Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13 sampai
dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya lalu lintas
perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, Tiongkok, dll.
Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu
di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.
Sejarah Kerajaan Islam di Nusantara
Masuknya agama islam ke nusantara (indonesia) pada abad 6 akhir dibawa oleh Syekh Abdul
Kadir Jailani periode I atau Fase Pertama, telah membawa banyak perubahan dan
perkembangan pada masyrakat,budaya dan pemerintahan. Perubahan dan Perkebangan
tersebut terlihat jelas dengan berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak islam. antara lain
sebagai berikut:
Kerajaan Islam di Sumatra
Kerajaan Jeumpa(777M) Kesultanan Riau Lingga(1824-1911)
Kesultanan Peureulak(840-1292) Kesultanan Kota Pinang(1630-1946)
Kesultanan Samudera Pasai(1267- Kesultanan Pelalawan(1725-1946)
1521) Kerajaan Indragiri(1347-1945)
Kesultanan Lamuri(800-1503) Kerajaan Aru(1200-1613)
Kerajaan Pedir(1400-1524) Kesultanan Barus(1300-1858)
Kerajaan Daya(1480-Kini) Kerajaan Padang(1630-1946)
Kerajaan Linge(1025-Kini) Kerajaan Tamiang(1330-1558)
Kesultanan Aceh(1496-1903) Kerajaan Tulang Bawang(1500-Kini)
Kesultanan Indrapura(1347-Kini) Kepaksian Sekala Brak (1400-Kini)
Kerajaan Pagaruyung(1347-Kini) Kerajaan Dharmasraya
Kerajaan Siguntur(1250-Kini)
Kerajaan Sungai Pagu(1500-Kini) Kerajaan Islam di Jawa
Kerajaan Bungo Setangkai
Kesultanan Jambi(1600-Kini) Kesultanan Cirebon (1430[1][2][3][4] -
Kesultanan Serdang(1723-Kini) 1666)
Kesultanan Asahan(1630-Kini) Kesultanan Demak (1500 - 1550)
Kesultanan Deli(1632-Kini) Kesultanan Banten (1524 - 1813 )
Kesultanan Langkat(1568-Kini)j Kesultanan Pajang (1568 - 1618)
Kesultanan Siak Kesultanan Mataram (1586 - 1755)
Kesultanan Palembang(1455-Kini) Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat (1755-sekarang)
Kasunanan Surakarta Kerajaan Islam di Nusa Tenggara Barat
Hadiningrat (1755-sekarang) & Timur
Kesultanan Bima
Kerajaan Islam di Maluku Kesultanan Sumbawa
Kerajaan Adonara
Kesultanan Ternate (1257-Kini) Kerajaan Taliwang
Kesultanan Tidore (1081-Kini) Kerajaan Dompu
Kesultanan Jailolo Kerajaan Selaparang
Kesultanan Bacan Kerajaan Lamakera
Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682)
Kerajaan Iha Kerajaan Islam di Kalimantan
Kerajaan Huamual
Kerajaan Selimbau(600-Kini)
Kerajaan Islam di Sulawesi Kerajaan Sintang(1500-Kini)
Kerajaan Mempawah(1740-Kini)
Kesultanan Gowa (1300-Kini) Kerajaan Tanjungpura(800-1590)
Kesultanan Buton (1332 - 1911) Kerajaan Landak(1292-Kini)
Kesultanan Bone (abad 17) Kerajaan Kubu(1772-Kini)
Kesultanan Makassar Kerajaan Bangkalaan(1780-1905)
Kerajaan Banggai (abad 16) Kerajaan Sanggau(1310-Kini]
Kerajaan toli-toli Kerajaan Tayan(1780-Kini)
Kerajaan Muna Kerajaan Kusan(1785-1912)
Kerajaan Buol Kesultanan Pasir (1516-1905)
Kerajaan Wajo Kesultanan Banjar (1526-1905)
Kedatuan Luwu Kesultanan Kotawaringin(1615-Kini)
Kerajaan Tallo Kerajaan Pagatan (1750)
Kerajaan Palu Kesultanan Sambas (1671-Kini)
Kerajaan Parigi Kesultanan Kutai Kartanegara ing
Kerajaan Soppeng Martadipura(1300-Kini)
Kerajaan Bungku Kesultanan Berau (1377-1830)
Kerajaan Siang Kesultanan Sambaliung (1810-1960)
Kerajaan Gorontalo Kesultanan Gunung Tabur (1800-
Kerajaan Mongondow 1953)
Kerajaan Tawaeli Kesultanan Pontianak (1771-Kini)
Kerajaan Tidung(1515-1916)
Kerajaan Tidung Kuno (1076-1551)
Dinasti Tengara (1551-1916)
Kesultanan Bulungan (1731-1964)
Pengaruh Islam di Indonesia
a. Bidang Politik
Dalam bidang politik masuknya budaya Islam, kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha mulai
runtuh dan peranannya mulai digantikan oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam. Dalam
sistem pemerintahan rajanya bergelar Sultan atau Sunan. Nama raja juga disesuaikan dengan
nama Islam. Dalam ajaran Islam menyebutkan bahwa manusia merupakan wakil Tuhan di
dunia. ketika menjalankan roda pemerintahan, sultan didampingi oleh ulama.
b. Bidang Sosial
Dalam ajaran agama Islam tidak menerapkan sistem kasta serti agama Hindu. Hal ini
menyebakan pengaruh Islam berkembang pesat dan mayoritas masyarakat Indonesia
memeluk agama Islam. Begitu juga dengan sistem penanggalan, pada awalnya masyarakat
Indonesia mengenal kalender Saka yang merupakan kalender Hindu. Dalam kalender Saka
terdapat nama hari pasaran seperti pahing, pon, wage, kliwon, dan legi.
Seiring perkembangan Islam, Sultan Agung dari kerajaan Mataram menciptakan Kalender
Jawa. Kalender itu menggunakan perhitungan seperti Hijriah (Islam). Sultan Agung
mengganti nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadan diganti dengan
Pasa. Nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab dan hari
pasaran pada Kalender Saka juga dipergunakan.
c. Bidang Pendidikan
Pada awal-awal masuknya Islam di Indonesia, mulanya pendidikan agama dilaksanakan di
Masjid, Langgar, atau Surau. Pelajaran yang diberikan adalah membaca Al-Qur’an, tata cara
peribadatan, akhlak, dan keimanan. Seiring berjalannya waktu, kemudian muncul pesantren
yang merupakan pengadopsian dari agama Hindu.
Pesantren adalah sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama untuk
belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru atau sering dikenal dengan sebutan Kiai.
Siswa diajarkan mendalami ilmu agama Islam sesuai dengan syariat-syariat agama Islam.
Pesantren dalam bahasa Jawa memiliki makna seseorang yang mengikuti aktivitas gurunya.
d. Bidang Agama
Pada masa Islam, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut agama Islam. Meskipun
demikian, masih terdapat masyarakat yang menganut agama Hindu-Buddha, atau menganut
kepercayaan roh halus. Hingga saat ini, sebagaian besar masyarakat di Indonesia menganut
agama Islam.
e. Bidang Kebudayaan
Adat istiadat dan kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan
salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai
seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan sholawat. Kita juga melihat
pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia yang banyak
dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah.
Kesultanan Kerajaan Gowa Tallo
Pada mulanya di daerah Gowa ada sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate
Salapang atau Sembilan Benderadalam bahasa Indonesianya, yang kemudian menjadi pusat
Kerajaan Gowa : Tombolo, Parang-Parang, Lakiung, Bissei, Saumata, Sero dan Kalili.
Melalui berbagai cara, baik damai dan paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk
membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari para pendahulu di Gowa mengatakan bahwa
Tumanurung adalah pendiri Kerajaan Gowa awal abad ke-14.
Abad ke-16
Tumapa’risi’ Kallonna
Tumapa’risi’ Kallonna memerintah pada abad ke-16, di Kerajaan Gowa bertahta Karaeng
(Penguasa) Gowa ke-9. Pada masa itu seorang penjelajah Portugis memberi komentar bahwa
“daerah yang disebut Makassar sangat kecil”. Dengan melakukan perombakan besar-besaran
di kerajaan, Tumapa’risi’ Kallonna merubah Makassar dari sebuah konfederasi antar-
komunitas yang longgar menjadi sebuah negara kesatuan Gowa.
Tumapa’risi’ Kallonna juga mengatur penyatuan Gowa dan Tallo lalu merekatkannya dengan
sumpah yang menyatakan bahwasanya apa saja yang mencoba membuat mereka saling
melawan akan mendapatkan hukuman Dewata. Sebuah undang-undang dan aturan-aturan
peperangan dibuat, kemudian sebuah sistem pengumpulan pajak dan bea dilembagakan di
bawah seorang syahbandar untuk mendanai kerajaan. Begitu dikenangnya raja ini hingga
dalam cerita pendahulu Gowa, masa pemerintahannya dipuji.
Pada beberapa penyerangan militer sukses penguasa Gowa ini mengalahkan negara
tetangganya, kemudian berusaha ditandingi oleh penguasa setelahnya pada abad ke-16 dan
ke-17. Kerajaan-kerajaan yang ditaklukkan oleh Tumapa’risi’ Kallonna yaitu Kerajaan Siang
dan Kesultanan Bone.
Tunipalangga
Tunipalangga dikenang karena pencapaiannya, seperti yang disebutkan dalam Cerita para
pendahulu Gowa, diantaranya yaitu:
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini ada
di daerah Sulawesi Selatan. Makassar merupakan ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai
Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan mempunyai posisi yang penting, karena
dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara.
Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan pedagang yang berasal dari Indonesia
bagian timur maupun pedagang yang berasal dari daerah Indonesia barat. Dengan letak
seperti demikian, membuat Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan
berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
Sebagai negara Maritim, sebagian besar masyarakat Makasar yaitu nelayan dan pedagang.
Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tak jarang dari mereka
yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Kerajaan Makasar adalah kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di
wilayah Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor yaitu :
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur dengan hukum niaga yang disebut dengan
ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, hingga dengan adanya hukum niaga
itu. maka perdagangan di Makasar teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.
Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar adalah dengan cara
melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone . Raja Bone yaitu Aru
Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC melepaskan
diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk
menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan itu akhirnya Belanda bisa menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan
dengan terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai
perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang merupakan sebuah benteng peninggalan
Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini ada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar,
Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh I manrigau Daeng Bonto
Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallonna.
Masjid Katangka
Masjid Katangka
Mesjid Katangka didirikan tahun 1605 M. Sejak berdirinya sudah mengalami beberapa kali
pemugaran. hingga sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal bangunan mesjid tertua
Kerajaan Gowa ini.
Makam raja-raja Tallo merupakan sebuah kompleks makam kuno yang dipakai sejak abad
XVII sampai abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota
Madya Ujungpandang.
Lokasi makam ada di pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut wilayah
benteng Tallo. Berdasarkan basil penggalian yang dilakukan Suaka Peninggalan sejarah dan
Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala bahwa komplek makam berstruktur tumpang
tindih. Sejumlah makam ada di atas pondasi bangunan, dan kadang-kadang ditemukan
fondasi di atas bangunan makam.
Para Raja dan Sultan Gowa Tallo
I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur
Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (bertahta 1936-1946) mendengarkan pidato
pengangkatan pejabat gubernur Celebes, Tn. Bosselaar (awal tahun 1930-an).
SMK AN-NUR