DISUSUN
OLEH
TA 2019/2020
HALAMAN JUDU L
i
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan
anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Kewirausahaan yang
berjudul “Hukum dan Etika Bisnis ”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan di masa akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik bagi penulis maupun bagi
pembaca. Penulis mohon maaf jika terjadi kesalahan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 2
iii
I. Etika Bisnis di Indonesia ....................................................................................................... 13
J. Pelanggaran Yang Akan Diterima Jika Perusahaan Tidak Menerapkan Etika Didalam
Bisnisnya ....................................................................................................................................... 14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah Hukum Bisnis merupakan sesuatu yang masih baru di Indonesia. Kata ’Bisnis’
dipinjam dari Bahasa Inggris yaitu business, yang artinya urusan, usaha atau melakukan kegiatan
yang bermanfaat yang mendatangkan keuntungan dan berguna. Kegiatan yang demikian di
Indonesia dikenal dengan istilah dagang, sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang Stbl 1938 No.276.
Hukum bisnis adalah perangkat hukum yang mengatur suatu tatacara dan pelaksanaan
suatu urusan atau suatu kegiatan perdagangan, industri, ataupun tentang kegiatan keuangan yang
berhubungan dengan kegiatan pertukaran barang dan jasa, kegiatan produksi maupun suatu
kegiatan menempatkan uang yang dilakukan oleh para pengusaha bisnis dengan usaha dan usaha
yang lainnya, dimana enterpineur sudah mempertimbangkan suatu segala resiko yang mungkin
terjadi.
1. Munir Fuady
Menurut Munir Fuady menyatakan bahwa Hukum Bisnis merupakan suatu perangkat atau kaidah
hukum termasuk upaya penegakannya yang mengatur mengenai tata cara pelaksanaan urusan
atau aktivitas dagang , industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau
pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para enterpeneur dalam risiko
tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan.
3
2. Abdul R.Saliman dkk
Menurut Abdul R.Saliman dkk menyatakan bahwa Hukum Bisnis atau Business Law/Bestuur
Rechts merupakan keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis, yang mengatur hak dan kewajiban yang muncul dari perjanjian-perjanjian maupun
suatu perikatan-perikatan yang terjadi dalam praktek bisnis.
Menurut Dr. Johannes Ibrahim, SH, M.Hum menyatakan Hukum Bisnis merupakan seperangkat
kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur serta menyelesaikan berbagai persoalan yang
muncul dalam kegiatan antar manusia, khususnya dalam bidang perdagangan.1
Berfungsi sebagai sumber informasi yang bermanfaat bagi semua pelaku bisnis.
1
Biltar, “Hukum Bisnis : Pengertian, Tujuan, Fungsi, Sumber & Ruang Lingkupnya Lengkap
“, https://seputarilmu.com/2018/12/hukum-bisnis.html
4
Berfungsi memberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban dalam praktik bisnis.
Pelaku bisnis bisa mengetahui hak dan kewajibannya saat mambangun sebuah usaha agar
usaha mereka tidak menyimpang dari aturan yang ada didunia perbisnisan yang telah
tertulis di undang-undangan dan tidak ada yang dirugikan.
Berfungsi mewujudkan watak dan perilaku pelaku bisnis sehingga terwujud kegiatan di
bidang bisnis atau kegiatan usaha yang Jujur, adil, Sehat dan dinamis kerena di jamin
oleh kepastian hukum2
Dasar hukum yang tertulis sudah ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang mulai diberlakukan di Indonesia sejak tahun 1848
berdasarkan asas konkordansi. Namun demikian, dasar hukum dari hukum bisnis di Indonesia
yang tertulis adalah sebagai berikut:
Ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya belum berubah yang mengatur tentang
berbagai aspek dari hukum bisnis, meskipun sudah barang tentu sudah banyak dari ketentuan
tersebut yang sudah usang dimakan zaman. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Dagang yang pada
prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai berikut:
c. Pengangkutan laut
2
Mughnifar Ilham, “Hukum Bisnis – Pengertian, Tujuan, Fungsi, Latar & Ruang Lingkup”,
https://materibelajar.co.id/hukum-bisnis/
5
Ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku, tetepi telah banyak
berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam
KUH Dagang yang ada pada prinsipnya masih berlaku, tetapi telah banyak berubah adalah
pengaturan tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Pembukuan Dagang
b. Asuransi
Ketentuan dalam KUH Dagang yang telah dicabut dan diganti dengan perundang-
undangan yang baru sehingga secara yuridis formal tidak berlaku lagi. Yakni ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis berupa:
a. Perseroan Terbatas
b. Pembukuan Perseroan
Ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya belum berubah yang mengatur
tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata yang pada
prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Kontrak
b. Jual Beli
6
Ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku, tetapi telah banyak
berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam
KUH Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku, tetapi banyak berubah adalah pengaturan
tentang hal sebagai berikut:
Selanjutnya, ada juga ketentuan dalam KUH Perdata yang telah dicabut dan diganti
dengan perundang-undangan yang baru sehingga secara yudiris formal tidak berlaku lagi. Yakni
ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis berupa:
b. Perburuhan
7. Perundang-undangan yang Tidak Terkait dengan KUH Dagang maupun KUH Perdata
Banyak juga ketentuan perundang-undangan Indonesia yang mengatur berbagai facet dari
hukum bisnis yang tidak terkait, baik dengan KUH Dagang maupun dengan KUH Perdata.
Ketentuan yang tidak terkait dengan KUH Perdata atau KUH Dagang tersebut, antara lain adalah
ketentuan-ketentuan tentang hal-hal sebagai berikut:
e. Pembiayaan
7
f. Hak atas Kekayaan Intelektual
g. Anti Monopoli
h. Perlindungan Konsumen
j. Bisnis Internasional3
Etika bisnis merupakan suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus diikuti apabila
menjalankan bisnis. Etika sebagai norma dalam suatu kelompok bisnis akan dapat menjadi
pengingat anggota bisnis satu dengan lainnya mengenai suatu tindakan yang terpuji (good
conduct) yang selalu harus dipatuhi dan dilaksanakan. Etika didalam bisnis sudah tentu harus
disepakati oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan bisnis yang terkait tersebut.
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang
mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis). Kebenaran disini yang dimaksud
adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh
masyarakat, perusahaan dan individu. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah
bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan
dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan
nilai – nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan.
3
Saputra, “Hukum Bisnis Dan Etika Bisnis”, http://saputraatjeh.blogspot.com/2012/06/bab-pendahuluan.html, diakses
pada 1 November 2019 pukul 8.06
8
Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:80), etika bisnis adalah istilah yang sering
digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika seseorang manajer atau karyawan suatu
organisasi.
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogjakarta: Penerbit Kanisius, 2000, Hal. 5), Etika
Bisnis adalah pemikiran refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan
bisnis
Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat. Bisnis juga membutuhkan etika yang
setidaknya mampu memberikan pedoman bagi pihak – pihak yang melakukannya.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
Pengendalian diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
9
Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana
sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana
kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
Ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini
memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan
mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering
dibahas adalah corporate social responsibility.
Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika
bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia
bisnis di AS.
Di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian.
Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang
disebutEuropean Business Ethics Network (EBEN).
10
Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia.Telah
didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli
1996.
Prinsip otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan
bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan
yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang
berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
Kesatuan (Unity)
Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep yang memadukan keseluruhan aspek
aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang
homogen,serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis,tetapi kebebasan itu tidak
merugikan kepentingan kolektif.Kepentingan individu dibuka lebar.Tidak adanya batasan
pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala
potensi yang dimilikinya.
11
Kebenaran (kebajikan dan kejujuran)
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan,
mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.Dalam konteks bisnis kebenaran
dimaksudkan sebagia niat,sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses
mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau
menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis sangat menjaga dan
berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan
transaksi ,kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis.
Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada
konsumen, dan lain-lain.
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat
dan prinsip keadilan.
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak
menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan dan
kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. secara logis prinsip ini
berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas
dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
12
H. Tujuan Etika Bisnis
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral dan memberikan batasan-batasan
para pelaku bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau
dirty business yang bisa merugikan banyak pihak yang terkait dalam bisnis tersebut.
Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang
baik (etis) agar bisnis itu pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi
etis dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan
yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis, dan oleh
karenanya membawa serta tanggungjawab etis bagi pelakunya
Di Indonesia, etika bisnis merupakan sesuatu yang lama tetapi sekaligus baru. Sebagai
sesuatu yang bukan baru, etika bisnis eksis bersamaan dengan hadirnya bisnis dalam masyarakat
Indonesia, artinya usia etika bisnis sama dengan usia bisnis yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia.
Secara normatif, etika bisnis di Indonesia baru mulai diberi tempat khusus semenjak
diberlakukannya UUD 1945, khususnya pasal 33. Satu hal yang relevan dari pasal 33 UUD 45
ini adalah pesan moral dan amanat etis bahwa pembangunan ekonomi negara RI semata-mata
demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang merupakan subyek atau pemilik negeri ini.
Jadi pembangunan ekonomi Indonesia sama sekali tidak diperuntukkan bagi segelintir orang
untuk memperkaya diri atau untuk kelompok orang tertentu saja yang kebetulan tengah berposisi
strategis melainkan demi seluruh rakyat Indonesia. Dua hal penting yang menjadi hambatan bagi
13
perkembangan etika bisnis di Indonesia adalah budaya masyarakat Indonesia dan kondisi sosial-
politik di Indonesia.4
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk
meraih keuntungan, yang sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 yang berbunyi “Pelaku
usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan
pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
sehat”. Pasal ini menjelaskan tentang Tender adalah tawaran mengajukan harga untuk
memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan
jasa. Dan unsur dari bersekongkol itu sendiri adalah kerjasama antara dua pihak atau
lebih, secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian
dokumen dengan peserta lainnya, membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan,
menciptakan persaingan semu, menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya
persekongkolan, tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau
sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka
memenangkan peserta tender tertentu, pemberian kesempatan eksklusif oleh
penyelenggara tender atau pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada
pelaku usaha yang mengikuti tender, dengan cara melawan hukum.
Hal diatas adalah pelanggaran yang akan diterima kepada perusahaan yang tidak
menerapkan etika didalam bisnisnya karena memiliki unsur kecurangan. Hal lain yang
menjadikan pelanggaran terhadap perusahaan yang tidak menerapkan etika didalam
bisnisnya adalah pegawai perusahaan yang melakukan pelanggaran Pedoman Etika
4
Rindah Tiara Sari, “Makalah Etika Bisnis”, https://www.academia.edu/30127931/Makalah_Etika_Bisnis diakses
pada 1 November 2019 pukul 8.40
14
Bisnis dan Etika Kerja (Code of Conduct) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengenaan sanksi atas bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Komisaris dan
Direksi, berpedoman pada anggaran dasar perusahaan dan keputusan RUPS. Sedangkan
pengenaan sanksi terhadap pegawai perusahaan dilakukan sesuai dengan kesepakatan
dalam Peraturan Disiplin Pegawai (PDP) maupun aturan kepegawaian yang berlaku.
Pelaporan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai tanpa disertai
dengan bukti-bukti pelanggaran dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Dari contoh pelanggaran diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang
menjadikan perusahaan untuk menerapkan etika di dalam bisnisnya bukanlah dari
perusahaan itu sendiri melainkan adanya kejujuran dari para pegawai yang bekerja di
perusahaan tersebut sehingga dapat menciptakan suasana kerja yang damai serta
menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang menerapkan etika didalam
bisnisnya.5
5
Audry Anjany, “HUKUM BISNIS MELAKUKAN BISNIS DENGAN CARA TIDAK MELANGGAR HUKUM”,
http://audryanjani.blogspot.com/2016/03/makalah-hukum-bisnis.html diakes pada 1 November pukul 8.37
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah hukum bisnis itu terdiri dari 2 kata, yaitu kata “hukum” dan “bisnis”.
Dimana banyak sudah diberikan kepada kata “hukum” meskipun tidak ada satu definisi pun yang
dapat dikatakan lengkap dan menggambarkan apa arti hukum secara utuhEtika bisnis merupakan
studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada
standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika
bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system
dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan
barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan
sebuah harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya
informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas.
Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis dan
jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya
persaingan bisnis menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam
bisnis.
16
bagi seluruh elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika dalam berbisnis sangatlah
penting.
B. Saran
Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin
menerapkan etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang terjadi
pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang berat apabila
ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga etika di dalam bisnis pun dapat berjalan
dengan baik dan lancer di perusahaan tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
N.Nuryesrnan. (1996) M, Moral dan Etika Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen.
Purba Victor. (1994) Hukum Bisnis Dalam Kegiatan Bisnis Para Manajer, Manajemen, 1993.
Dunia Bisnis, Warta Ekonomi, No. 29, Desember 1994.
Munir Fuady. (2005). Pengantar Bisnis Hukum (Menata Bisnis Modern di Era Global)
http://dewity.blogspot.com/2012/10/peran-etika-bisnis-dalam-perusahaan.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/01/peranan-etika-dalam-bisnis
http://arieedwi.blogspot.com/2012/05/etika-dalam-bisnis.html
http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2729:etika-bisnis-
berpengaruh-dalam-berwirausaha-edit-mar&catid=44:dasar-dasar-kewirausahaan&Itemid=69
18