Anda di halaman 1dari 8

Nama : Yohanes Kusyudi Setiawan

Kelas : C
NIM : 17504244030

1. Pendidikan formal, informal, dan non formal, berikan contoh masing-masing.


2. Berikan penjelasan program Revitalisasi SMK
3. Jelaskan perbedaan antara pendidikan akademik, pendidikan vokasi dan pendidikan
profesi dan berikan contoh masing-masing
4. Kebijakan multi exit multi entry
5. Pengertian KKNI

JAWAB :
1. Pendidikan formal, informal, dan non formal, berikan contoh masing-
masing
- Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan
yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai
pendidikan tinggi. Contoh : TK,SD,SMP,SMA,SMK,MTS
- Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA,
atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah
Minggu, yang terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus,
diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.
- Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan
bertanggung jawab. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai
dengan standar nasional pendidikan. Contoh : pendidikan di dalam keluarga
2. Penjelasan program Revitalisasi SMK
Revitalisasi SMK diharapkan mampu memberikan dampak positif
terhadap peningkatan mutu SMK dengan dua orientasi baru. Pertama,
mengantisipasi datangnya gelombang Revolusi Industri 4.0 dengan segala
teknologi desruptif yang menyertainya; dan kedua, orientasi pengembangan
keunggulan potensi wilayah sebagai keunggulan nasional untuk menciptakan
daya saing bangsa. Pilar pertama memperkokoh jalinan SMK dengan dunia
usaha dan industri Abad XXI, pilar kedua mendongkrak keunggulan lokal
menjadi keunggulan global.
Perkembangan teknologi desruptif akibat Revolusi Industri 4.0 menjadi
perhatian utama dalam revitalisasi dan pemutakhiran bidang-bidang keahlian
di SMK. Sejalan dengan itu, empat potensi wilayah prioritas pembangunan
nasional, yaitu Kemaritiman, Pariwisata, Pertanian, dan Industri Kreatif,
menjadi prioritas garapan untuk mendongkrak keunggulan lokal ini menjadi
daya saing bangsa di tingkat global.
Dalam babak awal revitalisasi SMK, tahun ini Kemendibud merintis 125
SMK yang memiliki bidang keahlian yang sesuai prioritas pembangunan
nasional, yaitu Kemaritiman, Pariwisata, Pertanian, dan Industri Kreatif yang
tersebar di seluruh Indonesia sebagai pilot. Empat sektor unggulan nasional
tersebut diproyeksikan akan memperkuat daya saing bangsa dan sektor ini
diprediksi akan menyerap sejumlah besar tenaga kerja. Selain itu, Kemdikbud
juga merintis 94 SMK bidang keahlian lainnya, seperti Teknologi dan
Rekayasa; Bisnis dan Manajemen; Teknik Informatika dan Komunikasi;
Kesehatan dan Pekerjaan Sosial; dan Energi dan Pertambangan, sebagai
rujukan dan pendukung prioritas pembangunan nasional.
Terdapat enam isu strategis yang menjadi prioritas revitalisasi SMK, yakni
penyelarasan dan pemutakhiran kurikulum; inovasi pembelajaran; pemenuhan
dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan; dan kemitraan
sekolah dengan dunia usaha/dunia industri (DU/DI) dan perguruan tinggi;
standarisasi sarana dan prasarana utama; dan penataan/pengelolaan
kelembagaan.
Penyelerasan dan pemutakhiran kurikulum SMK memprioritaskan
kesesuaian perkembangan teknologi dan kesesuaian dengan kebutuhan riil
dunia usaha dan industri (DUDI). Pemerintah juga telah mendukung program
kerja sama industri dengan melibatkan peran guru kejuruan melalui program
keahlian ganda yang didukung dengan program magang industri untuk guru
produktif dan guru tamu dari industri. Peningkatan kebekerjaan lulusan SMK
akan didorong melalui pemberian sertifikasi kompetensi lulusan melalui
Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Satu (LSP-P1). Selain itu, perluasan
teaching factory di SMK dirancang agar mendorong inovasi dan produktivitas
lulusan SMK.
3. Perbedaan antara pendidikan akademik, pendidikan vokasi dan
pendidikan profesi dan berikan contoh masing-masing
a. Pendidikan Vokasi
Arti kata vokasi sering kita dengar dalam sekolah kejuruan dimana
penekanan sekolah kejuruan tersebut adalah skill atau dengan kata lain
suatu keahlian.
Isitilah kejuruan sering digunakan untuk menyatakan sekolah yang
menjurus ke bidang terapan tertentu, seperti SMK Otomotif, SMK
Telkom dsb. Nah, dalam perguruan tinggi kita mengenal Politeknik
yang memang konsentrasi kurikulumnya berhubungan dengan
praktikum untuk membentuk skill atau keahlian terapan.
Jadi bahasa sederhananya, "pendidikan vokasi" di perguruan tinggi
lebih banyak tatap muka dalam praktikum dibandingkan teoritis.
Jenjang pendidikan vokasi di perguruan tinggi diselenggarakan
dalam tingkatan jenjang diploma: baik diploma satu, diploma dua dan
diploma tiga dan diploma empat (setara S-1). Khusus untuk diploma
satu dan diploma dua, saat ini penyelenggaranya adalah "Akademi
Komunitas".
Akademi Komunitas adalah Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan vokasi setingkat diploma satu dan/atau
diploma dua dalam satu atau beberapa cabang ilmu pengetahuan
dan/atau teknologi tertentu yang berbasis keunggulan lokal atau untuk
memenuhi kebutuhan khusus.

Gelar Pendidikan Vokasi

Untuk pendidikan vokasi, gelarnya berdasarkan jenjang pendidikan :

 Diploma satu mendapatkan gelar Ahli Pratama (A.P.)


 Diploma dua mendapatkan gelar Ahli Muda (A.Ma.)
 Diploma tiga mendapatkan gelar Ahli Madya (A.md)
 Diploma empat mendapat gelar Sarjana Sain Terapan (S.ST)

b. Pendidikan Akademik
Merupakan sistem pendidikan tinggi yang diarahkan pada
penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni tanpa masuk ke dalam ranah bidang vokasi secara langsung
(secara kurikulum).

Penyelenggaran "pendidikan akademik" dalam Perguruan Tinggi dapat


berupa dengan tingkatan jenjang berupa :
 program pendidikan sarjana,
 program pendidikan magister
 program pendidikan doktor.

Penyelenggaran "pendidikan akademik" dalam Perguruan Tinggi dapat


berupa dengan tingkatan jenjang berupa :

 program pendidikan sarjana,


 program pendidikan magister,
 dan program pendidikan doktor.
Lulusannya mendapatkan gelar akademik sarjana, magister, dan doktor
sesuai dengan disiplin ilmu yang ditempuh.

Contoh gelar akademik nya : lulusan sarjana di jurusan teknik


informatika bergelar S.Kom, Sarjana Kedokteran Gigi bergelara S.KG,
Sarjana Kedokteran (S.Ked), Sarjana teknik (S.T.) dan sebagainya.
Sedangkan untuk gelar magister dimulai dengan sebutan Magister,
kemudian diikuti jurusan yang ditempuh, misal jurusan Informatika
bergelar M.Kom, magister di fakultas teknik (M.T) dsb. Sedangkan
untuk pendidikan doktor, gelar ditulis dengan Dr.(huruf D ditulis
dengan huruf besar, berbeda dengan "dr" untuk dokter yang huruf d-
nya ditulis dalam huruf kecil5)

c. Pendidikan Profesi
Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program
pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Lulusan pendidikan
profesi akan mendapatkan gelar profesi.

Contoh pendidikan profesi :


 Setelah mendapatkan Sarjana Farmasi (S.Farm.) dapat melanjutkan
pendidikan profesi Apoteker, maka gelar profesinya adalah
S.Farm.,Apt.
 Seseorang yang telah bergelar Sarjana Ekonomi (S.E), maka dapat
menempuh pendidikan profesi Akuntan, maka dia bergelar S.E.,
Ak.
 Setelah bergelar Sarjana Keperawatan (S.Kep), seseorang
menempuh pendidikan profesi Ners, maka akan mendapatkan gelar
Ns.
4. Kebijakan multi exit multi entry
Gagasan MEME (multi entry-multi exit) yang pernah dimunculkan di
Direktorat SMK dalam Kurikulum Nasional telah di buka kembali. konsep
MEME yang digunakan pendidikan kejuruan dapat dikemas dalam sistem
modular. Setiap modul memiliki capaian kompetensi tertentu dan orang yang
telah mencapai itu berhak mendapatkan sertifikat kompetensi. Suatu jenjang dan
atau jenis pendidikan atau pelatihan dapat merupakan penggabungan beberapa
mudul, sehingga seseorang yang telah memiliki sertifikat kompetensi yang
dipersyaratkan berhak mendapatkan ijasah atau diploma pendidikan atau pelatihan
itu. Dengan pola RPL, mereka yang kurang sertifikat dapat menempuhnya untuk
memperoleh ijasah atau diploma yang diinginkan. MEME yang didukung dengan
pola modular di SMK akan memudahkan integrasi antara SMK, Kursus
Keterampilan di bawah Dikmas maupun di Kementerian Tenaga Kerja.

Pendidikan di SMK dapat menerapkan berbagai pola penyelengaraan pendidikan


yang dapat dilaksanakan secara terpadu yaitu pola pendidikan sistem ganda
(PSG), multi entry-multi exit (MEME), dan pendidikan jarak jauh.

1) Pola pendidikan sistem ganda (PSG)

PSG adalah pola penyelenggaraan diklat yang dikelola bersama-sama antara SMK
dengan industri/ asosiasi profesi sebagai institusi pasangan (IP), mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi dan sertifikasi yang merupakan
satu kesatuan program dengan menggunakan berbagai bentuk alternatif
pelaksanaan, seperti day release, block release, dsb. Durasi pelatihan di industri
dilaksanakan selama 4 (empat) bulan s.d. 1 (satu) tahun pada industri dalam dan
atau luar negeri. Pola pendidikan sistem ganda diterapkan dalam proses
penyelenggaraan SMK dalam rangka lebih mendekatkan mutu lulusan dengan
kemampuan yang diminta oleh dunia industri/usaha

2) Pola multi entry-multi exit

Pola multi entry-multi exit, sebagai perwujudan konsep pendidikan dengan sistem
terbuka, diterapkan agar peserta didik dapat memperoleh layanan secara fleksibel
dalam menyelesaikan pendidikannya. Dengan pola ini, peserta didik di SMK
dapat mengikuti pendidikan secara paruh waktu karena sambil bekerja atau
mengambil program/kompetensi di berbagai institusi pendidikan antara lain SMK,
lembaga kursus, diklat industri, politeknik, dan sebagainya.

3) Pendidikan jarak jauh

Dengan pola pendidikan jarak jauh, peserta didik di SMK dapat menyelesaikan
pendidikannya tanpa perlu hadir secara fisik di sekolah. Pola ini akan diterapkan
secara terbatas hanya bagi mata diklat atau kompetensi yang memungkinkan
untuk dilaksanakan sepenuhnya secara mandiri.

Ada Tiga Bentuk RPL yang diatur oleh Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013 :

 mengakui capaian pembelajaran yang diperoleh individu melalui pendidikan


nonformal, informal, dan/atau pengalaman kerja sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan formal dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat;
 mengakui capaian pembelajaran yang dilakukan oleh perguruan tinggi dan/atau
lembaga pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh kementerian
dan/atau lembaga di luar pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dan Kementerian Agama sebagai dasar pemberian gelar yang setara; dan
 mengakui tenaga ahli yang kualifikasinya setara dengan kualifikasi magister
atau doktor sebagai dosen. merupakan RPL yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi untuk

mengakomodasi calon peserta didik yang telah melakukan proses pembelajaran


mandiri secara non formal Calon peserta didik dapat langsung mengikuti fase
pendidikan pada semester tertentu sesuai dengan kesetaraan capaian pembelajaran
yang diakui melalui proses RPL yang syah. Perguruan tinggi yang dapat
menyelenggakan RPL ini harus telah mendapatkan ijin penyelenggaraan RPL dari
Dikti.

5. Pengertian KKNI
Sering menjadi topik hangat akhir-akhir ini, karena dalam peningkatan mutu
pendidikan, KKNI seringkali menjadi rujukan utama.
KKNI diatur secara khusus dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 2012. Namun, KKNI ini juga sering muncul dalam Ketentuan Umum
Peraturan Menteri, seperti halnya dalam Permendikbud No. 49 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
KKNI mempunyai 9 level, mulai dari level 1 (pendidikan dasar) hingga level 9
(Strata 3 / S-3). Tiap level harus benar-benar sesuai dengan levelnya, dalam arti
tidak boleh level 6 (S-2) merasakan level 8 (S-2). Dalam kata lain, tidak
diperbolehkan S-1 berasa S-2 dan sebagainya. Adapun keterangan tiap levelnya
adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai