PEMBAHASAN
Hubungan antara piutang dagang dan penjualan kredit dimana piutang dagang
khususnya digunakan untuk tagihan yang timbul karena penjualan barang atau jasa
secara kredit, dimana pembeli tidak memberikan surat janji tertulis formal. Jadi secara
rill piutang dagang timbul karena adanya transaksi penjualan kredit, oleh karena itu
besar kecilnya penjualan kredit akan berpengaruh langsung terhadap jumlah piutang
dagang. Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan
barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan di mana dalam
keadaan normal perusahaan, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka
waktu kurang dari satu tahun.
“receivable are claims held against customers and others for money, goods or
services”
piutang adalah klaim uang, barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak
lainnya.
Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr, piutang adalah:
“Amount of money owed to a firm by customers who have bought goods or services on
credit. A current asset. Also called receivables”
Piutang adalah sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli
barang dan jasa secara kredit pada perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa piutang adalah hak
penagihan kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang timbul karena adanya
penjalan barang atau jasa secara kredit dalam jangka waktu satu tahun atau dalam
siklus nrmal perusahaan.
1
Cepat lambatnya piutang dapat dikumpulkan juga dipengaruhi oleh kualitas
pelanggan, baik kualitas kemampuan perusahaan pelanggan maupun kualitas karakter
pelanggan itu sendiri. Penilaian kualitas pelanggan ini dimaksudkan untuk
mengurangi risiko kemungkinan piutang tidak tertagih (bad debt) dan memperkecil
biaya penagihan piutang. Jika kualitas pelanggan menurun maka biaya penagihan
akan meningkat. Informasi kualitas pelanggan ini dapat diperoleh dari laporan
keuangan, operasi perusahaan, sejarah pengembalian kredit pelanggan, asosiasi
pedagang, pesaing, referensi bank dsb. Salah satu cara untuk menilai kualitas
pelanggan tersebut adalah dengan menggunakan penilaian kredit (credit scoring).
Perusahaan yang memiliki banyak pelanggan sering kali menggunakan
cara-cara statistik untuk menentukan kualitas pelanggan dengan memberi nilai (skor)
tertentu pada pelanggan. Skor ini akan menunjukkan kemungkinan seseorang
pelanggan membayar hutangnya. Misalnya, skor 1 adalah bagi pelanggan yang
memiliki kemungkinan hutangnya macet sebesar di bawah 10%, skor 2 kemungkinan
macet sebesar 10% sampai 20%, skor 3 kemungkinan macet antara 20% sampai 30%
dan seterusnya. Pelanggan-pelanggan tersebut dikelompokkan dalam skornya
masing-masing, sehingga perusahaan akan mudah dalam memprediksi kemungkinan
piutangnya macet.
Prinsip pemberian kredit. Untuk menilai pelanggan dapat juga digunakan
sistem 5 K atau 5 C yaitu Karakter (Character), Kapasitas (Capacity), Kapital
(Capital), Kolateral atau jaminan (Collateral), dan Kondisi (Condition). Penilaian
karakter pelanggan ditujukan untuk melihat sejauh mana pelanggan akan memenuhi
kewajiban kreditnya. Karakter merupakan data tentang kepribadian calon pelangan
contohnya sifat pribadi, kebiasaannya, cara hidup keadaan dan latar belakang keluarga
maupun hobinya. Penilaian ini sangat tergantung pada moral pelanggan, kejujuran
untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sebagai faktor terpenting dalam
evaluasi kredit. Kapasitas pelanggan merupakan penilaian yang bersifat subyektif
mengenai kemampuan membayar hutangnya. Kapasitas merupakan kemampuan calon
pelanggan dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pengalaman mengelola
usaha (business record)-nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola, tingkat
pendidikannya. Kemampuan ini dapat dianalisis dari laporan keuangan perusahaan
pelanggan yang bersangkutan. Kapasitas merupakan ukuran dari ability to pay atau
kemampuan dalam membayar. Penilaian kapital dan kolateral (agunan) perusahaan
juga dapat dilihat dari laporan keuangannya. Dari laporan tersebut akan terlihat
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya maupun aktiva yang
digunakan sebagai jaminan. Kapital merupakan kondisi modal atau kekayaan yang
dimiliki perusahaan yang dikelolanya dan nampak pada neraca, laporan rugi-laba,
struktur modal dan berbagai rasio keuangan serta rasio profitabilitas seperti ROI dan
ROE. Kolateral (agunan) merupakan jaminan yang mungkin bisa disita jika calon
pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Penilaian yang terakhir
mengenai kondisi ekonomi yang terkait dengan prospek usaha calon pelanggan.
Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada umumnya yang pada
akhirnya akan mempengaruhi keadaan pelanggan.
Kebijakan pemberian kredit dan lamanya pengumpulan piutang sebagaimana
dijelaskan di atas sangat mempengaruhi pengelolaan piutang. Kebijakan pemberian
kredit dan jangka waktu pengumpulan piutang tersebut pada akhirnya dapat
digunakan untuk menentukan besarnya persentase penjualan kredit terhadap penjualan
total.
2
Besar kecilnya dana yang diinvestasikan dalam piutang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
a). Besar-kecilnya volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit
akan semakin besar investasi pada piutang.
b). Syarat Pembayaran, dalam penjualan kredit selalu tertera kapan piutang jatuh
tempo dan apakah ada diskon yang diberikan. Misalnya ada syarat pembayaran
5/10 –n/60 artinya jika piutang dibayar paling lambat 10 hari dari tanggal
penjualan akan diberi diskon sebesar 5 % dan batas akhir pembayaran selama 60
hari. Semakin panjang jangka waktu kredit yang diberikan akan semakin besar
investasi pada piutang.
c). Plafon Kredit, dalam penjualan kredit masing-masing pelanggan diberi batas
maksimal kredit yang bisa diambil (plafon kredit) dan besarnya tidak harus sama
tergantung dari besarnya usaha serta tingkat kepercayaan perusahaan terhadap
pelanggan.
Contoh:
3
Jika keadaan ini terus stabil, maka besarnya piutang juga stabil, yaitu sebesar
penjualan kredit per hari x jangka waktu penagihan. Untuk contoh di atas, maka
jumlah piutang adalah sebesar Rp. 20.000 x 10 = Rp. 200.000.
Bagaimana dengan biaya dan penghasilan yang muncul dengan kebijakan
kredit?. Untuk melangsungkan usaha perlu membeli persediaan. Untuk membeli
persediaan tersebut, memerlukan dana yang dapat diperoleh dari modal sendiri
maupun pinjaman kepada bank atau suplier. Dana tersebut akan dibelikan persediaan,
kemudian persediaan akan dijual dan menimbulkan piutang (yang dijual secara kredit),
karena penjual menginginkan keuntungan maka harga jualnya akan lebih tinggi dari
harga belinya. Jadi, jika harga pokok penjualan (terdiri dari harga beli ditambah
biaya-biaya operasi yang lain) rata-rata per hari mencapai Rp. 100.000 dan kita
menginginkan laba 25%, maka penjualannya menjadi 125% x Rp. 100.000 = Rp
125.000.
4
Tingkat perputaran piutang dapat dicari dengan membagi jumlah penjualan kredit
bersih (net credit sales) per tahun dengan rata-rata piutang (average receivables).
Perputaran piutang tersebut dihitung dalam jangka waktu satu tahun. Jika
perputaran piutang sebanyak 5 kali, artinya bahwa dalam satu tahun piutang
perusahaan tersebut berputar sebanyak 5 kali. Jika satu tahun dihitung 360 hari, maka
hari rata-rata pengumpulan piutangnya adalah 360 hari : 5 kali = 72 hari untuk setiap
kali perputaran. Tingkat perputaran piutang ini mempunyai efek terhadap besar
kecilnya modal yang tertanam dalam piutang. Semakin tinggi perputaran piutang
berarti modal yang tertanam dalam investasi makin kecil, karena dana yang tertanam
dalam piutang semakin cepat kembali sebagai kas masuk. Kas masuk ini selanjutnya
digunakan lagi untuk membeli persediaan barang yang kemudian dijual lagi, demikian
seterusnya.
Contoh lainnya:
Misalnya PT. ABC memiliki informasi mengenai penjualan tahun 20xx sebesar Rp
200 dan tahun 20xy Rp 180, piutang awal tahun 20xx Rp 40 dan akhir tahun Rp 60,
sedangkan piutang awal tahun 20xy Rp 50 dan akhir tahun Rp 30. Perputaran piutang
dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dalam tabel
Hari rata-rata pengumpulan piutang adalah sangat penting, makin lama makin buruk
bagi kas perusahaan, dan sebaliknya. Perputaran piutang yang tinggi sangat baik bagi
perusahaan, karena investasi dalam piutang rendah, dan sebaliknya.
Cara lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan piutang
dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini. PT. ABC memiliki nilai penjualan per
tahun Rp 180, seluruhnya dijual kredit 30 hari, dengan ketentuan, jika pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 sejak tanggal penjualan,
5
diberikan potongan tunai 2%, model ini lazim disebut 2/10, net 30. Dari jumlah
trersebut, 60% dibayar dalam waktu 10 hari, dan sisanya dalam waktu 30 hari.
Berdasarkan informasi tersebut dapat dihitung :
Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Outstanding atau DSO) atau Periode Penagihan
Rata-rata (Average Collection Period atau ACP) adalah : 0,60(10) + 0,40(30) = 18
hari.
Penjualan Harian Rata-rata (Average Daily Sales atau ADS), dengan asumsi satu
tahun 360 hari kerja : (Rp 180/360) = Rp 0,50.
Piutang PT ABC sepanjang tahun setiap saat sebesar : (Jangka Waktu Penagihan x
Penjualan Harian Rata-rata) = (18 hari x Rp 0,50) = Rp 9.
Periode Penagihan Rata-rata atau Jangka Waktu Penagihan dapat dihitung dengan
rumus :
Manajer keuangan harus mengetahui penjualan per hari secara kredit dan jumlah
rata-rata piutang sepanjang tahun di setiap saat. Dengan mengetahui kedua unsur
tersebut, ia dapat mengatur arus kas masuk dari tagihan piutang.
6
Kapital dan Kondisi). Banyaknya kredit yang macet (piutang tidak tertagih) akan
menyulitkan kelangsungan usaha, oleh karena itu perlu sikap tegas agar pengembalian
piutang tidak terganggu. Perusahaan perlu memperhitungkan keseimbangan antara
manfaat dan biaya yang mungkin diderita dalam kebijakan pengumpulan piutang.
Kebijakan pengumpulan piutang sebenarnya dapat diubah pada periode tertentu.
Perubahan kebijakan tersebut membawa implikasi terhadap jumlah penjualan, periode
pengumpulan piutang, persentase piutang yang tidak tertagih, laba perusahaan,
kebijakan diskon, umur piutang dan perputaran piutang.
Contoh
Perusahaan “A” melakukan kebijakan kredit untuk tahun 2010, perusahaan ini
menetapkan penjualan kreditnya sebesar 60% dari total penjualan dengan jangka
waktu kredit selama 4 bulan. Dari kredit yang diberikan tersebut pembeli harus
mengangsur hutangnya dengan ketentuan masing-masing sebesar 30 % dibayar pada
bulan pertama dan kedua, dan sebesar 20% masing-masing dibayar pada bulan ketiga
dan keempat setelah bulan penjualan. Penjualan kredit yang direncanakan selama 6
bulan pertama tahun 2010 adalah sebagai berikut:
7
Dari data tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya selama 6
bulan pertama Tahun 2010.
Tabel 1. Perusahaan “A” Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni
2001 (dalam jutaan rupiah)
Keterangan:
8
Kemungkinan adanya diskon ditunjukkan oleh syarat pembayaran seperti 2 / 10
– net / 30. Artinya, pembeli akan memperoleh diskon sebesar 2% apabila dibayar
maksimal 10 hari setelah pembelian. Jangka waktu pembayaran kredit selama 10 hari
sampai 30 hari, pembeli tidak memperoleh diskon (dibayar bersih sebesar
pembeliannya), dan periode pembayaran kredit tersebut maksimal selama 30 hari
setelah pembelian. Dengan adanya diskon tersebut menguntungkan bagi penjual
dalam 2 hal. Pertama, penjual dapat memperbanyak pembeli baru yang menganggap
bahwa diskon merupakan suatu penurunan harga. Diskon ini akan benar-benar
menguntungkan penjual apabila pembeli mematuhi syarat pembayaran kreditnya.
Kedua, diskon akan memperpendek penagihan piutang karena pembeli akan segera
membayar hutangnya pada periode diskon yang ditawarkan.
Sebagai ilustrasi pengumpulan piutang untuk penjualan kredit yang berdiskon, berikut
ini diberikan contoh sehingga memberikan gambaran yang jelas.
Contoh 2.
a. Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 1 s/d 20 hari setelah bulan
penjualan.
b. Sebanyak 20% pembeli membayar dalam waktu 21 s/d 30 hari setelah bulan
penjualan
c. Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 31 s/d 60 hari setelah bulan
penjualan
d. Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 61 s/d 90 hari setelah bulan
penjualan.
e. Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 91 s/d 120 hari setelah bulan
penjualan.
Penjualan kredit yang direncanakan selama 6 bulan pertama Tahun 2010 sebagai
berikut:
9
Bulan Penjualan Total Penjualan Tunai Penjualan Kredit
Dari data tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya yang telah
memperhitungkan diskon selama 6 bulan pertama Tahun 2010 sebagai berikut:
Tabel 2. Perusahaan “A” Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni
2007 (dalam jutaan rupiah)
10
Keterangan:
Periode tidak berdiskon (21 – 30 hari) = 20% x Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000
Periode tidak berdiskon (21 – 30 hari) = 20% x Rp. 3.000.000 = Rp. 600.000
Periode tidak berdiskon (21 – 30 hari) = 20% x Rp. 3.600.000 = Rp. 720.000
11
3)
Penerimaan piutang Bulan Mei = 30% x Rp. 3.600.000 = Rp. 1.080.000
3)
Penerimaan piutang Bulan Juni = 10% x Rp. 3.600.000 = Rp. 360.000
3)
Penerimaan piutang Bulan Juli = 10% x Rp. 3.600.000 = Rp. 360.000
Periode tidak berdiskon (21 – 30 hari) = 20% x Rp. 4.800.000 = Rp. 600.000
12
Contoh 3.
Tabel di atas menunjukkan bahwa risiko besarnya piutang yang tidak tertagih (bad
debt) adalah = Rp. 240.000 atau sebesar (Rp. 240.000 : Rp. 10.000.000) x 100% =
2,4%. Apabila tambahan barang yang dijual secara kredit tersebut memiliki harga
pokok penjualan sebesar Rp. 7.000.000 dan mengakibatkan bertambahnya biaya
operasi sebesar Rp. 1.000.000, maka manfaat (keuntungan) yang diperoleh adalah:
13
Apabila risiko piutang tidak tertagih sudah dapat diperkirakan, maka informasi
tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan arus kas masuk dari piutang, yaitu
dengan mengurangkan piutang yang ada dengan perkiraan risiko yang tidak tertagih.
14
2. Menghitung laba Tahun 2011 : Penjualan 125% x 80.000 unit = 100.000 unit
Penjualan = 100.000 x Rp. 500 = Rp. 50.000.000
Biaya Tetap = Rp. 22.000.000
Biaya variabel - 100.000 x Rp. 150 = Rp. 15.000.000
Harga pokok penjualan = Rp. 37.000.000
Laba = Rp. 13.000.000
15