UJI EFEKTIVITAS ANTIFUNGI REVISI (Repaired) YA (Repaired)
UJI EFEKTIVITAS ANTIFUNGI REVISI (Repaired) YA (Repaired)
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR ...................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 6
A. Latar Belakang ............................................................................................ 6
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 10
A. Tinjauan Umum Tentang Candida Albicans.............................................. 10
B. Tinjauan Umum tentang Tanaman Sambiloto ........................................... 16
C. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Uji Efektivitas ............................. 22
D. Tinjauan Umum Tentang Uji Antifingi...................................................... 25
BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 28
A. Dasar Pemikiran ......................................................................................... 28
B. Kerangka Pikir ........................................................................................... 29
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 30
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................... 30
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 31
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 31
B. Tempat dan Waktu penelitian .................................................................... 31
C. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................................... 31
D. Bahan Uji ................................................................................................... 31
E. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 32
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 32
G. Jenis Data ............................................................................................... 38
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur merupakan organisme saprofitik yang tersebar luas di alam (tanah
dan tanaman); beberapa jamur hidup pada kulit atau mulut manusia (misalnya
Candida). Dari 50.000 spesies yang telah diketahui, beberapa spesies merupakan
patogen pada manusia dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, mulai
dari keterlibatan superfisial kulit, rambut, atau kuku (misalnya ringworm,
pitiriosporiasis) atau membran mukosa (misalnya Candida), hingga keterlibatan
jaringan subkutan (misalnya misetoma), dan invasi lokal atau diseminata dalam
tubuh (mikosis sistemik). (Mandal et al., 2008)
Contoh penting mikosis sistemik adalah kandidiasis. Kandidiasis
merupakan infeksi yang paling sering di antara seluruh infeksi jamur; sebagian
besar bersifat superfisial yang melibatkan kulit atau membran mukosa. Sebagian
besar infeksi disebabkan Candida albicans yang hidup komensal pada mulut dan
usus manusia. (Mandal et al., 2008). Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia
dan dapat menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan
beberapa kasus yang terjadi, penderita kandidiasis ini 70% perempuan. Salah satu
contoh kasusnya ialah penelitian yang dilakukan oleh Jon Farizal (2017),
penelitian ini membuktikan bahwa jamur Candida albicans juga dapat ditemukan
pada pasien saliva wanita penderita diabetes militus.
Salah satu bentuk kandidiasis adalah kandidiasis vaginalis. Kandidiasis
vulvovaginitis menyerang di daerah kewanitaan biasanya menimbulkan iritasi,
rasa gatal, dan pengeluaran sekret berlebihan. Menurut WHO, bahwa 75% dari
seluruh wanita di dunia pasti akan mengalami keputihan paling sekali dalam
seumur hidup dan sebanyak 45% akan mengalaminya 2 kali atau lebih dan
keputihan paling sering terjadi disebabkan oleh Candida albicans (Unoviana,
2003). Kemudian C. albicans juga dapat menyerang bagian kuku dengan
terjadinya bengkak kemerahan dan penebalan kulit disekitar kuku yang akhirnya
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu “Bagaimanakah efektivitas antifungi sari daun Sambiloto (Andrographis
paniculata) Terhadap Pertumbuhan jamur C. albicans ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas pemberian sari daun sambiloto berbagai
konsentrasi terhadap pertumbuhan Candida albicans.
2. Tujuan Khusus
9
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi mahasiswa
khususnya Jurusan Teknologi Laboratorium Medis dan dapat menjadi bahan
bacaan bagi institusi dalam kegiatan proses belajar
2. Bagi Peneliti
3. Bagi masyarakat
Daun sambiloto yang selama ini dipercaya dapat mengobati penyakit, dengan
adanya penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan manfaat sari daun
sambiloto sebagai antifungi terhadap pertumbuhan Candida albicans.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Klasifikasi Candida menurut C. P. Robin Berkhout (1923) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphilum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Sinonim : Candida stellatoide atau Oidium albicans
(Komariah, 2012)
beberapa bahan intra sel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap pada
sel. Efek samping dari obat ini adalah sering menimbulkan kulit panas,
keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot,
flebitis, kejang dan penurunan fungsi ginjal. (Irianto, 2014).
b. Nistatin
Merupakan suatu antimikotik golongan polien, yang telah diisolasi
dari Streptomyces naursei pada tahun 1949 dan bersifat fungidal. Sebagai
obat pertama yang dipasarkan, maka nistatin paling banyak dipakai dan
dianggap obat pilihan untuk kandida.
Pada vaginitis, nistatin diberikan dalam bentuk tablet vagina atau
pesarium; dengan cara dimasukkan sedalam - dalamnya ke dalam vagina,
dua kali sehari selama dua minggu. Apabila ada infestasi Candida albicans
di saluran pencernaan, maka perlu diberikan tablet nistatin (500.000 µ)
dengan dosis 4 x 1 tablet sehari selama 2 minggu untuk mencegah
autoinfeksi. (Irianto, 2014).
c. Klotrinazol (Canesten)
Bersifat fungistatik pada dosis tinggi. Daya kerjanya berdasarkan
kemampuannya untuk menghalangi terbentuknya asam amoni esensial
jamur, terutama pada dermatofita dan kandida di samping jamur lain-
lainnya. Dosis yang dianjurkan satu pesarium sehari selama 6 hari atau dua
pesarium sehari selama 3 hari. Pengobatan sistemik secara oral dengan
dosis terapi, ternyata menimbulkan berbagai efek samping yang
mengganggu penyelesaian pengobatan tersebut. (Irianto, 2014).
d. Mikonazol (Daktarin)
Berkhasiat terhadap kandida, dermatofita, serta berbagai bakteri
Gram positif. Daya kerjanya adalah dengan mengadakan disintegrasi
jamur. Dosis yang dianjurkan adalah satu pesarium dimasukkan dua kali
sehari selama tujuh hari. (Irianto, 2014).
e. Flusitosin
Pirimidin terfluorinasi sintetik ini menghambat Candida sp. Obat
ini mengganggu sintesis protein. Flusitosin diabsorpsi dengan baik secara
15
(Astawan dan Andreas., 2008). Senyawa ini akan menghasilkan busa bila
dikocok dalam air dan menyebabkan iritasi pada selaput lendir (Claus et
al., 1970). Saponin bersifat surfaktan yang berbentuk polar yang bekerja
dengan merusak lapisan membran sel pada jamur menyebabkan gangguan
permeabilitas membran sel sehingga proses difusi zat-zat yang
dibutuhkan oleh jamur terganggu dan akhirnya membengkak dan pecah
(Sugianitri, 2011).
c. Tanin
Tanin merupakan senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan,
berasa pahit, pada saluran cerna bekerja dengan menggumpalkan protein
atau senyawa organik lain termasuk alkaloid dan asam amino sehingga
pembentukan dinding sel kurang sempurna dan mencegah penguraian
bakteri. Tanin banyak digunakan sebagai bahan pewarna, perekat, dan
mordan. Selain itu senyawa tannin dari tumbuhan juga banyak
digunakan sebagai obat-obatan (Rizky,2013).
d. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang bersifat basa dan berasa
pahit karena mengandung atom N (Nitrogen) dalam struktur aromatis.
Alkaloid biasanya beracun sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang
pengobatan. Sifat basa yang dimiliki alkaloid kemungkinan dapat
menghambat pertumbuhan jamur, karena umumnya jamur tumbuh pada
pH asam (4,5 –6,5) (Rahayu, 2009).
5. Manfaat
Tumbuhan sambiloto banyak digunakan sebagai bahan obat oleh
masyarakat Indonesia. Kandungan kimianya dapat digunakan sebagai salah satu
obat alternatif tradisional. Menurut Kumar et al., (2012) tumbuhan ini mempunyai
efek farmakologis sebagai antiflamasi, antipiretik, antioksidan, antimikroba,
antiparatistik, serta antidiabet.
a. Antiinflamasi
Antiflamasi merupakan obat yang berkhasiat untuk
mencegah atau melawan peradangan pada tubuh (Sumardjo, 2008)
20
b. Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang berkhasiat untuk menurunkan
suhu tubuh yang tinggi ke keadaan normal, seperti demam pada
malaria. Antipiretik dari bahan sintetis bisanya juga dapat digunakan
sebagai analgetik yakni obat untuk mengurangi rasa sakit (Sumardjo,
2008)
c. Antioksidan
Antioksidan adalah obat yang bekerja untuk menghambat
terjadinya oksidasi didalam tubuh. Terjadinya oksidasi yang banyak
didalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan, karena berbagai reaksi
oksidasi normal tang terjadi didalam tubuh saat makanan dicerna
akan membentuk radikal bebas yang kemudian terjadi reaksi berantai
yang memicu kerusakan atau kematian sel (Anonim, 2013).
d. Antiparasitik
Antiparasitik dibagi menjadi empat yakni antimalaria,
antiamuba, anti cacing, dan antifungi. Antimalaria merupakan obat
untuk mengobati penyakit malaria yang disebabkan oleh parasite bersel
tunggal (protozoa). Antiamuba obat yang digunakan untuk mengobati
penyakit disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica.
Anticacing adalah obat untuk membunuh parasite cacing pada manusia
dan hewan. Antifungi adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi
yang disebabkan oleh jamur (ISO, 2012).
e. Antidiabetik
Antidiabetik adalah obat yang digunakan untuk pengobatan
penyakit Diabetes Mellitus (DM), biasanya dikonsumsi secara oral.
Obat ini hanya memberikan efek diet dan aktivitas cukup dalam
terapi pengobatan DM (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005)
f. Antimikroba
Antimikroba (antiinfeksi) termasuk juga antiparasit adalah obat
yang digunakan untuk terapi pengobatan penyakit yang disebabkan
oleh mikroba atau invasi parasit (ISO, 2012).
21
2. Media Pertumbuhan
Media adalah bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan(nutrisi) baik bahan alami maupun buatan, yang di perlukan
mikroorganisme untuk perkembangbiakan di laboratorium secara
invitro. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-
molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Syarat media
yang baik harus berupa molekul-molekul rendah dan mudah larut
dalam air, nutrient dalam media harus memenuhi kebutuhan dasar
mikroorganisme yang meliputi air, karbon, energy, mineral dan
factor tumbuh, tidak mengandung zat-zat penghambat dan media harus
steril (Yuniarti, 2014).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang
terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media berupa molekul-
molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel-nya. Dengan
media pertumbuhan juga bisa digunakan untuk mengisolasi
mikroorganisme, identifikasi dan membuat kultur murni. Komposisi
media pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan isolasi dan
identifikasi mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing
pembuatan suatu media.
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan modifikasi dari
Dextrose Agar dengan Sabouraud. SDA digunakan untuk budidaya
24
jamur patogen & komensal dan ragi. Konsentrasi dekstrosa yang tinggi dan
pH asam dari rumus memungkinkan selektivitas fungi. Sabouraud
Dextrose Agar digunakan untuk menentukan kandungan mikroba dalam
kosmetik, juga digunakan dalam evaluasi mikologi makanan, dan secara
klinis membantu dalam diagnosis ragi dan jamur penyebab infeksi.
a. Jenis Media Sabouraud Dextrose Agar
1) Menurut konsistensinya : Media Sabouraud Dextrose
Agar merupakan media ber-
bentuk padat (solid).
2) Menurut fungsinya : Media Sabouraud Dextrose
Agar merupakan media selektif
untuk pertumbuhan jamur dan
menghambat pertumbuhan
bakteri.
3) Menurut bahan penyusunnya : Media Sabouraud Dextrose
Agar tersusun dari bahan
sintetis.
4) Menurut wadahnya : Media Sabouraud Dextrose
Agar merupakan media yang
disimpan dalam plate (cawan
petri).
b. Fungsi Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
Adapun fungsi media secara umum yaitu:
1) Isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni
2) Memanipulasi komposisi media pertumbuhannya
3) Menumbuhkan mikroorganisme
4) Memperbanyak jumlah
5) Menguji sifat-sifat fisiologisnya
6) Menghitung jumlah mikroba.
7) Media SDA banyak di gunakan untuk media jamur, di media
ini pertumbuhan jamur akan optimal di suhu 25-30 derajat celcius
25
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Sambiloto (Andrographis paniculata) merupakan tanaman yang berpotensi
sebagai antifungi. Sari daun sambiloto mempunyai efek daya hambat terhadap
pertumbuhan fungi Candida albicans karena memiliki kandungan flavonoid,
saponin, alkaloid dan tannin serta andrographolide sebagai antifungi. Sari daun
sambiloto dapat digunakan sebagai antifungi dengan proses pembuatan yang
sederhana dan tidak mengeluarkan biaya tinggi. Kandidiasis yang disebabkan oleh
Candida albicans merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering di
temukan di Indonesia. Proses penyembuhan pada penderita kandidiasis dapat
dilakukan dengan berbagai cara oleh masyarakat yakni dengan pemakaian obat
antifungi dari apotek atau dengan pemanfaatan obat-obat tradisional yang diolah
sendiri.
Untuk memperoleh sari daun sambiloto (Andrographis paniculata) yaitu
dengan memilih daun yang masih muda lalu dipetik dan dicuci bersih lalu
dikeringkan dan ditimbang sebanyak 500 gram dengan timbangan digital lalu di
blender, diperas dan disaring dengan kertas saring dan masukkan kedalam gelas
kimia, sari yang keluar diharapkan sebanyak 150 ml untuk dibuat konsentrasi
20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Untuk media pertumbuhan menggunakan
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan diinkubasi pada suhu 28˚C selama 3 x 24
jam, uji daya hambat fungi ini menggunakan metode difusi agar yaitu dengan cara
mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh sari yang diketahui
dari daerah disekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Zona hambat pertumbuhan inilah yang menunjukkan efektivitas
fungi terhadap bahan antifungi.
Untuk daerah zona hambat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
zona hambat resisten (zona hambat ≤ 12 mm), intermediate (zona hambat antara
13-17 mm), sensitifitas (zona hambat antara ≥ 18 mm), sehingga dapat
disimpulkan apakah daun sambiloto (Andrographis paniculata) efektif dalam
menghambat pertumbuhan Candida albicans atau tidak.
29
B. Kerangka Pikir
Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata)
Memiliki Kandungan Kimia Yaitu
Flavonoid, Saponin, Alkaloid, Dan Tannin
Serta Andrographolide Sebagai Antifungi
Menghambat Pertumbuhan
Candida Albicans
Keterangan :
Variabel diteliti :
C. Variabel Penelitian
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratories, dengan
menggunakan desain One-shot Case Study yaitu desain penelitian dengan
perlakuan terhadap variabel independen. (Sugiyono, 2011).
B. Tempat dan Waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Sari daun Sambiloto (Andrographis
paniculata). Sedangkan obyek penelitian yang digunakan yaitu biakan murni
fungi Candida albicans yang sudah tersedia di Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknologi laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Kendari.
D. Bahan Uji
Bahan uji dari penelitian ini adalah tumbuhan sambiloto (Andrographis
paniculata). Tumbuhan sambiloto (Andrographis paniculata) yang digunakan
adalah daun sambiloto yang diperoleh dari Desa Matabondu, Kecamatan
Angata, Kabupaten Konawe Selatan. Daun dipetik secara manual dan dicuci
lalu dikeringkan dan ditimbang sebanyak 500 gram dengan timbangan digital
kemudian dipotong-potong lalukemudian di blender dan disaring dengan
kertas saring. Sehingga diharapkan mendapatkan air perasan daun sambiloto
(Andrographis paniculata) yang pekat sebanyak 150 mL dan dimasukkan
dalam gelas kimia kemudian sari daun sambiloto (Andrographis paniculata)
dibuat dalam 5 variasi konsentrasi yaitu pada konsentrasi 20%, 40%, 60%,
80% dan 100% yang akan di uji terhadap pertumbuhan Candida albicans.
32
r. Waterbath
s. Gelas Kimia
t. Cawan Porselin
u. Pinset
v. Jangka Sorong
w. Corong
34
2) Bahan
a. Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
b. daun sambiloto (Andrographis paniculata)
c. Biakan murni Candida albicans
d. NaCL 0,9%
e. Aquadest steril
f. Kertas cakram
g. Antibiotik Ketoconazole
h. Kertas saring
e. Sterilisasi alat penelitian
Disterilkan dalam oven untuk alat-alat yang terbuat dari kaca atau logam
yang tidak memiliki tingkat skala atau keakuratan tinggi dengan suhu 180˚C
selama 24 jam. Dan sterilkan alat-alat yang terbuat dari kaca yang memiliki
tingkat keakuratan atau plastik dalam autoclave dengan suhu 121ºC selama
15 menit.
f. Pembuatan Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
Media yang digunakan untuk inokulasi fungi yaitu media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA) berikut cara pembuatannya:
a) Ditimbang serbuk media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) 13 gram.
b) Dipindahkan serbuk media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang telah
ditimbang ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan aquades sebanyak 200
ml.
c) Dihomogenkan larutan dengan bantuan pemanasan pada Waterbath
sambil digoyang-goyangkan.
d) Dilakukan pemanasan tidak boleh sampai mendidih (pelarutan harus
sempurna sehingga tidak ada kristal yang tersisa).
e) Disterilisasi menggunakan Autoclave ±121ºC (1 atm) selama ±15 menit.
f) Dikeluarkan larutan dari autoclave, saat suhu rendah (20ºC) dan tekanan
telah turun (dilihat indikator autoclave).
g) Dituangkan ke cawan petri steril yang telah disediakan sebanyak 10
cawan petri.
h) Dibiarkan media pada Cawan petri membeku dengan sempurna.
35
V1. M1 = V2. M2
(Purwiyanto, 2013)
Keterangan :
V1 : Volume Larutan Stok
M1 : Konsentrasi Larutan Stok
V2 : Volume Larutan Perlakuan
M2 : Konsentrasi Larutan yang Diinginkan
Berdasarkan rumus pengenceran, maka cara pembuatan sari dibagi
menjadi 5 macam konsentrasi dengan tiap-tiap konsentrasi berjumlah 50
ml yaitu pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% adalah
sebagai berikut:
(a) Konsentrasi 20% yaitu 10 ml sari dan ditambahkan 40 ml aquadest
kemudian dihomogenkan
(b) Konsentrasi 40% yaitu 20 ml sari dan ditambahkan 30 ml aquadest
kemudian dihomogenkan
(c) Konsentrasi 60% yaitu 30 ml sari dan ditambahkan 20 ml aquadest
kemudian dihomogenkan
(d) Konsentrasi 80% yaitu 40 ml sari dan ditambahkan 10 ml aquadest
kemudian dihomogenkan
36
2. Analitik
Uji efektivitas sari daun sambiloto (Andrographis paniculata) terhadap
jamur Candida albicans:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Disiapkan cawan petri yang sudah disterilkan
c. Disiapkan biakan murni jamur Candida albicans
d. Pembuatan suspensi dengan cara mengambil biakan murni jamur Candida
albicans menggunakan ose steril, selanjutnya dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang berisikan NaCL 0,9% sebanyak 3 ml kemudian dihomogenkan
e. Dipipet suspensi jamur sebanyak 0,1 ml lalu dimasukkan ke dalam masing-
masing media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang sudah disediakan lalu
diratakan dengan menggunakan Drigalsky. Pengerjaan harus dilakukan
didekat lampu spiritus yang tujuannya agar menhindari terjadinya kontaminasi
f. Diambil kertas cakram yang sudah direndam sari daun sambiloto
(Andrographis paniculata) dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100% lalu diletakkan diatas media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang
telah diinokulasi fungi Candida albicans menggunakan pinset steril.
Sebelumnya media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) sudah diberi label sesuai
dengan masing-masing konsentrasinya
37
A. Pasca Analitik
a. Pencatatan hasil penelitian
Pencatatan hasil penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan
dengan pencatatan suatu aktivitas dalam bentuk tulisan baik diketik maupun di
tulis dengan atau dalam bentuk grafik atau gambar dari hasil pengukuran atau
pengamatan yang telah dilakukan.
Pencatatan hasil penelitian ditentukan dengan cara:
A B (AB + CD) – 6
6 mm
2
D
Keterangan :
AB : Diameter Horizontal
CD : Diameter Vertikal
38
G. Jenis Data
a. Data primer
Data primer adalah tanaman sambiloto yang diperoleh dari Desa
Matabondu, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan. Data
lainnya diperoleh dari pemeriksaan di Laboratorium Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Kendari.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari hasil penelitian
terdahulu dan dari buku-buku yang dipublikasikan kemudian dijadikan
landasan teoritis dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
39
H. Pengolahan Data
I. Analisis Data
J. Penyajian Data
Data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel kemudian
dideskripsikan sehingga diperoleh hasil analisis uji efektivitas sari daun
sambiloto (Andrographis paniculata) dalam menghambat pertumbuhan jamur
Candida albicans.
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Apa itu antioksidan dan apa fungsinya ?
http://www.kolomsehat.com/apa-itu-antioksidan-dan-apa-fungsinya/
Diakses tanggal 1 Desember 2019
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Jakarta. Departemen Kesehatan RI
Irianto, Koes. 2014. Bakteriologi medis, mikologi medis, dan virologi medis
(Medical Bacteriology, Medical Micology, and Medical Virology).
Bandung: Alfabeta.
ISO. 2012. ISO Indonesia Informasi Spesialite obat, Vol. 46. PT. ISFI Penerbitan.
Jakarta
Kumar, A., J. Dora., A. Sigh., dan R. Tripathi. 2012. A Review on King of Bitter
(kalmegh). International Jurnal Of Research In Pharmacy and Chemistry.
2.(1).116-124
Mandal dkk. 2008. Penyakit Infeksi Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga
Permadi, Adi. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka Bunda
Rahayu, T. 2009. Uji Antijamur Kombucha Coffe terhadap Candida albicans dan
Tricophyton mentagrophytes. Jurnal penelitian sains dan
Teknologi.10.(1);10 - 17
Seru S, Suling PL, Pandeleke H. Profil kandidiasis kutis di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode 2009-2011 (skripsi).
Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 2013. 1
(1):561-65.
Sugianitri, N. K. 2011. Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca catechu L.) Dapat
Menghambat Pertumbuhan Koloni Candida albicans secara In Vitro Pada
Resin Akrilik Heat Cured. Skripsi, Program Pasca Sarjana Program Studi
Ilmu Biomedik. Universitas Udayana Bali.
43
Sugiono. 2011. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif (cetakan nomor. 14).
Bandung : Alfabeta
Yadav JS dan Singh TP. 2012. Phytochemical Analysis And Antifungal Activity
Of Andrographis paniculata. International journal of pharmaceutical
research and bio-science. 1(4). 240-263