Anda di halaman 1dari 6

Journal Scientific Solutem, Vol.1 No.

1 (2018)

Journal Scientific Solutem


Vol.1 No.1 – Mei – Oktober 2018
p-ISSN : 2620-7702
e-ISSN : 2621-136X
journal homepage: http://ejurnal.akperbinainsan.ac.id

Pengetahuan dan Sikap Kader Kesehatan Tentang Keselamatan Pasien

Silvana Evi Linda


Akademi Keperawatan Bina Insan Jakarta
e-mail: silvana.evilinda@gmail.com

Abstrak
Salah satu hak pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan adalah keselamatan
dan keamanan, artinya ketika seorang pasien mengakses pelayanan kesehatan, petugas
kesehatan senantiasa menjamin keselamatan dan keamanannya. Kader kesehatan adalah
perpanjangan tangan perawat (petugas kesehatan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan dan sikap kader kesehatan tentang keselamatan pasien. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan sampel sebanyak 27 orang yakni para
kader kesehatan di wilayah binaan Puskesmas Semper Barat Jakarta Utara, dengan cara
Cluster sampling. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kader kesehatan
berada pada kategori cukup sebanyak 19 (70,4 %), baik 7 (25,9 %). Sementara sikap mereka
menunjukkan baik sebanyak 17 (63 %) dan cukup 10 (37 %). Dengan demikian disimpulkan
bahwa pengetahuan dan sikap para kader kesehatan cukup baik sebagai modal dasar dalam
melaksanakan tugasnya. Disarankan para kader kesehatan dapat terus meningkatkan
pengetahuan dan sikapnya tentang keselamatan pasien.

Kata kunci : kader kesehatan, pengetahuan, sikap,keselamatan pasien

Abstract
One of the patients' rights in obtaining health care is safety and security, meaning
that when a patient accesses health services, health workers always ensure their safety and
security. Public Health Cadres are nurses extension (health workers). This study aims to
determine the knowledge and attitude of public health cadres about patient safety. This
research uses descriptive method by using sample as many as 27 people, namely health
cadres in the area of Puskesmas Semper Barat North Jakarta, by Cluster sampling. From
result of research indicate that knowledge of public health cadre is in enough category as
much 19 (70,4%), good 7 (25,9%). While their attitudes show good as much as 17 (63%) and
enough 10 (37%), it is concluded that the knowledge and attitude of the public health cadres
is quite good as the basic capital in performing their duties. It is recommended that public
health cadres can continue to improve their knowledge and attitude about patient safety.

Keywords: public health cadres, knowledge, attitude, patient safety

Pendahuluan memperkuat melalui UU kesehatan no:36


Kesehatan adalah elemen tahun 2009 pasal 4: “Setiap orang berhak
terpenting dalam kehidupan. Undang- atas kesehatan” Negara bertanggungjawab
undang Dasar 1945, pasal 28 menyatakan atas penyediaan fasilitas pelayanan
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir kesehatan. Pelayanan kesehatan
dan batin, bertempat tinggal dan memegang prinsip untuk menyelamatkan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik pasien dikenal dengan istilah melayani
dan sehat serta berhak memperoleh tanpa harus membahayakan 1 dari 15
pelayanan kesehatan. Pemerintah keselamatan pasien diarahkan sebagai

Pengetahuan dan Sikap Kader Kesehatan Tentang Keselamatan Pasien 1


Journal Scientific Solutem, Vol.1 No. 1 (2018)

upaya untuk mencegah bahaya yang Hasil penelitian Manuaba dkk,


terjadi. sistem ini mencegah terjadinya dalam penelitian Utarini (2010) juga
cedera yang disebabkan oleh kesalahan mengungkapkan bahwa angka kejadian
akibat melaksanakan satu tindakan atau tidak diharapkan yang berupa infeksi luka
tidak mengambil tindakan yang pasca operasi berkisar antara 11,5%
seharusnya diambil. Dalam Permenkes hingga 47,7%. Observasi insiden kejadian
no: 11 tahun 2017, Pasal 5 ayat 1 setiap tidak diharapkan di RSUD Kapuas
pelayanan kesehatan harus diketahui adanya kejadian pasien jatuh
menyelenggarakan keselamatan pasien. dari tempat tidur, pasien terjatuh di area
Penyelenggaraannya menerapkan Rumah Sakit yang sedang direnovasi serta
standar keselamatan pasien. Agar standar beberapa kejadian lainnya. Ironisnya
keselamatan pasien tersebut tercapai, kejadian belum terdokumentasikan dalam
perlu upaya pemenuhan sasaran sistem pencatatan dan pelaporan kejadian
keselamatan pasien yang meliputi tidak diharapkan di Rumah Sakit.
tercapainya enam hal (Sutoto, 2017) yaitu Masyarakat dimana salah satu
Sasaran I Ketepatan identifikasi pasien, anggota keluarganya dirawat Rumah
Sasaran II Peningkatan komunikasi yang Sakit, tentunya mempunyai hak untuk
efektif, Sasaran III Peningkatan keamanan memastikan anggota keluarga terjamin
obat yang perlu diwaspadai (high-alert), keselamatannya ketika menjadi pasien
Sasaran IV Kepastian tepat lokasi, tepat dengan mengetahui 6 Sasaran
prosedur, tepat pasien operasi, Sasaran V keselamatan pasien. Seperti yang
Pengurangan risiko infeksi terkait disampaikan oleh Notoatmodjo, (2005)
pelayanan kesehatan, Sasaran VI bahwa peranan pendidikan kesehatan
Pengurangan risiko pasien jatuh. adalah melakukan intervensi faktor
Saat ini era globalisasi membawa perilaku sehingga perilaku individu,
perkembangan pesat dalam perkembangan kelompok atau masyarakat sesuai dengan
Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) nilai kesehatan. Untuk itu peran aktif
kesehatan. Kondisi tersebut berdampak masyarakat dalam mencegah dan
pada tuntutan pelayanan, dimana sekarang mengenali kejadian tidak diharapkan
lebih kompleks dan semakin berkembang. sedini mungkin dapat diawali dengan
Tindakan berisiko kejadian tidak edukasi yang memadai mengenai
diharapkan terjadinya kerugian dan keselamatan pasien.
banyak bertambahnya masalah-masalah Kader kesehatan merupakan
kesehatan semakin banyak. Meningkatnya anggota masyarakat yang dipilih dari dan
perkembangan teknologi memberikan oleh masyarakat, mau dan mampu
kemudahan bagi masyarakat untuk bekerjasama dalam berbagai kegiatan
mendapatkan berbagai informasi termasuk kemasyarakatan secara sukarela dan
juga informasi tentang hal kesehatan, bertugas mengembangkan masyarakat.
sehingga pengetahuan masyarakat tentang Kader merupakan pilar utama penggerak
kesehatan semakin bertambah. pembangunan khususnya di bidang
Akibat dari insiden kejadian tidak kesehatan. Mereka secara swadaya
diharapkan dalam pelayanan kesehatan dilibatkan Puskesmas dalam kegiatan
bisa mengakibatkan cedera pada pasien, pelayanan di masyarakat. Untuk itu, kader
dapat berupa cedera ringan, cedera sedang harus memahami keselamatan pasien
(reversible), cedera berat (irreversible) sehingga dapat bekerjasama sebagai tim
bahkan kematian. Hasil penelitian pelayanan kesehatan untuk mendukung
kejadian tidak diharapkan yang dilakukan proses terjaminnya keselamatan pasien.
Utarini dkk, terhadap 4500 dokumen Berdasarkan hal yang diatas
medik pasien rawat inap pada 15 Rumah peneliti terdorong untuk mengangkat
Sakit, diperoleh hasil bahwa angka judul pengetahuandan sikap kader
kejadian tidak diharapkan yang bervariasi kesehatan tentang keselamatan pasien.
antara 8,0% sampai 98,2%. Tujuan penelitian adalah mengetahui

Pengetahuan dan Sikap Kader Kesehatan Tentang Keselamatan Pasien 2


Journal Scientific Solutem, Vol.1 No. 1 (2018)

pemahaman pengetahuan, dan sikap kader Selanjutnya dikategorikan atas


kesehatan tentang keselamatan pasien. baik, cukup dan kurang dengan definisi
sebagai berikut: Baik, apabila responden
Metode Penelitian memiliki sikap yang baik terhadap
Dengan memperhatikan sebagaian besar atau seluruhnya tentang
permasalahan yang ada dalam penelitian keselamatan pasien (Skor jawaban kader
ini, maka desain penelitian yang > 75% dari nilai tertinggi yaitu > 9),
digunakan adalah deskripsi. Populasi pada Cukup, apabila responden memiliki sikap
penelitian ini adalah kader kesehatan yang yang baik terhadap sebagaian tentang
berada di wilayah binaan Puskesmas keselamatan pasien (Skor jawaban kader
Semper Barat I. Sampel ditetapkan 40% - 75% dari nilai tertinggi yaitu 2 –
menggunakan pendekatan probability 4), Kurang, apabila responden memiliki
Sampling dengan sampel berkelompok sikap yang baik terhadap sebagaian kecil
(cluster). Terdapat 6 RW dengan jumlah tentang keselamatan pasien (Skor jawaban
kader lansia 50 orang. Peneliti mengambil responden < 40% dari nilai tertinggi yaitu
hanya 3 RW (sebagai cluster sampel) jadi < 2). Analisis Data. Data diolah dengan
n=3. Dari ketiga cluster sampel tersebut menggunakan metode uji statistic yaitu
dilakukan pengukuran, sehingga peneliti analisis univariat.
mendapatkan sampel sebesar 27 kader
kesehatan (Sugiyono, 2010). Hasil Penelitian
Data yang digunakan pada Penelitian ini dilakukan di
penelitian ini diperoleh melalui kuesioner. Akademi Keperawatan Bina Insan
Diawali dengan umur dan pendidikan dari Jakarta. Populasi pada penelitian ini
responden. Selanjutnya umur adalah kader kesehatan yang berada di
dikelompokkan menjadi nilai rata-rata, wilayah binaan Puskesmas Semper Barat.
nilai minimal dan maksimal. Sedangkan Berdasarkan hasil pengolahan data maka
pendidikan dikelompok-kan menjadi tiga berikut ini akan disajikan analisis
kategori SD, SMP, SMA. Pengetahuan univariat yang melihat distribusi frekuensi
responden diukur melalui 12 pertanyaan. dari data demografi responden yang
Responden yang menjawab benar diberi disajikan dalam bentuk tabel.
skor 1 sedangkan yang menjawab salah 1. Distribusi frekuensi berdasarkan
diberi skor 0. Jadi skor tertinggi yang umur.
dapat dicapai responden adalah 12. Distribusi frekuensi berdasarkan umur
Selanjutnya dikategorikan atas dapat dilihat pada tabel berkut ini:
baik, cukup, kurang dengan definisi Tabel-1 Distribusi Frekuensi Responden
sebagai berikut; Baik apabila responden Berdasarkan Umur di Akademi
mengetahui sebagian besar atau Keperawatan Bina Insan Jakarta
seluruhnya tentang keselamatan pasien Variable Mean SD Minimal- 95%
(Skor jawaban kader> 75%, dari nilai Maksimal CI
tertinggi yaitu > 9), Cukup apabila kader Umur 48,67 6,79 38-60 45,98-
mengetahui sebagian tentang keselamatan 51,37
pasien (Skor jawaban responden 40% - Sumber : Data Primer 2018
75% dari nilai tertinggi yaitu: 5 – 9), Dari table-1 hasil analisis
Kurang, apabila responden mengetahui didapatkan rata-rata umur responden
sebagian kecil tentang keselamatan pasien adalah 48,67 Tahun dengan standar
(Skor jawaban responden < 40%, dari deviasi 6,79 Tahun. Umur termuda 38
nilai tertinggi yaitu < 5). Sikap diukur Tahun dan umur tertua 60 Tahun. Dari
melalui 12 pertanyaan, Responden yang hasil estimasi interval dapat disimpulkan
menjawab benar akan diberi skor 1 bahwa 95% diyakini rata-rata umur
sedangkan jika menjawab salah diberi responden adalah antara 45,98 sampai
skor 0, sehingga skor tertinggi yang dapat dengan 51,37 Tahun.
dicapai responden adalah 12. 2. Distribusi frekuensi berdasarkan
pendidikan.

Pengetahuan dan Sikap Kader Kesehatan Tentang Keselamatan Pasien 3


Journal Scientific Solutem, Vol.1 No. 1 (2018)

Distribusi frekuensi berdasarkan mempunyai sikap baik yaitu 17 responden


pendidikan dapat dilihat pada tabel (63%) dan sikap cukup sebanyak 10
berikut ini: responden (37%).
Tabel-2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pendidikan di Akademi Pembahasan
Keperawatan Bina Insan Jakarta Dari hasil penelitian tentang
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%) pengetahuan dan sikap kader kesehatan
SMP 6 22,3 tentang keselamatan pasien dapat dibahas
SMA 20 74,1 sbb :
D3 1 3,7 1. Pengetahuan kader kesehatan tentang
Total 27 100 keselamatan pasien.
Sumber: Data Primer 2018 Pengetahuan merupakan resultan
Dari table-2 diatas menunjukkan dari akibat proses penginderaan terhadap
dari 27 responden yang diteliti sebanyak suatu objek. Proses pengindraan tersebut
20 responden (74,1%) dengan tingkat sebagian besar berasal dari penglihatan
pendidikan SMA 6 responden (22,3%), dan pendengaran. Pengetahuan
pendidikan SMP dan 1 responden (3,7%) merupakan suatu kemampuan seseorang
dengan tingkat pendidikan D3. dalam mengingat dan memahami serta
3. Distribusi frekuensi berdasarkan penilaian keseluruhan suatu materi yang
pengetahuan. telah dipelajari sebelumnya sehingga
Distribusi frekuensi berdasarkan mampu menjelaskan, menjabarkan dan
pengetahuan dapat dilihat pada tabel menghubungkan bagian-bagian materi
berikut ini: dalam satu bentuk keseluruhan yang
Tabel-3. Distribusi Frekuensi Responden masih terstruktur berdasarkan kriteria
Berdasarkan Pengetahuan di Akademi yang sudah ada atau yang ditemukan
Keperawatan Bina Insan Jakarta sendiri.
Pengetahuan Jumlah Persentase (%) Pengetahuan ini dapat diperoleh
Kurang 1 3,7 dari berbagai sumber media, misalnya
Cukup 19 70,4 media massa, media elektronik, buku
Baik 7 25,9 petunjuk, media poster dan lain
Total 27 100 sebagainya (Notoadmojo, 2007). Lebih
lanjut disebutkan bahwa Pengetahuan
Sumber: Data Primer 2018
adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui
Dari table-3 diatas menunjukkan
proses sensoris dan ini terjadi setelah
pengetahuan responden paling banyak
orang melakukan penginderaan terhadap
adalah berada pada pengetahuan cukup
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
yaitu 19 responden (70,4%), pengetahuan
melalui panca indra, yakni indera
baik 7 responden (25,9%) dan responden
penglihatan, pendengaran, penciuman,
yang mempunyai pengetahuan kurang 1
rasa, dan raba, khususnya mata dan
responden (3,7%).
telinga terhadap objek tertentu.
4. Distribusi frekuensi berdasarkan sikap.
Dari hasil penelitian
Distribusi frekuensi berdasarkan
menunjukkan bahwa pengetahuan
sikap dapat dilihat pada tabel berikut ini:
responden tentang keselamatan pasien
Tabel-4. Distribusi Frekuensi Responden
menunjukkan bahwa ada 19 (70,4 % )
Berdasarkan Sikap di Akademi
yang menunjukkan kategori cukup, 7 (25,
Keperawatan Bina Insan Jakarta
9 %) menunjukkan pengetahuan baik dan
Sikap Jumlah Persentase (%)
hanya 1 (3,7%) yang memiliki
Cukup 10 37
pengetahuan kurang.
Baik 17 63 Hal ini berarti bahwa responden
Total 27 100 memiliki kemampuan pengetahuan
Sumber: Data Primer 2018 tentang keselamatan pasien dalam
Dari table-4 hasil analisis kategori yang memadai. Hal ini didukung
didapatkan sikap responden paling banyak dari karakteristik responden dari aspek

Pengetahuan dan Sikap Kader Kesehatan Tentang Keselamatan Pasien 4


Journal Scientific Solutem, Vol.1 No. 1 (2018)

usia berada pada rentang 45 – 51 tahun, bereaksi terhadap objek di lingkungan


usia yang cukup untuk menunjukkan tertentu sebagai suatu penghayatan
semakin berkembangnya daya tangkap terhadap suatu objek.
dan pola pikir seseorang, sehingga Hasil penelitian menunjukkan
perolehan pengetahuan yang didapat dari responden yang memiliki sikap baik
berbagai sumber semakin membaik. (63%) lebih banyak dibandingkan dengan
Hal yang sama dikemukakan oleh sikap cukup (37%). Hal ini sejalan dengan
Nursalam (2002) bahwa seseorang yang pengetahuan responden yang juga lebih
lebih dewasa akan mendapatkan lebih banyak ber-kategori cukup (70,4%). Ini
banyak kepercayaan dari masyarakat. berarti bahwa kecenderungan untuk
Dengan demikian seorang kader bertindak (sikap) dipeng-aruhi oleh
kesehatan dituntut untuk lebih banyak pengetahuan.
memiliki pengetahuan, sehingga bisa Pengetahuan merupakan domain
lebih eksis dalam melaksanakan tugasnya. yang sangat penting untuk ter-bentuknya
Penelitian tentang pengetahuan sikap terbuka. Mereka yang memiliki
ini juga didukung oleh pendidikan pengetahuan yang baik tentang sesuatu
responden yang lebih banyak berada pada hal akan cenderung memiliki sikap yang
level pendidikan SMA yakni 20 (74,1 %), baik /positif untuk dirinya (Notoatmojo,
sebagaimana dikemukakan oleh Effendi 2007). Hal yang sama juga dikemukakan
(2008) bahwa semakin tinggi pendidikan Hasbullah (2008), yang menyatakan
seseorang maka semakin mudah untuk bahwa terbentuknya sikap seseorang
menerima informasi, artinya pengetahuan terhadap suatu objek dalam hal ini tentang
yang cukup dimiliki oleh kader kesehatan keselamatan pasien juga dapat
tentang keselamatan pasien menjadi dipengaruhi oleh lingkungan, kebudayaan
modal yang baik dalam memberikan dan media massa.
pelayanan kepada masyarakat Sedangkan penelitian Yayat
2. Sikap kader kesehatan tentang Suharyat mengemukakan bahwa sikap
keselamatan pasien. spesifikasi seseorang yang dapat
Sikap merupakan reaksi atau mempengaruhi perilaku adalah sikap
respon yang masih tertutup dari seseorang sosial yang dinyatakan ber ulang ulang
tehadap stimulus atau objek. Sikap secara pada kegiatan sama atau lebih lazimnya
nyata menunjukkan adanya kesesuai-an disebut kebiasaan, dorongan, keinginan,
reaksi terhadap rangsangan. Sikap adalah dan hasrat yang berasal dari dalam diri
suatu bentuk evaluasi atau reaksi sedangkan kekuatan pendorong dapat
perasaan. nasihat, penyuluhan dan informasi.
Sikap seseorang terhadap suatu Hal yang sama juga dikemukakan
objek adalah perasaan mendukung Hurrock (2008) bahwa berkembangnya
(Favorable) maupun perasaan tidak sikap dan perilaku kesehatan seseorang
mendukung atau tidak memihak berjalan seiring dengan umur. Lebih
(unfavorable) pada objek tersebut. Secara lanjut Depkes RI (2008) menyebutkan
lebih spesifik Thursione umur merupakan salah satu variable dari
memformulasikan sebagai “derajat efek model demografi yang digunakan sebagai
positif atau efek negatif terhadap suatu ukuran mutlak atau indikator psikologis
objek psikologis” (Notoatmojo,2007). yang berbeda.
Lebih lanjut dikemukakan oleh Semakin cukup umur, tingkat
Newcombe yang dikutip oleh kematangan dan kekuatan seseorang akan
Notoatmojo (2007) menyatakan sikap lebih dalam berfikir dan bekerja
itu merupakan kesiapan atau kesediaan (Notoatmojo, 2007), Demikian juga
bertindak dan bukan pelaksana motif pendidikan yang berperan dalam proses
tertentu. Sikap belum merupakan suatu perubahan sikap dan tata laku seseorang.
tindakan atau aktifitas akan tetapi kredit Dengan demikian sikap kader kesehatan
posisi tindakan suatu perilaku tertentu. yang baik dalam penelitian ini menjadi
Sikap me-rupakan reaksi kesiapan untuk kekuatan dalam menjalankan tugasnya.

Pengetahuan dan Sikap Kader Kesehatan Tentang Keselamatan Pasien 5


Journal Scientific Solutem, Vol.1 No. 1 (2018)

[9] Utarini,Et.Al (2010) Pasien Dan


Penutup Masyarakat Sebagai Mitra Menuju
Simpulan Rumah Sakit Berstandar Internasional
Dari hasil penelitian tentang
pengetahuan dan sikap kader kesehatan
tentang keselamatan pasien disimpulkan
bahwa pengetahuan para kader kesehatan
berada pada kategori cukup dan baik.
Sementara dari aspek sikap berada pada
kategori baik dan cukup. Kedua aspek ini
didukung oleh pendidikan dan umur dari
para responden. Dengan demikian kegiat-
an para kader kesehatan dapat ter-laksana
dengan baik.
Saran
Diharapkan para kader kesehatan
senantiasa meningkatkan pengetahuan dan
sikapnya melalui pelatihan-pelatihan baik
yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat. Demikian juga
banyak menggali informasi-informasi
kesehatan dan keselamatan pasien dari
berbagai media.

Daftar Pustaka
[1] Azwar, S. 2005. Sikap Manusia Teori
dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar
Offset Yogyakarta.
[2] Hasbullah, (2008), Dasar-dasar ilmu
pendidikan, edisi I. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
[3] Notoatmodjo,S (2007) Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT.
Rineke Cipta.
[4] Panesar dkk (2017), At a Glance
Keselamatan Pasien Dan Peningkatan
Mutu Pelayanan Kesehatan,
Erlangga:PT.Gelora Aksan.
[5] Permenkes No:11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien, diambil dari
http://www.indonesia-publicheal-
th.com/download permenkes-nomor-
11-tahun-2017-tentang-keselamatan-
pasien
[6] Sugiyono (2010), Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
Alfabeda, Bandung.
[7] Sutoto,(2017). KARS: Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit.
Edisi 1.
[8] Tim,(2010) UU RI No:36 Tahun 2005
Tentang Kesehatan.

Pengetahuan dan Sikap Kader Kesehatan Tentang Keselamatan Pasien 6

Anda mungkin juga menyukai