Anda di halaman 1dari 6

PENINGKATAN KECEPATAN PENGELUARAN KOLOSTRUM DENGAN

PERAWATAN TOTOK PAYUDARA DAN PIJAT OKSITOSIN PADA IBU


POST PARTUM

Kuswati, Henik Istikhomah


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

Abstract: Totok Payudara, Oxytocin Massage And Colostrum. The purpose of this
study was to determine differences in time of leaking colostrums in mothers post partum
in doing oxytocin massage with totok payudara. This study design used is quasi-
experimental design with the design Nonequivalent Control Group Design. Reserch
conducted at the midwives (BPM) at health centers working area Klaten who were
divided into 2 groups, i.e an experimental group consisting of 30 respondens to whom
oxytocin massage was given and a control group consisting of 30 responden to whom
totok payudara was given. Bivariate data analysis using statistical test used is t –test.
Results of the study showed the average time of leaking colostrums in experimental and
control groups were 152,67 minutes and 137,23 minutes. The result of hypothesis test
using T-test obtained the value of p= 0.668 (p>0.05). Conclusion: there is no difference
time between oxytocin massage and totok payudara to the leaking colostrum

Key Word: Totok Payudara, Oxytocin Massage And Colostrum

Abstrak: Perawatan Totok Payudara, Pijat Oksitosin Dan Kolostrum. Tujuan


penelitian ini untuk membuktikan apakah ada perbedaan waktu pengeluaran kolostrum
pada ibu postpartum yang diberikan tindakan perawatan payudara (totok payudara)
dengan pijat oksitosin.Desain penelitian ini Quasi Eksperimen dengan rancangan
Nonequivalent Control Group Design. Sampel: sebagian Ibu post partum di BPM
wilayah Klaten sejumlah 60 orang yang terbagi dalam 2 group, 30 ibu post partum yang
diberikan pijat oksitosin dan 30 ibu post partum kelompok control yang diberikan
perawatan totok payudara. Analisis data bivariat menggunakan Uji statistika t – test.
Hasil dari penelitian menunjukkan rerata waktu pengeluaran kolostrum pada kelompok
experiment dan kelompok control adalah 152,67 menit and 137,23 menit. Hasil uji
hipothesis dengan T-tes tidak ada perbedaan rerata waktu pengeluaran kolostrum antara
perawatan totok payudara dengan pijat oksitosin dengan nilai p-value 0.668 (>0.05).

Kata Kunci: Perawatan Totok Payudara, Pijat Oksitosin Dan Kolostrum

PENDAHULUAN yang dibutuhkan bayi. Komposisi nutrien


ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan dalam ASI sangat ideal untuk tumbuh
terbaik bagi bayi karena ASI mengandung kembang anak. Selain itu, ASI
semua kebutuhan bayi. ASI merupakan meningkatkan kesehatan, membantu untuk
sumber nutrisi yang terbaik bagi bayi mencegah penyakit, dan mengurangi
karena kandungan gizinya lengkap dan perawatan kesehatan dan biaya makan.
seimbang, temperaturnya sesuai dengan (Bartick, 2009). ASI juga melindungi bayi

224
Kuswati, Peningkatan Kecepatan Pengeluaran 225

dari berbagai penyakit infeksi seperti diare kolostrum pada kelompok intervensi pijat
dan muntah, infeksi telinga dan oksitosin lebih cepat dibanding kelompok
melindungi bayi dari alergi (Pujiadji, kontrol. Sedangkan hasil penelitian
2005). Tidak semua bayi beruntung bisa Faizatul ummah 2011 menyimpukan
mendapatkan ASI sesuai kebutuhan yang bahwa pijat oksitosin dapat mempercepat
disebabkan karena ASI yang keluar hanya pengeluaran ASI.
sedikit atau bahkan tidak keluar sama Memberikan ASI sesuai kebutuhan
sekali. Upaya untuk memperlancar bayi berarti keuntungan untuk semua, bayi
produksi ASI masyarakat Indonesia. akan lebih sehat, cerdas dan
Upaya untuk menstimulasi pengeluaran berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat
ASI telah banyak dilakukan yaitu dengan dan menarik. Perusahaan, lingkungan, dan
inisiasi menyusui dini dengan tujuan masyarakat pun akan lebih mendapat
hisapan bayi pada putting ibu mampu keuntungan. Menurut Azrul Anwar
menstimulasi peningkatan produksi (2004), ASI sangat penting untuk
hormon laktasi yaitu hormon prolaktin peningkatkan SDM kita di masa yang
maupun hormon oksitosin. Dalam upaya akan datang, terutama dari segi kecukupan
ini beberapa bayi mampu menemukan gizi sejak dini (Utami Roesli, 2008).
putting susu, namun masih banyak bayi Data dari data Survei Sosial
belum mampu menemukan putting susu Ekonomi Nasional pada 2007-2008
maupun belum mampu menghisap putting menunjukkan bahwa ibu yang
ibu, sehingga perlu dilakukan upaya lain memberikan ASI eksklusif 0-6 bulan
untuk menstimulasi produksi kolostrum mengalami penurunan dari 62,2% pada
dan ASI. Tindakan perawatan payudara 2007 menjadi 56,2% pada 2008. Berarti
secara langsung pada kelompok intervensi yang memberikan ASI Eksklusif selama 6
dapat meningkatkan kecukupan ASI bulan masih rendah (Utami Roesli, 2008).
dibanding penyuluhan perawatan Tingkat pencapaian pemberian ASI
payudara pada kelompok kontrol eksklusif berdasarkan data dari profil
mengunakan leaflet (Indriastuti 2015), kabupaten atau Kota D.I Yogyakarta
perawatan totok payudara merupakan tahun 2010 rata rata adalah 42,8%, terjadi
perawatan payudara yang dapat peningkatan bila dibandingkan dengan
menstimulasi produksi hormon laktasi, tahun 2009 yang mencapai 35,28%
karena dengan massage memaksimalkan (DINKES Yogyakarta, 2011). Cakupan
vaskularisasi pada sistem peredaran darah terendah dari ke 5 kabupaten yang ada di
di kelenjar mamae dan hipotalamus Yogyakarta adalah Kabupaten Bantul
anterior memproduksi hormon sehingga yaitu 29,9% dan yang cakupan pemberian
kolostrum maupun ASI dapat lebih cepat ASI eksklusifnya masih rendah berada di
keluar. Tindakan pijat oksitosin pada ibu Kecamatan Srandakan yaitu 4,5%
menyusui berpengaruh terhadap (DINKES Bantul, 2011). Pencapaian
peningkatan Kecukupan ASI dilihat dari tersebut dirasakan masih rendah bila di
peningkatan berat badan bayi ,frekuensi bandingkan dengan target MDG’S tahun
menyusu bayi frekuensi BAK bayi dan 2015 yang diharapkan 80% bayi mendapat
lama tidur bayi. (Endah KH, 2013). Hasil ASI Eksklusif.
penelitian Endah Siti Nur 2011 Dari hasil survey di wilayah desa
menjelaskan rata – rata waktu pengeluaran jomboran klaten di dapatkan data 8 dari
226 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

10 ibu menyusui tidak memberikan ASI Hasil penelitian ditemukan 15% kelompok
secara ekslusif dengan 70% penyebab umur ibu saat melahirkan berisiko dan
kegagalan adalah adanya masalah sebanyak 85 % kelompok umur ibu saat
payudara yang terdiri dari kurangnya melahirkan sehat dan normal dan Hasil
produksi ASI, puting susu lecet dan terjadi penelitian ditemukan 1.7 % paritas ibu
pembengkakan payudara ( Marlina 2014). tergolong berisiko dan sebanyak 98.3 %
paritas normal.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah quasi Tabel 2
eksperiment posttest design Sampel Lama Pengeluaran Kolostrum Pada
dalam penelitian ini adalah ibu post Kelompok Pijat Oksitosin Dan
partum di wilayah BPM Klaten sejumlah Kelompok Totok Payudara
60 orang, yaitu kelompok pijat oksitosin Lama pengeluaran kolostrum
sejumlah 30 orang dan kelompok Kelompok Kelompok
Statistik
Pijat Totok
perawatan payudara dengan totok Oksitosin Payudara
payudara sejumlah 38 orang. Frekuensi 30 30
Instrument dalam penelitian ini Mean 152.67 137.23
adalah lembar observasi untuk mencatat (menit)
lama waktu pengeluaran kolostrum pada Standar 153.869 142.106
Deviasi
ibu post partum dan analisis data
(menit)
dilakukan dengan menggunakan uji t-test. Median 67.50 77.50
(menit)
HASIL PENELITIAN Minimum 20 30
Hasil penelitian dapat (menit)
Maksimum 625 615
dideskripsikan sebagai berikut:
(menit)
Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat
Tabel 1 bahwa bahwa rerata waktu pengeluaran
Karakteristik Responden berdasarkan kolostrum dari 30 responden yang
Umur dan paritas Responden diberikan pijat oksitosin adalah 152.67
No Variabel f %
1 Umur ibu saat menit sementara kelompok totok payudara
melahirkan 9 15 137.23 menit
1. <20th dan >35th 51 85
2. 20 – 35th Tabel 3
Jumlah 60 100 Perbedaan Waktu Pengeluaran
2 Paritas ibu
1. Primipara 24 40
Kolostrum Ibu Postpartum Yang
2. Multipara 35 58.3 Dilakukan Pijatan Oksitosin Dan
3. Grandemultipa 1 1.7 Perawatan Totok Payudara Di
ra Puskesmas Wilayah Klaten
Jumlah 60 100 variabel Perlakuan N Mean SD T Value
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa Pijat 30 152.67 153.
Umur ibu diklasifikasikan berdasarkan Pengeluaran Oksitosin 869 0.4
0.688
usia risiko hamil dan bersalin yaitu < 20th kolostrum Totok
payudara
30 137.23 143.
106
04

dan > 35th kategori risiko dan antara 20 –


35 tahun kategori tidak berisiko.
Kuswati, Peningkatan Kecepatan Pengeluaran 227

PEMBAHASAN Perbedaan Waktu Pengeluaran


Karakteristik Responden berdasarkan Kolostrum Ibu Postpartum yang
Umur dan paritas Responden dilakukan pijatan oksitosin dan
Hasil penelitian ini menunjukkan perawatan totok payudara di
bahwa distribusi frekuensi responden Puskesmas wilayah klaten
berdasarkan usia dari 60 responden Hasil perhitungan dengan analisa
sebagian besar 81.7% berumur 20-35 statistik T-Test Independent pada 30
tahun dengan paritas mayoritas adalah responden kelompok pijat oksitosin dan
mutipara sebesar 61.7 %. Umur 20-35 30 responden kelompok totok payudara
tahun adalah usia reproduksi sehat wanita, didapatkan nilai p=0.688 (>0,05) yang
pada usia tersebut seorang perempuan berarti secara statistik Ho diterima dan Ha
sudah siap secara fisik, emosi, psikologis, ditolak dengan demikian dapat
sosial dan ekonomi untuk hamil disimpulkan tidak terdapat perbedaan
(Ruswana, 2006). Salah satu faktor yang waktu pengeluaran kolostrum antara
mempengaruhi produksiASI adalah faktor kelompok pijat oksitosin dan kelompok
fisik ibu yaitu usia ibu. Ibu-ibu yang totok payudara.
usianya lebih muda atau kurang dari 35 Berdasarkan hasil penelitian diatas
tahun lebih banyak memproduksi ASI didapatkan ibu yang diberikan tindakan
dibandingkan dengan ibu-ibu yang perawatan payudara dan pijat oksitosin
usianya lebih tua (Biancuzo, 2000). tidak terdapat waktu pengeluaran
Adanya perubahan maternal attainment, kolostrum artinya tindakan perawatan
terutama pada ibu-ibu yang baru pertama payudara sama baiknya dengan tindakan
kali mempunyai bayi atau primipara pijat oksitosin. Hasil penelitian ini tidak
merupakan salah satu faktor psikologis sejalan dengan penelitian Saragih (2014)
yang juga dapat mempengaruhi kurangnya dimana perawatan payudara yang baik dan
produksi ASI (Mercer, 2004 dalam benar memiliki peranan yang penting
Alligood, 2008). Mardiyaningsih (2010) dalam meningkatkan produksi ASI. Jika
menyatakan paritas juga diperkirakan dilihat dari tingkat kelancaran ASI,
dapat mempengaruhi produksi ASI. Ibu tindakan breast care lebih dominan dalam
multipara mempunyai proporsi produksi meningkatkan produksi ASI dibandingkan
ASI lebih banyak disbanding ibu dengan tindakan pijat oksitosin
primipara. Hal ini dikarenakan ibu Tindakan breast care adalah
multipara telah mempunyai pengalaman pemeliharaan payudara yang dilakukan
dan keyakinan pada saat menyusui untuk memperlancar pengeluaran ASI
sebelumnya. Jika ibu berhasil pada saat dengan melakukan pemijatan. Perawatan
menyusui anak pertama maka pada saat payudara sangat penting dilakukan selama
menyusui anak kedua akan lebih yakin hamil sampai menyusui. Breast care
dapat berhasil untuk menyusui. Keyakinan mempengaruhi letdown reflex karena ada
ibu ini dapat merangsang pengeluaran rangsangan dalam puting susu
hormone oksitosin sehingga ASI dapat (Ambarwati ER, 2010). Sedangkan pijat
keluar dengan lancar oksitosin merupakan salah satu cara untuk
mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.
Pijat oksitosin adalah pemijatan yang
dimulai pada tulang belakang servikal
228 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

(servical vertebrae) sampai tulang pikiran, perasaan dan emosi ibu. Perasaan
belakang torakalis dua belas dan ibu dapat meningkatkan dan juga
merupakan usaha untuk merangsang menghambat pengeluaran oksitosin.
hormon prolaktin dan oksitosin setelah Hormon ini akan menyebabkan sel-sel
melahirkan (Rahmawati N dkk, 2014) otot yang mengelilingi saluran pembuat
Dilihat perbandingan kedua susu mengerut atau berkontraksi sehingga
tindakan di atas, tindakan dengan ASI terdorong keluar dari saluran
perawatan payudara tidak lebih dominan produksi ASI dan mengalir siap untuk
dalam mempercepat waktu pengeluaran dihisap oleh bayi (Jeremy W, dkk, 2009).
kolostrum dibandingkan dengan tindakan Sehingga kemungkinan jika ibu memiliki
pijat oksitosin. Produksi ASI dipengaruhi pikiran, perasaan dan emosi yang kuat,
oleh refleks pengaliran atau pelepasan maka akan menekan refleks oksitosin
ASI (let- down reflex) setelah diproduksi dalam menghambat dan menurunkan
oleh sumber pembuat susu, ASI akan produksi ASI. Perawatan payudara
dikeluarkan dari sumber pembuat susu merupakan suatu usaha yang dilakukan
dan dialirkan ke saluran susu. Tindakan ibu agar kondisi payudara baik, untuk
yang dapat dilakukan untuk memperlancar mencapai keberhasilan menyusui.
ASI dapat dilakukan dengan breast care Perawatan payudara bermanfaat
dan pijat oksitosin, kedua tehnik tersebut merangsang payudara mempengaruhi
sama-sama merangsang refleks oksitosin hipofisis untuk mengeluarkan hormon
atau let down reflex yang prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin
membedakannya adalah dari teknik darihipofisis anterior mempengaruhi
tindakan, dimana breast care jumlah produksi ASI sedangkan hormon
mempengaruhi let down reflex karena ada oksitosin dari hipofisis posterior
rangsangan dalam puting susu dan mempengaruhi proses pengeluaran ASI.
disekitar payudara. Sedangkan pijat Prolaktin berkaitan dengan nutrsi ibu,
oksitosin mempengaruhi let down reflex semakin asupan nutrisi baik maka
dilakukan dengan pemijatan yang dimulai produksi ASI yang dihasilkan juga banyak
pada tulang belakang servikal (servical (Sari YS, 2014).
vertebrae) sampai tulang belakang
torakalis dua belas. Reflek Pengeluaran KESIMPULAN DAN SARAN
ASI terjadi karena sel otot halus di sekitar Berdasar hasil analisis data dan
kelenjar payudara mengerut sehingga pembahasan dapat disimpulkan sebagai
memeras ASI untuk keluar.Penyebab berikut: 1) Waktu pengeluaran Kolostrum
otototot itu mengerut adalah suatu hormon kelompok pijat oksitosin rata – rata
yang dinamakan oksitosin. Sehingga dari 152,67 menit, sedangkan lama waktu
segi cara, breast care lebih dekat dengan kelompok totok payudara adalah rata –
payudara dan hal tersebut mempengaruhi rata 137,23 menit.
produksi ASI yang lebih banyak Hasil uji hipotesis T-Test
dibandingkan dengan pijat oksitosin yang Independent menunjukkan bahwa nilai p
dilakukan pada bagian belakang. Produksi adalah 0.866 (>0.05) sehingga dapat
ASI dapat dipengaruhi oleh pikiran, disimpulkan bahwa tidak terdapat
perasaan dan emosi ibu. Menurut Jeremy, perbedaan yang bermakna antara pijat
refleks oksitosin dapat dipengaruhi oleh
Kuswati, Peningkatan Kecepatan Pengeluaran 229

oksitosin dan totok payudara terhadap Anwar, S. 2002, Hak Asasi Bayi dan
pengeluaran kolostrum. Pekan ASI Sedunia, Alfabeta,
Bandung
Saran yang diajukan yaitu: Azwar, S. 2010, Sikap Manusia Teori dan
1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Pengukurannya, Edisi ke-2,
(Dinas Kesehatan) Pihak instansi Pustaka Pelajar, Yogyakarta
pelayanan kesehatan diharapkan dapat Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan
menerapkan intervensi pijat oksitosin Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:
dan perawatan payudara (totok EGC.
payudara) sebagai bentuk intervensi Baskoro, A, 2008, ASI, Panduan Praktis
yang membantu kelancaran produksi Ibu Menyusui, Banyu Media,
dan pengeluaran ASI pada ibu post Yogyakarta
partum. Briawan, D. 2004, Persiapan Menghadapi
2. Bagi Tenaga Kesehatan Bidan dapat Laktasi, Gramedia, Jakarta
mengikuti pelatihan konseling Lina Pengaruh perawatan payudarapada
menyusui yang di dalamnya terdapat ibu post partum terhadap
materi tentang cara meningkatkan kecukupan ASI ,2015
produksi ASI dengan pemberian Kementerian Kesehatan RI. 2010,
intervensi seperti pijat oksitosin Pedoman Kader Seri Kesehatan
maupun perawatan payudara sehingga Anak, Bakti Husada
bidan dapat mengajarkan intervensi ini Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
pada ibu post partum dan diharapkan Nomor 33 Tahun 2012, Tentang
proses laktasi dapat berjalan lebih Pemberian ASI Eksklusif, 2012
optimal. Perinasia. 2009, Manajemen Laktasi :
3. Bagi masyarakat Setelah diberi Cetakan ke Empat, Tim Penerbit
intervensi dan KIE tentang pijat Perinasia (Perkumpulan
oksitosin atau perawatan payudara, ibu Perinatologi Indonesia), Jakarta
post partum dapat melakukannya Poedjawijatna, I.R. 2004, Tahu dan
secara mandiri atau dengan dibantu Pengetahuan, Rineka Cipta,
oleh suami dan keluarga. Peran suami Jakarta
dan keluarga akan sangat berpengaruh Prasetyono, Dwi Sunar, 2009, Buku Pintar
dalam keberhasilan menyusui. ASI Eksklusif, Pengenalan Praktik,
4. Bagi Peneliti Selanjutnya, hasil dan Kemanfaatan-
penelitian dapat sebagai acuan peneliti Kemanfaatannya, DIVA Press,
lain dan mengembangkan penelitian, Yogyakarta
yaitu menambah variabel seperti Roesli, Utami. 2005, Mengenal ASI
faktor-faktor lain yang mempengaruhi Eksklusif, Trubus Agrawijaya,
waktu pertama pengeluaran Jakarta
kolostrum. Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu
Dini plus ASI Eksklusif, Pustaka
DAFTAR RUJUKAN Bunda, Jakarta
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Rihana

Anda mungkin juga menyukai