peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai

sumber seperti buku, laporan, jurnal dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:

PT Rineka Cipta

Karateristik masalah pendek (stunting) pada Balita di seluruh wilayah


Indonesia.Penelitian Gizi dan Makanan 2009
(Supl.): 63-74. Info pangan dan gizi ISSN 0854-1728. VOLUME XIX NO. 2, 2010

Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta:

Jakarta

Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta: Bandung

Sulistyaningsih. 2012. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.

Graha Ilmu: Yogyakarta

Profil Dinkes.2013-2018.Data Kasus Stunting.NTT.Dinkes NTT

Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai