Anda di halaman 1dari 10

PENENTUAN FORMULA EMPIRIS MAGNITUDO LOKAL UNTUK

WILAYAH MALUKU UTARA


Basri Kamaruddin1, Iman Suardi1, Nova Heryandoko2
1
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
2
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(E-mail: basrikamaruddin23@gmail.com)

Abstrak

Magnitudo lokal merupakan salah satu skala magnitudo yang digunakan untuk
menyatakan kekuatan gempabumi lokal maupun regional. Selain itu, magnitudo lokal juga
bermanfaat untuk pengkajian bahaya seismik. Penelitian ini bertujuan untuk menetukan formula
empiris magnitudo lokal dan koreksi fungsi jarak (-log A0) di wilayah Maluku Utara. Penelitian ini
menggunakan sensor seismometer dari BMKG yang berada di wilayah Maluku Utara. Sebanyak
148 data amplitudo maksimum komponen vertikal 40 kejadian gempabumi dari tanggal 1
Desember 2013 – 31 Januari 2014 yang terekam di 6 sensor seismometer dengan jarak hiposenter
25 – 550 km dan kedalaman kurang dari 70 km digunakan dalam penelitian ini. Formula empiris
magnitudo lokal untuk wilayah Maluku Utara adalah 𝑀𝐿 = 𝑙𝑜𝑔 𝐴 + 0,651𝑙𝑜𝑔𝑅 + 0,0037𝑅 −
1,3568 dan koreksi fungsi jaraknya adalah −𝑙𝑜𝑔 𝐴0 = 0,651𝑙𝑜𝑔𝑅 + 0,0037𝑅 − 1,3568. Koreksi
stasiun untuk 6 sensor seismometer di wilayah Maluku Utara adalah sensor GLMI -0,057; sensor
LBMI -0,216; sensor MNI -0,322; sensor SANI 0,088; sensor TMSI -0,494; sensor TNTI 0,180.
Nilai koreksi stasiun yang positif mencerminkan amplifikasi yang rendah dan koreksi stasiun
negatif mencerminkan amplifikasi yang tinggi. Fungsi koreksi jarak wilayah Maluku Utara
memiliki kemiripan dengan wilayah California Tengah, yang berarti karakteristik atenuasi kedua
wilayah tersebut memiliki kemiripan.

Kata kunci: magnitudo lokal, koreksi fungsi jarak, atenuasi

Abstract

The energy of local and regional earthquakes is usually expressed by local magnitude. In
addition, local magnitude is also useful for seismic hazard assessment. The aims of this study are to
determine the empirical formula of local magnitude and the correction distance function (-log A0)
applied for North Moluccas region. This study used waveform data from the BMKG seismic
network located around North Moluccas region. We collected 148 maximum amplitude data of 40
earthquake events which are recorded by 6 seismometers with range of time from December 1,
2013 till January 31, 2014, hypocentral distance from 25 km till 550 km, and depth below 70 km.
The results of this study are the empirical formula of local magnitude, 𝑀𝐿 = 𝑙𝑜𝑔 𝐴 + 0,651𝑙𝑜𝑔𝑅 +
0,0037𝑅 − 1,3568, and the correction distance function, −𝑙𝑜𝑔 𝐴0 = 0,651𝑙𝑜𝑔𝑅 + 0,0037𝑅 −
1,3568, respectively. Also we found that the station correction values of the GLMI, LBMI, MNI,
SANI, TMSI, and TNTI seismic stations were -0.057, -0.216, -0.322, 0.088, -0.494, and 0.180,
respectively. Low amplification is indicated by the positive value of station correction; meanwhile
high amplification is by the negative. The correction distance function of North Moluccas region is
similar to the Central California region. It means that the attenuation characteristics of the two
regions have similarities.

Keywords: local magnitude, correction distance function, attenuation


I. PENDAHULUAN (Hasvkov dan Ottemoller, 2010).
Maluku utara berlokasi di bagian Havskov dan Ottemoller (2010)
timur Indonesi yang dilewati oleh zona menurunkan formulasi persamaan
subduksi ganda laut Maluku. Wilayah amplitudo gelombang S yang digunakan
ini merupakan salah satu wilayah aktif untuk penentuan formula empiris
gempabumi di Indonesia. Gempabumi magnitudo lokal.
yang terjadi di wilayah ini cenderung Formula empiris magnitudo lokal
gempabumi dangkal dan sedang untuk Maluku Utara yang dihasilkan
(Hutagalung, 2010). Sejak menjadi dalam penelitian ini menggambarkan
propinsi baru di Indonesia pada tahun karakteristik secara umum dari
1999, wilayah ini mengalami penjalaran gelombang seismik dan
perkembangan yang cukup signifikan atenuasi yang bergantung pada kondisi
dari segi ekonomi dan pembangunan lokal wilayah Maluku Utara.
infrastruktur (Badan Pusat Statistik
Maluku Utara, 2013). Dengan tingkat II. DATA DAN METODE
keaktifan gempabumi yang tinggi maka 2.1 Data
di wilayah ini diperlukan pengkajian Penelitian tentang formula empiris
resiko gempabumi untuk perencanaan magnitudo lokal ini menggunakan data
pembangunan terutama infrastrukturnya parameter kejadian gempabumi dan
kedepan. waveform nya dari jaringan seismik
Salah satu dari parameter dasar Badan Meteorologi Klimatologi dan
seismologi yang berhubungan dengan Geofisika (BMKG) yang berada
pengkajian resiko gempabumi adalah disekitar wilayah Maluku Utara selama
skala magnitudo (Nguyen dkk., 2011). periode 1 Desember 2013 – 31 Januari
Skala magnitudo menggambarkan 2014. Terdapat 7 stasiun seismometer
besarnya energi yang dilepaskan saat jaringan BMKG di wilayah Maluku
terjadi gempabumi. Hal ini bisa Utara, yaitu GLMI, LBMI, MNI, OBMI,
dimanfaatkan untuk pengkajian potensi SANI TNTI, dan TMSI, namun saat
kerusakan atau resiko gempabumi. Skala penelitian ini dilakukan stasiun OBMI
magnitudo memiliki banyak definisi sedang bermasalah sehingga tidak
yang berbeda. Skala magnitudo lokal digunakan.
yang dikenalkan oleh Richter (1935), Data parameter kejadian gempabumi
merupakan skala magnitudo yang sangat diunduh dari website
bermanfaat dalam pengkajian resiko http://repogempa.bmkg.go.id. Data
gempabumi untuk wilayah lokal seperti parameter kejadian gempabumi tersebut
wilayah Maluku Utara. kemudian direlokasi menggunakan
Penelitian ini bertujuan untuk metode Double Difference.
menentukan formula empiris magnitudo Sebanyak 40 kejadian gempabumi
lokal dan koreksi fungsi jarak yang yang tercatat pada 6 seismometer
pertama kali dilakukan di wilayah jaringan seismik BMKG diwilayah
Maluku Utara. Untuk wilayah lain di Maluku Utara digunakan dalam
Indonesia, penelitian tentang formula penelitian ini. Jarak episenter dibawah
empiris magnitudo lokal yaitu untuk 800 km dengan kedalaman dibawah 70
wilayah sesar Lembang, jawa Barat km. skala magnitudo dari kejadian
(Karnaen, 2014). Karnaen (2014) gempabumi yang digunakan pada
menggunakan data amplitudo penelitian ini adalah 1-6 Skala Richter
maksimum dari seismograf broadband (SR). Lokasi gempabumi dan posisi
yang tersebar di sekitar wilayah sesar seismometer di wilayah Maluku Utara
Lembang sebanyak 4 seismograf. dapat dilihat pada gambar 1. Parameter
Metoda yang diaplikasikan dalam stasiun seismometer jaringan BMKG di
penelitian ini adalah metoda wilayah Maluku Utara dapat dilihat pada
rekomendasi dari International tabel 1.
Association of Seismology and Physics Dari 40 kejadian gempabumi tersebut
of the Earth’s Interior (IASPEI) kemudian diunduh waveform pada
komponen vertikal (z) di link webdc dengan menggunakan perangkat lunak
http://202.90.198.100/arclink/query. TauP Toolkit (Crotwell dkk., 199).
Data waveform ini merupakan data Sebanyak 148 data amplitudo
waveform velocity. maksimum digunakan dalam penelitian
2.2 Metode Analisis ini. Gambar 2 menjelaskan langkah-
Penelitian tentang formula empiris langkah dalam pembacaan amplitudo
magnitudo lokal memerlukan data maksimum.
amplitudo maksimum seismogram Konsep magnitudo lokal pertama kali
seismogram displacement dan data jarak diperkenalkan oleh Richter (1935).
hiposenter. Data waveform yang Richter (1935) mendefinisikan
diunduh dari link webdc dalam format gempabumi dengan magnitudo 3
SEED kemudian dikonversi kedalam dihasilkan oleh 1 mm amplitudo
format SAC dengan menggunakan maksimum seismometer Wood-
perangkat lunak rdseedv5.3. Data dalam Anderson pada jarak episenter 100 km.
format SAC kemudaian dibaca persamaan umum magnitudo lokal
amplitudo maksimumnya dengan adalah sebagai berikut (Richter, 1935):
menggunakan perangkat lunak SAC
(Seismic Anlasys Code). 𝑀𝐿 = log 𝐴 − log(𝐴0 ) (1)
Dalam pembacaan amplitudo
maksimum ini terdapat beberapa Dimana A adalah amplitudo maksimum
langkah yaitu melakukan deconvolusi komponen horizontal (mm) dan log(A0)
untuk menghilangkan pengaruh respon adalah fungsi koreksi jarak.
instrument, melakukan integrasi dari Dalam penentuan formjula empiris
seismogram velocity ke seismogram magnitudo lokal, persamaan umum yang
displacement, melakukan filtering untuk digunakan adalah (Nguyen dkk., 2011;
memperjelas pembacan gelombang S, Saunders dkk., 2012; Karnaen,
kemudian dibaca amplitudo 2014):
maksimumnya. Untuk data jarak 𝑀𝐿 = log 𝐴 + 𝑎 𝑙𝑜𝑔 𝑟 + 𝑏 𝑟 + 𝑐 (2)
hiposenter dalam penelitian ini dicari

Gsmbsr 1. Peta daerah penelitian, kejadian gempabumi dan stasiun seismometer yang digunakan dalam
penelitian ini
Tabel 1. Parameter stasiun seismometer jaringan BMKG

No Sensor Nama Stasiun Lintang Bujur (BT) Elevasi (m)


1 GLMI Galela 1,8381 127,7879 130,2
2 LBMI Labuha -0,638 127,5008 113,9
3 MNI Manado 1,4439 124,8399 191
4 OBMI Obi -1,341 127,6444 110,9
5 SANI Sanana -2,05 125,9881 24
6 TMSI Tondano 1,2948 124,9200 771
7 TNTI Ternate 0,7721 127,3669 43

Dimana a, b, dan c masing-masing digunakan sebagai acuan dalam


adalah konstanta yang menggambarkan penentuan formula empiris magnitudo
propagasi gelombang seismik, atenuasi lokal. Kedua referensi ini berdasarkan
dan referensi lokal yang berdasarkan pada referensi yang diberikan Richter
referensi dari Richter (1935). Dari (1935). Referensi yang pertama, apabila
persamaan (1) dan (2) diperoleh fungsi amplitudo yang tercatat sebesar 480 nm
koreksi jarak (-log A0) yaitu: pada jarak hiposenter 17 km maka
gempabumi tersebut menghasilkan
−log 𝐴0 = 𝑎 𝑙𝑜𝑔 𝑟 + 𝑏 𝑟 + 𝑐 (3) magnitudo sebesar 2,0 ML dan yang
kedua, apabila amplitudo yang tercatat
Havskov dan Ottemoller (2010) sebesar 480 nm pada jarak hiposenter
mengatakan bahwa koefisien dari 100 km maka gempabumi tersebut
persamaan (2) yaitu a, b, dan c bisa menghasilkan magnitudo sebesar 3,0
didapatkan dengan cara melakukan ML. Dalam penelitian ini menggunakan
inversi secara simultan dari sejumlah referensi kedua yang diberikan oleh
kejadian gempabumi dengan melibatkan Havskov dan Ottemoller (2010)
koreksi stasiun (sj) berdasarkan tersebut. Referensi ini digunakan karena
persamaan-persamaan berikut: data yang digunakan bervariasi pada
kedalaman 5 – 70 Km dengan rentang
log 𝐴𝑖𝑗 = 𝑀𝐿𝑖 − 𝑎 log(𝑟𝑖𝑗 ) − 𝑏 𝑟𝑖𝑗 − jarak hiposenter 25 – 550 Km.
𝑠𝑗−𝑐 (4) Persamaan (4) dan (5) disusun ulang
dan dimasukkan nilai referensi maka
dimana i adalah kejadian gempa bumi diperoleh persamaan baru yaitu:
ke-i, s adalah koreksi stasiun dan j
adalah staiun ke-j. log( 𝐴𝑖𝑗 ) + 3 − log 480 = 𝑀𝐿𝑖 −
Untuk menentukan koefisien c, kita 𝑎 log(𝑟𝑖𝑗 /100) − 𝑏(𝑟𝑖𝑗 − 100) − 𝑠𝑗 (6)
dapat menggunakan referensi dari salah
satu gempabumi sebagai acuan. Nilai MLi, a, b, dan sj dari persamaan
Koefisien c dapat dinyatakan dengan: (6) dapat diperoleh dengan
menggunakan metode inversi least
𝑐 = 𝑀𝐿𝑟𝑒𝑓 − log 𝐴𝑟𝑒𝑓 − 𝑎 log ( 𝑟𝑟𝑒𝑓 ) − square dengan rumus sebagai berikut
𝑏𝑟𝑟𝑒𝑓 (5) (Alsaker dkk., 1991; Miao dan
Langston, 2007; Havskov dan
MLref adalah magnitudo referensi, Aref Ottemoller, 2010; Karnaen, 2014):
merupakan Amplitudo referensi dan rref
adalah jarak hiposenter yang digunakan 𝑑=𝐺𝑚 (7)
sebagai referensi.
Havskov dan Ottemoller (2010) dimana 𝑑 = 𝑙𝑜𝑔( 𝐴𝑖𝑗 ) + 3 − 𝑙𝑜𝑔480
memberikan dua referensi yang
−log(r1/100) −(r1 − 100) 1 0 0⋮ ⋮ ⋮ −1 0 0 0
−log(r2/100) −(r2 − 100) 1 0 0⋮ ⋮ ⋮ 0 −1 0 0
1 0 0⋮ ⋮ ⋮ 0 0 −1 0
−log(r3/100) −(r3 − 100) 0
1 0 0⋮ ⋮ ⋮ 0 0 −1
−log(r4/100) −(r4 − 100) 0 1 0⋮ ⋮ ⋮ −1 0 0 0
𝐺 = −log(r5/100) −(r5 − 100) ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
0 1 0⋮ ⋮
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮⋮ ⋮ ⋮ ⋮. ⋮. ⋮. ⋮.
−log(rn/100) −(rn − 100) 0 0 0⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝑇 yang merupakan parameter model yang
m = 𝑀𝐿𝑖 𝑎 𝑏 𝑠𝑗
diperlukan dapat dicari dengan
n adalah jumlah data, i adalah kejadian menggunakan persamaan:
gempa bumi ke-i, s adalah koreksi
stasiun dan j adalah staiun ke-j. Nilai m 𝑚 = 𝐺𝑇𝐺 −1
𝐺𝑇𝑑 (8)

Gambar 2. Langkah-langkah pembacaan amplitudo maksimum pada aplikasi SAC (Seismic Analysis Code):
Seismogram velocity komponen vertikal (z) (1), integrasi dari seismogram velocity menjadi seismogram
displacement (2), proses filter (3), pemilihan amplitudo maksimum di ambil pada amplitudo terbesar (kotak
merah) dari group gelombang pertama pada fase gelombang S (4)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Persamaan (9) merupakan formula


Berdasarkan metode inversi least empiris dari magnitudo lokal untuk
square yang telah diuraikan diatas, wilayah Maluku Utara yang selanjutnya
diperoleh hasil formula empiris disebut ML Malut. ML adalah magnitudo
magnitudo lokal dan fungsi koreksi lokal, A adalah amplitudo maksimum
jarak (-log A0) untuk wilayah Maluku (nm) pada gelombang S, dan R adalah
Utara adalah sebagai berikut: jarak hiposenter (km). Nilai a, b, dan c
masing-masing adalah 0,651, 0,0037, -
𝑀𝐿 = log 𝐴 + 0,651𝑙𝑜𝑔 + 0,0037𝑅 − 1,3568. Fungsi koreksi jarak untuk
1,3568 (9) wilayah Maluku Utara ditunjukkan pada
persamaan (10) dengan R adalah jarak
−𝑙𝑜𝑔 𝐴0 = 0,651𝑙𝑜𝑔𝑅 + 0,0037𝑅 − hiposenter dalam kilometer.
1,3568 (10) Tabel 2 memperlihatkan koreksi
stasiun dari masing-masing stasiun
seismometer jaringan BMKG yang ada magnitudo lokal Malut lebih kecil dari
di wilayah Maluku Utara. yang lain. Nilai standar deviasi yang
Tabel 2 Nilai koreksi stasiun
semakin kecil menunjukkan keakuratan
dari nilai magnitudo lokal yang
Bujur Koreksi diperoleh dari proses perhitungan
Sensor Lintang
(BT) Stasiun inversi. Tabel 3 berikut menampilkan
GLMI 127,7879 1,8381 -0,057
nilai standar deviasi beberapa formula
LBMI 127,5008 -0,6379 -0,216
empiris magnitudo lokal dari beberapa
MNI 124,8399 1,4439 -0,322
SANI 125,9881 -2,0497 0,088 daerah penelitian.
TMSI 124,9200 1,2948 -0,494
Tabel 3 Nilai standar deviasi dari residual
TNTI 127,3669 0,7721 0,180 magnitudo lokal beberapa formula empiris
Koreksi stasiun dari masing-masing Formulasi Standar Deviasi
sensor seismometer berada pada rentang
nilai -0,494 – 0,180. Nilai koreksi Hutton dan Boore (1987) 0,026343
stasiun yang positif berasosiasi dengan Bakun dan Joyner (1984) 0,026936
nilai amplifikasi yang rendah sedangkan Baumbach dkk (2003) 0,026339
nilai koreksi stasiun yang negatif Penelitian ini 0,019290
berasosiasi dengan nilai amplifikasi
yang tinggi (Nguyen dkk., 2011;
Saunders dkk., 2012). Koreksi stasiun Pada tabel 3 terlihat bahwa nilai
mencerminkan kondisi daerah tempat standar deviasi yang dihasilkan
sensor seismometer berada sampai batas formulasi magnitudo lokal Malut
tertentu (Miao dan Langston, 2007; (penelitian ini) lebih kecil dari pada
Nguyen dkk., 2011). Sensor formulasi yang lain dengan
seismometer yang memiliki koreksi menggunakan data yang sama. Hal ini
stasiun positif adalah sensor SANI dan menunjukkan bahwa formulasi
TNTI. Sensor seismometer yang magnitudo lokal Malut bisa digunakan
memiliki koreksi stasiun negatif adalah untuk wilayah Maluku Utara karena
GLMI, LBMI, MNI, dan TMSI. mewakili kondisi lokalnya. Gambar 3
Untuk menguji keakuratan formula dibawah menunjukkan perbedaan
empiris pada persamaan (9) diatas, standar deviasi dari beberapa formula
dicari perbedaan nilai magnitudo lokal empiris yang di plot dalam bentuk
yang dihasilkan oleh formula empiris diagram batang.
dengan memasukkan nilai koreksi
stasiun dari masing-masing sensor
seismograf dengan magnitudo lokal rata-
rata (hasil inversi) kemudian dihitung
standar deviasinya. Dari hasil
perhitungan, diperoleh nilai standar
deviasi sebesar 0,01929 untuk formula
empiris magnitudo lokal Malut. Nilai
standar deviasi ini kemudian
dibandingkan dengan nilai standar
deviasi formula empiris yang lain
diantaranya Bakun dan Joyner (1984),
Hutton dan Boore (1987), dan
Baumbach dkk (2003).
Jika dibandingkan dengan nilai Gambar 3 Perbedaan nilai standar deviasi dari
beberapa formula empiris, yaitu Maluku Utara
standar deviasi dari beberapa formula (penelitian ini), Bakun dan Joyner (1984), Hutton
empiris seperti pada tabel 3, maka nilai dan Boore (1987), dan Baumbach dkk (2003)
standar deviasi untuk formula empiris
Gambar 4 menunjukkan distribusi 300 km. Hal ini menunjukkan bahwa
residual magnitudo lokal dari beberapa faktor atenuasi anelastik gelombang
formula empiris terhadap jarak seismik lokal berperan sangat penting
hiposenter. Distribusi dari residual
dalam menentukan parameter-parameter
magnitudo lokal Malut lebih mendekati
nol atau berada pada rentang -0,5 – 0,5 getaran tanah dan perkiraan yang akurat
dengan standar deviasi 0,01929. dari faktor Q yang diperlukan untuk
Sementara distribusi residual magnitudo pemodelan getaran tanah dan sifat
dari formula empiris yang lain, sumber (Bobbio dkk., 2009).
cenderung menyebar dengan rentang - Dari gambar 4 juga terlihat bahwa
0,9 – 0,9. Kecenderungan ini juga kurva koreksi fungsi jarak meningkat
dibuktikan dengan distribusi frekuensi
terhadap jarak. Hal ini menunjukkan
residual magnitudo dan standar deviasi
yang diperlihatkan pada tabel 3. Ini efek atenuasi gelombang seismik di
merupakan salah satu bukti bahwa wilayah Maluku Utara kecil pada jarak
formula empiris magnitudo lokal dekat dan menjadi besar pada jarak yang
Maluku Utara lebih bagus untuk jauh. Kemudian jika dibandingkan
diterapkan di wilayah Maluku Utara dari dengan bentuk keempat kurva yang lain,
pada formula empiris yang lain. bentuk kurva fungsi koreksi jarak (-log
Gambar 4 menunjukkan
A0) untuk wilayah Maluku Utara (warna
perbandingan fungsi koreksi jarak (-log
merah) mempunyai kemiripan dengan
A0) dari hasil penelitian ini dengan
fungsi koreksi jarak (-log A0) untuk
beberapa wilayah lain diantaranya
wilayah California tengah (warna hijau).
Bakun dan Joyner (1984), Hutton dan
Fungsi koreksi jarak untuk wilayah
Boore (1987), Baumbach dkk (2003)
California Tengah (Bakun dan Joyner,
dan Bindi dkk (2005). Dari kelima kurva
1984) adalah sebagai berikut:
tersebut, Kurva dari formulasi Bindi dkk
(2005) mulai tidak berhimpit pada jarak − log 𝐴0 = 𝑙𝑜𝑔𝑅 + 0,00301𝑅 −
hiposenter lebih dari 200 km. Sedangkan 1,99 (4.3)
kurva dari empat formulasi lainnya
saling berhimpit hingga jarak hiposenter Dengan R adalah jarak hiposenter (km).

Gambar 3 Distribusi residual magnitudo lokal beberapa formula empiris terhadap jarak hiposenter (R) dan
frekuensinya, (a) Maluku Utara (penelitian ini), (b) Bakun dan Joyner (1984), (c) Hutton dan Boore (1987),
dan (d) Baumbach dkk (2003)
Gambar 4 Perbandingan fungsi koreksi jarak (-Log A0) antara wilayah Maluku Utara dengan
beberapa wilayah lain

Kemiripan bentuk kurva ini berbeda-beda di setiap wilayah. Hal


mengindikasikan kesamaan karakteristik ini disebabkan karena perbedaan
atenuasi antara wilayah Maluku Utara kondisi lokal (keadaan bawah
dengan California Tengah. Atenuasi permukaan bumi) wilayah tersebut
yang sebanding dengan jarak
(Bakun dan Joyner, 1984; Hutton
berimplifikasi sangat bagus terhadap
dan Boore, 1987; Alsaker dkk.,
pengkajian bahaya seismik (Nguyen
dkk, 2011). Tabel 4 memperlihatkan 1991; Havskov dan Ottemoller,
nilai parameter a, b, dan c pada 2010; Nguyen dkk., 2011; Saunders
penilitian ini dan beberapa peniltian di dkk., 2012; Karnaen, 2014).
wilayah lain. Nilai a, b, dan c

Tabel 4 Nilai parameter a, b, dan c di wilayah peneltian dan beberapa wilayah lainnya.

Daerah penelitian a b c Referensi


California Selatan 1,11 0,00189 -2,09 Hutton dan Boore (1987)
California Tengah 1,00 0,00301 -1,99 Bakun dan Joyner (1984)
Italian Bagian Utara 1,00 0,00540 -2,22 Bindi dkk (2005)
Turki Barat Laut 1,00 0,00152 -1,61 Baumbach dkk (2003)
Maluku Utara 0,651 0,00370 -1,3568 penelitian ini

Analisa lanjutan untuk menguji seperti pada gambar 5. Terlihat bahwa


ketelitian dan konsistensi dari formula distiribusi magnitudo gempabumi
empiris, diberikan grafik perbedaan terkonsentrasi pada magnitudo antara 3
antara magnitudo lokal Malut dengan – 5 dengan perbedaan yang masih bisa
magnitudo lokal SeisComP3 BMKG di toleransi yaitu antara -1 – 0,2. Selain
itu, terlihat bahwa magnitudo lokal yang IV. KESIMPULAN
dihasilkan oleh magnitudo lokal Malut Dari uraian hasil dan pembahasan
lebih kecil dari pada SeisComP3 yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
BMKG. kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Formula empiris magnitudo lokal


untuk wilayah Maluku Utara adalah
sebagai berikut:

𝑴𝑳 = 𝐥𝐨𝐠 𝑨 + 𝟎, 𝟔𝟓𝟏𝒍𝒐𝒈𝑹 + 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕 − 𝟏, 𝟑𝟓𝟔𝟖

Standar deviasi dari formula


empiris ML Malut lebih kecil dari
formula empiris yang lain yaitu
0,0192. Hal ini menunjukkan
bahwa formula empiris ML Malut
lebih mewakili kondisi lokal
Gambar 5. Perbedaan antara magnitudo lokal
wilayah Maluku Utara.
SeisComP3 BMKG dengan magnitudo lokal
2. Berdasarkan formula empiris
Malut yang di plot terhadap magnitudo lokal
SeisComP3 BMKG tersebut, maka fungsi koreksi jarak
(-Log A0) untuk wilayah Maluku
Pada gambar 6, di plot perbedaan Utara adalah sebagai berikut:
antara logaritma amplitudo observasi
−𝑳𝒐𝒈 𝑨𝟎 = 𝟎, 𝟔𝟓𝟏𝒍𝒐𝒈𝑹 + 𝟎, 𝟎𝟎𝟑𝟕𝑹 − 𝟏, 𝟑𝟓𝟔𝟖
(log Aobs) dengan logaritma amplitudo
hasil perhitungan (log Aobs) terhadap Fungsi koreksi jarak untuk wilayah
jarak hiposenter (R). Pola penyebaran Maluku Utara memiliki kemiripan
data pada gambar tersebut cenderung dengan wilayah California Tengah
yang berarti kedua wilayah
mengumpul pada titik nol dengan
memiliki kemiripan karakteristik
rentang antara -0,5 – 0,5 dan pada jarak atenuasi.
100 – 300 km. Namun ada beberapa data
yang berada pada jarak kurang dari 100 V. DAFTAR PUSTAKA
km dan antara 300 - 600 km. Hal ini
menunjukkan bahwa formula empiris ini Alsaker, A., Kvame, L. B, Hansen, R. A.,
bagus untuk digunakan pada jarak Dahle, A., dan Bungum, H., 1991,
hiposenter kurang dari 600 km. The ML scale in Norway, Bulletin
of the Seismological Society of
America, Vol 81, No 2, pp.379-
398
Badan Pusat Statistik Maluku Utara.,
2013, Maluku Utara Dalam
Angka 2013, BPS Propinsi
Maluku Utara, Ternate
Bakun, W.H., dan Joyner, W.B., 1984,
The ML Scale in Central
California, Bulletin of the
Seismological Society of America,
Vol 74, No. 5, pp 1827-1843
Baumbach, M., Bindi, D., Groser, H.,
Gambar 6 Distribusi logaritma amplitudo (Log A) Milkereit, C., Parolai, S., Wang,
terhadap jarak hiposenter (R)
R., Karakisa, S., Zünbül, S., dan
Zschau, J., 2003, Calibration of an Bulletin of the Seismological
ML Scale in Northwestern Turkey Society of America, Vol. 97, No.
from 1999 Izmit Aftershock, 6, pp. 2137-2151
Bulletin of the Seismological Nguyen, Le Min., Ling, Tin-Li., Wu,
Society of America, Vol 93, No. 5, Yih-Min., Huang, Bor-Shouh.,
pp 2289-2295 Chang, Chien-Hsin., Huang Win-
Bindi, D., Spallarossa, D., Eva, C., dan Gee., Le, Tu Son., dan Dinh, Van
Cattaneo, M., 2005, Local and Toan., 2011, The First ML Scale
Duration Magnitudes in for North of Vietnam, Jurnal of
Nortwestern Italy, and Seismic Asian Earth Sciences, Vol. 40, pp.
Moment Versus Magnitude 279-286
Relationship, Bulletin of the Richter, C. F., 1935, An Instrumental
Seismological Society of America, Earthquake Magnitude Scale,
Vol 95, No. 2, pp 592-604 Bulletin of the Seismological
Bobbio, A., Vassallo, M., Festa, Society of America, Vol. 25, No. 1
Gaetano., 2009, A Local Saunders, I., Ottemoller, L., Brandt, B.C.
Magnitude Scale for Southern Martin., Fourie, dan J.S.
Italy, Bulletin of the Christoffel., 2012, Calibration of
Seismological Society of America, an ML scale for South Africa
Vol 99, No. 4, pp 2461-2470 using tectonic earthquake data
Crotwell, H.P., Owens, T.J., dan Ritsema, recorded by the South African
J., 1999, The TauP Toolkit: National Seismograph Network:
Flexible Seismic Travel-Time and 2006 to 2009, Springer-Journal of
Raypath Utilities, Seismological Seimology, ISSN 1383-4649
Research Letters (For Submittal),
Vol 5, Januari 1999
Grandis, H., 2008, Pemodelan Inversi
Geofisika, Badan Meteorologi dan
Geofisika, Jakarta
Hutagalung, R., 2010, Pemetaan Gempa-
Tsunami di Wilayah Tektonik
Maluku dan Upaya Mengurangi
Dampak Resiko, Seminar
Nasional Basic Science II, Ambon
Hutton, L. K., dan D. M. Boore., 1987,
The ML scale in Southern
California, Bulletin of the
Seismological Society of America,
Vol. 77, No. 6, pp. 2074-2094
Karnaen, M., 2014, Penentuan Formula
Empiris Magnitudo Lokal (ML)
pada Wilayah Sesar Lembang,
Tesis, Program Studi Sains
Kebumian, Institut Teknologi
Bandung, Bandung
Miao, Q., dan Langston, C. A., 2007,
Empirical Distance Attenuation
and the Local Magnitude Scale
for the Central United States,

Anda mungkin juga menyukai