Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

FETAL COMPROMISED

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Maternitas


di Ruang 8 Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :

Ayu Meida Kartika Sari

NIM. 135070201111025

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017
1. DEFINISI
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat
gangguan oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali
pusat), sub akut (kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta
insufisiensi) (Bisher and Mackay, 1986).

2. ETIOLOGI
Penyebab dari fetal distress diantaranya :
 Ibu : hipotensi atau syok yang disebabkan oleh apapun, penyakit
kardiovaskuler, anemia, penyakit pernafasan, malnutrisi, asidosis dan
dehidrasi.
 Uterus : kontraksi uterus yang telalu kuat atau terlalu lama, degenerasi
vaskuler.
 Plasenta : degenerasi vaskuler, hipoplasi plasenta.
 Tali pusat : kompresi tali pusat.
 Fetus : infeksi, malformasi dan lain-lain.

3. PEMBAGIAN GAWAT JANIN


1. Gawat janin sebelum persalinan
Gawat janin sebelum persalinan biasanya merupakan gawat janin yang
bersifat kronik berkaitan dengan fungsi plasenta yang menurun atau bayi
sendiri yang sakit (Hariadi, 2004).
 Data subyektif dan obyektif
Gerakan janin menurun. Pasien mengalami kegagalan dalam
pertambahan berat badan dan uterus tidak bertambah besar. Uterus
yang lebih kecil daripada umur kehamilan yang diperkirakan memberi
kesan retardasi pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion. Riwayat
dari satu atau lebih faktor-faktor resiko tinggi, masalah-masalah
obstetri, persalinan prematur atau lahir mati dapat memberikan kesan
suatu peningkatan resiko gawat janin.
 Faktor predisposisi
Faktor-faktor resiko tinggi meliputi penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, dan
lain-lain.
 Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin menyingkirkan gawat janin
sepenjang
a) Denyut jantung dalam batas normal (b) akselerasi sesuai dengan
gerakan janin
b) Tidak ada deselerasi lanjut dengan adanya kontraksi uterus.
Ultrasonografi : Pengukuran diameter biparietal secara seri dapat
mengungkapkan bukti dini dari retardasi pertumbuhan intrauterin.
Gerakan pernafasan janin, aktifitas janin dan volume cairan ketuban
memberikan penilaian tambahan kesekatan janin. Oligihidramnion
memberi kesan anomali janin atau retardasi pertumbuhan.
 Penatalaksanaan
Keputusan harus didasarkan pada evaluasi kesehatan janin inutero
dan maturitas janin. Bila pasien khawatir mengenai gerakan janin yang
menurun pemantauan denyut jantung janin atau dimiringkan atau
oksitosin challenge test sering memberika ketenangan akan kesehatan
janin. Jika janin imatur dan keadaan insufisiensi plasenta kurang tegas,
dinasehatkan untuk mengadakan observasi tambahan. Sekali janin
matur, kejadian insufisiensi plasenta biasanya berarti bahwa kelahiran
dianjurkan. Persalinan dapat diinduksi jika servik dan presentasi janin
menguntungkan. Selama induksi denyut jantung janin harus dipantau
secara teliti. Dilakukan sectio secaria jika terjadi gawat janin, sectio
sesaria juga dipilih untuk kelahiran presentasi bokong atau jika pasien
pernah megalami operasi uterus sebelumnya.

2. Gawat janin selama persalinan


Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia janin. Tanpa
oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas
dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila
hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan
pH janin yang menurun.
 Data subyektif dan obyektif
Gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan gawat
janin. Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala subyektif. Seringkali
indikator gawat janin yang pertama adalah perubahan dalam pola
denyut jantung janin (bradikardia, takikardia, tidak adanya variabilitas,
atau deselerasi lanjut). Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat
atau kontraksi uterus yang hipertonik atau ketiganya secara
keseluruhan dapat menyebabkan asfiksia janin.

 Faktor-faktor etiologi
a. Insufisiensi uteroplasental akut
- Aktivitas uterus berlebihan.
- Hipotensi ibu.
- Solutio plasenta.
- Plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasental kronik
- Penyakit hipertensi.
- Diabetes mellitus.
- Isoimunisasi Rh.
Postmaturitas atau dismaturitas
c. Kompresi tali pusat
d. Anestesi blok paraservikal
 Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin : pencatatan denyut jantung janin
yang segera dan kontinu dalam hubungan dengan kontraksi uterus
memberika suatu penilaian kesehatan janin yang sangat membantu
dalam persalinan. Indikasi-indikasi kemungkinan gawat janin adalah:
a. Bradikardi : denyut jantung janin kurang dari 120 kali permenit.
b. Takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (> 160)
dapat dihubungkan dengan demam pada ibu sekunder terhadap
terhadap infeksi intrauterin. Prematuritas dan atropin juga
dihubungkan dengan denyut jantung dasar yang meningkat.
c. Variabilitas: denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti
depresi sistem saraf otonom janin oleh mediksi ibu (atropin,
skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dan analgesik
narkotik).
d. Pola deselerasi: Deselerasi lanjut menunjukan hipoksia janin yang
disebabkan oleh insufisiensi uteroplasental.
b. Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi
uterus adalah lebih sering dan muncul untuk menunjukan kompresi
sementara waktu saja dari pembuluh darah umbilikus. Peringatan
tentang peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi lanjut,
penurunan atau tiadanya variabilitas, bradikardia yang menetap dan
pola gelombang sinus.

 Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum
a. Bebaskan setiap kompresi tali pusat.
b. Perbaiki aliran darah uteroplasental.
c. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau
terminasi kehamilan merupakan indikasi. Rencana kelahiran
didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat
obstetri pasien, dan jalannya persalinan.

Langkah-langkah khusus :
a. Posisi ibu diubah dari posisi terlentang menjadi miring, sebagai
usaha untuk memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan
aliran darah uteroplasental. Perubahan dalam posis juga dapat
membebaskan kompresi tali pusat. oksigen diberikan 6 liter/menit,
sebagai usaha meningkatkan penggantian oksigen fetomaternal.
b. Oksitosin dihentikan karena kontraksi uterus akan mengganggu
sirkulasi darah keruang intervilli.
c. Hipotensi dikoreksi dengan infus IV D5% dalam RL. Transfusi
darah dapat diindikasikan pada syok hemorragik.
b. Pemeriksaan pervaginan menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalana persalinan. Elevasi kepala janin secara
lembut dapat merupakan suatu prosedur yang bermanfaat.
c. Pengisapan mekoneum dari jalan nafasi bayi baru lahir
mengurangi resiko asfirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi
lahir, hidung dan mulut dibersikan dari mekoneum dengan kateter
penghisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat
dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan
mekoneum dengan pipa endotrakeal (Melfiawati, 1994).
Daftar Pustaka

Cunningham F, MacDonald P, Gant N, Leveno K, Gilstrap L, Hankins Gea.


Intrapartum Assessment.. 2002. Williams obstetrics. Ed.22.
Stamford: Appleton and Lange.

Hariadi R. Gawat Janin. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Ed.1. Surabaya :


Himpunan Kedokteran Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia.

Sutrisno, kurnia E. Fetal Distress (Gawat Janin) . Available at:


URL:http://kbi.gemari.or.id/indexberita.php?catId=1. Diakses pada
tangga 10 agustus 2017 pukul 22.00 wib

Anda mungkin juga menyukai