Anda di halaman 1dari 4

JUDUL Pola Kerentanan Antibiotik dari Ulkus Kornea Akibat Peudomonas pada

JURNAL Pengguna Lensa Kontak


LATAR Pseudomonas aeruginosa adalah penyebab utama dari penggunaan lensa
BELAKANG kontak yang mengakibatkan keratitis dan ulkus kornea. P. aeruginosa
adalah bakteri gram negative. Faktor predisposisi seperti trauma,
penggunaan lensa kontak, penyakit mata, dan perawatan pada Intensive
Care Unit dapat memegang peran dalam perkembangan terjadinya ulkus
kornea. Ini adalah praktek umum untuk memilih terapi antibiotik empiris
terhadap P. aeruginosa pada ulkus kornea akbat lensa kontak sampai hasil
kulturnya diketahui.
TUJUAN untuk menentukan efikasi dari terapi antibiotic empiris sebagai terapi
initial untuk ulkus kornea yang disebabkan penggunaan lensa kontak dan
untuk membandingkan hasil dari antibiograms mengenai regimen
antibotik yang paling efektif sebagai antibiotik initial.
METODOLOGI Penelitian cross-sectional melibatkan semua pasien dengan ulkus kornea
akibat penggunaan lensa kontak yang dirawat di pusat dari Maret 2009
sampai Maret 2010. Setelah pemeriksaan awal, 52 subjek termasuk 9 laki-
laki dan 43 perempuan yang hasil kulturnya positif terdapat P. aeruginosa
disertakan kedalam penelitian.
Semua subjek penelitian adalah pengguna lensa kontak jenis soft lens
baik yang sekali pakai ataupun yang yang dapat dipakai berulang.
Regimen desinfeksi termasuk hydrogen peroksida atau tanpa regimen
pembersih.
Di pusat dalam praktek kesehariannya untuk kasus ulkus kornea selalu
dilakukan apusan gram dan kemudian dilakukan kultur specimen di dalam
3 medium yang berbeda: agar darah, agar coklat, dan saboroud agar
(untuk infeksi jamur). Ketika hasil kultur positif terdapat keratitis
bacterial setelah 72 jam, antibiogram dan kerentanan ditentukan dengan
media Mueller-Hinton.
Dalam 39 subjek (75%), dianjurkan diberikan regimen antibiotik empiris
dengan ditambahkan ceftazidime dan vancomycin (setiap 5 menit dalam
satu jam pertama dan dilanjutkan setiap satu jam) saat kunjungan pertama
dan segera setelah mengorek kornea untuk tes sensitivitas.
Ulkus eksentrik yang kecil (2x2mm atau kurang) (13 pasien (25%))
diberikan ciprofloxacin setiap jam setelah korek kornea dilakukan.
Regimen diteruskan untuk semua subjek selama lebih dari 72 jam dan
kemudian dikurangi setelah pasien dan dokter mengetahui keefektifan
dari respon klinisnya.
Kasus-kasus yang tidak mengalami perubahan dalam besar ulkus dan
keadaan klinis setelah 72 jam mendapatkan antibiotik baru berdasarkan
hasil antibogramnya.
HASIL Keberhasilan respon klinis didapatkan 81% dari kelompok setelah
diberikan terapi antibiotic. Transplantasi membrane amnion dilakukan
pada 10 subjek (19%) dengan rata-rata usia 21 tahun dan rata-rata ukuran
ulkus kornea 4x4 mm. hipopion didapatkan pada 58% subjek yang
menjalani transplantasi membrane amnion.
Hasil antibiograms mengindikasikan 100% dari kasus dengan P.
aeruginosa sensitif terhadap ceftazidime dan ciprofloxacin, sedangkan
amikacin, imipenem, and gentamicin adalah antibiotik yang efektif kedua
setelahnya.
DISKUSI  Pengguna kontak lensa menunjukkan peningkatan risiko untuk
pengembangan keratitis bakteri dan ulkus kornea, dan P. aeruginosa
adalah penyebab paling umum dari itu.
 P. aeruginosa cenderung melekat pada permukaan lensa kontak dan
ditransfer melalui epitel kornea merusak penetrasi lapisan lebih dalam
dari kornea dan menyebabkan ulkus kornea. Infeksi beratà kebutaan
permanen
 Berdasarkan penelitian sebelumnya kejadian keratitis bakteri pada
pengguna kontak lensa :
- 2/100.000 per tahun pada pengguna kontak lensa yang keras
- 2.2-4.1/100.000 per tahun pada pengguna lensa kontak sekali
pakai
- 13,3-20,9/100.000 per tahun pada pengguna lensa kontak
konvensional
- Resiko pada penggunaan lensa kontak terapi bahkan lebih
tinggi yaitu sekitar 52/100.000 per tahun
 Faktor resiko : pemakaian sampai malam, merokok, laki-laki, dan
sosial ekonomi. Pada penelitian ini lebih banyak subyek perempuan
dibandingkan laki-laki dengan ulkus kornea karena penggunaan lensa
kontak berwarna sebagai aksesori fashion untuk wanita dapat
menjelaskan perbedaan. Namun kesimpulan tentang kemungkinan
peran gender bisa jadi tidak mungkin à ukuran sampel yang kecil
 Faktor predisposisi kegagalan pengobatan usia tua, ulkus ukuran
medium atau besar, hypopion, dan visus turun. Pada penelitian ini
menegaskan kemungkinan peran hypopion dan besar ukuran ulkus
dan penelitian ini tidak dapat menjelaskan peran kemungkinan usia
tua atau ketajaman visual à tidak dipertimbangkan dalam penelitian
ini
 Pinna et al à melaporkan bahwa resistensi terhdap multipel antibiotik
sering terjadi pada semua strain P. aeruginosa, sedangkan tingkat
kerentanannya 100% terhadap aminoglikosida dan fluoroquinolon. Ly
et al à sebagian besar ulkus kornea sensitif terhadap ciprofloxacin dan
aminoglikosida. Pada penelitian ini, hampir semua kasus resisten
terhadap lebih dari 4 antibiotik, tetapi sensitif terhadap ceftazidime
dan ciprofloxacin 100%.
 Penulis sebelumnya telah menyarankan inisial treatment pada ulkus
kornea oleh generasi pertama sefalosporin dengan aminoglikosida
dibandingkan dengan Penelitian ini menyarankan untuk penggunaan
bersama dengan ceftazidime dan amicacin atau ceftazidime dan
ciprofloxacin.
 Paramater klinik selanjutnya siperlukan untuk memantau respon
klinik terhadap terapi antibiotik dengan mengumpulkan perimeter dari
akibat infiltrate stroma, menurunkan densitas infiltrate stroma,
mengurangi edema stroma dan plak inflamasi endotel, mengurangi
inflamasi pada COA, reepitelisasi, dan penghentian dari penipisan
kornea.
 Masalah yang lebih umum pada pasien yang memakai lensa kontak
kosmetik dibandingkan pasien yang memakai terapi lensa kontak
Alasannya:
- Pendidikan rendah pada pemakai lensa kosmetik tentang
kebersihan lensa kontak
- Absen tindak lanjut kunjungan bagi pemakainya lensa kosmetik
- Menggunakan steroid topikal tanpa konsultasi dari dokter mata.
KESIMPULAN P. aeruginosa sangat sensitif terhadap ceftazidime, ciprofloxacin, dan
amikacin. Semua kasus resisten terhadap cefazolin. Resisten terhadap
multipel antibiotic dapat menjadi perhatian penting pada pasien dengan
ulkus kornea. Di pusat-pusat rujukan yang menangani ulkus kornea,
regimen antibiotic initial perlu diubah dari waktu ke waktu untuk
menghindari fenomena ini

Anda mungkin juga menyukai