Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PRAKTIKUM SEMESTER V

PERAWATAN DAN PERBAIKAN

Disusun oleh :

Aryo Panji Satrio (3.31.17.1.05)


Kamal Abdul Chakim (3.31.17.1.11)
Nur Athfi Oktafiyanti (3.31.17.1.17)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019
BAB I
PANEL KONTROL MESIN PEMANAS (TANUR LISTRIK)
1. Tujuan Khusus:
Setelah Melaksanakan Praktek mahasiswa dapat:
 Membaca gambar rangkaian control panel mesin Pemanas Listrik
 Memeriksa kondisi peralatan yang akan diapaki pada panel control dalam
kondisi baik atau rusak
 Merakit panel control mesin Pemanas Listrik
 Mengoperasikan panel control Pemanas Listrik
 Mencari penyebab kerusakan dan memperbaiki panel control

2. Teori Pendahuluan
Mesin Pemanas Listrik (Tanur Listrik) adalah sebuah mesin untuk memanaskan
bahan produksi. Tanur listrik ini bekerja dua tahap pemanasan. Pertama bahan
dipanaskan sampai suhu 800o C, tahap berikutnya dipanaskan dari 800o C sampai
820o C selama beberapa waktu yang di tentukan telah tercapai proses pemanasan
berhenti, Heater mati dan pintu tanur membuka, dengan lengan mekanik akan
mengambil bahan yang telah di panaskan dan di taruh pada tempat tertentu,
jatuhnya benda yang telah di panaskan tersebut mengenai sensor sehingga ban
berjalan bergerak kembali untuk membawa kembali bahan yang akan dipanaskan
masuk pada tanur listrik untuk dipanaskan, proses ini akan berulang terus sampai
yang akan di panaskan habis.
3. Alat dan Bahan yang dipakai
a. MCB 3 fasa 10 A 3 buah
b. MCB 1 fasa 6 A 1 buah
c. Kontaktor 4 buah
d. Kontak bantu 4 buah
e. TOLR 2 buah
f. Timer 2 buah
g. Push button 3 buah
h. Emergency switch 1 buah
i. Lampu indicator 8 buah
j. Line up terminal 10mm 45 buah
k. Box panel lengkap 75x 45 x 20 1 buah
l. Profil C alumunium 1,5 m
m. Wire duct plast 43 x 43 mm 2 lonjor
n. Kabel NYAF 1mm 15 m
o. Kabel NYAF 4 x 1,5 mm 10 m
p. Lampu tanda 8 buah
q. Limit switch 3 buah

4. Gambar Rangkaian
5. Langkah Kerja
a. Memeriksa semua peralatan yang akan dipakai apakah masih baik atau sudah
rusak.
b. Mempelajari gambar diagram pengawatan dan diagram waktu dengan teliti
c. Mempersiapkan panel beserta perlengkapan profit, dack panel dll
d. Memasang peralatan panel, profit C, dack panel dll
e. Memasang pengawatan pada peralatan panel
f. Memeriksa hubungan pengawatan apakah sudah baik tidak ada hubung singkat
g. Mencoba panel dengan tegangan nominal
h. Memasang panel pada tempat yang telah disediakan
i. Menghubungkan panel dengan mesin
j. Mencoba untuk dioperasikan
k. Jika ada kerusakan segera diperbaiki / diganti

6. Diskripsi Kerja
1. Mesin pemanas ini akan bekerja secara otomatis.tombol start S11 di tekan
maka konveyor (K11m) akan bekerja dan membawa barang yang akan di
panaskan.
2. Jika ada barang yang masuk tanur dan mengenai sensor S12AE maka
konveyor akan berhenti dan menghidupkan kontaktor K13 sebagai penutup
pintu tanur.
3. Saat K13 bekerja menutup pintu tanur, sehingga akan menekan LS1, sehingga
K14M juga akan menutup pintu tanur sisi 2 sehingga mengenai LS2.
4. Lalu K18M (pemanas pertama) bekerja. Proses pemanasan berlangsung
sampai suhu 800o C yang di kendalikan oleh Th1, pada saat ini heater bekerja
secara bintang. Heater bekerja secara delta sampai suhu 820o C dan Th 2 akan
mematikan Heater.
5. Pintu keluar (pintu sisi 2) akan membuka dan lengan mekanik akan mengambil
bahan yang telah diproses sehingga masuk dalam tempat penampung dan
mengenai sensor.
6. Sensor ini akan memerintahkan konveyor bergerak kembali membawa bahan
yanag akan dipanaskan, demikian proses akan mengulang terus sampai bahan
habis.

7. Kesimpulan
a. Sebelum praktek, alat dan bahan harus dipastikan dalam kondisi baik.
b. Dikarenakan praktek dilaksanakan secara berkelompok, maka sebelum praktek
harus dilakukan pembagian tugas agar pekerjaan bisa dikerjakan secara efektif
dan efisien.
c. Setiap terjadi trouble shooting maka harus dicatat dan dianalisa penyebab
kesalahannya.
d. Dalam praktek harus selalu mengingatkan apabila ada rekan praktek yang
bertindak dengan mengabaikan keselamatan kerja.
BAB II
PANEL KONTROL MESIN PENGHEMBUS UDARA (AIR BLAST)

1. Tujuan Khusus
Setelah Melaksanakan Praktek mahasiswa dapat:
 Membaca gambar rangkaian control panel mesin Air Blast
 Memeriksa kondisi peralatan yang akan diapaki pada panel control dalam
kondisi baik atau rusak
 Merakit panel control mesin Air Blast
 Mengoperasikan panel control Air Blast
 Mencari penyebab kerusakan dan memperbaiki panel control

2. Teori Pendahuluan
Air Blast merupakan suatu proses tranformasi yang menggunakan tenaga
hembusan angin. Mesin ini dapat difungsikan sebagai pemindah bahan berupa
serbuk atau biji bijian seperti Tepung, makanan ternak atau semen. Jika bahan
yang ada di suatu tempat penimbunan akan dipindahkan ke tempat untuk proses
berikutnya. Maka proses pemindahan ini dapat menggunakan angin yang di
hembuskan dari fan, dengan melewati pipa saluran., maka bahan yang berupa
serbuk, semen, tepung dan biji bijian tersebut di lewatkan pada pipa dan
dihembuskan angin dari fan sehingga sampai disuatu tempat yang ditentukan
untuk proses selanjutnya. Semua proses transportasi tersebut berada dalam lorong
pipa yang tertutup. Sehingga tidak sampai berhamburan.

3. Alat dan Bahan yang dipakai


a. MCB 3 fasa 10 A 3 buah
b. MCB 1 fasa 6 A 1 buah
c. Kontaktor 4 buah
d. Kontak bantu 4 buah
e. TOLR 4 buah
f. Relay 4 buah
g. Timer 2 buah
h. Push button 5 buah
i. Emergency switch 1 buah
j. Lampu indicator merah 4 buah
k. Lampu indicator hijau 4 buah
l. Line up terminal 10mm 40 buah
m. Box panel lengkap 75x 45 x 20 1 buah
n. Profil C alumunium 1,5 m
o. Wire duct plast 43 x 43 mm 2 lonjor
p. Kabel NYAF 1mm 20 m
q. Kabel NYAF 4 x 1,5 mm 10 m
4. Gambar Rangkaian
5. Langkah Kerja
a. Memeriksa semua peralatan yang akan dipakai apakah masih baik atau sudah
rusak.
b. Mempelajari gambar diagram pengawatan dan diagram waktu dengan teliti
c. Mempersiapkan panel beserta perlengkapan profit, dack panel dll
d. Memasang peralatan panel, profit C, dack panel dll
e. Memasang pengawatan pada peralatan panel
f. Memeriksa hubungan pengawatan apakah sudah baik tidak ada hubung singkat
g. Mencoba panel dengan tegangan nominal
h. Memasang panel pada tempat yang telah disediakan
i. Menghubungkan panel dengan mesin
j. Mencoba untuk dioperasikan,Jika ada kerusakan segera diperbaiki / diganti

6. Diskripsi Kerja
1. Mesin penghembus udara ini mempunyai dua buah motor, motor ini di
gunakan sebagai blower dan penggetar. Alat ini mempunyai 2 fungsi
operasiyaitu otomatis dan manual.
2. Saat kedudukan otomatis, system kerjanya di control menggunakan sensor dan
timer. Saat tombol start (S6B) di tekan maka kontaktor utama K6M pengasutan
star delta bekerja.Motor akan bekerja dengan pengasutan star terlebih dahulu
yang dikendalikan menggunakan kontaktor K7M.
3. Saat sensor sudah mendeteksi adanya aliran maka kontaknya akan menutup
dan menghidupkan kontaktor penggetar ( K13M). Proses ini akan bekerja
secara normal.Saat K7M bekerja timer K11T juga bekerja sehingga apabila
setting watu timer sudah tercapai K7M akan mati dan pengasutan motor akan
berubah delta yang dikendalikan menggunakan kontaktor K8Mkarena sudah
ada beban yang akan dihembuskan.
4. Saat bak penampung penuh maka sensor akan mendeteksi sehingga K16
bekerja dan secara otomatis timer K14T bekerja. Setelah beberapa saat maka
kontak K14T yang terdapat pada kontaktor penggetar akan membuka
mematikan kontaktor K13M penggetar.
5. Saat posisi manual saat tombol start S6B untuk blower ditekan maka blower
akan bekerja bintang dan secara otomatis menggunakan timer akan bekerja
delta. Setelah blower bekerja tombol start S14 untuk penggetar baru bisa
ditekan dan menghidupkan kontaktor penggetar. Proses bekerja secara normal.
Saat pada bak penampung sudah penuh maka yang pertama kali di matikan
adalah kontaktor penggetar. Setelah penggetar mati maka blowerdapat
dimatikan.

7. Kesimpulan
Mekanisme kerja dari Mesin Air Blast memiliki tingkat pemahaman yang
mudah, yang perlu diperhatikan adalah mengenai ketelitian pembacaan rangkaian
dan kekuatan dalam pengencangan setiap sambungan kabel baik dalam komponen
maupun di tiap terminal. Dalam bab ini kita diharapkan dapat menguasai sistem
kerja manual dan otomatis dalam rangkaian kontrol panel yang di aplikasikan pada
Mesin Air Blast (Penghembus Udara).
Kerusakan atau trouble timbul akibat kurang teliti dalam penyambungan
kabel, alat yang kurang memadai, serta komponen baru yang perlu dipelajari lebih
awal. Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok pun sangat
mempengaruhi hasil kerja dari perakitan Panel Kontrol Mesin Air Blast ini. Jadi,
dalam hal efisien waktu dan efisien kerja telah tercapai secara maksimal.

BAB III
INSTALASI PENERANGAN PADA RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM
INFORMAASI LAMPU DAN BELL

1. Tujuan Khusus
Setelah Melaksanakan Praktek mahasiswa dapat :
 Membaca Gambar Instalasi Penerangan dengan system informasi lampu dan
bell
 Memeriksa kondisi peralatan yang akan di pakai pada Instalasi penerangan
dalam kondisi baik atau rusak
 Memasang Instalasi Penerangan pada rumah sakit dengan system informasi
lampu dan bell
 Memperbaiki bagian yang rusak atau tidak fungsi

2. Teori Pendahuluan
Instalasi penerangan banayak di terapkan pada bangunan bangunan rumah tingkat,
kantor, pabrik dll. Pada Prinsipnya system yang digunakan sama dan sama dalam
pengoperasisannya, namun ada beberapa sedikit perbedaan pada system
penerangan pada rumah sakit, terutama instalasi pada kamar pasien yang
dilengkapi dengan lampu dan panggil atau bell. Sarana pemanggilan ini sangat
penting apabila pasien memerlukan perawat jaga, jika pasien dalam keadaan
darurat. Pemasangan sarana pemanggilan ini pada masing masing berbeda
tergantung banyak kamar yang dihuni dan fungsi masing masing kamar untuk
pasien. Pemasangan lampu tanda pemanggilan biasanya di letakkan pada tiga
tempat, seperti pada tempat perawat jaga, pintu blok, dan kamar pasien. Demikian
pula dengan system alarm, hanya bedanaya satu alarm tergantung di pasang pada
kamar pasien semua ini adalah untuk memudahkan pasien jika memanggil perawat
jaga atau sebaliknya jika perawat member tanda apada pengunjung untuk segesa
meninggalkan tempat pasien karena jam kunjungan telah selesai.

3. Alat dan Bahan yang dipakai


a. Sakelar tekan dan lampu in plester 9 buah
b. Sakelar tekan in plester 4 buah
c. Sakelar tekan dan lampu 3 buah
d. Sakelar tekan on plester 3 buah
e. Sakelar tekan kecil 9 buah
f. Lampu 40 W 220 V 15 buah
g. Sakelar 2 arah on plester 2 buah
h. Sakelar silang on plester 2 buah
i. Kotak hubung on plester 4 buah
j. Alarm 220 V 9 buah
k. Staircase 220 V 3 buah
l. MCB 6 A 220 V 3 buah
m. Fuse 10 A 1 buah
n. Profil C 1,5 m
o. Kabel NYA 1,5 mm secukupnya
p. Kabel NYM 3x 1,5 mm secukupnya

4. Gambar Instalasi Penerangan


a. Gambar tata letak lampu dan bell
b. Gambar diagram pengawatan
5. Langkah Kerja
a. Mempersiapkan kabel NYA 1 x 1,5 mm dan NYM 3 x 1,5 mm
b. Memasang kabel kedalam pipa pipa sesuai dengan gambar pengawatan
c. Melakukan pengecekan dan penyambungan pada kotak hubung
d. Memasang impuls switch pada panel
e. Memasang tombol tekan dan lampu di ruang jaga (luar ruangan)
f. Memasang sakalar dan stop kontak
g. Memasang bell
h. Melakukan pengecekan
i. Jika ada bagian yang tidak dapat dioperasikan maka segera dicari letak
kerusakannya dan di perbaiki

6. Diskripsi Kerja
1. Lampu A dapat dioperasikan dari sakelar tukar A1,A2.
2. Lampu B dioperasikan menggunakan saklar impuls dengan menekan push
button B1,B2, dan B3, yang berada di dalam kompleks rumah akit dan PB
yang terletak di luar (di ruang jaga)
3. Bell E dioperasikan dari push button E didalam ruang pasien dan tombol PE
yang berada di luar (ruang jaga). Bell D dioperasikan dari push button D yang
terletak didalam ruang pasien dan tombol PD yang berada diluar (ruang jaga).
Bell C dapat dioperasikan dari push button C yang terletak didalam ruang
pasien dan tombol PC yang berada di luar (ruang jaga)
4. Lampu F dioperasikan menggunakan saklar impuls dengan menekan push
buttonF1, F2, dan F3, yang berada di dalam kompleks rumah akit dan PF yang
terletak di luar (di ruang jaga)
5. Lampu K dioperasikan menggunakan saklar impuls dengan menekan push
button K1, K2, dan K3, yang berada di dalam kompleks rumah akit dan
PKyang terletak di luar (di ruang jaga)
6. Bell G dioperasikan dari push buttonG didalam ruang pasien dan tombol PG
yang berada di luar (ruang jaga). Bell H dioperasikan dari push button H yang
terletak didalam ruang pasien dan tombol PH yang berada diluar (ruang jaga).
Bell Idapat dioperasikan dari push button I yang terletak didalam ruang pasien
dan tombol PI yang berada di luar (ruang jaga).
7. Bell L dioperasikan dari push button L didalam ruang pasien dan tombol PL
yang berada di luar (ruang jaga). Bell M dioperasikan dari push buttonM yang
terletak didalam ruang pasien dan tombol PM yang berada diluar (ruang jaga).
Bell Ndapat dioperasikan dari push button N yang terletak didalam ruang
pasien dan tombol PN yang berada di luar (ruang jaga).

7. Kesimpulan
Instalasi penerangan pada rumah sakit dapat dioperasikan di tiga (3) tempat,
supaya dapat memudah kan pasien dengan perawat dalam berkomunikasi.

BAB IV
PANEL KONTROL MESIN PENGGILING (MILLING)

1. Tujuan Khusus:
Setelah Melaksanakan Praktek mahasiswa dapat:
 Membaca gambar rangkaian control panel mesin Milling
 Memeriksa kondisi peralatan yang akan diapaki pada panel control dalam
kondisi baik atau rusak
 Merakit panel control mesin Milling
 Mengoperasikan panel control Milling
 Mencari penyebab kerusakan dan memperbaiki panel control

2. Teori Pendahuluan
Mesin penggiling terdiri dari beberapa unit motor antara lain:
1. Dua motor Induksi fasa tiga untuk menjalankan ban berjalan (konveyor)
2. Satu motor rotor lilit dengan tiga step pengasutan (untuk mesin penggiling)
3. Satu motor induksi fasa tiga untuk penggetar
4. Satu motor induksi fasa tiga untuk menggerakkan roda spiral
Masing-masing motor bekerja berurutan. Jika mesin milling akan dioperasikan
maka yang pertama kali di hidupkan adalah motor konveyor 1, yang kedua adalah
motor milling, ketiga motor konveyor 2, keempat motor penggerak roda spiral dan
yang terakhir motor penggetar. Jika mesin akan di matikan maka harus dimulai
dari motor penggetar, motor roda spiral, motor konveyor 2, motor milling dan
yang terakhir motor konveyor 1.

3. Alat dan Bahan yang dipakai


a. MCB 3 fasa 10 A 3 buah
b. MCB 1 fasa 6 A 1 buah
c. Kontaktor 8 buah
d. Kontak bantu 2 buah
e. TOLR 5 buah
f. Timer 3 buah
g. Push button 20 buah
h. Emergency switch 1 buah
i. Lampu indicator 8 buah
j. Line up terminal 10mm 45 buah
k. Box panel lengkap 75x 45 x 20 1 buah
l. Profil C alumunium 1,5 m
m. Wire duct plast 43 x 43 mm 2 lonjor
n. Kabel NYAF 1mm 15 m
o. Kabel NYAF 4 x 1,5 mm 10 m
p. Lampu 8 buah

4. Gambar Rangkaian
5. Langkah Kerja
a. Memeriksa semua peralatan yang akan dipakai apakah masih baik atau sudah
rusak.
b. Mempelajari gambar diagram pengawatan dan diagram waktu dengan teliti
c. Mempersiapkan panel beserta perlengkapan profit, dack panel dll
d. Memasang peralatan panel, profit C, dack panel dll
e. Memasang pengawatan pada peralatan panel
f. Memeriksa hubungan pengawatan apakah sudah baik tidak ada hubung singkat
g. Mencoba panel dengan tegangan nominal
h. Memasang panel pada tempat yang telah disediakan
i. Menghubungkan panel dengan mesin
j. Mencoba untuk dioperasikan.
k. Jika ada kerusakan segera diperbaiki / diganti

6. Diskripsi Kerja
1. Mesin milling di lengkapi dengan operasi pilihan menggunakan selector switch
normal dan perawatan. Saat posisi normal untuk menstart awal harus
menghidupkan konveyor 1 terlebih dahulu.
2. S19A di tekan maka kontaktor konveyor 1 (K19M) bekerja. Maka push button
S36A dapat dioperasikan untuk penggetar yang menjatuhkan bahan-bahan
yang bakan digiling. S21A (tombol start motor milling) di tekan dan motor
milling akan bekerja. Secara bersamaan timer K22T kontrol waktu yang telah
disetting untuk tahap pertama bekerja.
3. Setelah waktu tercapai maka kontaktor untuk tahap 1 (K23) bekerja. Secara
otomatis timer pengatur ke tahap 2 (K24T) bekerja dan setelah waktu tercapai
K25 (tahap 2) bekerja dan timer K26T bekerja
4. Setelah setting waktu pada K26T tercapai maka K27 bekerja dan mematikan
K23dan K25 sehingga yang bekerja hanya K27 untuk proses tahap 3.
5. Saat K27M sudah bekerja tombol start untuk konveyor 2 (S31B) baru bisa di
operasikan, kontaktor mesin konveyor 2(K31M) bekerja. Setelah konveyor 2
bekerja maka tombol start untuk roda spiral (S33A) di tekan dan kontaktor
K33M bekerja.
6. Motor penggetar (K36) bisa kembali bekerja dengan menekan tombol start
untuk mesin penggetar (S36) dengan fungsi looping. Dan untuk mematikannya
pun harus dari motor penggetar terlebih dahulu, lalu roda spiral, konveyor 2,
mesin milling dan konveyor 1.
7. Jika pada posisi perawatan maka motor bisa di matikan dan di hidupkan secara
acak.

7. Kesimpulan
Pada praktek Panel Kontrol mesin penggiling ini dapat dioperasikan pada dua
kondisi, yaitu kondisi normal dan kondisi repair (perawatan). Pada kondisi normal,
maka motor akan bekerja secara berurutan, baik saat menstart maupun mematikan.
Sedangkan pada kondisi repair motor dapat dihidupkan darimana saja karena
sistemnya tidak berurutan.

BAB V
ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

1. Tujuan Khusus
1. Memepelajari dasar teori KWH Meter Analog.
2. Mempelajari prinsip kerja KWH Meter Analog.
3. Mempelajari aplikasi KWH Meter Analog.
4. Menguji KWH Meter Analog.
5. Memperbaiki KWH Meter Analog
2. Teori Pendahuluan
APP merupakan singkatan dari Alat Pengukur dan Pembatas, adalah alat yang
digunakan untuk keperluan transaksi energi listrik.
• Pengukuran :
Yang dimaksud dengan pengukuran ialah untuk menentukan besarnya
pemakaian daya dan energi listrik
Alat pengukur : meter kwh, meter kvarh, meter kva maksimum, meter
arus, meter tegangan
• Pembatasan :
Yang dimaksud dengan pembatasan ialah untuk menentukan batas
pemakaian daya sesuai daya tersambung -.
Yang termasuk alat pembatas : MCB, MCCB, NFB, Fuse , OCR + PMT.
Pembatasan didasarkan pada arus yang besarnya adalah :
Arus nominal :

S
In = ------ Amper : untuk fasa tunggal
E

S
In = --------- Amper : untuk fasa tiga
Ö3 . E

Dimana
S = daya terpasang ………………. VA
E = tegangan nominal …………… Volt
2. Alat dan Bahan yang dipakai
3. Gambar Rangkaian
L1
L
2

L
3

A A A
VS
M
3~
4. Langkah Kerja
BAB VI

PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN


1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktek mahasiswa diharapkan dapat :
Ø Mengukur Tahanan Pentanahan dengan baik dan benar.
Ø Mengetahui tahanan yang baik untuk pentanahan.
Ø Mengetahui tahanan jenis tanah.
Ø Menghitung tahanan jenis tanah setelah melakukan pengukuran tahanan tanah di
sekitar kampus.
Ø Mengetahui cara untuk memperkecil nilai tahanan, agar di dapat tahanan yang
baik digunakan dalam pentanahan.

2. Teori Dasar
Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan
manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus akibat kegagalan isolasi
dan tegangan lebih pada peralatan jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus
gangguan dan juga tegangan lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah
dengan menggunakan sistem pentanahan. Sistem pentanahan yang digunakan baik
untuk pentanahan netral dari suatu sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal
petir dan pentanahan untuk suatu peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan
elektronik perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena pada prinsipnya
pentanahan tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk suatu sistem proteksi.
Tidak jarang orang umum atau awam maupun seorang teknisi masih ada kekurangan
dalam memprediksikan nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat
dominan untuk diperhatikan dari suatu sistem Pentanahan adalah hambatan sistem
suatu sistem pentanahan tersebut. Tujuan utama dari adanya grounding sistem
pentanahan ini adalah untuk menciptakan sebuah jalur yang low-impedance (tahanan
rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage.
Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab
umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage. Grounding sistem
pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut. Pengukuran tahanan
pentanahan bertujuan untuk mengetahui besarnya tahanan pentahanan dari beberapa
kondisi tanah.Nilai tahanan yang baik yaitu 0 Ω - 5 Ω. Untuk nilai tahanan di berbagai
tempat itu berbeda sesuai dengan kondisi tanahnya. Indonesia sendiri memiliki 3
kondisi tanah meliputi, tanah berair, tanah liat, dan tanah berbatu. Karena kami
berdomisili di daerah Tembalang Semarang, maka kai mengukur nilai tahanan
pentanahan di sekitar kampus POLINES. Jenis tanah di Tembalang sendiri merupakan
jenis tanah liat. Kemudian pengukuran juga menggunakan elektroda yang terbuat dari
tembaga dengan diameter 1,5 cm yang di pasang vertikal atau di tanam di tanah dan
septicktank. Alat yang paling utama untuk pengukuran yaitu Earth Resistance Tester.
Alat ini berfungsi untuk menampilkan nilai tahanan pentanahan yang terukur dengan
kemampuan mengukur sampai 1999 Ω.
3. Alat dan Bahan
1. Martil 1 buah
2. Elektroda batang bantu 2 buah
3. Meteran 1 buah
4. Kabel penghubung secukupnya
5. Earth Resistance Tester 1 buah
6. Elektroda tes 1 buah

4. Gambar Rangkaian
5. Langkah Kerja
a. Mempersiapkan peralatan dan bahan.
b. Mengecek tegangan baterai dengan menghidupkan Digital Earth Resistance
Tester. Jika layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah berarti kondisi baterai
dalam kondisi baik. Jika layar menunjukkan simbol baterai lemah atau bahkan layar
dalam keadaan gelap berarti baterai perlu di ganti.
c. Membuat rangkaian pengujian seperti pada gambar rangkaian dengan menanam
elektroda utama dan elektroda bantu. Tanam elektroda dengan martil. Jika menjumpai
lapisan tanah yang keras sebaiknya jangan memaksakan penanaman elektroda.
d. Menentukan jarak antar elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal 10
meter.
e. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utama dan elektroda bantu
dengan mensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tombol “PRESS TO TEST”.
Jika tahanan elektroda utama terlalu tinggi atau menunjukkan simbol “. . . “ yang
berkedip – kedip maka perlu dicek penghubung atau penjepit pada elektroda utama.
f. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang di inginkan dan
tekan tombol “ PRESS TO TEST “ selama beberapa detik.
g. Mencatat nilai tahanan yang muncul pada layar ERT.
h. Mengembalikan posisi tombol “ PRESS TO TEST “ ke posisi awal.
i. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaman elektroda utama yang berbeda
dengan langkah yang sama
6. Hasil Pengukuran
Kedalaman Elektroda Nilai Tahanan hasil
Elektroda pengukuran
(m) (Ω)
6 1 10,9
6 2 5,09
3 3 12,53

Ø Tahanan Jenis lapisan tanah Elektroda 1

Ø Tahanan Jenis lapisan tanah Elektroda 2


Ø Tahanan Jenis lapisan tanah Elektroda 3

Ø Tahanan Jenis lapisan tanah Elektroda 1 dan Elektroda 2 di Paralel


7. Kesimpulan
Pada praktik pengukuran tahanan pentanahan ini, kami dapat
melaksanakan praktek dengan lancar. Dari hasil pengukuran di atas dapat
diambil kesimpulan meliputi :
1. Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan
dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus akibat
kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan distribusi.
2. Pengukuran tahanan pentanahan ini menggunakan Digital Earth Resistance
Tester dengan merk KYORITSU.
3. Peralatan pengukuran tahanan pentanahan terdiri dari Digital Earth Resistance
Tester, elektroda utama, elektroda bantu, meteran, martil dan kabel
penghubung.
4. Kabel hijau di pasang di elektroda utamanya, kabel kuning dan merah
digunakan untuk elektroda bantu yang ditanam denan jarak 5 – 10 m dari
elektroda utamanya.
5. Dengan melihat hasil pengukuran tahanan pentanahan, nilai tahanannya
masih belum mendekati tahanan yang baik untuk pengaman (grounding).
Karena pada saat praktikum kondisi tanah kering dan kemarau panjang.
6. Untuk memperkecil nilai tahanan tanah di siram air, dikasih air garam atau
pun dikasih arang. Nilai Tahanan pentanahan yang baik untuk (grounding)
antara 0 – 5 ohm. Pada hasil pengukuran di atas kita mengambil data setelah
elektroda utamanya kami siram dengan air sebanyak 1,5 liter. Agar nilai
tahanan nya mendekati nilai 5 ohm.
BAB VII
PANEL TEGANGAN MENENGAH (KUBIKEL)

1. Latar Belakang
Manusia sebagai konsumen pengguna listrik terus meningkat. Tidak puas hanya
dengan terpenuhinya energi listrik akan tetapi konsumen juga menuntut mutu serta
kualitas pelayanan energi listrik yang lebih baik secara berkelanjutan.
Pada gardu induk atau konsumen yang memakai skala besar sering ditemukan
suatu perangkat instalasi listrik yang sering disebut kubikel/ perangkat hubung
bagi. Fungsinya adalah sebagai pembagi beban serta pengukuran.
Kubikel didalamnya mempunyai berbagai alat seperti Pemutus (PMT),
Tranformator Tegangan (PT), Transformator Arus (CT), Relay, dll. Untuk itu perlu
dilakukan pemeliharaan khusus agar tetap sesuai dengan standart kinerjanya.
2. Tujuan
Setelah melakukan praktek bengkel ini, mahasiswa diharapkan mampu
a. Mengetahui bentuk dan fungsi komponen yang terdapat pada kubikel beserta
prinsip kerjanya.
b. Melakukan pengukuran tahanan pada komponen kubikel dan trafo
c. melakukan pengukuran tegangan tembus dari minyak trafo
3. Dasar Teori
A. Panel Tegangan Menengah (Kubikel)
Kubikel adalah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang berfungsi
sebagai pengendali, penghubung dan pelindung serta membagi tenaga listrik dari
sumber tenaga listrik.

Gambar 2.1 kubikel 20 kV SM 6 PNUP

 Fungsi Kubikel
1. Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama
2. Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fuse/pelebur
3. Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok (busbar)
B. Jenis dan Komponen Kubikel
1. Kubikel Incoming
Kubikel Incoming berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder trafo
daya ke busbar 20 kV.Tegangan 20 kV dari sisi sekunder trafo masuk ke dalam
busbar 20 kV yang berada di dalam kubikel 20 kV. Adapun komponen-
komponen dalam Incoming adalah sebagai berikut:
a. Busbar
Busbar digunakan untuk mengumpulkan daya listrik dengan tegangan
20 kV serta membaginya ke tempat-tempat yang diperlukan.Busbar dibuat
dari tembaga atau aluminium dengan bentuk sesuai dengan desain dari
masing-masing pabrik.

Gambar 2.2 Busbar


b. PMS (Pemisah)
Disconnecting switch (DS) atau Pemisah (PMS) adalah peralatan
pada sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah yang
dapat memutus dan menyambung rangkaian dalam kondisi tanpa
beban, Proses buka tutup PMS memiliki interlocking dengan PMT dan
earthing switch
Mekanisme interlocking tersebut adalah :
a) PMS tidak dapat ditutup ketika PMT dalam posisi tertutup.
b) Saklar pembumian (Earthing Switch) dapat ditutup hanya ketika
PMS dalam keadaan terbuka.
c) PMS dapat ditutup hanya ketika PMT dan ES terbuka.

c. Earthing Switch
Saklar pentanahan digunakan jika akan dilakukan pemeliharaan
terhadap sistem dan menghilangkan tegangan akibat kapasitansi yaitu
dengan menghubungkan saluran yang bertegangan ke bumi. Dalam
keadaan normal saklar pentanahan pada posisi terbuka dan bila saluran
transmisi mengalami gangguan hubung singkat maka saklar pentanahan
akan ditutup dengan tujuan membebaskan tegangan pada salusan
transmisi.
Heater
Heatler adalah alat yang berfungsi untuk menjaga komponen –
komponen kubikel dari kelembapan udara, karena kelembapan udara
bisa menimbulkan bercak – bercak kotoran sehingga bercak kotoran
akan menjadi karatan di peralatan kubikel. Alat ini di operasikan pada
tegangan 220 Volt dan akan tetap beroperasi walaupun kubikel dalam
kondisi normal/off maupun saat terhubung ke bumi.Heater juga
terdapat pada Kubikel Metering dan Outgoing.
2. Kubikel Metering
Kubikel ini berfungsi untuk keperluan pengukuran. Kubikel ini
dilengkapi dengan alat pengukuran , seperti amperemeter, voltmeter, dan
wattmeter. Selain itu, kubikel ini juga dilengkapi dengan alat proteksi,
seperti fuse. Adapun alat – alat yang terdapat dalam kubikel metering
sebagai berikut:
a. Fuse
Pada kubikel terdapat suatu sekering tegangan menengah yang
sering disebut sebagai solefuse.Rating tegangannya bisa mencapai 34
kV, danmampu bekerja pada arus 31.5 kA.Solefuse inidigunakan untuk
melindungi trafo tegangan dari gangguan.

Gambar 2.3 Solefuse


b. Ampere Meter Berfungsi mengukur arus listrik yang mengalir
melalui fasa.
c. Watt Meter Berfungsi mengukur besarnya daya yang disuplay dari
genset/PLN.
d. kWh Meter Berfungsi mengukur besarnya daya yang digunakan
oleh beban.
e. Power Factor Meter Berfungsi mengukur factor daya dari
PLN/genset.
f. Trafo Tegangan (Potensial Transformer) berfungsi untuk
menurunkan tegangan tinggi atau tegangan menengah menjadi
tegangan rendah.Trafo ini mengubah tegangan menjadi besaran
ukur sesuai dengan tegangan alat – alat pengukuran. Trafo ini
berhubungan dengan jaringan tegangan 20 kV melalui perantara
fuse.

Gambar 2.4 Trafo Tegangan

3. Kubikel Outgoing
Kubikel outgoing merupakan kubikel penghubung antara busbar 20 kV
yang berada di dalam kubikel dengan jaringan tegangan menengah. Adapun
alat – alat yang terdapat dalam kubikel metering sebagai berikut:
a. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)
Circuit Breaker adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk
menghubungkan atau memutuskan arus listrik sesuai dengan ratingnya.
Circuit breaker ini dapat dioperasikan secara otomatis maupun manual
dengan waktu pemutus atau penyambungan yang tetap sama, sebab
factor ini ditentukan oleh struktur mekanisme yang menggunakan
pegas.
Adapun jenis Circuit Breaker yang terdapat pada kubikel yang
diamati adalah gas Circuit Breakerd dg tipe gas SF6 CB (Sulfur
Hexafluoride Circuit Breaker).
SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6
sebagai sarana pemadam busur api. Gas SF6 merupakan gas berat yang
mempunyai sifat dielektrik dan sifat memadamkan busur api yang baik
sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan
sepanjang busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api
tersebut dan akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6
KV – 760 KV.

Gambar 2.5 SF6 CB


b. Trafo Arus (Current Transformer)
Current Transformer (CT) adalah suatu peralatan transformator yang
diletakkan dalam rangkaian tenaga listrik yang berguna sebagai
peralatan ukur yang dihubungkan dengan relay pengaman. Dengan
transformator arus dapat diperluas batas pengukuran suatu alat ukur

4. Langkah Kerja
1. Melakukan grounding terhadap semua panel kubikel (incoming, metering,
outgoing).
2. Memasukkan tongkat (lever) ke dalam pengunci untuk memutar posisi ke
posisi grounding.
3. Memutar tongkat ke arah kanan atau ke posisi 1.
4. Setelah semua panel dalam keadaan ground maka selanjutnya membuka pintu
panel dengan cara mengangkat sambil menarik pintu panel.
5. Mencatat komponen yang terdapat pada kubikel dan memahami fungsi dan
konsep dari komponen tersebut beserta spesifikasi.
6. Membuat single line dari kubikelnya
7. Setelah mengetahui komponennya, tutup pintu panel dengan cara mengangkat
sambil mendorong pintu panel
8. Melepas grounding kubikel dengan cara memasukkan tongkat (lever) ke
pengunci lalu memutar ke arah kiri (0) sehingga posisi kembali seperti semula
9. Sedangkan pada trafo, pengenalan dapat dilakukan dengan langsung melihat
komponen trafo yang ada.
Pemeliharaan Kubikel dan Transformator
1. Kubikel
a. Melakukan grounding terhadap semua panel kubikel (incoming, metering,
outgoing)
b. Memasukkan tongkat (lever) ke dalam pengunci untuk memutar posisi ke
posisi grounding.
c. Memutar tongkat ke arah kanan atau ke posisi 1
d. Setelah semua panel dalam keadaan ground maka selanjutnya membuka
pintu panel dengan cara mengangkat sambil menarik pintu panel
e. Mengecek keadaan fuse, PMT, transformator metering apakah masi dalam
kondisi baik atau tidak, namun dalam pengecekan harus hati-hati
dikarenakan masi aktifnya heater.
f. Setelah selesai perawatan maka menutup pintu panel dengan cara
mengangkat sambil mendorong pintu panel
g. Melepas grounding kubikel dengan cara memasukkan tongkat (lever) ke
pengunci lalu memutar ke arah kiri (0) sehingga posisi kembali seperti
semula
h. Perawatan kubikel telah selesai.
2. Transformator
a. Memastikan transformator tidak dalam keadaan bertengangan
b. Melepas kabel primer transformator dengan kunci pas
c. Melakukan pengukuran isolasi dengan menggunakan megger isolasi,
pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran isolasi fasa ke fasa dan fasa
ke body
d. Pengukuran yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 6.1 Tahanan Isolasi
Trafo step up 20 kV
e. Setelah melakukan pengukuran maka mengembalikan kabel primer ke
posisi semula
f. Pemeliharaan Transformator telah selesai.

5. Gambar Rangkaian
A. Single Line Diagram
6. Hasil Analisis Kubikel dan Transformator
Spesifikasi Kubikel Schneider 20 KV SM 6 :
1. Incoming
a. Kabel 3 phasa dari generator
Gambar 6.1 Kabel 3 Phasa dari Generator

Gambar 6.2 Kubikel Incoming


H21 merupakan lampu tanda Jika tengangan masuk dari generator
Q1 merupakan Kunci untuk Meng-On kan incoming
Q2 merupakan kunci untuk menghubungkan kubikel dengan system
pembumian, hal ini dilakukan jika kubikel dalam pemeliharaan

b. Spesifikasi Incoming

Gambar 6.3 Spesifikasi Kubikel Incoming


2. Metering
a. Trafo Arus
Gambar 6.4 Spesifikasi Trafo Arus
b. Fuse
Spesifikasi :

Gambar 6.5 Spesifikasi Fuse


c. Alat Pengukuran Voltmeter, Amperemeter, KwH Meter
d. Q1 merupakan Kunci untuk Meng-On kan Kubikel
e. Q2 merupakan kunci untuk menghubungkan kubikel dengan sistem
pembumian, hal ini dilakukan jika kubikel dalam pemeliharaan
f. Spesifikasi Metering
Pada metering spesifikasinya hampir sama dengan incoming, hanya pada
metering (Ir) nya adalah 100 A

Gambar 6.6 Spesifikasi Kubikel Metering


3. Outgoing
a. Trafo Tegangan
Gambar 6.7 Spesifikasi Trafo Tegangan

Gambar 6.8 Kubikel Outgoing

A adalah kunci untuk memastikan outgoing telah terhubung


B merupakan Kunci untuk membuka Q1
C untuk menghubungkan CB
Q2 merupakan kunci untuk menghubungkan outgoing
Q1 merupakan kunci untuk menghubungkan kubikel dengan sistem
pembumian, hal ini dilakukan jika kubikel dalam pemeliharaan

b. Spesifikasi outgoing

Gambar 6.9 Spesifikasi Kubikel Outgoing

Bagian Outgoing yang digunakan untuk menghubungkan kubikel dengan


Distribusi
Gambar 6.10 Kubikel Outgoing Distribusi

Spesifiakasi Transformer Bengkel Listrik PNUP

Gambar 6.11 Tampak Depan dan Belakang Transformator

Spesifikasi Transformer

Gambar 6.12 Spesifikasi Transformator

1. Serial No. : Kode produk dari transformer


2. Capacity : Kapasitas dari transformator 2,5 kVA,
3. Phase : Transformator 3 fasa
4. Frequency : Frekuensi transformator 50 Hz
5. V Group : Jenis Gulungan Transformator
6. Primary : Tegangan Primer Transformator 2000 V
7. Secondary : Tegangan Sekunder Transformator 400 V
8. Primary : Arus Primer Transformator 0,72 A
9. Secondary : Arus Sekunder Transformator 36,08 A
10. Cooling : ONAN (Oil Natural Air Natural) minyak didinginkan
secara alami oleh angin
11. Type Of Oil : Jenis dari minyak trafo yaitu mineral
12. Oil / Winding : Kenaikan temperatur maksimal Transformator
13. Oil Volume : Volume Minyak Transformator 125 Liter
14. Total Weight : Berat Transformator 320 kg
15. Year of Mfg : Tahun Pembuatan 2011
16. Imp 75˚C : Arus Hubung Singkat Transformator 4,6 %
17. BIL HV : Isolasi Transformator mampu sampai tegangan 125 kV

TAP
Primary : Tapping yang di setting di transformator sesuai dengan tegangan
masukan (primary) transformator dikarenakan tegangan primary yang fluktuatif
tidak tepat pada 20000 V
Secondary : Tegangan Keluaran Transformator 400 V, berapapun fluktuatif dari
tegangan apabila di tapping sesuai dengan tegangan masukan maka keluaran tetap
400 V
Data Spesifik Teknik Trafo
Tempat : Lab. Tegangan Menegah
Jenis uji/ukur : Spesifikasi Teknik
Alat uji/ukur : Plat Nama dan Meter
Type :
Tgl Pengukuran : 27 September 2016
Cuaca : Cerah
Tabel 6.1 Data Spesifikasi teknik Trafo
Uraian Kapasitas/Ukuran/Simbol Satuan
Merek Dagang 1112004
Daya Nominal 25 kVA
Jumlah Fasa 3
Frekuensi 50 Hz
Hubungan Belitan
Primer 21000 V
20500 V
20000 V
19500 V
19000 V
18500 V
18000 V
Sekunder 400 V
Tegangan Nominal
Primer 20000 V
Sekunder 400 V
Arus Nominal
Primer 0,72 A
Sekunder 36,08 A
Pendingin Minyak ONAN (Mineral)
Kenaikan Suhu
Minyak 50 ˚C
Kumparan 55 ˚C
Tingkat Isolasi Dasar 125 kV
Dimensi (toleransi 5%)
Panjang
Lebar
Tinggi
Berat Minyak 125 lt
Jumlah Berat 320 Kg

a. Pemeliharaan Kubikel dan Transformator


Kubikel diposisikan dalam keadaan netral, semua bagian kubikel
dihubungkan dengan pembumian dan dilakukan pengecekan terhadap bagian-
bagian kubikel. Setelah kubikel dalam kondisi standby, semua peralatan dalam
keadaan terbuka, termasuk PMT, PMS, DS, CB. Dalam mengoperasikan kubikel
sebaiknya yang pertama dihubungkan adalah metering, hal ini disebabkan karena
apabila incoming di ON-kan terlebih dahulu akan berbahaya, dimana pada
incoming terdapat tegangan 20 kV.
Setelah metering dihubungkan, selanjutnya outgoing di hubungkan dengan
membuka kunci B terlebih dahulu sehingga Q1 dapat dihubungkan. Dalam
menghubungkan Q1 terlebih dahulu dipastikan tidak ada orang yang berada
dijaringan distribusi untuk menghindari bahaya tegangan.Selanjutnya Pada saat
outgoing dan metering sudah terpasang selanjutnya incoming sudah bisa di-ON-
kan. Kunci A digunakan untuk memastikan outgoing telah terhubung, selanjutnya
kunci C untuk membuka pengunci CB dengan jaringan distribusi, sehingga pada
saat tombol ON ditekan, maka CB akan ON dan tegangan akan mengalir dari
kubikel ke jaringan distribusi.

7. Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan praktikum Bengkel Listrik Catu Daya job
kubikel, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Kubikel ialah suatu perlengkapan atau peralatan listrik yang berfungsi
sebagai pengendali, penghubung dan pelindung serta membagi tenaga
listrik dari sumber tenaga listrik.
2. Pengukuran tahanan isolasi pada kubikel dan transformator
menggunakan alat ukur insulation tester. Dimana pengukuran dilakukan
antara fasa ke fasa, fasa ke netral dan fasa ke grounding.
3. Pengujian tegangan tembus minyak trafo dilakukan pada suatu alat
khusus. Dimana pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan
minyak trafo untuk digunakan.
4. Pemeliharaan kubikel dan transformator digunakan untuk menghindari
masalah yang timbul dari komponen itu sendiri maupun masalah yang
timbul akibat kesalahan manusia.
BAB VIII
JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

A. TEORI
Tenaga listrik dibangkitkan di pusat-pusat listrik (power station) seperti PLTA,
PLTU, PLTD, PLTP dan PLTG kemudian disalurkan melalui saluran transmisi
setelah terlebih dahulu dinaikkan tegannya oleh transformator penaik tegangan (step
up) yang berada di pusat listrik. Saluran transmisi tegangan tinggi kebanyakan
mempunyai tegangan 30 kV, 66 kV, 150 kV dan 500 kV. Khusus untuk tegangan 500
kV dalam prakteknya sering disebut tegangan ekstra tinggi. Setelah melalui saluran
transmisi maka tenaga listrik sampai ke gardu induk (sub station) untuk diturunkan
menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer yang bertegangan 6 kV,
12 kV atau 20 kV. Yang terakhir di sebutkan adalah yang cenderung di gunakan di
indonesia. Jaringan setelah keluar dari gardu induk biasa di sebut jaringan distribusi
sedangkan jaringan antara pusat listrik dan gardu induk biasa disebut jaringan
transmisi, baik saluran transmisi atau pun saluran distribusi ada yang berupa saluran
udara dan ada yang berupa kabel tanah. Setelah melalui jaringan distribusi primer
maka kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu – gardu distribusi
menjadi tegangan rendah atau jaringan distribusi sekuder dengan tegangan 380 V
atau 220 V. Melalui jaringan tegangan rendah untuk selanjutnya disalurkan ke rumah
– rumah pelanggan (konsumen) melalui sambungan rumah hingga ke alat pengukur
dan pembatas di rumah- rumah pelanggan atau biasa di sebut kWh Meter.

Gambar proses transmisi dan distribusi tenaga listrik.


Distribusi Listrik
Dalam perencanaan dan pemasangan material distribusi pada jaringan distribusi
tenaga listrik perlu untuk diperhatikan dengan seksama karena hal ini akan berdapak
sangat luas terhadap kinerja perusahaan dimana keadaan material material distribusi
dapat menentukan kualitas dan kuantitas pelayanan tenaga listrik. Hal lain yang perlu
diperhatikan bahan-bahan untuk material distribusi tenaga listrik memiliki
kekhususan tersendiri tergantung kepada fungsi dan spesifikasinya dengan demikian
penting halnya untu mempelajari karakteristik mekanis dan karakteristik elektrisnya
untuk mendapatkan kesesuaian dengan yang diperlukan. Perlu kita cermati
dilapangan pada dewasa ini banyak dihasilkan oleh pabrik pabrik yang kurang
bertanggung jawab yang menghasilkan material material yang spesifikasinya jauh
dari standar namum demikian bentuk rupanya dan fungsinya serupa dan hal inilah
yang dapat menimbulkan kerugian tidak sedikit bagi penggunanya.
Adapun material material distribusi tenaga listrik itu adalah :
 Tiang Listrik
Tiang listrik merupakan material yang terbuat dari besi, beton dan kayu agar jaringan
tidak mengenai bangunan, pohon dan manusia atau binatang. Tiang listrik adalah
salah satu komponen utama dari jaringan listrik tegangan rendah dan tegangan
menengah yang menyangga hantaran listrik serta perlengkapannya tergantung dari
keadaan lapangan.
 Konduktor
Konduktor berfungsi untuk memindahkan energi listrik dari suatu tempat yang lain.
Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagai berikut :
 Konduktifitasnya cukup baik.
 Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.
 Koefisien muai panjangnya kecil.
 Modulus kenyalnya (modulus elastisitet)cukup besar.
 Isolator
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap
penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar
yang
disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang
berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat
temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai kemampuan untuk menahan
beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk penyekatan terhadap tanah berarti
mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan batang besi pengikat isolator ke
travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara penghantar satu
dengan yang dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu dengn lainnya
dimana pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan angin yang meniup
sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling bersentuhan.
Sedangkan untuk peralatan pelengkap adalah:
 Konektor dan peralatan sambungan
 Travers / cross arm : Digunakan pada JTR udara (Over hoad) sebagai
perenggangan jarak antar penghantar sastu dengan penghantar lainnya, dengan
peralatan Bantu isolator.
 Peralatan acssesories kabel twisted
 Shoer : Fungsinya sebagai penyambung beban tarikan, sehingga kondisi tiang tegak
lurus.
Serta peralatan hubung:
 Saklar phasa tiga, 4 kotak
 Saklar phasa tiga, 3 kotak
 Saklar phasa satu, 2 kotak
 Saklar phasa satu, 1 kotak
 Saklar dengan penguatan magnet (kontaktor)
 Saklar dengan pelengkap sekring pengaman
B. DOKUMENTASI HASIL OBSERVASI
Observasi dilakukan pada tiang distribusi trafo 3 fasa, tiang distribusi trafo 1 fasa di
lingkungan POLINES.
1. Gardu Cantol Fasa 3
Komponen :
 Tiang listrik yang digunakan terbuat dari besi. Tinggi tiang listrik adalah 8
meter.
 Jarak antar tiang listrik adalah 20 meter.
 Lightning Arrester ( LA )
 Trafes dudukan FCO dan Arrester
 Fused Cut Out ( FCO atau CO )
 Wiring Gardu atau Pengawatan Gardu
 Trafo Distribusi
 DudukanTrafo

2. Gardu Cantol Fasa 1


Komponen :
 Tiang listrik terbuat dari beton dengan tinggi 8 meter.
 Jarak antar tiang listrik adalah 20 meter.
 Jenis trafo adaah Completely Self Protected Transformer
 Lighting Arrester
 Pole Band Double Arming Bolt
 Fused Cut Out
 Kabel shoes, Mur baut
 Connector/ Hot Line Connector
 Terminal Lug

3. Distribusi konsumen
Tiang percabangan distribusi tenaga
listrik menuju ke konsumen.

Blok E/24

Blok E/25
Blok E/26

Blok E/27

Komponen :
 Dak standar
 Tiang
 Protective cup
C. PEMBAHASAN KOMPONEN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIk

1. Gardu Cantol Fasa 3

1. Tiang
Pada Umumnya Gardu Distribusi tipe cantol menggunakan satu Tiang, Tiang
yang dipergunakan untuk Gardu distribusi jenis ini bisa berupa Tiang Beton
maupun Tiang Besi, yang memiliki kekuatan kerja sekurang kurangnya 500 dAn
dengan panjang 11 atau 12 meter.

2. Lightning Arrester ( LA )
Berfungsi sebagai alat Proteksi atau pengaman Trafo distribusi dari tegangan
lebih akibat Surja Petir, khususnya pada gardu pasangan luar.

3. Trafes dudukan FCO dan Arrester


Berfungsi untuk menempatkan FCO dan Lightning Arrester.

4. Fused Cut Out ( FCO atau CO )


Berfungsi sebagai proteksi atau pegaman lebur, Pada gardu distribusi khususnya,
FCO ini berfungsi sebagai alat pelindung Trafo dari Arus hubungan Singkat dan
sebagai alat untuk membebeskan sumber tegangan jika dilakukan pemeliharaan.
Proteksi pada FCO ini dipasang dalam bentuk Fuse Link yang dapat disesuaikan
dengan Arus Nominal Trafo distribusi yang terpasang.
5. Wiring Gardu atau Pengawatan Gardu.
Yaitu Berupa Pengawatan atau kawat Penghubung untuk menghubungkan
tegangan dari Jaringan SUTM, Lightning Arrester ( LA ), dan Fused Cut Out
( FCO )ke Trafo Distribusi.

6. Trafo Distribusi
Komponen Utama dari gardu distribusi untuk menurunkan tegangan dari Sisi
Tegangan Menengah ( SUTM ) menjadi tegangan yang siap di pakai oleh
pelanggan. Trafo yang di pergunakan mulai dari 50 kVa - 160 kVa sesuai dengan
kebutuhan pembangunan gardu.

7. DudukanTrafo
Pada dasarnya berfungsi untuk menempatkan Trafo distribusi pada Tiang.
Dudukan Trafo ini biasanya sudah berupa satu Set lengkap.

2. Gardu Cantol Fasa 1

Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer)


yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki
transformator. Trafo ini adalah transformator distribusi yang sudah dilengkapi dengan
Pengaman Lebur (fuse) pada sisi primer dan LBS (Load Break Switch) pada sisi
sekunder.
Spesifikasi teknis transformator ini merujuk pada SPLN No 95: 1994 dan SPLN
D3.002-1: 2007.
Konstruksi Gardu Cantol 1 Fasa Dengan Dudukan Trafo

Tabel Keterangan Gambar Gardu Cantol 1 Fasa Dengan Dudukan Trafo

NO NAMA MATERIAL SATUAN JUMLAH

1 Connector/ Hot Line bh 1


Connector
2 Terminal Lug bh 1
3 FUSED Cut Out bh 1
4 Besi Kanal UNP, 6x1000 bh 2

5 Besi Kanal UNP, 4x800 bh 2

6 Besi Siku LNP, 4x1500 bh 2

7 Transformator,50 KVA bh 1

8 Lighting Arrester bh 1
9 Jumper, CU 16 mm2 m -

10 Pole Band Double Arming Bolt bh 1

11 Kabel shoes, Mur baut bh -


3. Distribusi listrik ke konsumen

Konstruksi sambungan tenaga listrik menuju konsumen di atas adalah konstruksi


sambungan tipe B. Konstruksi tipe B adalah konstruksi sambunga tenaga listrik
memakai tiang atap/dak standar dan dipergunakan apabila jarak aman terhadap
lingkungan atau permukaan jalan tidak memenuhi syarat jika melakukan sambungan
tipe lain. Penghantar sambungan masuk pelayanan, diluar pipa dak standar dilindungi
dengan pipa PVC atau sejenis. Unjung pipa bagian atas ditutup dengan protectivre cup
dan bagian bawah ditutup dengan cable gland.
Selain konstruksi di atas, ada beberapa jenis konstruksi sambungan yang sering
digunakan antara lain :
a. Konstruksi sambungan tenaga listrik tipe A
Konstruksi tipe A adalah konstruksi sambungan tenaga listrik tanpa memakai tiang
atap/dak standar dan dipergunakan jika jarak antara tiang dan bangunan (sambungan
luar pelayanan) sampai dengan APP tidak melebihi 30 meter. Sambungan masuk
pelayanan tidak mengenai fisik bangunan dan dilindungi dengan pipa PVC tahan
mekanis atau sejenis.
b. Konstruksi sambungan tenaga listrik tipe C
Konstruksi tipe C adalah sambungan pelayanan dengan sambungan luar pelayanan
mendatar dimana jarak bangunan dan tiang atap sangat dekat (sekitar 3 meter).
Umumnya digunakan pada daerah pertokoan/ruko/rutan. Ketentuan mengenai
sambungan masuk pelayanan sama dengan Tipe A atau B.
c. Konstruksi sambungan tenaga listrik tipe D
Konstruksi tipe D untuk sambungan tenaga listrik seri pada ruko, rumah petak, toko
dan pertokoan atau mall. Sambungan pelayanan memakai kabel jenis NYFGbY atau
NYY yang dimasukkan dalam pipa PVC tahan mekanis. Semua kabel dilindungi
secara fisik dari sentuhan tangan
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum Perawatan dan Perbaikan, mahasiswa menjadi
terampil dalam memahami dan merangkai rangkaian panel kontrol air blast, tanur
listrik, milling, dan instalasi listrik dan bell pada rumah sakit dengan baik dan
benar. Dari praktikum job – job tersebut dapat disimpulkan bahwa:
a. Pada praktikum panel kontrol Tanur Listrik/ Mesin Pemanas, kami dapat
memahami bagaimana proses mesin ini untuk memanaskan bahan produksi
dan kami juga dapat merangkai rangkaian kontrol mesin pemanas ini
dengan baik dan benar. Mesin ini bekerja dalam dua tahap pemanasan yaitu
bahan dipanaskan sampai suhu 800o C yang dikendalikan oleh Th11 dan
kemudian dari 800o C - 820o C selang beberapa waktu sampai proses
pemanasan berhenti yang kemudian heater akan dimatikan oleh Th2.
Kemudian pintu keluar akan membuka dan lengan mekanik akan
mengambil bahan yang telah diproses sehingga masuk dalam tempat
penampungan lalu mengenai sensor. Sensor tersebut yang akan
memerintahkan konveyor bergerak kembali membawa bahan yang akan
dipanaskan, kemudian proses berulang-ulang.
b. Pada praktikum panel kontrol Air Blast/ Mesin Penghembus Udara, kami
dapat memahami bagaimana proses kontrol pemindahan suatu bahan seperti
biji-bijian atau tepung ke tempat proses selanjutnya melalui pipa tertutup
tanpa berhamburan dimana-mana dengan menggunakan hembusan angin.
Kami juga dapat memahami bagaimana merangkai rangkaian kontrol
tersebut agar bekerja dengan sempurna. Air blast ini menggunakan dua
motor, yaitu satu motor sebagai penghembus udara dan satunya lagi sebagai
penggetar. Dapat dikerjakan dengan dua cara yaitu otomatis dan manual.
c. Pada praktikum instalasi penerangan dan bell pada rumah sakit, kami dapat
merangkai dan mempraktekkan bagaimana instalasi sistem informasi
dengan lampu dan bell pada rumah sakit seperti yang biasa kami lihat pada
rumah sakit dan kami pun dapat merangkainya dengan baik dan benar.
Kami juga dapat mengetahui bagaimana cara memeriksa kondisi peralatan
apakah masih baik untuk digunakan atau tidak, kemudian memperbaiki

66
bagian yang rusak. Instalasi lampu dan bell pada rumah sakit ini prinsipnya
sama dengan instalasi-instalasi yang pernah diajarkan tetapi bedanya pada
peletakan informasi lampu yang berada pada tempat perawat, pintu blok
dan kamar pasien lalu informasi bell pada kamar pasien yang memudahkan
pasien untuk memanggil perawat dan juga apabila perawat memberi tanda
pada pengunjung untuk segera meninggalkan kamar pasien karena jam
kunjungan telah selesai.
d. Pada praktikum panel kontrol Milling/ Mesin Penggiling, kami dapat
memahami, merangkai, dan mempraktekkan panel kontrol tersebut dan
bagaimana proses penggilingan suatu bahan. Mesin penggiling ini terdiri
dari lima unit motor, dua motor induksi tiga fasa untuk konveyor, satu
motor rotor lilit untuk mesin penggiling, satumotor induksi tiga fasa untuk
penggetar, satu motor induksi tiga fasa untuk menggerakkan roda spiral.
Motor-motor tersebut bekerja berurutan dimulai dari motor yang bekerja
paling akhir yaitu motor konveyor 1, lalu motor milling, dan seterusnya
sampai motor penggetar. Dimatikan dimulai dari motor penggetar dan
seterusnya kebalikan dari penyalaan. Dioperasikan dengan selektor operasi
normal dan perawatan.

67

Anda mungkin juga menyukai