Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penanaman Modal Asing atau (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan
membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Penanaman Modal di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Penanaman Modal
Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan
modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal). Investasi asing mulai masuk di Indonesia pada era Orde Baru.
Pertumbuhan arus PMA di Indonesia memang sangat pesat, terutama pada
periode 80-an dan mengalami akselerasi sejak tahun 1994. Pertumbuhan PMA
yang sangat tinggi di era Soeharto tersebut didorong oleh stabilitas politik dan
sosial, kepastian hukum, dan kebijakan ekonomi yang kondusif terhadap kegiatan
bisnis di dalam negeri, yang semua itu sejak krisis ekonomi 1997 hingga saat ini
sulit sekali tercapai sepenuhnya.
Tak bisa dipungkiri, kehadiran PMA di Indonesia merupakan salah satu faktor
penting dalam pembangunan negara. Secara historis, investasi asing masuk
pertama kali di era Soeharto. Pada periode tahun 80-an hingga puncaknya pada
tahun 1997 saat krisis adalah masa-masa emas pertumbuhan PMA di Indonesia
yang hingga kini belum dapat tercapai kembali. Di tingkat dunia, bahkan setelah
krisis pun Indonesia masih menjadi salah satu negara tujuan utama PMA dengan
posisi 17 negara penerima arus PMA terbesar di dunia. Dampaknya, Indonesia
mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat selama era Orde Baru, yaitu rata-
rata 7-8% per tahun.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan PMA?
2. Sebut dan jelaskan jenis-jenis investasi?
3. Bagaimana peranan PMA bagi negara sedang berkembang?
4. Apa saja kendala Investasi asing di negara Indonesia?
5. Bagaimana tata aturan izin Investasi asing di Indonesia?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Agar pembaca dan penulis dapat lebih memahami apa itu Penanaman Modal
Asing dan Jenis-jenisnya, serta dampak, kendala dan aturannya di Indonesia.
Supaya pembaca dan penulis dapat mengambil hikmahnya dari makalah ini
untuk optimis dan mampu bersaing dengan negara lain dalam bidan SDM dan
Bisnis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENANAMAN MODAL ASING

Dalam literatur ekonomi makro, investasi asing dapat dilakukan dalam bentuk,
yaitu investasi portofolio dan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI).
Investasi portofolio ini dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga
seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi langsung yang dikenal dengan
Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan
membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Secara yuridis mengenai
Penanaman Modal di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal. Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang nomor 25 tahun
2007 tentang penanaman modal menyatakan bahwa:

“Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam
modal dalam negeri .”

Di dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal ini,


jika diadakan perbandingan dari investasi portofolio dengan Penanaman Modal Asing
(PMA) lebih banyak mempunyai kelebihan, diantaranya sifatnya permanen (jangka
panjang), banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan
manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini, sangat penting bagi
negara sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk
penyediaan lapangan kerja. Sedangkan, dalam investasi portofolio, dana yang masuk
ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu akan sanggup
untuk membuka lapangan kerja baru di dalam Negara tujuan investasi.

3
2.2 JENIS-JENIS INVESTASI
Jenis investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan
investasi portofolio (portofolio investment). Investasi luar negeri langsung biasanya
dianggap bentuk lain dari pemindahan modal yang dilakukan oleh perusahaan orang-
orang dalam suatu negara dalam aktifitas ekonomi negara lain yang melibatkan
beberapa bentuk partisipasi modal di bidang usaha yang mereka investasikan.
Investasi langsung berarti perusahaan dari negara penanam modal secara de facto
dan de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di negara
penyimpan modal dengan cara investasi.
Menurut Nindyo Pramono bahwa investasi langsung investor mengendalikan
manajemen, biasanya dilakukan oleh perusahaan trans-nasional dan periode waktunya
panjang karena menyangkut barang-barang. Modal investasi langsung lebih tertarik
pada besar dan tingkat pertumbuhan pasar, tenaga kerja dan biaya produksi serta
infrastruktur. Sedangkan pada investasi portofolio, investor hanya menyediakan modal
keuangan dan tidak terlibat dalam manajemen. Investornya adalah investor
institusional, bersifat jangka pendek dan mudah dilikuidasi dengan cara menjual saham
yang dibeli.
Dari beberapa pandangan dan pengertian di atas terlihat bahwa investasi langsung
adalah adanya keterlibatan langsung pihak investor terhadap investasi yang
dilakukannya, baik dalam permodalan, pengokohan, dan pengawasan. Menurut Sidik
Jatmika, kebaikan dari investasi langsung adalah tidak mendatangkan beban yang
harus dibayar dalam bentuk bunga, deviden dan/atau pembayaran kembali, dapat
mengkombinasikan keahlian, teknologi dan modal, dapat mengatasi masalah transfer
uang, adanya penanaman kembali dari keuntungan investasi yang belum ada dan
dapat menciptakan alih teknologi dan keterampilan.

2.3 PERANAN PENANAMAN MODAL ASING BAGI NEGARA SEDANG


BERKEMBANG
Secara garis besar, penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi
negara sedang berkembang seperti negara Indonesia dapat diperinci menjadi lima hal
yaitu :

4
1. Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang
berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan
ekonomi.
2. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan
struktur produksi dan perdagangan.
3. Modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun
transformasi struktural.
4. Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan
struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih
produktif.
5. Bagi negara-negara sedang berkembang yang tidak mampu memulai
membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya modal asing
akan sangat membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja, alat-alat
mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya.

Selama ini investor domestik di negara sedang berkembang yang enggan


melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam
yang belum dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, maka hadirnya investor
asing akan sangat mendukung merintis usaha dibidang-bidang tersebut. Adanya
pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru, pemanfaatan sumber-
sumber baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan membuka kecenderungan baru
yaitu meningkatkan lapangan kerja. Sehingga tekanan pendudukan pada tanah
pertanian berkurang dan pengangguran dapat diatasi. Inilah keuntungan sosial yang
diperoleh adanya kehadiran investor asing. Adanya transfer teknologi mengakibatkan
tenaga kerja setempat menjadi terampil, sehingga meningkatkan marginal
produktifitasnya, akhirnya akan meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini
menunjukkan bahwa modal asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja
tenaga kerja Negara tujuan penanaman modal dan pendapatan nasional. Dengan
demikian, kehadiran PMA bagi negara sedang berkembang sangat diperlukan untuk
mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi,
pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik.
Melalui modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru.

5
Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal
asing mendorong pengusaha setempat untuk bekerjasama. Modal asing juga
membantu mengurangi problem neraca pembayaran dan tingkat inflasi, sehingga akan
memperkuat sektor usaha negara dan swasta domestic dari negara tuan rumah atau
yang sering disebut host country.

Penanaman modal asing di Indonesia tidak terlepas dari cita-cita hukum ekonomi
Indonesia yaitu menggagas dan menyiapkan konsep hukum tentang kehidupan
ekonomi. Kehidupan ekonomi yang diharapkan adalah kehidupan ekonomi berbangsa
dan bernegara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan dalam keadilan sosial,
sebagaimana yang dicita-citakan Pancasila dan Indonesia sebagai negara berdaulat
sekaligus sebagai negara berkembang mempunyai pola tertentu terhadap konsep
hukum dalam kegiatan ekonomi, meliputi konsep pencapaian masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila, Konsep ekonomi kekeluargaan yang Pancasilais,
konsep ekonomi kerakyatan untuk membela kepentingan rakyat.

Oleh karena itu, peranan PMA di Indonesia cukup mendukung juga perkembangan
kehidupan ekonomi sesuai dengan konsep hukum dalam kegiatan ekonomi dan cita-
cita hukum ekonomi Indonesia. Dan untuk mendukung investasi di Indonesia maka
perlu pembentukan hukum ekonomi dengan perangkat peraturan membutuhkan kajian
yang bersifat komprehensif dan pendekatan secara makro dengan informasi yang
akurat demi multidisipliner dari berbagai aspek antara lain :
1) Ekonomi dan social.
2) Sosiologis dan budaya.
3) Kebutuhan-kebutuhan dasae dan pembangunan.
4) Praktis dan operasional dan kebutuhan kedepan.
5) Moral dan etika bisnis yang berlaku dalam konsep kelayakan dan kepatutan
dalam kehidupan manusia dan kemanusiaan yang beradab.

2.4 KENDALA INVESTASI ASING DI NEGARA INDONESIA


Secara teoritis ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan mengapa
investor-investor dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang yakni, The
Product Cycle Theory dan The Industrial Organization Theory of Vertical Organization.

6
The Product Cyrcle Theory yang dikembangkan oleh Raymond Vermon ini
menyatakan bahwa setiap teknologi atau produk berevolusi melalui tiga fase : Pertama
fase permulaan atau inovasi, kedua fase perkembangan proses dan ketiga fase
standardisasi. Dalam setiap fase tersebut sebagai tipe perekonomian negara memiliki
keuntungan komparatif (Comparative advantage). The Industrial Organization Theory
of Vertical Integration merupakan teori yang paling tepat untuk diterapkan pada new
multinasionalism dan pada investasi yang terintegrasi secara vertikal. Pendekatan teori
ini berawal dari penambahan biaya-biaya untuk melakukan bisnis diluar negeri (dengan
investasi) harus mencakup biaya-biaya lain yang harus dipikul lebih banyak daripada
biaya yang diperuntukkan hanya untuk sekedar mengekspor dari pabrik-pabrik dalam
negeri. Oleh karena itu perusahaan itu harus memiliki beberapa kompensasi atau
keunggulan spesifik bagi perusahaan seperti keahlian teknis manajerial keadaan
ekonomi yang memungkinkan adanya monopoli. Menurut teori ini, investasi dilakukan
dengan cara integrasi secara vertikal yakni dengan penempatan beberapa tahapan
produksi di beberapa lokasi yang berbeda-beda di seluruh dunia. Motivasi utamanya
adalah untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang rendah, manfaat
pajak lokal dan lain-lain. Di samping itu motivasi yang lain adalah untuk membuat
rintangan perdagangan bagi perusahaan-perusahaan lain, artinya dengan investasinya
di luar negeri ini berarti perusahaan-perusahaan multinasional tersebut telah
merintangi persaingan-persaingan dari negara lain sehingga monopoli dapat
dipertahankan. Motif utama modal internasional baik yang bersifat investasi modal
asing langsung (foreign direct investment) maupun investasi portofolio adalah untuk
mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara sendiri melalui tingkat
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sistem perpajakkan yang lebih
menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik. Untuk menarik arus modal yang
signifikan ke suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor : Iklim investasi yang
kondusif dan Prospek pengembangan di negara penerima modal.
Dilihat dari kedua faktor di atas, maka tampaknya arus modal asing justru lebih banyak
mengalir ke negara-negara maju daripada ke negara-negara berkembang. Aliran
modal ke negara-negara berkembang masih dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :

7
1. Tingkat perkembangan ekonomi Negara penerima modal.
2. Stabilitas politik yang memadai.
3. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan investor.
4. Aliran modal cenderung mengalir ke Negara-negara dengan tingkat
pendapatan per kapita yang tinggi.
Adanya keengganan masuknya investasi asing dan adanya indikasi relokasi
investasi ke negara lain disebabkan karena tidak kondusifnya iklim investasi di
Indonesia dewasa ini.
Apabila ditinjau dari Undang-Undang Penanaman Modal, sudah dapat
dikatakan bahwa Undang-undang tersebut mencakup semua aspek penting, seperti
pelayanan, koordinasi, fasilitas, hak dan kewajiban investor, ketenagakerjaan, dan
sector-sektor yang dapat dimasuki investor. Hal tersebut diupayakan secara maksimal
agar terjad peningkatan investasi di Indonesia dari sisi pemerintah dan kepastian
berinvestasi dari sisi pengusaha/investor.
Hasil survey World Economic Forum (WEF) tahun 2007 menunjukkan,
bahwa 8.5% dari jumlah pengusaha di Indonesia yang menjadi responden mengatakan
bahwa permasalahan utama mereka adalah peraturan ketenagakerjaan yang restriktif,
10.7% mengeluhkan ketidakstabilan kebijakan, dan 16.1% mempermasalahkan
birokrasi yang tidak efisien.
Khusus masalah birokrasi, yang tercerminkan oleh antara lain prosedur
administrasi dalam mengurus investasi seperti perizinan, peraturan atau persyaratan
lainnya yang berbelit-belit dan langkah prosedurnya yang tidak jelas. Hal ini
merupakan masalah klasik yang membuat investor enggan berinvestasi di Indonesia.
Sehingga permalahan ini menjadi kendala tertinggi penanaman modal asing di
Indonesia. Masalah ini bukan hanya membuat banyak waktu yang terbuang, tetapi
besarnya biaya yang harus ditanggung oleh pengusaha atau calon investor. Diantara
Negara-negara ASEAN, hasil survey WEF menunjukkan Indonesia berada pada posisi
ke-3 setelah Singapura dengan birokrasi yang paling efisien atau biaya birokrasi paling
murah (tidak hanya di ASEAN tetapi juga dunia menurut versi WEF) dan Malaysia.

8
2.5 TATA ATURAN IZIN INVESTASI ASING DI INDONESIA

Investasi merupakan pengeluaran penanaman modal maupun perusahaan


untuk membeli barang-barang modal dan juga perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Menurut ahli ekonomi Kamarrudin Ahmad pengertian investasi itu
adalah menempatkan uang / dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau
keuntungan tertentu atas uang / dana tersebut.

Bila diuraikan lebih lanjut investasi menurut Kamarrudin terdapat 3 pengertian, yaitu:

1. Investasi adalah suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat-surat
penyertaan lainnya.
2. Investasi itu merupakan suatu tindakan untuk membeli barang-barang yang
digunakan untuk modal.
3. Invesrasi itu adalah pemanfaatan dana yang tersedia untuk dipergunakan
dalam produksi dengan pendapatan di masa yang akan datang.

Dalam melakukan kegiatan investasi, calon investor terutama investor asing harus
menaati tata aturan yang berlaku di Indonesia apabila ingin menanamkan modalnya di
Indonesia. Kepala Badan Koordinasi Pasar Modal menerbitkan peraturan baru, yaitu
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 14 Tahun 2015 tentang Pedoman
dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal (“Perka BKPM 14/2015”), yang mulai
berlaku sejak 8 Oktober 2015. PERKBKPM 14/2015 mencabut Peraturan Kepala
Badan Penanaman Modal No.5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara
Permohonan Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Pasar Modal No. 12 Tahun 2013.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan Izin Prinsip adalah Izin yang wajib dimiliki
dalam memulai kegiatan usaha baik dalam kegiatan Penanaman Modal Dalam Negri
("PMDN") maupun Penanaman Modal Asing ("PMA") kegiatan yang mencakup untuk
memulai usaha adalah sebagai berikuta:

9
1) Pendirian usaha baru, baik itu kegiatan Penanaman Modal Dalam Negri
("PMDN") maupun Penanaman Modal Asing ("PMA")
2) Perubahan status menjadi PMA, sebagai akibat dari masuknya modal asing
dalam kepemilikan seluruh / sebagian modal perseroan dalam badan hukum.
3) Perubahan status menjadi PMDN sebagai akibat dari terjadinya perubahan
kepemilikan modal perseroan sebelumnya terdapat modal asing, menjadi
seluruhnya modal dalam negeri

Izin Prinsip merupakan elemen yang sangat penting bagi investor untuk
menanamnkan modalnya di Indonesia baik itu dalam bentuk PMDN maupun PMA
karna memang segala sesuatunya harus memilki izin yang jelas berdasarkan pada
dasar hukum yang berlaku. di dalam Izin prinsip terdapat beberapa jenis didalamnnya,
seperti:

1) Izin Prinsip Baru, yaitu izin pertama kali sebelum memulai kegiatan usaha.
2) Izin Prinsip Perluasan, yaitu izin sebelum melakukan kegiatan ekspansi
perusahaan.
3) Izin Prinsip Perubahan, yaitu izin sebelum melakukan perubahan rencana
investasi atau realisasinya.
4) Izin Prinsip Penggabungan (merger), yaitu izin sebelum melakukan
penggabungan 2 perusahaan atau lebih.

Perizinan sebagaimana yang dimaksud di atas diajukan kepada Pelayanan Terpadu


Satu Pintu Pusat (PTSP) di BKPM, Badan Penanaman Modal PTSP (BPMPTSP)
Provinsi, Kabupaten/Kota, PTSP Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
(KPBPB), dan PTSP Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Ketentuan Nilai Investasi dan Pemodalan

PMA dalam memperoleh izin prinsip wajib melaksanakan ketentuan persyaratan nilai
investasi dan permodalan, sebagai berikut:

1) Total nilai investasi lebih besar dari Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar Rupiah),
di luar tanah dan bangunan;

10
2) Untuk proyek perluasan satu bidang usaha dalam satu kelompok usaha
berdasarkan Klasifikasi Baku Usaha Indonesia (“KBLI”) di lokasi yang sama,
dengan ketentuan akumulasi nilai investasi atas seluruh proyek di lokasi
tersebut mencapai lebih dari Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar Rupiah) di luar
tanah dan bangunan, maka nilai investasi diperkenankan kurang dari Rp
10.000.000.000 (sepuluh miliar Rupiah);
3) Untuk perluasan satu atau lebih bidang usaha dalam sub golongan usaha
berdasarkan KBLI, yang tidak mendapatkan fasilitas di luar sektor industri, di
satu lokasi dalam satu kabupaten/kota maka nilai investasi untuk seluruh
bidang usaha lebih besar dari Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar Rupiah) diluar
tanah dan bangunan;
4) Nilai modal ditempatkan sama dengan modal disetor minimal Rp 2.500.000.000
(dua miliar lima ratus juta Rupiah);
5) Penyertaan dalam modal perseroan, untuk masing-masing pemegang saham
minimal Rp 10.000.000 (sepuluh juta Rupiah) dan presentase kepemilikan
saham dihitung berdasarkan nilai nominal saham.

Perusahaan PMA yang memiliki izin prinsip sebelum peraturan ini berlaku dengan
nilai modal disetor kurang dari Rp 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta Rupiah),
yang akan mengajukan permohonan untuk (i) perpanjangan jangka waktu
penyelesaian proyek; atau (ii) izin prinsip perluasan, wajib menyesuaikan penyertaan
dalam modal perseroan minimal Rp 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta Rupiah).
Penanam modal dilarang membuat perjanjian dan/atau penyertaan yang menegaskan
bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas adalah untuk dan atas nama
orang lain.

Masa Berlaku Izin Prinsip

Masa berlaku izin prinsip sama dengan jangka waktu penyelesaian proyek yang
ditetapkan dalam izin prinsip. Jangka waktu tersebut diberikan satu sampai lima tahun
tergantung karakteristik bidang usahanya. Apabila jangka waktu tersebut yang
ditetapkan dalam izin prinsip telah habis masa berlakunya dan proyek tersebut belum
selesai, maka perusahaan tidak dapat mengajukan permohonan perizinan dan non

11
perizinan lainnya. Sehingga apabila perusahaan belum menyelesaikan proyek sesuai
dalam izin prinsip, perusahaan wajib mengajukan perpanjangan jangka waktu
penyelesaian proyek selambat-lambatnya 30 hari kerja sebelum berakhirnya jangka
waktu penyelesaian proyek yang ditetapkan dalam izin prinsip tersebut.

Untuk jangka waktu penyelesaian proyek dalam izin prinsip yang telah habis
masa berlakunya dan perusahaan tidak memperpanjang atau terlambat dalam
mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu penyelesaian proyek tersebut,
maka perusahaan akan dikenakan sanksi administrasi berupa surat peringatan dan
ditindaklanjuti oleh BKPM mengenai proyek yang tidak diselesaikan tepat waktu.

Lebih lanjut, apabila hasil dari tindak lanjut tersebut perusahaan tidak dapat
menyelesaikan proyek sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dan terlambat
dalam memperpanjang jangka waktu penyelesaian proyek tersebut maka yang dapat
dilakukan perusahaan adalah mengajukan permohonan izin prinsip baru, seperti diatur
dalam Perka 14/2015, apabila perpanjangan waktu penyelesaian proyek diajukan
setelah berakhirnya masa berlaku jangka waktu penyelesaian proyek maka
permohonan perpanjangan tersebut tidak dapat diproses dan wajib mengajukan
permohonan izin prinsip baru.

Ketentuan Divestasi

Kewajiban Perusahaan PMA untuk divestasi sebelum berlakunya Perka BKPM


14/2015 tetap mengikat dan harus dilaksanakan dengan minimal nominal kepemilikan
saham sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh juta Rupiah). Apabila kewajiban divestasinya
telah jatuh tempo dan Perusahaan PMA belum mendapatkan calon penanam modal
dalam negeri, maka ia dapat mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu.

Setelah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM, saham peserta
Indonesia akibat pelaksanakaan divestasi dapat dijual kembali kepada perseorangan
warga Indonesia/warga asing/badan usaha Indonesia/badan usaha asing. Dalam
peraturan yang sebelumnya ketentuan minimal nominal kepemilikan saham tidak
diatur.

12
Percepatan Izin Investasi

Perka BKPM 14/2015 mengatur hal baru yaitu penerbitan izin prinsip yang
disebut izin investasi. Izin ini dapat diterbitkan hanya dengan waktu 3 jam. Ketentuan
untuk mendapatkan percepatan izin investasi tersebut adalah (i) nilai investasi minimal
Rp 100.000.000.000 (seratus miliar Rupiah), dan/atau (ii) penyerapan tenaga kerja
Indonesia minimal 1.000 (seribu) orang.

Khusus untuk izin investasi yang berlokasi di kawasan industri tertentu dan
telah disetujui oleh Kepala BKPM dapat memulai konstruksi tanpa terlebih dahulu
memiliki izin, seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan izin lingkungan, namun izin
tersebut harus diurus bersamaan dengan pelaksanaan konstruksi

13
BAB III

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
berharap makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

3.1 Kesimpulan
Penanaman Modal Asing ke Indonesia memiliki Pro dan Kontra disisi lain jika
Masuknya modal Asing dapat di kelola dengan bijak dan SDM dalam negeri siap
bersaing dengan Persaingan Bisnis luar negeri maka ini akan menjadi kemajuan yang
luar biasa bagi perkembangan perekonomian dalam negeri, tapi disisi lain jika kita tidak
mampu bersaing terhadap dampak global Investasi Asing maka ini akan menjadi
kemunduran perekonomian Indonesia.

3.2 Saran
Bagaimanapun Indonesia membutuhkan Investasi untuk mengembangkan
perekonomian bangsa, dampak Globalisasi dalam bidang Investasi harus kita hadapi
dengan optimis, Mempersiapkan SDM yang handal dan Profesinal sangatlah bijak dan
berani mengambil resiko dengan planning yang matang.
Diharapkan pembaca agar lebih kritis dalam memahami materi ini dan mencari
referensi lain yang lebih lengkap serta melihat situasi dilapangan agar dapat lebih
memahami dan dapat membandingkan teori yang ada dengan kenyataan dilapangan.

14

Anda mungkin juga menyukai