Pada dasarnya agama Islam diturunkan membawa berbagai macam prinsip dasar
hidup, baik dalam ranah sosial, budaya maupun politik, prinsip-prinsip yang di ajarkan oleh
islam diyakini oleh khalayak muslim sebagai suatu perintah yang bercorak positif1, metode
Nabi dalam melakukan dakwahnya adalah salah satu bukti konkrit dalam membenarkan tesis
di atas, bagaimana metode nabi muhammd melakukan dakwah pada masyarakata arab pada
waktu itu adalah sebuah contoh pasti dan real yang bisa kita pelajari, bahkan tidak hanya di
kalangan muslim saja, pun demikian kalangan non-muslim saat itu juga turut mengakui dan
menyebut Rasulullah dengan julukan al-amien (orang yang di percaya), bijak baik dalam
Dalam tataran ideal kognitif kita membaca sejarah dengan didasari oleh sebuah
kesadaran bahwa kita adalah muslim, sehingga corak bacaan kita dalam aspek sejarah selalu
mengarah pada nada positif yang jauh dari berbagai macam nada vales apapun, pada rentang
sejarah selanjutnya, muncul beberapa isu internal, adanya isu radikalisme, sekularisme,
liberalisme mulai menjadi trending topik yang di bicarakan oleh kaum islam, kontroversipun
menjadi hal yang tak terhindarkan antara mereka yang menyetujuinya maupun mereka yang
menafikannya,
Disisi lain, kaum muslim juga di hadapakan dengan isu ekternal, Imajinasi negatif
tentang Islam sudah mulai di bicarakan, dalam hal ini misalnya, kemunculan fenomena
islamophobia menjadi isu yang cukup serius yang perlu di diagnosa dengan baik, untuk itu
1
M. Quraish Syihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung, Mizan, 1996) 21
upaya membendung virus-virus yang mampu merusak kestabilan organ tubuh islam menjadi
kemunculan virus-virus tersebut tidaklah cukup hanya dibahas dalam internal dunia islam
saja,sebab penulis berpandangan bahwa fenomena itu adalah sebuah propaganda yang
diciptakan oleh sebagian pihak, yang memang berangkat dengan tujuan mengahancurkan
citra islam, oleh sebab itu, perlu adanya dialog yang mampu mempertemukan antara citra
islam dalam pandangan dunia Barat dan dunia Timur (baca:islam), jika tidak demikian
maka, fenomena islamophobia akan menjadi isu yang terus menggelembung tanpa kita tahu
cara hidup yang telah di terima, perubahan-perubahan tersebut terjadi akibat perubahan
kebudayaan materil, geografis, komposisi penduduk, idiologi serat sebab adanya defusi dan
temuan-temuan baru yang ada di masyarakat2, perubaha sosial pada masyarakat mampu di
ketahui memalui rentang sejarah yang menjadi dasar perbandingan suatu perubahan,
sementara dalam pandangan Wilbert Moore sebegaimana yang di kutip oleh Robert H.
Laucer, perubahan sosial adalah sebuah perubahan penting dalam sosial kultur, sosial kultur
merupakan suatu pola dari perilaku dan interaksi, Moore memaksukan definisi ini sebagai
ekpresi mengenai perubahan struktur seperti nolai dan norma yang ada dalam asuatu
masyarakat, dalam hal ini perubahan sosial adalah hal yang komplek dan perlu di analisa
dengan tajam, sebab ia menembus berbagai macam dimensi kehidupan sosial, pada suatu
masyarakat3
2
Abdulsyani, Sosiologi Skematik, Teori dan Terapan (Jakarta:PT.Bumi Aksara, 2007) hlm. 163
3
Robert H Moore, Perspektives on Social Change, Terj. Alimandan SU (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) hlm 14
Dari uraian di atas, dapat kita tarik bahwa terjadinya perubahan sosial dilatar
belakangi oleh berbagai macam factor, namun, salah satu aspek penting yang perlu kita garis
bawahi adalah bahwa perubahan sosial muncul sebagai sebuah akibat dari asumsi dan
pandangan seseorang tentang sesuatu, asumsi-asimsi inilah yang menjadi basis dan pondasi
seseorang dalam membangun interaksi dengan sosial, islamophobia merupakan contoh real
dalam perubahan sosial di Barat, pandangan-pandangan dunia Barat tentang islam menjadi
basis bagaima mereka melakukan social interaction (interaksi social) dengan kaum islam
merupakan pembahasan yang bercorak epistemis, dalam artian islamnphobia hanya bisa
difahami melalui analisa tentang pandangan-pandangan Barat terhadap dunia islam, jika kita
mengkonter femonema ini melalui pandangan insider, pandangan dunia islam tentang islam
itu sendiri tentu tidaklah akan menyelesaiakan suatu permasalahan yang ada, sebab kita
sebagai orang muslim sudah barang tentu jelas akan mengatakan bahwa hal demikian
merupakan suatu propaganda anti islam, yang memang secara sengaja di ciptakan untuk
Bagaimana suatu situasi di ciptakan adalah bagian dari kontruksi sosial, kontruski
sosial merupakan hasil dari adanya wacana-wacana yang di bentuk, dalam fenomena
islamophobia melacak adanya wacana-wacana menjadi suatau hal hal yang mutlak jika kita
ingin memahami lebih jauh fenomena islamophobia, jika demikian maka pembahasan
peruabahan sosial tersebut, sebab pembahasan orientalisme yang telah mapan dan
berkembang di Barat menajdi basis pemahaman dunia barat dalam mengahadapi kaum
islam, oleh sebab demikian adanya islamophobia tidak bisa kita lepaskan dengan pembahan
orientalisme.
C. Orientalisme
penulis saling memiliki hubungan satu sama lain, pertama: oerintalisme sebagai suatu
bidang khusus akademik yang mempelajari tentang orient,4 tentunya ini adalah paparan
orientalisme yang paling mudah, bagi siapapun yang melakukan penelitian tentang dunia
Timur maka ia akan di sebut orientalis, sedangkan objek kajiannya akan di sebut orientalis,
tradisi akademis inilah yang menjadi makna dan karakteristik umum dari oerintalisme,
kedua: orintalisme sebagai style of thought (gaya berfikir Barat) yang berdasar pada
pembedaan ontologis dan epistemologis antara “Timur” dan “Barat”, sebagai akibatnya, tak
jarang jika para penulis dari berbagai macam disiplin ilmu menjadikan pembedaan tersebut
sebagai titik pijak dalam merumuskan beragam teori potret sosial, adat kebiasaan Timur,
Ketiga: makna orientalisme ketiga lebih bersifat historis, orientalisme dapat kiita lihat
dalam kapasitasnya sebagai “institusi resmi” yang “mengurusi” dunia Timur, dengan
membuat berbagai macam pernyataan tentang Timur melegitimasi beragam sumsi tentang
kita bisa melihat orientalisme sebagai alat dan gaya barat dalam menguasai, mendominsi,
4
Edward W Said, Orientalisme, Terj. Achmad Fawaid (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm 2
5
Ibid … 3
6
Buku yang berjudul Approaches to Islam in Religion Studies merupakan kumpulan essay yang di persiapkan
sarjana-sarjana ilmu social yang berangkat dengan niatan ingin memperbaiki kualitas dalam memahami islam
pada tingkat penelitian, kurikulum, dan buku-buku teks perguruan tinggi, hal demikian tentunya muncul atas
dasar sumsi bahwa islam dirasa kurang mampu menelaah khazanah ilmu keislaman mereka, sehingga mereka
perlu untuk mencarikan sebuah solusi baru bagi dunia Timur (baca:islam) untuk membantu mereka dalam
memahaminya, studi agama islam yang di alamatkan pada para pengajar islam dan mahasiswa studi agama
utamanya, buku tersebut menjadi buku yang paling diminati para sarjana yang mencari pemahaman lebih baik
tentang dimensi “keagamaan” dalam sejarah islam. Lihat: Richard C Martin, Pendekatan Kajian Islam dalam
Studi Agama, Terj. Zakiyuddin Bhaidawy (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002) xxxi
7
Ibid.. hlm 4
Dalam pandangan Foucault, Salah satu masalah besar yang muncul pada awal tahun
1950-an adalah status ilmu pengetahuan dan fungsi-fungsi ideologinya yang dapat di pakai,
ini bukanlah seperti usaha Lynsenko yang mendominasi segaka sesuatu, namun di balik
tersembunyi yang cukup menarik kita ajukan, ini semua dapat kita simpulkann dengan dua
kata “kekuasaan dan pengetahuan”8, orientalisme sebagai suatu bidang khusus akademik
yang mempelajari wacana-wacana tentang timur merupakan pintu utama untuk mengetahuai
pengetahuan tentang timur di kontruksi adalah langkah kedua yang bisa kita ambil untuk
melihat hasil-hasil yang akan di produksi, sebab hal demikian akan menjadi dasar awal
Dalam bebererapa tulisan nya, Edward said pernah mengemukakan fakta bahwa
“saya berasal dari suatu bagian dunia yang kebanyakan orang disini sama sekali tidak
mengenal, dunia arab dan dunia islam tak satu hal pun diketahui orang-orang amerika serikat
tentang mereka, apa yang mereka ketahui cenderung di sederhanakan dan hanya berupa klise
tolol, mereka menggambarkan dunia Arab (baca:islam) sebagai suatu kelompok yang
bengis, keras dan despotiki,9 secara sederhana penggambaran itu adalah sebuah wacaan yang
ingin membedakan antara diri mereka (baca:Barat) dengan the other (baca:dunia islam),
pandanagan demikian yang bercorak oposisi binner merupakan pandangan yang sarat
dengan kritikan, menyederhankan dunia dengan membaginya dengan dua kategori antara
barat dan timur tentu merupakan sebuah kecacatan yang perlu dipertanyakan ulang,
8
Michel Foucault, Powerl/Knowladge. Terj. Yudi Santosa (Yogyakarta: Narasi-Pustaka Promethea, 2007) hlm
143-144
9
Edwaed W Said, Kekuasaan, Politik dan Kebudayaan. Terj. Hartono Hadikusumo (Yogyakarta: Narasi-
Pustaka Promethea, 2007) hlm. 529
Mengupas bagaimana peran luar biasa yang dimainkah amerika serikat dalam
kaitannya dengajn islamophobia sebagai kekuatan imperial terakhir yang masih tersisa, dan
pengaruh peran tersebut terhadap pengetahuan dan produksi pengetahuan adalah sebuah
cara yang perlu di tegaskan dalam melihat kaitan antara orintalisme dan produksi wacana
islamophobia,10 dalam titik fital inilah Edward Said berusahan membongkar berbagai
macam kekeliruan dunia barat dalam melihat dan memandang dunia islam,
D. Citra islam
seseorang dalam memahami islam, islam Indonesia yang sedari dulu cukup menampakkan
keharmonisan nya, hari-hari ini mulai berhadapan dengan debu-debu negative, seperti
aliran-aliran keislaman yang telah melengcenga dari islam yang sesungguhnya, sebut saja
mislanya aliran gafatar atau isu-isu seperti Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) atau aliran
Islamiyah, meskipun menurut para pakar hal demikian sangatlah sulir untuk di lakukukan,
meskipun di lakukan tentunya harus menggunakan cara yang rahmah, sebab keinginan yang
tak tersampaikan tersebuat , berbagai macam cara yang yang mereka upayakan teah mereka
lancarkan hingga merujuk pada aksi-aksi yang bercorak ektrimis, bom rasinah beberapa
waktu lalu juga didalangi oleh pelaku ektrimis-teroris yang menyebar di Indonesia,
Politik global juga turut menymbang berbabagi macam fenomena negative ini, di
akui atau tidak islamophobia memiliki efek negatef dan mencoreng citra dunia islam, lebih
dari hal itu, beberapa wilayah di Eropa seperti Amerika Serikat dan jerman misalnya, isu-
isu islamophobia ini telah mengakibatkan efek negative pada kaum muslim yang ada di
10
Ibid.. hlm. 532
eropa, mereka kerapk kali tidak mendapatkan keadilan, sebagaimana am saefuddin
menegaskan bahwa efek islamophobia yang terjadi du dunia belahan dunia Barat,
“diskriminasi dan ketidak adilan terhadap ummat islam di barat bukan sebuah fenomena
yang baru. Sudah lama di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat menjadib korban
Hal demikian tidaklah sama kehidupan non-muslim di negara islam, dengan rahmat
dan kelembutan islam, orang-orang muslim telah di ilhami sebuah ajaran bagaimana mereka
mengahargai kehidupan orang lain bahkan terhap mereka yang non-muslim yang hidup di
wilayah mereka, pemerintah islam telah melakukan berbagai mcam upaya untuk
mereka, yang pada awalanya mereka hidup di daerah islam dengan perjanjian damai, hingga
patuhi setiap warga negara, demikanlah ajaran islam sesungguhnya, islam bukanlah agama
Kita dapat melihat dengan jelas bahwa citra islam mengalami perubahan dan
bergerak dalam lembaran sejarah, hal itu tentu akibat dari asumsi tentang islam, realitas
adalah awal penentuan seseorang dalam menilai sesuatu, yang pada proses selanjutnya akan
menjadi asumsi, asumsi itu harus disimpulkan dari “keadaan sebagaima adanya” bukan
“bagaimana keadaaan yang seharusnya” asumsi yang pertama adalah asumsi yang
mendasari kajian ilmiah, sedangkan asumsi kedua adalah asumsi yang mendasari kajian
moral.13 Islam harusnya hadir tidak hanya menjadi moral judgment (kekuatan yang hadir
untuk memutuskan sebuah moral tertentu) ada kalanya kita juga perlu melakukan autokritik
11
Lihat: Am Saefuddin, Islamisasi Sains dan Kampus (Jakarta:PPA Consultans 2010) 108
12
Majid Khadduri, Benarkah Islam itu Agama Perang? Memperbincangkan Hukum Perang dan Damai dalam
Islam (Yogyakarta: bina media 2005) 139-140
13
Sudirman Tebba, Filsafat dan Etika Komunikasi (Banten: Pustaka irVan 2008) hlm.24-25
(mengkritik diri sendiri) keadaaan sebagaimana yang kita saksikan dewasa ini mengenai
citra islam nampaknya juga menjadi bahan eveluatif untuk melihat diri sendiri, dengan
Bahasa lain kita biasa mengatakan bahwa citra islam hari ini juga akibat factor internal yang
E. Islamophobia
Islamophobia merupakan gabungan dari kata “islam” dan “phobia”, islam adalah
agama yang mengandung aturan-aturan hidup, sedangkan phobia berasal dari Bahasa inggis
“phobid”adalah berarti takut dan benci, dengan demikian islamophobia adalah paham yang
memebenci dan takut kepada islam,14 sebenrnya tidak ada istilah yang di fahami secara
paten mengenai islamophobia namun para ahli ilmu social mengembangkandifinisi umum,
rasismen yang disepakati secara global oleh Dewan Eropa serta PBB, islamophobia di tandai
a. Islam di lihat sebagai blok monolitik, statis, dan tidak tidak responsive terhadap
perubahan
b. Islam di pandangn terpisah dan “lain atau asing” islam di anggap tidak memiliki nilai
budaya yang sama dengan yang lain, dan juga tidak di pengaruhi budaya lain dan tidak
14
Mohammad H. Tamdgidi, “Beyond Islamophobia and Islamophiliaq as a Western Epistemic Racism:
Revisiting Runnymade Trust’s Definition in a World-Hisrory Context, Islamophobia Studies Journal, Vol. 1,
No. 1 (2012), 57.
15
Linda Edvardsson. Islamophobia: features of islamophobia and strategies against it. Thesis of department
of International Migration and Ethnic Relation (IMER 91-120). 2008. Malmo University.
c. Islam di pandangan sebagai agama yang mengajarkan kekerasan, agresif, ancaman,
d. Islam dipandang lebih rendah darin pada barat, islam di lihat dan di pandangan sebagai
praktik diskriminatif terhadap muslim dan menjadikan ummat islam sebagai rakyat
yang termarjinalkan
g. Permusuhan terhadap islam di angap sebuah hal yang wajar dan normal-normal saja.
Perlu kiranya kita perhatikan seksama bahwa kemunculan isltilah islamophobia pada
tahun 1997 kala itu merupakan sebuah kelanjutan mengenai diskusi yang membehas
masalah topik tentanf diskriminasi yang di alami oleh ummat islam dan sikap anti kepada
orang muslim, sejak saat itulah istilah ini mulai mendapatkan perhatian public, hingga istilah
ini memuncak pasca terjadinya tragedy 9/11, pemboman madrid pada tahun 2005, serta
pemboman London pada bulan juli tahun 2006, hingga aksi-aksi yang berlanjut hingga
istilah ini menjadi konsumsi public dan menjadi sesuatu yang nampaknya lumrah dan wajar-
wajar saja,
Hingga berbagai macam kejadian yang menolak anti islampun muncul dari berbagai
macam kalangan yang ada, mulai dari pengerangan masjid-masjid islam, berbagai macam
poster yang menyuarakan anti islam dan meminta agar merekan kembali sebab di anggap
sebagai ancaman bagi sebuah kestabilan negara dan sosial, islam di anggap tidak bisa hidup
dengan demokratis, tidak bisa hidup dengan damai, selalu meminta sesuatu yang lebih dalam
berbagai macam hal, media-media prancis turut ikut andil dalam angaka peninggakatan
islamophobia selama beberapa decade lalu, nmedia di prancis semakin menggencarkan isu-
isu rasial yang menuding bahwa orang islam adalah bukan bagian dari mereka, orang islam
adalah penduduk asing yang hanya akan mendatangkan kerusakan pada stabilitas social
mereka.16
timur)17, wacana islamophobia tentunya sangat dikecam keras oleh para ummat islam yang
menganggap bahwa hal demikian tidaklah sesuai dengan pandangan mereka pada umumnya,
namun pada sisi lain kita dapat mengajukan pertanyaan yang mungkin tidak pernah menjadi
problematic bagi kita, apakah kita memiliki wacana yang senada dengan mereka dalam
beberapa hal ? pertanyaan ini mengandaikan sebuah jawaban bagaimana sebenarnya orang
Timur (baca:islam) kala memandang dan mengasumsikan dunia Barat, ada satu topik yang
di angkat dalam al-Qur’an, mengenai keburukan bangsa yahudi dalam aspek sosial,
“diantara ahli kitab ada sebagian orang yang apabila kalian mempercayakan harta yang
banyak kepada mereka, maka mereka akan mengembalikan nya kepada kalian, dan diantara
mereka ada sebagian yang apabila kalian mempercayakan kepada mereka satu dinar, tidak
akan pernah mereka kembalikan kecuali kau menagih-nagih mereka dengan terus menerus,
yang demikian itu lantaran mereka mengetakan: tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-
orang ummi, mereka berkata dusta kepada allah padahal mereka mengetahui,
Allah telah menjelaskan sikap mereka yang sulit di percaya, sebagaimana sikap
orang munafik yang suka berbohon, berhianat, dan ingkar janji, selain itu mereka juga suka
meremehkan suku lain, layaknya sikap yahudi pada bangasa arab, melalui pernyataan dan
penegasan di atas kita sebagai seorang muslim sebenarnya juga punya pandangan yang
bercoran nada negative kepada mereka (the other), namun kita tidak pernah
16
Yasser Laoati, Islamophobia in France: National Report 2016. In European Islamophobia Report 2016.
2017. Turkey: SETA Foundation for Political, Economic, and Social Research. hlm, 195
17
(baca: islam)
mempermasalahkan nya bahkan cenderung meneriman dengan baik, sebab asumsi kita telah
di bangun dengan matang untuk menegaskan bahwa “apapun yang di gambarkan oleh al-
Qur’an tentang mereka merupakan sebuah kebenaran yang tidak perlu di bantah dan di
permaslahkan lagi,
Diakui atau tidak penulis banyak menemukan satu wacana yang bermuara negative
dikalangan kaum muslimin, “orang yahudi dan nasrani tidak akan pernah rela dengan mu
hingga kau mengikutu agama merka” dasar ayat di atas sering menjadi pembenaran sikap
kaum muslim dalam membangun asumsi negative mereka terhadap yang liyan,
Ada hal perlu kita perhatiakan denga baik, jika kita melihat sejarah idiologi dunia
sikap fasisme muncul sebagai reaksi terhadap liberalisme dan positivisme, yang terlihat dari
berkepanjangan, rasa ketakukan akan adanya ketiadaan harapan masa depan yang lebih baik,
demokrasi misalnya hanya di anggap sebuah ilusi yang akan melahirkan dominasi dan
Bukan berati penulis mengatakan kaum muslim sebagai kelompok yang memiliki
sikap fasisme, namun perlu disadari bahwa ketakutan akan demokrasi justru akan menjadi
pemicu lahirnya paham fasisme, di Barat misalnya, demontrasi yang dilakukan oleh
sebagian orang yang menuntut agar menghentikan islamisasi warga negara barat, hal
demikian akibat dari paham islamophobia, ketakutan mereka mengantarkan mereka untuk
melakukan hal demikian, tentunya kaum muslim tidak menerima hal demikian sebab mereka
memahami bahwa islam adalah agama yang harus di tegakan di muka bumu, hal itu bisa kita
sebut dengan sikap yang kontra produktif, di satu sisi kita melakukan pelarangan da
18
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001) hlm 333
pencegaman terhadap gerakan kristenisasi namun di sisi lain kita juga melakukan gerakan
islamisasi.
G. Beberapa Upaya
Fenomena Islamophobia telah menjadi semacam bom nuklir yang siap untuk
islamophobia menjadi citra negative terhadap agama islam dan para pemeluknya, hal
semacam demikian tentunyan harus di tanggapi secara serius dan responsive oleh
masyarakat timur (baca:islam), oki misalnya telah melakukan beberapa upaya dalam
membendung tingkat fenomena tindak islamophobia yang kian meninggi, salah satu upaya
yang oki lakukan diantaranya: pertama: Meningkatkan kampanye guna menciptakan dan
positif islam, khususnya di daerah-daerah dan negara-negara yang di anggap sebagai pusat
islamophobia.
Kedua: Melakukan kunjungan rutin, keberbagai negara barat dan bertemu dengan
komunitas muslim setempat dengan tujuan untuk mendengaran keprihatinan atau masalah
journal-journal terkait kepada khalayak umum, keempat: Memaksimalkan peran kantor oki
di luar negeri dengan mempercayakan tugas untuk menangani isu-isu yang terkait dengan
islamophobia serta dengan memberi lebih banyak ruang untuk bekerja secara informal
dengan komunitas islam lokal, kelima: Memberikan lebih banyak dukungan, secara politis
dan finansial, kepada lembaga oki yang relevan dan turut andil berupaya melawan
yang di perlukan untuk melawan tindakan-tindakan yang mengarag kepada hasutan untuk
angka islamophobia dengan cara menunjukan bahwa kontruksi tersebut tidaklaj benar dan
tidak sesuai dengan islam yang rahmah, namun dalam pandangan penulis cara demikian
agaknya kurang efektif sebab sejak dari awal kesadaran masyarakat timur sudah terbentuk
jika mereka memolak hal demikian, maka dialog-dialog yang memepertemukan antara
keduanya sangatlah perlu dan penting untuk di upayakan, kesalah pahaman barat dalam
memahami islam kiranya perlu di dudukan dan di selesaikan dengan cepat, dialog terbuka
itulah yang akan mengantarkan mereka yang memiliki paham islamophobia menuju
kesadaran yang lebih baik, selain itupula, dunia timur (baca:islam) juga perlu melakukan
telaah lebih jauh terkait perkembangan orientalisme yang menjadi “institusi” yang
H. Kesimpulan
nilai negative tentang dunia timur (baca:islam) perlu di tanggapi secara serius, dalam hal ini,
dunia timur, wacana-wacana itulah yang kemudian menjadi dasar dan pondasi barat
menentukan sikap dengan komunitas muslim, Mengupas bagaimana peran luar biasa yang
imperial terakhir yang masih tersisa, dan pengaruh peran tersebut terhadap pengetahuan dan
produksi pengetahuan adalah sebuah cara yang perlu di tegaskan dalam melihat kaitan antara
orintalisme dan produksi wacana islamophobia,19 dalam titik fital inilah Edward Said
19
Ibid.. hlm. 532.
berusahan membongkar berbagai macam kekeliruan dunia barat dalam melihat dan
Salah satu upaya yang perlu kiranya untuk dilakukan adalah melakukan dialog
dengan dunia Barat, khususnya di belahan dunia yang memiliki tingkat dan angka
islamophobia yang relatif tinggi, jika pemebahasan islamophobia hanya dibahas dengan
perspektif islam misalnya, maka hal demikan rasanya kurang memberikan solusi yang baik
sebab sejak dari awal kaum muslim sudah menolak dan meniadakan adanya faham-faham
yang menyudutkan islam, disisi lain ummat islam juga harus melakukan peperang melawan
kekerasan dan terorisme, sebab penyuburan wacana-wacana negatif tentang islam menjadi
faham yang di akui secara nyata jika kontruksi tersebut relevan atau koheren dengan
fenomena-fenomena yang terjadi di dunia islam seperti Islamic State of Iraq and Syiria
(ISIS), fenomena demikianlah yang turut menyuburkan faham-faham anti islam dan
islamophobia yang terjadi di dunia Barat, oleh sebab demikian factor yang mendalangi
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001).
Richard C Martin, Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Agama, Terj. Zakiyuddin
Bhaidawy (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002).
Edward W Said, Orientalisme, Terj. Achmad Fawaid (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).
Linda Edvardsson. Islamophobia: features of islamophobia and strategies against it. Thesis
of department of International Migration and Ethnic Relation (IMER 91-120). 2008.
Malmo University.
Majid Khadduri, Benarkah Islam itu Agama Perang? Memperbincangkan Hukum Perang
dan Damai dalam Islam (Yogyakarta: bina media 2005).
Sudirman Tebba, Filsafat dan Etika Komunikasi (Banten: Pustaka irVan 2008).