Ny. Sanira Fixx PDF
Ny. Sanira Fixx PDF
Florean H
Suku : Bugis
Chief Ruangan : dr. Emminarty
Alamat : Makassar
Tgl MRS :17/10/2019 (16.14) ANAMNESIS (Alloanamnesis)
• Penurunan kesadaran dialami sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit, penurunan
kesadaran
dialami secara perlahan - lahan. Awalnya pasien sering lemas sejak 1 minggu yang lalu
dan
semakin memberat dalam 1 hari terakhir, sejak 4 jam terakhir pasien sulit diajak
berkomunikasi, pasien tidak berespon bila diajak berbicara dan tidak ada kontak mata
maupun
• Demam ada sejak 1 minggu yang lalu, tidak disertai menggigil dan turun dengan obat
penurun
demam
• Batuk tidak ada, riwayat batuk sebelumnya tidak ada, riwayat batuk – batuk lama tidak
ada,
sesak napas ada dialami sejak 1 hari terakhir, riwayat sesak napas sebelumnya tidak
ada. Nyeri
riwayat nyeri perut sebelumnya tidak ada. Penurunan nafsu makan ada dialami sejak 4
bulan
terakhir, pasien hanya makan 5-6 sendok sekali makan. Penurunan berat badan
disangkal oleh
keluarga pasien
• Luka pada kaki kiri yang dialami sejak lima bulan yang lalu. Awalnya hanya berupa luka
melepuh yang tidak diketahui penyebabnya, kemudian luka semakin lama semakin
meluas dan
mengeluarkan nanah serta berbau. Riwayat trauma tidak diketahui oleh keluarga
pasien.
Riwayat luka dibersihkan di kamar operasi ada bulan Agustus 2019, dan pasien rutin
kontrol
LAPORAN KASUS
KEMATIAN
1
luka di poliklinik bedah. Satu bulan yang lalu pasien disarankan untuk amputasi namun
pasien
menolak, sejak saat itu pasien tidak pernah lagi kontrol ke poli bedah, dan luka pada
kaki kiri
• Riwayat DM ada diketahui 6 tahun yang lalu, dan saat ini menggunakan suntikan
Novorapid
3x12 IU/SC dan Levemir 1x10 IU/SC malam hari secara teratur sejak dua tahun
lalu.
• BAK dikatakan lancar, volume dan frekuensi tidak diketahui oleh keluarga pasien, saat
ini
pasien BAK menggunakan popok, BAK disertai darah tidak ada, riwayat BAK disertai
pasir/batu tidak ada, nyeri saat berkemih dikatakan tidak ada oleh
keluarga.
• BAB terakhir tadi pagi warna kecoklatan, konsistensi padat lunak, darah segar tidak ada,
BAB
Riwayat Keluarga :
• Orang tua pasien sudah meninggal (ayah sudah meninggal dengan sebab yang tidak
DESKRIPSI UMUM
TANDA VITAL
PEMERIKSAAN FISIS
Mata : pupil isokor, diameter 2,5 mm/ 2,5 mm, refleks cahaya ada kesan
normal mata kanan dan kiri, konjungtiva anemis ada, sklera ikterik tidak
ada.
Telinga : tidak tampak adanya sekret.
Leher : DVS R+2 CmH2O, deviasi trakea tidak ada, pembesaran kelenjar limfe
tidak ada.
Thoraks : I : kesan simetris kanan dan kiri, tidak tampak adanya benjolan.
ada.
P: Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, massa tumor
tidak
Ekstremitas :
Atas : Edema pada tangan tidak ada, teraba hangat, CRT < 2
detik,
- Regio pedis sinistra : Tampak luka, edema ada, pitting edema ada, pus
ada,
Pemeriksaan Penunjang
NEUT 94,2 % 50 - 70
LYMPH 3,8 % 20 – 40
RUJUKAN
PH : 5.0
Bilirubin : Negatif
Urobilinogen : Normal
Keton : Negatif
Nitrit : Negatif
Glukosa : Negatif
Leukosit : +++/ 500 WBC/ul
Elektrokardiografi (17/10/2019) :
Sinus ritme
normoaksis,
gel P 0,04s,
PR interval 0,16s,
ST segmen isoelektris,
midline
-Cor membesar, aorta normal
bilateral
berselubung
Kesan :
DAFTAR MASALAH
6. ISK Komplikata
8. Hipoalbuminemia
9. Hiponatremia
jam terakhir, secara perlahan lahan, demam ada dialami sejak 1 minggu terakhir.
Pada
pemeriksaan fisis didapatkan GCS E3M5V3, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi
120
kali/menit, pernapasan 28 kali/menit, SpO2 98% dengan NRM 12 lpm. Pada
pemeriksaan
neutrophil yang meningkat 94,2% yang dicurigai meningkat akibat adanya infeksi
dari
luka pada kaki kiri yang sudah dialami sejak 5 bulan terakhir, sehingga kecurigaan
Plan Terapi :
- Ceftriaxone 2gram/24jam/intravena
- Ciprofloxacin 200mg/12jam/intravena
- Metronidazole 500mg/8jam/intravena
Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, dan rencana
tatalaksana
pemeriksaan fisis didapatkan GCS E3M5V3, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi
120
neutrophil yang meningkat 94,2% yang dicurigai meningkat akibat adanya infeksi
dari
luka pada kaki kiri yang sudah dialami sejak 5 bulan terakhir, sehingga kecurigaan
qSOFA, didapatkan skor 2, yaitu perubahan status mental dan takipneu. Skor
qSOFA ≥2
mengindikasikan risiko tinggi mortalitas yang buruk pada pasien terutama bila
disertai
dengan infeksi
Plan Terapi :
- Ceftriaxone 2gram/24jam/intravena
- Ciprofloxacin 200mg/12jam/intravena
- Metronidazole 500mg/8jam/intravena
Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, dan rencana
tatalaksana
3. Kaki diabetik Wagner IV pedis sinistra
Dipikirkan berdasarkan adanya keluhan luka kiri yang disadari sejak 5 bulan yang
lalu.
Riwayat diabetes ada sejak 6 tahun dan saat ini menggunakan insulin Novorapid
12-12-
12 unit dan Levemir 10 unit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada regio pedis
sinistra,
tampak luka ada, edema ada, pitting edema ada, pus ada, jaringan nekrotik ada,
granulasi
- Grade 0 : tidak ada luka pada kaki, tetapi berisiko untuk terjadi
luka
- Grade 2 : ulkus dalam hingga ke ligamen dan otot, tetapi tidak ada
keterlibatan
dengan osteomielitis
- Grade 4 : Gangrene
terlokalisasi
Plan diagnostic : Foto pedis sinistra AP/Lateral, kultur pus dan sensitivitas
antibiotik
Plan terapi :
- Ceftriaxone 2 gr / 24 jam/intravena
Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, dan rencana
tatalaksana
Dipikirkan atas dasar adanya kesadaran menurun yang dialami sejak 4 jam yang
lalu,
sesak napas ada. Riwayat Diabetes ada dialami sejak 6 tahun terakhir. Pada
pemeriksaan
kreatinin 1,6, dengan eGFR CKD Epi 36,2 ml/min, pada urinalisa didapatkan
proteinuria
+3. Kerusakan ginjal pada pasien ini dicurigai oleh karena penyakit diabetes yang
diderita
sejak lama
Plan Terapi :
Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, dan rencana
tatalaksana
Dipikirkan berdasarkan riwayat menderita diabetes sejak 6 tahun yang lalu tetapi
tidak
Plan diagnostic : -
Plan terapi :
• Protokol Yale : 366 : 100 = 3,66 ~ Insulin short acting 3,5 unit bolus intravena,
lanjut
Plan monitoring :
- Jika GDS belum mencapai target maka dosis ditambahkan 50% dari dosis
terakhir
6. ISK Komplikata
(WBC +++/500), Blood +++/ 250, protein +++/300. Pada pasien ini tidak ditemukan
adanya keluhan maupun gejala klinis infeksi saluran kemih. Pasien ini dikatakan
Plan diagnostik :
Plan Terapi :
- Ciprofloxacin 200mg/12jam/intravena
Plan Edukasi
Dipikirkan berdasarkan keluhan lemas, ada luka pada kaki kiri serta adanya
riwayat
diabetes sejak 6 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva
anemis
9
Plan monitoring :
8. Hipoalbuminemia
Dipikirkan atas dasar kadar albumin pasien 1,6 mg/dl. Hipoalbuminemia pada
pasien
dapat dipikirkan oleh karena kurangnya intake nutrisi akibat penurunan nafsu
makan dan
akibat dari keadaan sepsis yang diderita pasien. Dari hasil pemeriksaan urinalisa
Plan diagnostik : -
Plan Terapi :
mmol/l. Pada pasien ini hipernatremia euvolemik karena status volume cukup.
Plan diagnostik : -
Plan Terapi : -
10
FOLLOW UP
INTERNA
PH 1 scon 0,05
06.00 mcg/kgBB/menit/SP)
Plan Terapi (+)
Plan Terapi
Urin Output : 0,3 cc/kgBB/jam
-Oksigen 10-12liter/menit/NRM
Balance Cairan : +1.021cc
-Oksigen 10-12liter/menit/NRM
Laboratorium
-Diet DM 1700 kkal / hari
17/10/19
-IVFD NaCl 0,9 % 20 tetes /
-IVFD NaCl 0,9 % 20 tetes / WBC 23.840
menit HGB 7,7
menit
MCV 92,5
-IVFD D5% 20 tetes/menit (bila
MCH 30,5
Nadi : 113 kali / menit GDS <200mg/dl)
Pernapasan : 30 kali / menit -Vascon 0,05 mcg/kgBB/SP
Suhu : 37 0 C (uptitrasi)
Saturasi oksigen : 66 % -Ceftriaxone 2 gr / 24 jam /
konjungtiva anemis ada, sklera ikterik tidak intravena (H2)
ada.
-Ciprofloxacin 200 mg / 12 jam /
Leher : DVS R+2 CmH2O, deviasi trakea tidak ada,
pembesaran kelenjar limfe tidak ada. intravena (H2)
Nitrit : Negatif
Glukosa : Negatif
EKG (17/10/19) :
11
Sinus ritme, HR 115 kali/menit, regula
MCHC 32,6 normoaksis,
PLT 289.000 gel P 0,04s, PR interval 0,16s, QRS k
0,08s,
NEUT 94,2%
ST segmen isoelektris, Gel. T inverted
LIMF 3,8%
II,III,aVF
Creatinin 1,6
Plan
Na 132 - Rencana Intubasi oleh TS
K 3,8 anestesi
Cl 102 - Cek GDS/jam
GDS 366 - Target GDS 140 – 180 mg/dl
Albumin 1,6 -Kultur pus dan sensitivitas
antibiotic
Urinalisa (17/10/19): - Cek Bilirubin Total, Albumin
Blood : +++ / 250 RBC/ul control
Keton : Negatif - Cek Prokalsitonin, Laktat
-Rencana
Darah (Tidak
amputasi
ACC) below knee
12
pH : 7,507
SO2 : 100
pCO2 : 24,1
pO2 : 208
HCO3- :19,1
BE : -4
Sebagian
GDS :
13
A:
ensefalopati sepsis
- Syok Sepsis
Disease
- ISK Komplikata
- Hipoalbuminemia
- Hiponatremia
Syok Sepsis , Sepsis SOFA score
10
Dipikirkan berdasarkan adanya penurunan kesadaran pada pasien yang dialami sejak 1
hari
terakhir, secara perlahan lahan, demam ada dialami sejak 1 minggu terakhir. Pada
pemeriksaan
fisis didapatkan GCS E1M1V1, tekanan darah 90/50 mmhg, nadi 113 kali/menit,
pernapasan 30
kali/menit, SpO2 66% dengan NRM 10 lpm. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan kadar leukosit dalam darah 23.840, dan kadar neutrophil yang meningkat
94,2%
yang dicurigai meningkat akibat adanya infeksi dari luka pada kaki kiri yang sudah
dialami sejak
5 bulan terakhir. Saat di ICU, pasien mengalami hipotensi dan saat ini mendapat terapi
bilirubin
• Liver → Bilirubin : - : -
14
• CNS → GCS : 3 : 4
Plan Terapi :
o Ceftriaxone 2gram/24jam/intravena
o Ciprofloxacin 200mg/12jam/intravena
o Metronidazole 500mg/8jam/intravena
Plan Monitoring:
Plan Edukasi :
EMD
18-10-2019 06.30
Anestesi
18-10-2019
intravena (H2)
intravena (H2)
15
A 18-10-2019
c pedis sinistra wagner IV Plan Terapi 19-10-2019
BTKV INTERNA
- Rencana Amputasi bila
ICU
10.00
keluarga setuju dan KU optimal PH 2
ICU
dl 1Vx (terintubasi)
(terpasang NGT nutrisi)
dl (terpasang NGT nutrisi)
(malam)
mHg (on Vascon 0,1
-IVFD NaCl 0,9 % 500cc/24 jam Superior : edema ada, akral hangat, C
-IVFD NaCl 0,9 % 500cc/24 jam detik
- Transfusi PRC 2 bag
mcg/kgBB/menit/SP)
-Vascon 0,1 mcg/kgBB/SP Inferior :
konjungtiva anemis ada, sklera ikterik tidak granulasi tidak ada, panas pada pera
ada.
arteri tibialis posterior ada, luka berba
intravena (H3)
(+)
Leher : DVS R+2 CmH2O, deviasi trakea tidak ada,
-Metronidazole 500 mg / 8 jam /
Urin Output : 0,1 cc/kgBB/jam
pembesaran kelenjar limfe tidak
ada. Balance Cairan : +1.615cc/24 jam
intravena (H3)
antibiotik
A:
- Hipoalbuminemia
- Hiponatremia
19-10-2019
Introp
-Infus NaCl 0,9% 20 tetes/menit
-Vascon 0,1 mcg/kgBB/SP
19-10-2019
stra wagner IV Plan Terapi
Associated Encephalopathy
BTKV
Associated Encephalopathy
10.00
06.30
- Rencana Amputasi bila KU
(uptitrasi)
optimal
-Ceftriaxone 2 gr / 24 jam /
epsis
epsis
intravena (H3)
19-10-2019
Plan Terapi
19-10-2019
EMD
-Bagging dengan oksigen 15lpm
06.30
-Bagging dengan oksigen 15lpm
- Diet DM 1700 kkal
INTERNA
-Novorapid 4 unit
ICU
pagi,siang,malam/ subkutan
e II in critical ill
-Titrasi Vascon
e II in critical ill
-Titrasi Vascon
con
0,2mcg/kgBB/SP
- Levemir 8 unit/24jam/subkutan
0,2mcg/kgBB/SP
- monitoring GDS premeal
18
RR : 28 x/menit
SpO2 : 60 - 65%
20-10-2019
INTERNA
ICU
SpO2 : 53%
PH 3
20-10-2019
06.00
INTERNA
- Bagging dengan oksigen 15
ICU
lpm
07.50
- Titrasi Vascon 0,25
Vx 07.50 di hadapan
Vx 07.50 di hadapan
hg (on Vascon
) keluarga
hg (on Vascon keluarga
)
Pupil midriasis total
it
RESUME
dialami sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit, penurunan kesadaran dialami secara
perlahan
– lahan. Awalnya pasien sering lemas sejak 1 minggu yang lalu dan semakin memberat
dalam 1
hari terakhir, sejak 4 jam terakhir pasien sulit diajak berkomunikasi, pasien tidak berespon
bila
diajak berbicara dan tidak ada kontak mata maupun verbal. Demam ada sejak 1 minggu.
Penurunan nafsu makan ada dialami sejak 4 bulan terakhir, pasien hanya makan 5-6
sendok sekali
makan.
Luka pada kaki kiri yang dialami sejak lima bulan yang lalu. Riwayat di
debridement
pada bulan Agustus dan kemudian disarankan untuk amputasi namun pasien menolak.
Riwayat
110/60 mmhg, nadi 120 kali/menit, pernapasan 28 kali/menit, suhu 370C, IMT 20,24
kg/m2,
saturasi oksigen 72% namun setelah diberikan supplementasi oksigen menjadi 98%.
Konjungtiva
anemis ada, thoraks dan abdomen kesan dalam batas normal, pada regio pedis sinistra
tampak
luka, edema ada, pitting edema ada, pus ada, jaringan nekrotik ada, jaringan granulasi
tidak ada,
panas pada perabaan, pulsasi arteri tibialis posterior ada. Dari pemeriksaan laboratorium
leukosituria. Dari pemeriksaan foto thoraks ditemukan kardiomegali disertai edema paru.
Sehingga dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, maka pasien
didiagnosis
kesadaran menurun ec suspek ensefalopati sepsis, sepsis qSOFA score II, akut on CKD
dd/
Diabetik Kidney Disease, kaki diabetik wagner IV pedis sinistra, ISK komplikata, anemia
normositik normokrom ec suspek penyakit kronik dd/ anemia renal, DM Tipe II non obese
in
menjaga patensi airway dan breathing. Pasien ini kami konsulkan ke teman sejawat
Bedah Thorax
dan Vaskuler dan direncanakan untuk amputasi below knee, namun keadaaan pasien
belum
optimal. Semakin hari kondisi pasien semakin memburuk. Pada perawatan ICU hari III,
pasien
terjadi, saat itu keluarga meminta untuk tidak dilakukannya resusitasi jantung paru. Pada
pukul
20
KERANGKA KONSEP
Kesadaran
Menurun
Intracranial Extracranial
Sepsis Associated
Encephalopathy
Sepsis
Kronik
Septic
Shock
DM Type 2
Immunocom
promised
Anemia Penyakit
Death
21
DISKUSI
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama penurunan kesadaran. Penurunan
kesadaran
dapat pikirkan penyebab penurunan kesadaran antara lain karena gangguan sirkulasi
(misalnya
uremia, koma hepatikum, sepsis), gangguan elektrolit (misalnya pada orang yang muntah
hebat),
intoksikasi, maupun penyebab intrackanial misalnya stroke, tumor dalam otak, epilepsi.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien ini kami
curigai
mengalami penurunan kesadaran akibat sepsis. Sepsis merupakan adanya infeksi yang
sudah
terbukti atau baru kemungkinan yang terjadi bersamaan dengan manifestasi infeksi
sistemik.
Adapun kriteria diagnosis sepsis yang kami dapatkan pada pasien ini antara lain adanya
denyut
nadi > 90 kali / menit, adanya penurunan kesadaran , adanya leukositosis ( > 12.000 / uL
), adanya
peningkatan creatinin > 0,5 mg/dL. Sepsis pada pasien ini dapat terjadi kemungkinan
akibat
adanya fokus infeksi berupa luka pada pada kaki kiri yang dialami sejak 5 bulan yang lalu.
Luka
yang tidak tertangani dengan baik serta adanya riwayat diabetes yang tidak terkontrol
membuat
kondisi pasien semakin memburuk. Selain itu, sepsis pada pasien dapat juga disebabkan
oleh
adanya infeksi saluran kemih. Pada pasien ini kami pikirkan penyebab penurunan
kesadarannya
adalah adanya gangguan metabolic (sepsis). Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ
yang
mengancam jiwa akibat adanya disregulasi respons host terhadap infeksi. Pada sepsis,
disfungsi
organ terjadi oleh karena hipoksia jaringan akibat gangguan perfusi yang disebabkan oleh
peningkatan konsentrasi laktat darah. Laktat darah meningkat pada pasien sepsis karena
adanya
hipoperfusi jaringan dan laktat mewakili adanya hipoksia jaringan. Hal ini terjadi karena
adanya
disfungsi mikrosirkulasi yang sudah terjadi sejak awal sepsis dan merupakan stadium
kritis awal
kondisi hipoksia jaringan dan gagal organ. Pada pasien ini kami curigai telah mengalami
Organ Failure Assesment). Skor qSOFA digunakan untuk menilai disfungsi organ. Pada
pasien
ini telah memenuhi 2 kriteria qSOFA score yaitu penurunan kesadaran dan frekuensi
pernapasan
Pasien ini telah didiagnosa menderita diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu namun
berobat
tidak teratur. Jika tidak dikelola dengan baik, diabetes mellitus dapat menyebabkan
komplikasi
kronik yang terdiri dari makrovaskular, mikrovaskular, maupun neuropati. Perubahan
dasar atau
disfungsi tersebut terutama terjadi pada endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh
darah
ketahanan sel yang kemudian pada gilirannya akan menyebabkan terjadinya komplikasi
vascular
22
diabetes.2 Pada pasien ini telah mengalami komplikasi kronik berupa neuropati dan
makroangiopati (penyakit pembuluh darah perifer yang berujung pada kaki diabetic
Wagner V).
Pada pasien ini didapatkan fokus infeksi berupa kaki diabetik yang dialami pasien sejak 5
bulan
yang lalu. Kaki diabetik merupakan komplikasi makroangiopati dari penyakit diabetes
mellitus
yang paling ditakuti karena dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Terjadinya kaki
diabetik
diawali adanya hiperglikemia pada pasien diabetes mellitus yang menyebabkan kelainan
neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati baik neuropati sensorik maupun
motorik
dan autonomic akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang
kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi pada telapak kaki dan selanjutnya akan
mempermudah terjadinya ulkus. Adanya aliran darah yang kurang akibat adanya penyakit
vascular peripheral menjadi factor pendukung terjadinya ulkus2. Luka yang tidak
tertangani
dengan baik serta adanya riwayat diabetes yang tidak terkontrol membuat kondisi pasien
semakin
memburuk.
Pada pasien diabetes mellitus dengan sepsis sering dihubungkan dengan berbagai
penyakit
Mekanisme respons imun terhadap infeksi pada penderita diabetes mellitus dengan
sepsis belum
diketahui secara jelas. Gejala klinis yang disebabkan oleh infeksi berat akan menunjukkan
tanda
tanda toksisitas sistemik seperti demam, leukositosis dan malaise3. Pada pasien ini
jumlah
leukositnya 23.840 / uL dimana hal ini terjadi karena adanya infeksi yang semakin
memberat pada
kaki pasien.
Selain itu, sepsis yang terjadi pada pasien ini dapat diperberat oleh infeksi saluran kemih.
Infeksi
(cfu/ml) pada biakan urin. Infeksi saluran kemih tergantung banyak factor seperti usia,
gender,
kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan hingga usia 65 tahun
perempuan
cenderung menderita ISK dibandingkan laki – laki4. Pada pasien ini diketahui menderita
diabetes
mellitus sejak 6 tahun terakhir dan mrupakan faktor predisposisi infeksi salran kemih
(sesuai tabel
1)
23
Kami pikirkan infeksi saluran kemih komplikata pada pasien ini didapatkan demam, dan
leukosit
pada urinalisa +++, blood +++, namun infeksi oleh karena kausa lain belum dapat kami
singkirkan
24
Acute kidney injury merupakan akibat dari penurunan fungsi ginjal yang mendadak dalam
beberapa jam sampai beberapa minggu diikuti oleh kegagalan ginjal untuk mengekskresi
sisa
elektrolit.6 Menurut K-DIGO, AKI merupakan peningkatan serum kreatinin > 0,3 mg/dL
dalam
48 jam, peningkatan serum kreatinin > 1,5 kali dari kadar kreatinin referensi dan volume
urine <
0,5 ml/kg/jam selama 6 jam.7 Menurut Acute Kidney Injury Network, AKI dapat
diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu AKIN 1 jika kenaikan kreatinin serum > 0,3 mg/dl atau kenaikan 1.5-2 kali
lipat
dari nilai dasar, AKIN 2 jika kenaikan kreatinin serum > 2-3 kali lipat dari nilai dasar, AKIN
3
jika kenaikan kreatinin serum > 3 kali lipat dari nilai dasar8. Pada pasien ini kemungkinan
terjadi
suatu keadaan akut kidney injury akibat adanya keadaan sepsis yang dialami pasien
namun tidak
dapat disingkirkan kemungkinan adanya suatu penyakit ginjal diabetic (diabetic kidney
disease).
Penyakit ginjal diabetik yaitu adanya albuminuria pada penderita DM, baik tipe 1 maupun
tipe 2
pada 2-3 kali pemeriksaan specimen urin dalam 3-6 bulan. Secara tradisional penyakit
ginjal
Tahap I : Pada tahap ini GFR meningkat sampai 40% diatas normalyang disertai
pembesaran
ukuran ginjal. Albuminuria belum nyata dan tekanan darah biasanya normal. Tahap ini
biasanya
masih reversible dan berlangsung 0-5 tahun sejak awal diagnosis DM tipe I ditegakkan.
Dengan
pengendalian glukosa darah yang ketat biasanya kelainan fungsi maupun struktur ginjal
akan
normal kembali.
Tahap II : Terjadi setelah 5-10 tahun diagnosis diabetes tegak, saat perubahan struktur
ginjal
berlanjut dan GFR masih tetap meningkat. Albuminuria hanya akan meningkat setelah
latihan
jasmani, keadaan stress, atau kendali metabolic yang memburuk. Keadaan ini dapat
berlangsung
lama. Hanya sedikit yang akan berlanjut ke tahap berikutnya. Progresifitas biasanya
terkait
Tahap III : Ini adalah tahap awal nefropati (incipient diabetic nephropathy), saat
mikroalbuminuria telah nyata. Tahap ini biasanya terjadi setelah 10 – 15 tahun diagnosis
diabetes
tegak. Secara histopatologis juga telah jelas penebalan membrana basalis glomerulus.
GFR masih
tetap tinggi dan tekanan darah sudah ada yang mulai meningkat. Keadaan ini dapat
bertahan
bertahun tahun dan progresivitas masih mungkin dicegah dengan kendali glukosa dan
tekanan
Tahap IV : Ini merupakan tahapan saat nefropati diaabetik bermanifestasi secara klinis
dengan
proteinuria yang nyata dengan pemeriksaan biasa, tekanan darah yang sering meningkat
serta
GFR yang sudah menurun dibawah normal. Ini terjadi setelah 15-20 tahun diabetes tegak.
Penyulit diabetes lain sudah pula dapat dijumpai seperti retinopati, neuropati, gangguan
profil
25
lemak, dan gangguan vascular umum. Progresivitas ke arah gagal ginjal hanya dapat
diperlambat
Tahap V : Ini adalah tahap gagal ginjal, saat GFR sudah sedemikian rendah sehingga
pasien
menunjukkan tanda – tanda sindrom uremik dan memerlukan tindakan khusus yaitu terapi
pengganti, dialysis maupun cangkok ginjal.
9
Pada pasien ini didapatkan gambaran anemia normositik normokrom yang dapat
disebabkan oleh
anemia pasca perdarahan akut, anemia aplastik, anemia hemolitik yang didapat, anemia
akibat
penyakit kronik, anemia pada gagal ginjal kronik, anemia pada sindrom myeloblastik,
anemia
pada keganasan hematologic.10Anemia yang terjadi pada pasien ini dicurigai akibat
penyakit
kronik. Anemia pada penyakit kronik dapat terjadi karena gangguan pada eritropoiesis
oleh
DAFTAR PUSTAKA
1. Singer, M, Deutschman CS, Seymor CW, et al. The Third International Consensus
Definitions for Sepsis and Septic Shock ( Sepsis-3), JAMA. 2016; 315
(8):801-810
http://care.diabetesjournals.org/content/35/supplement_1/full.
php
4. Sukandar,E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa, In Setiadi S, et al (eds) Buku
Ajar
5. Lee, Helen dan Jennifer Le. Urinary Tract Infection. PSAP. 2018:
07-28
6. Suracno, R. G., Gangguan Ginjal Akut ( Acute Kidney Injury ), In Setiadi S, et al
(eds)
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 6th
Edition. Interna Publishing : Jakarta, 2014 :
2147-
2148
7. Kellum, J, A., et al. Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO). 2012 ;
8
8. Markum, H, M, S., Gangguan Ginjal Akut. In Setiadi S, et al (eds) Buku Ajar Ilmu
9. Lubis, H, R., Penyakit Ginjal Diabetik. In Setiadi S, et al (eds) Buku Ajar Ilmu
Penyakit
Dalam,5th
Edition. Interna Publishing : Jakarta, 2009 :
979-980
10. Bakta, I, M., Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. In Setiadi S, et al (eds) Buku
Ajar
12. Supandiman, I. Anemia pada Penyakit Kronis. In Setiadi S, et al (eds) Buku Ajar
Ilmu
27