Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN PIUTANG

Hubungan antara piutang dagang dan penjualan kredit dimana piutang dagang
khususnya digunakan untuk tagihan yang timbul karena penjualan barang atau jasa
secara kredit, dimana pembeli tidak memberikan surat janji tertulis formal. Jadi secara
rill piutang dagang timbul karena adanya transaksi penjualan kredit, oleh karena itu
besar kecilnya penjualan kredit akan berpengaruh langsung terhadap jumlah piutang
dagang. Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan
barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan di mana dalam
keadaan normal perusahaan, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka
waktu kurang dari satu tahun.

Menurut Kieso, Weygandt, Warfield, piutang adalah:

“receivable are claims held against customers and others for money, goods or
services”

piutang adalah klaim uang, barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak
lainnya.

Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr, piutang adalah:

“Amount of money owed to a firm by customers who have bought goods or services on
credit. A current asset. Also called receivables”

Piutang adalah sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli
barang dan jasa secara kredit pada perusahaan.

Berdasarkan definisi-definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa piutang adalah hak
penagihan kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang timbul karena adanya
penjalan barang atau jasa secara kredit dalam jangka waktu satu tahun atau dalam
siklus nrmal perusahaan.

Menurut Kieso, Weygandt, Warfield, piutang diklasifikasikan untuk tujuan laporan


keuangan yaitu sebagai berikut:

1. Piutang lancar (jangka pendek)


2. Piutang tak lancar (jangka Panjang)

1.2 PENENTUAN BESARNYA PIUTANG


Besarnya investasi pada piutang yang muncul di perusahaan ditentukan oleh
dua faktor. Pertama, adalah besarnya persentase penjualan kredit terhadap penjualan
total. Kedua, adalah kebijakan penjualan kredit dan jangka waktu pengumpulan
piutang (jangka waktu penagihan piutang). Kebijakan ini dipengaruhi oleh jangka
waktu penjualan kredit, kualitas pelanggan dan usaha pengumpulan piutang.

1
Cepat lambatnya piutang dapat dikumpulkan juga dipengaruhi oleh kualitas
pelanggan, baik kualitas kemampuan perusahaan pelanggan maupun kualitas karakter
pelanggan itu sendiri. Penilaian kualitas pelanggan ini dimaksudkan untuk
mengurangi risiko kemungkinan piutang tidak tertagih (bad debt) dan memperkecil
biaya penagihan piutang. Jika kualitas pelanggan menurun maka biaya penagihan
akan meningkat. Informasi kualitas pelanggan ini dapat diperoleh dari laporan
keuangan, operasi perusahaan, sejarah pengembalian kredit pelanggan, asosiasi
pedagang, pesaing, referensi bank dsb. Salah satu cara untuk menilai kualitas
pelanggan tersebut adalah dengan menggunakan penilaian kredit (credit scoring).
Perusahaan yang memiliki banyak pelanggan sering kali menggunakan
cara-cara statistik untuk menentukan kualitas pelanggan dengan memberi nilai (skor)
tertentu pada pelanggan. Skor ini akan menunjukkan kemungkinan seseorang
pelanggan membayar hutangnya. Misalnya, skor 1 adalah bagi pelanggan yang
memiliki kemungkinan hutangnya macet sebesar di bawah 10%, skor 2 kemungkinan
macet sebesar 10% sampai 20%, skor 3 kemungkinan macet antara 20% sampai 30%
dan seterusnya. Pelanggan-pelanggan tersebut dikelompokkan dalam skornya
masing-masing, sehingga perusahaan akan mudah dalam memprediksi kemungkinan
piutangnya macet.
Prinsip pemberian kredit. Untuk menilai pelanggan dapat juga digunakan
sistem 5 K atau 5 C yaitu Karakter (Character), Kapasitas (Capacity), Kapital
(Capital), Kolateral atau jaminan (Collateral), dan Kondisi (Condition). Penilaian
karakter pelanggan ditujukan untuk melihat sejauh mana pelanggan akan memenuhi
kewajiban kreditnya. Karakter merupakan data tentang kepribadian calon pelangan
contohnya sifat pribadi, kebiasaannya, cara hidup keadaan dan latar belakang keluarga
maupun hobinya. Penilaian ini sangat tergantung pada moral pelanggan, kejujuran
untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sebagai faktor terpenting dalam
evaluasi kredit. Kapasitas pelanggan merupakan penilaian yang bersifat subyektif
mengenai kemampuan membayar hutangnya. Kapasitas merupakan kemampuan calon
pelanggan dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pengalaman mengelola
usaha (business record)-nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola, tingkat
pendidikannya. Kemampuan ini dapat dianalisis dari laporan keuangan perusahaan
pelanggan yang bersangkutan. Kapasitas merupakan ukuran dari ability to pay atau
kemampuan dalam membayar. Penilaian kapital dan kolateral (agunan) perusahaan
juga dapat dilihat dari laporan keuangannya. Dari laporan tersebut akan terlihat
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya maupun aktiva yang
digunakan sebagai jaminan. Kapital merupakan kondisi modal atau kekayaan yang
dimiliki perusahaan yang dikelolanya dan nampak pada neraca, laporan rugi-laba,
struktur modal dan berbagai rasio keuangan serta rasio profitabilitas seperti ROI dan
ROE. Kolateral (agunan) merupakan jaminan yang mungkin bisa disita jika calon
pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Penilaian yang terakhir
mengenai kondisi ekonomi yang terkait dengan prospek usaha calon pelanggan.
Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada umumnya yang pada
akhirnya akan mempengaruhi keadaan pelanggan.
Kebijakan pemberian kredit dan lamanya pengumpulan piutang sebagaimana
dijelaskan di atas sangat mempengaruhi pengelolaan piutang. Kebijakan pemberian
kredit dan jangka waktu pengumpulan piutang tersebut pada akhirnya dapat
digunakan untuk menentukan besarnya persentase penjualan kredit terhadap penjualan
total.

2
Besar kecilnya dana yang diinvestasikan dalam piutang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:

a). Besar-kecilnya volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit
akan semakin besar investasi pada piutang.

b). Syarat Pembayaran, dalam penjualan kredit selalu tertera kapan piutang jatuh
tempo dan apakah ada diskon yang diberikan. Misalnya ada syarat pembayaran
5/10 –n/60 artinya jika piutang dibayar paling lambat 10 hari dari tanggal
penjualan akan diberi diskon sebesar 5 % dan batas akhir pembayaran selama 60
hari. Semakin panjang jangka waktu kredit yang diberikan akan semakin besar
investasi pada piutang.

c). Plafon Kredit, dalam penjualan kredit masing-masing pelanggan diberi batas
maksimal kredit yang bisa diambil (plafon kredit) dan besarnya tidak harus sama
tergantung dari besarnya usaha serta tingkat kepercayaan perusahaan terhadap
pelanggan.

d). Kebiasaan Pembayaran Pelanggan, jika kebiasaan pelanggan dalam membayar


memanfaat-kan masa diskon, maka investasi pada piutang semakin kecil, tetapi
jika kebiasaan pelanggan membayar saat jatuh tempo maka investasi pada piutang
semakin besar.

e). Kebijakan dalam Pengumpulan Piutang, ada perusahaan yang menerapkan


kebijakan dalam pengumpulan piutang secara ketat dan ada yang longgar. Jika
menerapkan kebijakan sangat ketat, maka jika ada pelanggan yang belum
melunasi piutang saat jatuh tempo, tidak diberi kredit sampai dilunasinya piutang
tersebut. Jika menerapkan kebijakan longgar walaupun belum melunasi piutang
saat jatuh tempo masih diberi kredit. Semakin ketat kebijakan pengumpulan
piutang semakin kecil investasi pada piutang dan sebaliknya.

Contoh:

Persahan “ A “ mulai tanggal 1 Januari 2010 menetapkan kebijakan kredit


sebesar 20% dari penjualan total dengan jangka waktu pengembalian 10 hari. Apabila
penjualan rata-rata per hari sebesar Rp. 100.000, maka besarnya penjualan kredit pada
tanggal 1 Januari 2010 adalah sebesar Rp. 20.000. Oleh karena itu, pada tanggal 1
Januari tersebut muncul piutang sebesar Rp. 20.000. Piutang tersebut akan bertambah
sebesar Rp. 20.000 setiap hari (asumsinya penjualan per hari tetap sebesar Rp.
100.000), Selama 10 hari, maka piutang kita menjadi 10 x Rp. 20.000 = Rp. 200.000.
Pada hari kesebelas (Tanggal 11 Januari 2001) piutang kita bertambah sebesar Rp.
20.000, namun ada pengembalian piutang sebesar Rp. 20.000 dari penjualan yang
terjadi Tanggal 1 Januari 2001. Demikian juga pada Tanggal 12 Januari dan
seterusnya, piutang kita bertambah Rp. 20.000, namun ada pelunasan piutang Rp.
20.000, sehingga piutang kita akan konstan sebesar Rp. 200.000.

3
Jika keadaan ini terus stabil, maka besarnya piutang juga stabil, yaitu sebesar
penjualan kredit per hari x jangka waktu penagihan. Untuk contoh di atas, maka
jumlah piutang adalah sebesar Rp. 20.000 x 10 = Rp. 200.000.
Bagaimana dengan biaya dan penghasilan yang muncul dengan kebijakan
kredit?. Untuk melangsungkan usaha perlu membeli persediaan. Untuk membeli
persediaan tersebut, memerlukan dana yang dapat diperoleh dari modal sendiri
maupun pinjaman kepada bank atau suplier. Dana tersebut akan dibelikan persediaan,
kemudian persediaan akan dijual dan menimbulkan piutang (yang dijual secara kredit),
karena penjual menginginkan keuntungan maka harga jualnya akan lebih tinggi dari
harga belinya. Jadi, jika harga pokok penjualan (terdiri dari harga beli ditambah
biaya-biaya operasi yang lain) rata-rata per hari mencapai Rp. 100.000 dan kita
menginginkan laba 25%, maka penjualannya menjadi 125% x Rp. 100.000 = Rp
125.000.

Piutang yang ditimbulkan karena penjualan kredit akan menentukan besarnya


tingkat perputaran piutang. Perputaran piutang (receivable turnover) merupakan
periode terikatnya piutang sejak terjadinya piutang tersebut sampai piutang tersebut
dapat ditagih dalam bentuk uang kas dan akhirnya dapat dibelikan kembali menjadi
persediaan dan dijual secara kredit menjadi piutang kembali. Secara skematis
perputaran piutang dapat dilihat pada skema berikut:

Rumus perputaran piutang:

Rumus rata-rata piutang:

Rumus rata-rata pengumpulan n piutang:

4
Tingkat perputaran piutang dapat dicari dengan membagi jumlah penjualan kredit
bersih (net credit sales) per tahun dengan rata-rata piutang (average receivables).

Perputaran piutang tersebut dihitung dalam jangka waktu satu tahun. Jika
perputaran piutang sebanyak 5 kali, artinya bahwa dalam satu tahun piutang
perusahaan tersebut berputar sebanyak 5 kali. Jika satu tahun dihitung 360 hari, maka
hari rata-rata pengumpulan piutangnya adalah 360 hari : 5 kali = 72 hari untuk setiap
kali perputaran. Tingkat perputaran piutang ini mempunyai efek terhadap besar
kecilnya modal yang tertanam dalam piutang. Semakin tinggi perputaran piutang
berarti modal yang tertanam dalam investasi makin kecil, karena dana yang tertanam
dalam piutang semakin cepat kembali sebagai kas masuk. Kas masuk ini selanjutnya
digunakan lagi untuk membeli persediaan barang yang kemudian dijual lagi, demikian
seterusnya.

Contoh lainnya:

Misalnya PT. ABC memiliki informasi mengenai penjualan tahun 20xx sebesar Rp
200 dan tahun 20xy Rp 180, piutang awal tahun 20xx Rp 40 dan akhir tahun Rp 60,
sedangkan piutang awal tahun 20xy Rp 50 dan akhir tahun Rp 30. Perputaran piutang
dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dalam tabel

Hari rata-rata pengumpulan piutang adalah sangat penting, makin lama makin buruk
bagi kas perusahaan, dan sebaliknya. Perputaran piutang yang tinggi sangat baik bagi
perusahaan, karena investasi dalam piutang rendah, dan sebaliknya.

Cara lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang
dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini. PT. ABC memiliki nilai penjualan per
tahun Rp 180, seluruhnya dijual kredit 30 hari, dengan ketentuan, jika pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 sejak tanggal penjualan,

5
diberikan potongan tunai 2%, model ini lazim disebut 2/10, net 30. Dari jumlah
trersebut, 60% dibayar dalam waktu 10 hari, dan sisanya dalam waktu 30 hari.
Berdasarkan informasi tersebut dapat dihitung :

Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Outstanding atau DSO) atau Periode Penagihan
Rata-rata (Average Collection Period atau ACP) adalah : 0,60(10) + 0,40(30) = 18
hari.

Penjualan Harian Rata-rata (Average Daily Sales atau ADS), dengan asumsi satu
tahun 360 hari kerja : (Rp 180/360) = Rp 0,50.

Piutang PT ABC sepanjang tahun setiap saat sebesar : (Jangka Waktu Penagihan x
Penjualan Harian Rata-rata) = (18 hari x Rp 0,50) = Rp 9.

Perputaran Piutang = (Penjualan/Piutang) = (Rp 180/Rp 9) = 20 kali.

Periode Penagihan Rata-rata = (360 hari/Perputaran piutang) = (360 hari/20) = 18


hari.

Periode Penagihan Rata-rata atau Jangka Waktu Penagihan dapat dihitung dengan
rumus :

Manajer keuangan harus mengetahui penjualan per hari secara kredit dan jumlah
rata-rata piutang sepanjang tahun di setiap saat. Dengan mengetahui kedua unsur
tersebut, ia dapat mengatur arus kas masuk dari tagihan piutang.

1.3 PENGELOLAAN PENGUMPULAN PIUTANG


Pengelolaan pengumpulan piutang perlu melihat bagaimana prosedur yang
digunakan untuk menagih piutang. Perjanjian yang tertera pada jual beli juga harus
ditetapkan secara jelas dan rinci. Dalam perjanjian tersebut meliputi tentang jumlah
piutang, besarnya diskon, periode diskon, jangka waktu penagihan dan sangsi yang
dikenakan terhadap pembeli dan atau penjual jika barang yang di perjual belikan tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya. Surat teguran atau penagihan dapat diberikan
kepada debitur apabila sampai dengan tanggal tertentu debitur belum mengangsur
atau melunasi hutangnya. Proses penagihan piutang memerlukan biaya. Besar
kecilnya biaya penagihan piutang akan tergantung pada besar kecilnya tagihan dan
sifat debitur yang ada pada 5K di atas (Karakter, Kapasitas, Kolateral,

6
Kapital dan Kondisi). Banyaknya kredit yang macet (piutang tidak tertagih) akan
menyulitkan kelangsungan usaha, oleh karena itu perlu sikap tegas agar pengembalian
piutang tidak terganggu. Perusahaan perlu memperhitungkan keseimbangan antara
manfaat dan biaya yang mungkin diderita dalam kebijakan pengumpulan piutang.
Kebijakan pengumpulan piutang sebenarnya dapat diubah pada periode tertentu.
Perubahan kebijakan tersebut membawa implikasi terhadap jumlah penjualan, periode
pengumpulan piutang, persentase piutang yang tidak tertagih, laba perusahaan,
kebijakan diskon, umur piutang dan perputaran piutang.

1.Pengumpulan Piutang untuk Penjualan yang Tidak Berdiskon


Kebijakan kredit yang optimal yaitu keseimbangan antara manfaat yang
diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan dalam pemberian kredit tergantung pada
kondisi masing-masing perusahaan. Manajer kredit harus memantau secara teratur
jangka waktu pengumpulan piutang dan skedul umur piutang dari masing-masing
debitur. Pemantauan langsung memperlihatkan pola arus kas yang dapat dikelola,
tanpa pemantauan yang teratur kemungkinan besar pola arus kas masuk dari
pengumpulan piutang akan kacau. Arus kas dari pengumpulan piutang ini dapat
digunakan untuk menganggarkan jumlah aliran kas yang masuk. Dengan anggaran
aliran kas masuk, maka perusahaan dapat memperkirakan berapa pengeluaran yang
mampu dibiayai oleh perusahaan. Jika dana yang berasal dari penjualan tidak
mencukupi, perusahaan juga dapat merencanakan berapa besarnya dana yang harus
dipinjam dari pihak lain atau bank.

Contoh

Perusahaan “A” melakukan kebijakan kredit untuk tahun 2010, perusahaan ini
menetapkan penjualan kreditnya sebesar 60% dari total penjualan dengan jangka
waktu kredit selama 4 bulan. Dari kredit yang diberikan tersebut pembeli harus
mengangsur hutangnya dengan ketentuan masing-masing sebesar 30 % dibayar pada
bulan pertama dan kedua, dan sebesar 20% masing-masing dibayar pada bulan ketiga
dan keempat setelah bulan penjualan. Penjualan kredit yang direncanakan selama 6
bulan pertama tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Bulan Penjualan Total Penjualan Tunai Penjualan Kredit

Januari Rp. 5.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000

Pebruari Rp. 5.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000

Maret Rp. 6.000.000 Rp. 2.400.000 Rp. 3.600.000

April Rp. 6.000.000 Rp. 2.400.000 Rp. 3.600.000

Mei Rp. 8.000.000 Rp. 3.200.000 Rp. 4.800.000

Juni Rp. 8.000.000 Rp. 3.200.000 Rp. 4.800.000

7
Dari data tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya selama 6
bulan pertama Tahun 2010.

Tabel 1. Perusahaan “A” Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni
2001 (dalam jutaan rupiah)

Bulan Penjualan Bulan Pengumpulan Piutang


Penjualan Kredit
Jan. Peb. Maret April Mei Juni Juli

Januari 3 - 9001) 9001) 6002) 6002) - -

Pebruari 3 - - 900 900 600 600 -

Maret 3.6 - - - 1.08 1.08 720 720

April 3.6 - - - - 1.08 1.08 720

Mei 4.8 - - - - - 1.44 1.44

Juni 4.8 - - - - - - 1.44

Jumlah 22.8 - 900 1.8 2.58 3.36 3.84 4.32

Keterangan:

Penjualan kredit Bulan Januari = Rp. 3.000.000

1) Penerimaan Piutang Bulan Pebruari = 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000

1) Penerimaan Piutang Bulan Maret = 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000

2) Penerimaan Piutang Bulan April = 20% x Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000

2) Penerimaan Piutang Bulan Mei = 20% x Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000

dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.

2.Pengumpulan Piutang untuk Penjualan yang Berdiskon

Untuk meningkatkan penjualan, perusahaan sering memberikan diskon (potongan


tunai) kepada pembeli yang mampu membayar pada periode waktu yang ditentukan.
Lamanya jangka waktu penjualan kredit mengindikasikan kemungkinan adanya
diskon bagi pembeli yang membayar lebih awal, periode diskon, dan periode kredit.

8
Kemungkinan adanya diskon ditunjukkan oleh syarat pembayaran seperti 2 / 10
– net / 30. Artinya, pembeli akan memperoleh diskon sebesar 2% apabila dibayar
maksimal 10 hari setelah pembelian. Jangka waktu pembayaran kredit selama 10 hari
sampai 30 hari, pembeli tidak memperoleh diskon (dibayar bersih sebesar
pembeliannya), dan periode pembayaran kredit tersebut maksimal selama 30 hari
setelah pembelian. Dengan adanya diskon tersebut menguntungkan bagi penjual
dalam 2 hal. Pertama, penjual dapat memperbanyak pembeli baru yang menganggap
bahwa diskon merupakan suatu penurunan harga. Diskon ini akan benar-benar
menguntungkan penjual apabila pembeli mematuhi syarat pembayaran kreditnya.
Kedua, diskon akan memperpendek penagihan piutang karena pembeli akan segera
membayar hutangnya pada periode diskon yang ditawarkan.

Sebagai ilustrasi pengumpulan piutang untuk penjualan kredit yang berdiskon, berikut
ini diberikan contoh sehingga memberikan gambaran yang jelas.

Contoh 2.

Apabila perusahaan “A” sebagaimana Contoh 1 melakukan kebijakan penjualan


kredit yang berdiskon dengan syarat pembayaran 5 / 20, net / 60, maka untuk Tahun
2010 perusahaan menetapkan penjualan kreditnya sebesar 60 % dari total penjualan
dengan jangka waktu kredit selama 4 bulan. Dari pengalaman penjualan kredit dengan
diskon yang diberikan kepada pembeli, cara pembayarannya adalah sebagai berikut:

a. Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 1 s/d 20 hari setelah bulan
penjualan.

b. Sebanyak 20% pembeli membayar dalam waktu 21 s/d 30 hari setelah bulan
penjualan

c. Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 31 s/d 60 hari setelah bulan
penjualan

d. Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 61 s/d 90 hari setelah bulan
penjualan.

e. Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 91 s/d 120 hari setelah bulan
penjualan.

Penjualan kredit yang direncanakan selama 6 bulan pertama Tahun 2010 sebagai
berikut:

9
Bulan Penjualan Total Penjualan Tunai Penjualan Kredit

Januari Rp. 5.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000

Pebruari Rp. 5.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000

Maret Rp. 6.000.000 Rp. 2.400.000 Rp. 3.600.000

April Rp. 6.000.000 Rp. 2.400.000 Rp. 3.600.000

Mei Rp. 8.000.000 Rp. 3.200.000 Rp. 4.800.000

Juni Rp. 8.000.000 Rp. 3.200.000 Rp. 4.800.000

Dari data tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya yang telah
memperhitungkan diskon selama 6 bulan pertama Tahun 2010 sebagai berikut:

Tabel 2. Perusahaan “A” Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni
2007 (dalam jutaan rupiah)

Bulan Pengumpulan Piutang


Bulan Penjualan
Penjualan Kredit
Jan. Peb. Maret April Mei Juni Juli

Januari 3 - 1.4551) 9001) 3001) 3001) - -

Pebruari 3 - - 1.4552) 9002) 3002) 3002) -

Maret 3.6 - - - 1.7463) 1.0803) 3603) 3603)

April 3.6 - - - - 1.746 1.08 360

Mei 4.8 - - - - - 2.3284) 1.4404)

Juni 4.8 - - - - - - 2.328

Jumlah 22.8 - 1.455 1.355 2.946 3.426 4.068 4.488

10
Keterangan:

Penjualan Kredit Bulan Januari = Rp. 3.000.000


1)
Penerimaan Piutang Bulan Pebruari:

Pada periode diskon (1 – 20 hari) = 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000


Diskon = 5% x Rp. 900.000 = Rp. 45.000
= Rp. 855.000

Periode tidak berdiskon (21 – 30 hari) = 20% x Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan Pebruari = Rp. 1.455.000


1)
Penerimaan piutang Bulan Maret = 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000
1)
Penerimaan piutang Bulan April = 10% x Rp. 3.000.000 = Rp. 300.000
1)
Penerimaan piutang Bulan Mei = 10% x Rp. 3.000.000 = Rp. 300.000

Penjualan Kredit Bulan Pebruari = Rp. 3.000.000


2)
Penerimaan Piutang Bulan Maret:

Pada periode diskon (1 – 20 hari) = 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000


Diskon = 5% x Rp. 900.000 = Rp. 45.000
= Rp. 855.000

Periode tidak berdiskon (21 – 30 hari) = 20% x Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan Maret = Rp. 1.455.000


2)
Penerimaan piutang Bulan April = 30% x Rp. 3.000.000 = Rp. 900.000
2)
Penerimaan piutang Bulan Mei = 10% x Rp. 3.000.000 = Rp. 300.000
2)
Penerimaan piutang Bulan Juni = 10% x Rp. 3.000.000 = Rp. 300.000

Penjualan Kredit Bulan Maret = Rp. 3.600.000


3)
Penerimaan Piutang Bulan April:

Pada periode diskon (1 – 20 hari) = 30% x Rp. 3.600.000 = Rp. 1.080.000


Diskon = 5% x Rp. 1.080.000 = Rp. 54.000
= Rp. 1.026.000

Periode tidak berdiskon (21 – 30 hari) = 20% x Rp. 3.600.000 = Rp. 720.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan April = Rp. 1.746.000

11
3)
Penerimaan piutang Bulan Mei = 30% x Rp. 3.600.000 = Rp. 1.080.000
3)
Penerimaan piutang Bulan Juni = 10% x Rp. 3.600.000 = Rp. 360.000
3)
Penerimaan piutang Bulan Juli = 10% x Rp. 3.600.000 = Rp. 360.000

Penjualan Kredit Bulan Mei = Rp. 4.800.000


4)
Penerimaan Piutang Bulan Juni:
Pada periode diskon (1 – 20 hari) = 30% x Rp. 4.800.000 = Rp. 1.440.000
Diskon = 5% x Rp. 1.440.000 = Rp. 72.000
= Rp. 1.368.000

Periode tidak berdiskon (21 – 30 hari) = 20% x Rp. 4.800.000 = Rp. 600.000

Jumlah penerimaan piutang Bulan Juni = Rp. 1.455.000


4)
Penerimaan piutang Bulan Juli = 30% x Rp. 4.800.000 = Rp. 1.440.000
dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.

1.4 RISIKO PENJUALAN KREDIT

Keberhasilan atau kegagalan kebijakan penjualan kredit yang ditetapkan


perusahaan terutama tergantung pada permintaan atas produk yang dijualnya.
Semakin tinggi permintaan atas produk yang ditawarkan, maka semakin
menguntungkan penjualan produk yang bersangkutan. Kebijakan penjualan secara
kredit akan meningkatkan penjualan perusahaan, tetapi juga menimbulkan risiko.
Namun, beberapa risiko yang mungkin timbul dengan kebijakan kredit ini adalah:
periode pengumpulan piutang yang tidak tepat, piutang yang tidak tertagih atau
pembeli tidak membayar hutangnya kepada perusahaan (kredit macet) dan besarnya
investasi yang tertanam dalam piutang tidak seimbang dengan manfaat yang diperoleh
dari kebijakan kredit tersebut.
Untuk mengurangi dan memperkecil risiko kredit di atas, perusahaan dapat
menilai calon debitur berdasar 5K (Karakter, Kapital, Kolateral, Kapasitas dan
Kondisi Ekonomi) sebagaimana telah dijelaskan di muka. Di samping itu,
perusahaan juga perlu memperkirakan besarnya risiko yang mungkin akan dialami
berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lain dengan menganalisa persentase
besarnya piutang yang tidak tertagih dan mengklasifikasikan pelanggan menurut
lamanya umur piutang.

12
Contoh 3.

Suatu perusahaan akan meningkatkan penjualan kreditnya sebesar Rp.


10.000.000 dengan jangka waktu kredit maksimal 4 bulan (120 hari). Berdasarkan
pengalaman, piutang yang tidak dapat ditagih (kredit macet) dikaitkan dengan umur
piutang adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Umur Piutang, Penjualan Kredit dan Kredit Macet

Umur Penjualan Kredit Piutang Tidak Tertagih


Piutang
% Jumlah % Jumlah
(hari)

0 – 20 50 % Rp. 5.000.000 1 % Rp. 50.000

21 – 30 20 % Rp. 2.000.000 2 % Rp. 40.000

31 – 60 10 % Rp. 1.000.000 4 % Rp. 40.000

61 – 90 15 % Rp. 1.500.000 4 % Rp. 60.000

91 – 5% Rp. 500.000 10 % Rp. 50.000


120

Jumlah Rp. 10.000.000 Rp. 240.000

Tabel di atas menunjukkan bahwa risiko besarnya piutang yang tidak tertagih (bad
debt) adalah = Rp. 240.000 atau sebesar (Rp. 240.000 : Rp. 10.000.000) x 100% =
2,4%. Apabila tambahan barang yang dijual secara kredit tersebut memiliki harga
pokok penjualan sebesar Rp. 7.000.000 dan mengakibatkan bertambahnya biaya
operasi sebesar Rp. 1.000.000, maka manfaat (keuntungan) yang diperoleh adalah:

Tambahan Penjualan Kredit = Rp. 10.000.000

Harga Pokok Penjualan = Rp. 7.000.000

Tambahan Laba Kotor = Rp. 3.000.000

Tambahan Biaya Operasi = Rp. 1.000.000

Tambahan Keuntungan = Rp. 2.000.000

Piutang Tidak Tertagih = Rp. 240.000

Tambahan Keuntungan Bersih = Rp. 1.760.000

13
Apabila risiko piutang tidak tertagih sudah dapat diperkirakan, maka informasi
tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan arus kas masuk dari piutang, yaitu
dengan mengurangkan piutang yang ada dengan perkiraan risiko yang tidak tertagih.

1.5 KEBIJAKAN PENAMBAHAN JANGKA WAKTU KREDIT


Kebijakan perusahaan untuk menambah penjualan kredit dapat dilakukan dengan
memperpanjang jangka waktu pengembalian kredit. Kebijakan ini akan meningkatkan
penjualan yang berasal dari pelanggan lama dan masuknya pelanggan baru. Namun
demikian, perpanjangan jangka waktu kredit akan meningkatkan biaya yang harus
ditanggung oleh perusahaan, misalnya tambahan dana untuk investasi pada modal
kerja, investasi pada aktiva tetap dan investasi pada piutang itu sendiri.
Perpanjangan jangka waktu kredit dibenarkan apabila hasil (return) yang
diharapkan dari perpanjangan waktu kredit tersebut lebih besar daripada biaya yang
harus dikeluarkan akibat kebijakan tersebut. Sebaliknya apabila perpanjangan jangka
waktu kredit mengakibatkan biaya yang harus ditanggung lebih besar daripada hasil
yang diperoleh, maka kebijakan tersebut tidak menguntungkan. Untuk lebih jelasnya,
kita lihat contoh berikut.
Contoh 4.
Perusahaan “A” dalam Tahun 2010 telah melakukan penjualan hasil
produksinya sebanyak 80.000 unit. Seluruh penjualan dilakukan secara kredit dengan
jangka waktu 30 hari, Perusahaan merencanakan meningkatkan penjualannya pada
tahun-tahun yang akan datang dengan mengubah jangka waktu kreditnya menjadi 60
hari. Dengan mengubah jangka waktu kredit, penjualan Tahun 2011 diharapkan akan
naik sebesar 125%. Biaya produksi yang ditanggung perusahaan meliputi biaya tetap
sebesar Rp. 22.000.000, biaya variabel per unit Rp. 150,-. Sedangkan harga penjualan
per unit adalah Rp. 500,-. Apabila jangka waktu diperpanjang menjadi 60 hari, maka
biaya tambahan modal yang diperhitungkan sebesar 30%. Apakah kebijakan
perpanjangan jangka waktu kredit tersebut perlu dilaksanakan?
Untuk menyelesaikan masalah di atas, perlu kita lakukan penghitungan
manfaat kenaikan penjualan dan biaya yang dikeluarkan dengan perpanjangan waktu
kredit, yaitu:

1. Menghitung laba Tahun 2010 : Penjualan 80.000 unit

Penjualan = 80.000 x Rp. 500 = Rp. 40.000.000


Biaya Tetap = Rp. 22.000.000
Biaya Variabel = 80.000 x Rp. 150 = Rp. 12.000.000
Harga Pokok Penjualan = Rp. 34.000.000
Laba = Rp. 6.000.000

14
2. Menghitung laba Tahun 2011 : Penjualan 125% x 80.000 unit = 100.000 unit
Penjualan = 100.000 x Rp. 500 = Rp. 50.000.000
Biaya Tetap = Rp. 22.000.000
Biaya variabel - 100.000 x Rp. 150 = Rp. 15.000.000
Harga pokok penjualan = Rp. 37.000.000
Laba = Rp. 13.000.000

3. Menghitung Tambahan laba dan biaya modal Tahun 2011


Dengan perpanjangan waktu kredit dari 30 hari menjadi 60 hari, maka tambahan
laba yang diperoleh adalah = (Tahun 2011 ) Rp. 13.000.000 – (Tahun 2010) Rp.
6.000.000 = Rp. 7.000.000,-Sedangkan tambahan biaya modal dengan tambahan
investasi piutang dapat dihitung sebagai berikut:
Investasi Piutang Tahun 2010 = 30 hari x Rp 34.000.000 = Rp. 2.833.333
360 hari
Investasi Piutang Tahun 2011 = 60 hari x Rp 37.000.000 = Rp. 6.166.667
360 hari

Tambahan modal investasi = Rp. 6.166.667 – Rp. Rp 2.833.333 = Rp. 3.333.333


Tambahan biaya modal = 30% x Rp. 3.333.333 = Rp. 999.999,99 = Rp. 1.000.000
Dari penghitungan tambahan laba dan tambahan biaya di atas ternyata
perpanjangan jangka waktu kredit akan menghasilkan tambahan laba (Rp.
7.000.000) lebih besar dibanding tambahan biaya modalnya, yakni Rp. 1.000.000.
Oleh karena itu, kebijakan memperpanjang jangka waktu kredit dapat dibenarkan.

15

Anda mungkin juga menyukai