Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Kecacingan dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga
bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan, 2 Desember 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ........................................................................................................... 4
2.2 Jenis – jenis Cacing ............................................................................................ 4
2.3 Gejala – gejala Cacingan .................................................................................... 5
2.4 Dampak ............................................................................................................... 6
2.5 Cara Penularan .................................................................................................... 7
2.6 Pencegahan ......................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Prevalensi angka kecacingan di Indonesia masih cukup tinggi, antara 45 – 65%,
bahkan pada daerah –daerah tertentu yang kondisi lingkungannya buruk bisa mencapai
80%, angka tersebut tergolong tinggi. Di beberapa daerah di Indonesia terutama di daerah
pedalam belum semua mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, kasus infeksi cacing
yang kronik banyak ditemukan di daerah pedalaman yang secara latar belakang
pengetahuan kesehatan dan pendidikan rendah.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi tingginya angka kecacingan pada
masyarakat Indonesia selain karena kondisi lingkungan geografis, juga karena factor
kersadaran untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat, rendahnya pengetahuan
kesehatan, dan kurangnya penyuluhan kepada masyarakat terutama di daerah terpencil
memberi kontribusi tingginya angka kecacingan di Indonesia.
Apabila dicermati lebih lanjut, infeksi cacing ini sepele, tetapi pengaruhnya bisa
sangat mengganggu terutama pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, infeksi
ringan mengakhibatkan anemia dengan berbagai manifestasi kilinis, baik yang terlihat
secara nyata maupun yang tidak terlihat. Kasus infeksi yang sedang sampai berat bisa
mengakhibatkan adanya gangguan penyerapan pada usus dan gangguan beberapa fungsi
organ dalam. Apabila hal ini terjadi pada masa anak-anak terutama disekolah, maka akan
sangat mengganggu proses belajar mengajar, secara nyata anak bisa mengalami
kemunduran prestasi, yang disadari atau tidak hal tersebut mempengaruhi masa depan
mereka. Kasus infeksi pada orang dewasa biasanya tidak disadari, contoh kasus pada
infeksi filaria, membutuhkan waktu yang cukup panjang dari infeksi sampai

1
terjadinyaelephantiasis (Kaki gajah) beberapa kasus menunjukkan bahwa orang yang
terinfeksi mengetahui bahwa dirinya terkena elephantiasis setelah kakinya membesar.
Fenomena infeksi cacing ini seperti gunging es, yang muncul ke permukaan kecil,
tetapi sebenarnya banyak kasus dan kejadian infeksi cacing yang tidak terekspos. Kita
sebagai warga masyarakat kesehatan yang mengetahui tentang hal ini idealnya turut
memberi sumbangan terhadap peningkatan derajat kesehatan, dalam hal ini adalah menekan
kejadian infeksi cacing.
Penyakit yang sering terjadi ini sangat menganggu tumbuh kembang anak. Sehingga
sangat penting untuk mengenali dan mencegah penyakit cacing pada anak sejak dini.
Gagguan yan ditimbulkan mulai dari yang ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat
bahkan sampai mengancam jiwa. Secara umum gangguan nutrisi atau anmeia dapat terjadi
pada penderita. Hal ini secara tidak langsung akan mengakibatkan gangguan kecerdasan
pada anak.
Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur
terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21 persen di
antaranya menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor.
Data tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa provinsi
pada tahun 2006.
Hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan
prevalensi antara 2,2 persen hingga 96,3 persen. Sekitar 220 juta penduduk Indonesia
cacingan, dengan kerugian lebih dari Rp 500 miliar atau setara dengan 20 juta liter darah
per tahun. Penderita tersebar di seluruh daerah, baik di pedesaan maupun perkotaan. Karena
itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan kami bahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Apa pengertian cacingan

2
2) Cacing-cacing apa sajakah yang menyebabkan caingan ?
3) Bagaimana gejala-gejala jika manusia mengalami cacingan ?
4) Bagaimana dampak dari cacingan ?
5) Bagaimana cara penularan cacingan ?
6) Bagaimana cara pencegahan agar terhindar dari penyakit cacingan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1) Pembaca dapat memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan penyakit
cacingan.
2) Pembaca dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis cacing yang menyebabkan
cacingan.
3) Dapat mengetahui gejala-gejala pada manusia jika mengidap penyakit cacingan.
4) Mengetahui dampak dari penyakit cacingan.
5) Mengetahui cara pencegahan untuk menghindari penyakit cacingan.

1.4 Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami mengenai penyakit cacingan, sehingga dapat
mencegah untuk terpapar penyakit cacingan. Makalah ini juga dapat dijadika referensi bagi
makalah selanjutnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam
infeksi yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh
inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil
nutrisi daritubuh inangnya. Pada kasus cacingan, maka cacing tersebut bahkan dapat
melemahkantubuh inangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan.
Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap diri sendiri
ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui larva/telur yang tertelan &
masuk ke dalam tubuh. Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong &
panjang yang berawaldari telur/larva hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing dapat
menginfeksibagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada kulit, otot, paru-paru,
ataupun usus/saluran pencernaan Penyakit cacingan, khususnya pada anak sering dianggap
sebagai penyakit yang sepeleoleh sebagian besar kalangan masyarakat. Padahal penyakit ini
bisa menurunkan tingkatkesehatan anak. Di antaranya, menyebabkan anemia, IQ menurun,
lemas tak bergairah,ngantuk, malas beraktivitas serta berat badan rendah.

2.2 Jenis-Jenis Cacing


Cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada cacing gelang, cacing pita dan
cacing pipih. Berikut jenis-jenis cacing :
1) C a c i n g G e l a n g ( A s c a r i s l u m b r i c o i d e s )
Warna : Merah muda atau putih; Besarnya : 20 - 30 cm; Hidup di : Usus kecil. Cara
Penularannya Telur cacing masuk melalui mulut, menetas di usus kecil menjadi larva, larva
dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati, bila larva ini sampai ke tenggorokan

4
dan tertelan, mereka masuk ke dalam usus kecil danmenjadi dewasa di sana, Cacing gelang
dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari.
2) C a c i n g C a m b u k ( T r i c u r i s T r i c h i u r a )
Warna : Merah muda atau abu-abu; Besarnya : 3 - 5 cm; Hidup di : Usus besar; Cara
Penularannya telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan, menetas di usus kecil dan
tinggal di usus besar, telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah siklus
ini.
3) C a c i n g T a m b a n g ( A n c y l o s t o m i a s i s )
Warna : Merah; Besarnya : 8 - 13 mm; Hidup di : Usus kecil; Cara Penularannya larva
menembus kulit kaki; melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk;
larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan dirinya untuk
mengisap darah. Cacing tambang merupakan infeksi cacing yang paling
merugikan kesehatan anak-anak.Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan
anemia (kurang darah). Cacing tambang dapatmengisap darah 10 - 12 mililiter setiap hari.
4) Cacing Kremi (Enterobius Vermicularis)
Warna : Putih; Besarnya : 1 cm; Hidup di : Usus besar; Cara Penularannya cacing betina
bertelur pada malam hari di anus, anus menjadi gatal, garukan pada anus
membawa telur cacing ini menyebar. Melalui kontak dengan tempat tidur, bantal,
sprei, pakaian, telur cacing kremi dibawa ke tempatlain. Jika telur-telur ini termakan,
terulanglah siklus ini.

2.3 Gejala – Gejala Cacingan


Secara khususnya : Cacing kremi : Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah
anus atau vulva(kemaluan wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing
kremibiasanya akan keluar dari permukaan tubuh untuk menaruh telurnya di
sekitar anus/vulva. Cacing juga biasanya dapat terlihat di feses.

5
Cacing gelang : Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis
Toxocaracanis dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata
karenamenimbulkan radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga dapatberpindah
ke bagian paru-paru menyebabkan timbulnya batuk & asma, sertamenimbulkan bengkak di organ tubuh
lain. Cacing Tambang : Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat
menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata & otak.
Selain hal tersebut di atas, gejala lain yang mungkin timbul adalah rasa mual, lemas,
hilangnya nafsu makan, rasa sakit di bagian perut, diare, turunnya berat badan karena
penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan.
Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke
organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala demam,
adanya benjolan di organ/jaringan tersebut, dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing,
infeksi bakteri, kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena.

2.4 Dampak
Anak-anak akan mengalami berbagai dampak psikologis bila mereka terkena
penyakit cacingan. Dampak psikologis yang terjadi pada si anak bila menderita
penyakit cacing kremi, si anak akan merasakan gatal di anusnya pada malam hari
sehingga si anak akan menagis dan terganggu waktu tidurnya. Pada anak yag menderita
penyakit karena cacing tambang, Cacing tambang ini merupakan infeksi cacing yang paling
merugikan kesehatan anak-anak. Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia
(kurang darah), sehingga sianak akan lemas untuk beraktivitas jadi terganggu aktivitas
sehari-harinya, Konsetrasi dan daya ingat anak yang menurun sehingga anak sulit mencerna
pelajaran di sekolah.
Penderita cacingan di kalangan anak sekolah juga cukup tinggi. Menurut
survei yang pernah dilakukan di Jakarta, terutama pada anak Sekolah Dasar (SD)
menyebutkan sekitar 49,5 persen dari 3.160 siswa di 13 SD ternyata menderita cacingan.

6
Siswa perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi, yaitu 51,5 persen dibandingkan dengan
siswa laki-laki yang hanya 48,5 persen. Biasanya seorang siswa yang terinfeksi cacing
akan mengalami kekurangan hemoglobin (Hb) hingga 12 gr persen, dan akan berdampak
terhadapkemampuan darah membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh, termasuk ke
otak. Akibatnya, penderita cacingan terserang penurunan daya tahan tubuh serta
metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing
yang dikandungnya. Jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan
menunjukkan gejala keterlambatan fisik, mental dan seksual.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi
penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit ini
kecil sekali perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS yang
menyedot anggaran cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama pentingnya dan
sikap masyarakat sendiri juga tak peduli terhadap penyakit jenis ini.

2.5 Cara Penularan

7
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang
tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang
banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit
cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia.
Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang
tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu
naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang
menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di
pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga
bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia,
cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan.
Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak. Setiap satu cacing
gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari.
Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang
minum 0,2 milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat
gizi dan darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan
200.000 telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka
sanggup memproduksi 600.000 telur.

2.6 Pencegahan
 Cucilah tangan sebelum makan.
 Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila
orangtua meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya
telur cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak
cacing di perut kita.

8
 Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara
masuknya pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator
americanus ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui
larva cacing yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke
usus melalui trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai
Cutaneus Larva Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus:
kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai ke usus,
larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah manusia.
Oleh sebab itu Anda akan anemia. *Lha wong berbagi darah dan hidup dengan
cacing
 Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di
antara kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
 Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap
kotoran baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita
masih banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan
perilaku ini maka kotoran-kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari
lingkungannya. Dan, jika lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang
bulu. Orang yang sudah menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat
dihinggapi parasit cacing ini.
 Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk
menyiram tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik
mungkin. Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.⁠
 Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika
air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur
cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga
ke meja makan.

9
 Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang
mengalir. Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang
mengalir, di samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang
mengalir. Cara mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel Cerdas
mengolah Sayuran : Menjamin Ketersediaan Nutrisi.
 Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk.
Yang harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita
makan sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita
rasakan manfaatnya. Ulasan saya tentang makanan mentah yang menyehatkan dapat
dilihat pada artikel Diet Sunda ini.
 Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau
anjing pada tempat pembuangan khusus
 Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda
yang risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering
bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering
berhubungan dengan tanah.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gejala umum jika terinfeksi cacing adalah timbulnya rasa mual, lemas, hilangnya
nafsu makan, rasa sakit di bagian perut, diare, dan turunnya berat badan karena penyerapan
nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan. Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing
sudah berpindah tempat dari usus ke organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ &
jaringan, dapat timbul gejala demam, adanya benjolan di organ/jaringan tersebut, dapat
timbul reaksi alergi terhadap larva cacing, infeksi bakteri, kejang atau gejala gangguan
syaraf apabila organ otak sudah terkena.
Penularan cacing : cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau
minuman yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus
halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
Pencegahan infeksi ini relative mudah, yaitu dengan pola hidup bersih dan sehat,
menjaga kesehatan diri dan lingkungan, mengkonsumsi obat cacing setiap 6 bulan sekali,
dan konsultasi kesehatan apabila ada gejala yang tidak beres di dalam tubuh kita dan
keluarga kita.

3.2 Saran
Sebaiknya pengobatan diberikan kepada seluruh anggota keluarga untuk mencegah
atau mewaspadai terjadinya cacingan tersebut. Selama masa pengobatan hindari penularan
cacingan ke anggota keluarga lain dengan cara mencuci tangan dengan sabun setiap
habis ke toilet atau sebelum menyentuh makanan, hindari juga untuk menutup mulut
dengan tangan yang belum dicuci. Menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci untuk
mencegah timbulnya cacingan kembali.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aivi. 2012. Penyakit Kecacingan. http://aivi-blogger-remaja.blogspot.com/, diakses pada


tanggal 09 April 2013.
Judarwanto, Widodo. 2013. Permasalahan Penyakit Cacing Pada
Anak.http://clinicforchild.wordpress.com/, diakses pada 13 April 2013.
NN. 2011. Kecacingan. http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/, diakses pada tanggal
13 April 2013.
NN. 2011. Kecacingan. http://id.wikipedia.org/, diakses pada tanggal 09 April 2013.
Wahyudi, Didik. 2012. Pencegahan Infeksi Cacing.http://aaknasional.wordpress.com/,
diakses pada tanggal 13 Appril 2013.

12

Anda mungkin juga menyukai