PUSKESMAS KALIWUNGU
Jl Soekarno Hatta No. 98 Kutoharjo Kendal
1
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufiq dan
hidayah hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah dengan judul “Kanker
serviks”. Penulisan ini disusun dalam rangka kelengkapan PAK sebagai syarat pemenuhan
kenaikan pangkat reguler IVb.
Terselesainya penyusunan Karya Ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan, motivasi serta
arahan dan bimbingan beberapa pihak sehingga penulis menyampaikan terimakasih sebesar-
besarnya kepada : Ibu Kepala Puskesmas Kaliwungu serta tidak lupa terimakasih juga untuk
teman-teman sejawat yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
mengingat keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran untuk
perbaikan dalam penulisan di waktu mendatang.
Penulis berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 4
BAB IPENDAHULUAN ......................................................Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ..........................................................Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah .....................................................Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ......................................................Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 6
BAB IIKAJIAN PUSTAKA .................................................Error! Bookmark not defined.
A. Definisi......................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Etiologi......................................................................Error! Bookmark not defined.
C. Klasifikasi kanker serviks .........................................Error! Bookmark not defined.
D. Faktor Resiko ............................................................Error! Bookmark not defined.
E. Gambaran Klinik .......................................................Error! Bookmark not defined.
F. Kriteria kanker serviks ..............................................Error! Bookmark not defined.
BAB IIIPEMBAHASAN ......................................................Error! Bookmark not defined.
A. Diagnosis kanker serviks ..........................................Error! Bookmark not defined.
B. Penatalaksanaan ........................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................Error! Bookmark not defined.
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks
berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. [4] Karsinoma serviks
biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel
sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila
program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun
dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara
berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel
epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya
pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.
Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual,
kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme
timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi
hingga sulit untuk dipahami.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah
kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama
sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus
berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab
utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya
teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining
belum lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa
insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan
diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi
prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan
kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini
5
masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu
adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam
tahap penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara
anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran.
Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat
keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal
disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks uterus dan apa sajakah kalsifikasi dan gejala
klinis dari kanker serviks ?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab dan faktoe resiko dari kanker serviks ?
3. Bagaimanakah gambaran epidemiologi kanker serviks ?
4. Bagaimanakah patologi, penyebaran, dan diagnosis dari kanker serviks ?
5. Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kanker serviks ?
C. Tujuan penelitian
Apa itu kanker serviks dan penanganan kanker serviks.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai angka kejadian penyakit kanker
servik ssehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi penanggulangan kanker
serviks di Kabupaten Kendal
2. Bagi Puskesmas Kaliwungu
Memberikan konseling dan pendidikan kesehatan pada responden dan keluarga
mengenai terapi komplementer lain untuk menurunkan angka kesakitan dan kejadian
kematian pada penderita kanker serviks
3. Bagi Penulis
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti selanjutnya, bahan pembanding bagi
yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis yang lebih kompleks.
6
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya mengenai kanker
serviks
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
8
Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul, telah
mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal.
Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah vagina
Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain
Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan sedikit darah,
pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai perpanjangan
waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa
perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa
sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun,
kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.
Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis.
Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.
9
D. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks
1. Faktor Penyebab
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai
tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok
mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel.
Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat
memenuhi servik selama intercourse.Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga
menyebabkan servikal displasia.National Cancer Institute merekomendasikan bahwa
wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari.
Jika anda tidak dapat melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan
antioksidan seperti vitamin E atau beta karoten setiap hari.
2. Faktor Resiko
a. Pola hubungan seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks
meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang dimulai
pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko
terjadinya kanke servks. Hal ini diuga ada hubungannya dengan belum matannya
derah transformas pada sia tesebut bila serin terekspos. Frekuensi hubungna seksual
juga berpengaruh pada lebi tingginya resiko pada usia tersebut, yeyapitidak pada
kelompok usia lebih tua. (Schiffman,1996).
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan.
Semakin sering melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks.
Pemelitian di Amerika Latin menunjukkan hubungan antara resiko dengan
multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi HPV.
c. Merokok
Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok
dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert
pola hubungna seksual. Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa
cairan serviks wanita perokok bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-
10
sma dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya mendoron pertumbuhan ke arah
kanker.
d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983
(Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks
dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga
mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive terdapat pada pengguna
kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun
pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun
penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas
seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan
kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan bahwa sulit
untuk menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan
kontraseps oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual
dalam mempengaruhi resiko kanker serviks. Selain itu, adanya kemungkinan bahwa
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan pemeriksaan
smera serviks,sehingga displasia dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada
kelompok tersebut. Diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan asosiasi
antara lama penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks karena
adanya bias dan faktor confounding.
e. Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti
betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungna dengan peningkatan resiko
terhadap displasia ringan dan sedang.. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa
perbaikan defisensi gizi tersebut akan enurunkan resiko.
f. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat
antara kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini
juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen
pada wanita dengan tingkat pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi
11
nutrisi, multilaritas dan kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan
masalah tersebut.
g. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi
bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata
memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya
kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi pembahasan
panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga
merupakan factor resiko yang lain.
12
Inseden kanker leher larim (Age Standarized Cancer Incidence Rate / ASR)
penduduk Kota Semarang, tercatat pada tahun 1980-1981 menunjukkan ASR 27,9 dan
data tahun 1985-1989 ASR 24,4. Dibandingakan dengan berbagai daerah diluar negeri
angka ini sedikit berbeda, seperti di Thailand (Chiang Mai) dilaporkan ASR tahun
1983-1987 adalah 33,2 dan di Korea Selatan 13,2 tahun 1982-1983. India menunjukkan
angka lebih tinggi yaitu 41,7 tahun 1982.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun 1997-1998
ditmukan bahwa stadium IB-IIB sering terdapat pada kelompok umur 35-44 tahun,
sedangkan stadium IIIB sering didapatkan pada kelompok umur 45-54 tahun. Penelitian
yang dilakukan oleh Litaay, dkk dibeberapa Rumah Sakit di Ujung Pandang (1994-
1999) ditemukan bahwa penderita kanker rahim yang terbanyak berada pada kelompok
umur 46-50 tahun yaitu 17,4%.
13
Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2 Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung infitratif
membentuk ulkus
3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis dengan
melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara alami
mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua jenis epitel yang melapisinya.
Dengan masuknya mutagen, portio yang erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali
berubah menjadi patologik (diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan
KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses
keganasan akan berjalan terus.
14
Gambar 2. Progresivitas Kanker Serviks
15
Gambar 3. Perbandingan Gambaran Serviks yang Normal dan Abnormal
16
melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati ,
ginjal, tulang dan otak.
Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena perdarahan-
perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia oleh karena obstruksi
ureter di tempat ureter masuk ke dalam kandung kencing.
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu perkontinuitatum ke
dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung kemih. Penyebaran secara limfogen
terjadi terutama paraservikal dalam parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di pelvis
minor, baru kemudian mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi penyebaran
hematogen (hepar, tulang).
Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:
1. fornices dan dinding vagina
2. korpus uteri
3. parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum rektovagina dan
kandung kemih.
17
Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa
kanker serviks adalah:
1. Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat bermanfaat untuk
mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus mengandung komponen ektoserviks
dan endoserviks.
18
Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
2. Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat
seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya. Pemeriksaan
kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear yang abnormal.
Pemeriksaan dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat
kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan
kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan
vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik,
tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan.
19
Gambar 6. Colposcopy Untuk Mengambil Jaringan yang Abnormal
3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan kolposkopi. Jika
kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.
20
Gambar 7. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar),
seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui
LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena
kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap
smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika
penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di
sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada
wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi
untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam
radioterapi, yaitu :
21
Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan
langsung ke dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk
menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-
sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui
mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan
diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga
pemulihan, begitu seterusnya.
4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon,
yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.
22
Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh setiap
orang untuk menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
kanker serviks. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hdup sehat
untuk mengurangi atau menghindari faktor resiko seperti kawin muda, pasangan
seksual ganda dan lain-lain. Selain itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan
imuisasi HPV pada kelompok masyarakat
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan
skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks
secara dibni sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan
kanker serviks memerlukan waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan
waktu sekitar 10 tahun atau lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana
dan sensitive untuk mwndeteksi karsinoa pra invasive. Bila diobati dengan baik,
karsinoma pra invasive mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa
kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar 35%. Program
skrining dengan pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap mear test dan telah dilakukan
di Negara-negara maju. Pencegahan dengan pap smear terbukimampu menurunkan
tingkat kematian akibat kanker serviks 50-60% dalamkurun waktu 20 tahun
(WHO,1986).
Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan kanker
serviks, yaitu :
1. Pencegahan Tingkat Pertama
a. Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya :
1) Kampanye kesadaran masyarakat
2) Program pendidikan kesehatan masyarakat
3) Promosi kesehatan
b. Pencegahan khusus, misalnya :
1) Interfensi sumber keterpaparan
2) Kemopreventif
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda
dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya
menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam
kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang
sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan
E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan
sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear.
Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat
dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.
24
BAB III
PEMBAHASAN
25
bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker serviks, dilakukan dengan
deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker serviks.
C. Saran
Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah dari pada
mengobati. Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan berarti sulit
untuk menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan
teratur.
26
DAFTAR PUSTAKA
Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang Dirawat
Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2003-2007. FKM
Universitas Sumatera Utara Medan.
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderita_Kanker_l
eher_Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_Pusat_Haji_Adam_Malik
_Medan). Diakses Tanggal 5 Februari 2011.
Ayu Izza. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.
(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html). Diakses
Tanggal 5 Februari 2011.
27