Pembimbing:
dr. Fadjar Aribowo, Sp.A
OLEH:
Metha Pramesti 20190410126
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Oleh
Mengesahkan,
Dokter Pembimbing
dr. Fadjar Aribowo, Sp.A
2
DAFTAR ISI
A. Definisi ……………………………………………………………………………4
B. Epidemiologi ……………………………………………………………………..4
C. Etiologi……………………………………………………………………………6
D. Faktor Risiko……………………………………………………………………..8
E. Klasifikasi ...……………………………………………………………………..16
F. Patofisiologi ……………………………………………………………………..17
G. Diagnosa Diare…………………………………………………………………..19
H. Karakteristik berdasarkan etiologi.......……………………………………….22
I.Diagnosa Banding...................................................................................................24
J. Komplikasi ..…………………………………………………………………….23
K. Tatalaksana...……………………………………………………………………27
L. Prognosis………………………………………………………………………...49
1
A. DEFINISI DIARE
Diare adalah buang air besar atau defekasi dengan tinja berbentuk cair atau
setengah padat/setengah cair dengan kandungan air lebih banyak dari 200 gram atau
200 ml/24 jam. Diare juga dapat didefinisikan dengan kriteria frekuensi yaitu buang
air besar encer lebih dari tiga kali per hari. Diare dapat disertai darah atau lendir
(Simadibrata, 2014).
Diare akut adalah diare yang berlangsung tidak lebih dari 15 hari. Diare
kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Dikatakan diare infektif
apabila penyebabnya adalah infeksi. Bila ditemukan penyebab anatomik,
bakteriologik, hormonal atau toksikologik, maka disebut diare organik
(Simadibrata, 2014).
2
B. EPIDEMIOLOGI
C. ETIOLOGI
Penyebab Diare
a. Infeksi, diare karena infeksi biasanya disebabkan karena bakteri, virus, parasite.
Menurut (World Gastroenterology Organization , 2012) agen penyebab dari diare
adalah :
3
Diarrheagenic Escherichia coli, Campylobacter jejuni, Vibrio Cholerae O1, V.
cholera O139, Shigella species, V. parahaemolyticus, Bacteroides fragilis, C. coli,
C. upsaliensis,Nontyphoidal Salmonellae, Clostridium difficile, Yersinia
enterocolitica, dan Y. pseudotuberculosis.
Termasuk agent yang paling sedikit menyebabkan diare pada manusia. Agent
parasit yang menyebabkan diar Diantaranya yaitu
d. Keracunan
e. Imunodefisiensi : AIDS
Faktor penyebab diare yang lain adalah dari makanan yang dimana makanan
terkontaminasi, tercemar, basi, beracun, dan kurang matang dalam memasak
(Widjaja 2002). Penyakit diare ditukarkan oleh kuman seperti bakteri dan virus
dipersenkan 75% (Widoyono, 2008). Sedangkan penularan melalui orofekal
mempunyai mekanisme sebagai berikut :
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila
seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari
sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah (distribusi) atau
saat disimpan didalam rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat
4
penyimpanan tidak tertutup atau bagian yang tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan.
2. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus dan
bakteri dalam jumlah yang besar. Bila tinja tersebut dihinggapi binatang dan
kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat
menularkan diare ke orang lain yang memakan makanan tersebut.
Diare kronik dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun sering tidak
ditemukan penyebab spesifiknya. Diare kronik pada masa bayi dapat disebabkan
oleh sindrom malabsorpsi pasca gastroenteritis, intoleransi susu sapi/protein
kedelai, defisiensi disakaridase sekunder, atau fibrosis kistik. Pada masa kanak-
kanak, etiologi diare kronik antara lain diare kronik non spesifik, defisiensi
disakaridase sekunder, giardiasis, sindrom malabsorpsi gastroenteritis, penyakit
celiac (gluten-sensitive enteropathy), atau fibrosis kistik. Pada masa adolesen,
etiologi diare kronik antara lain irritable bowel syndrome, inflammatory bowel
disease, giardiasis, ataupun intoleransi laktosa (Bhutta, et all 2006).
5
Sindrom malabsorpsi pasca gastroenteritis adalah gangguan penyerapan
makanan akibat episode gastroenteritis yang panjang dan menurunnya asupan
energi. Inflammatory bowel disease seperti kolitis ulseratif, penyakit Chron, dan
colitis mikroskopik dapat menyebabkan perubahan integritas mukosa usus sehingga
terjadi penurunan absorpsi air dan elektrolit melalui saluran cerna. Diare pada
irritable bowel syndrome ditandai dengan adanya konstipasi, nyeri abdomen,
passase mucus dan rasa tidak sempurna dalam defeksi. Pada beberapa pasien
dijumpai konstipasi dengan kejang perut yang berkurang dengan
diare,kemungkinan disebabkan kelainan motilitas intestinal. Diare terjadi akibat
pengaruh fekal atau obstruksi tumor dengan melimpahnya cairan kolon diantara
feses atau obstruksi(Thomas, 2008).
Diare kronik non spesifik merupakan penyebab paling sering pada anak yang
sedang tumbuh. Usia rata-rata penderita 6-20 bulan. Diare terjadi 3-6 kali per hari
(tidak pada saat tidur) berupa diare berlendir. Diare makin parah bila diet rendah
karbohidrat/lemak dan selama stres dan infeksi. Diare tersebut biasanya sembuh
sendiri pada saat anak mencapai usia 3,5 tahun (biasanya bersamaan dengan toilet
training). Tidak ada penyebab organic ditemukan. Kemungkinan penyebabnya
adalah kelainan absorpsi asam empedu di ileum terminal, absopsi karbohidrat
inkomplit, dan kelainan fungsi motorik. Sering ditemukan adanya riwayat keluarga
atau penyakit usus fungsional. Pada pemeriksaan feses tidak ditemukan darah,
leukosit, lemak, parasit,dan bakteri patogen(Sudarmo, et al. 2004).
D. FAKTOR RESIKO
6
a. Umur
Sebagian besar diare terjadi pada anak-anak, terutama usia antara 6 bulan sampai 2
tahun. Diare juga umum terjadi pada bayi bawah 6 bulan yang minum susu sapi
atau susu formula (Depkes RI, 1995).
Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan
insidensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.4 Kejadian
diare biasanya tinggi pada kelompok umur muda dan tua (balita dan manula),
rendah pada kelompok umur remaja dan produktif (RISKESDAS, 2007).
b . Jenis kelamin
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 insidensi diare menurut jenis
kelamin hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.
c. Status Imunisasi
Berdasarkan laporan Ditjen PPM dan PLP tahun 2005 bahwa diare sering timbul
menyertai campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu, anak harus segera
diberi imunisasi campak setelah berumur 9 bulan.
d. ASI eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi baru lahir sampai
bayi mencapai usia 6 bulan. Pemberian ASI penuh akan memberikan perlindungan
diare 4 kali dari pada bayi dengan ASI disertai susu botol. Bayi dengan susu botol
saja akan mempunyai risiko diare lebih berat dan bahkan 30 kali lebih banyak
daripada dengan ASI penuh.
e. Status Gizi
Serangan diare lebih lama dan lebih sering terjadi pada anak dengan malnutrisi.
Semakin sering dan semakin berat diare yang diderita, maka semakin buruk
keadaan gizi anak. Diare dapat terjadi pada keadaan kekurangan gizi, seperti pada
kwashiorkor, terutama karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan di
usus Dari 41 pasien diare kronik, 15 di antaranya merupakan pasien gizi buruk atau
berat badan per umur ≤70% berdasarkan CDC 2000. Faktor risiko lainnya penyebab
diare persisten berupa riwayat diare sebelumnya.
7
2. Agent
a. Diare karena virus
Diare karena virus disebabkan oleh Rotavirus dan Adenovirus. Virus ini melekat
pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak sehingga
kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun elektrolit meningkat.
3. Lingkungan
a. Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah,
sarana pembuangan sampah. Status kesehatan suatu lingkungan yang buruk dapat
memungkinkan timbulnya diare.
b. Hubungan dengan tingkat pendidikan, Perubahan iklim, sosial, budaya dan pola
hidup. Pengetahuan pendidikan formal ibu merupakan parameter keadaan sosial
yang sangat menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari
penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, disesuaikan
8
dengan keadaan dan lingkungan sosialnya menjadi sehat (Slamet, 1994). Diare
kronik dan penurunan berat badan merupakan komplikasi umum yang terjadi pada
infeksi HIV. Terdapat dua penjelasan utama terhadap komplikasi HIV yaitu infeksi
oleh satu atau lebih mikroba patogen (opportunistic enteric infection ) dan
gangguan arsitektur saluran cerna sekunder karena infeksi HIV secara lokal (HIV
enteropathy)
c. Personal higiene
Personal higiene sendiri dapat diartikan sebagai cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-
hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Jika seseorang
sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.Kebiasaan penduduk yang
tidak mau mencuci tangan menggunakan sabun sebelum melakukan aktifitasnya,
serta perilaku lainnya yang tidak mencerminkan pola hidup sehat dapat
memungkinkan timbulnya diare.
9
E.Klasifikasi
Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Diare akut
adalah buang air besar pada bayi atu anak-anak melebihi 3 kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan
darah yangberlangsung kurang dari satu minggu, sedangkan diare kronis sering kali
dianggap suatu kondisi yang sama namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare
melebihi satu minggu, sebagian besar disebabkan diare akut berkepanjangan akibat
infeksi, diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan diare
berkelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronis biasanya
ditandai dengan penurunan berat badan dan sukar untuk naik kembali (Amabel,
2011)
10
responsif terhadap pola pengobatan yang normal/konvensional dan
biasanya memerlukan nutrisi parenteral.
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
Diare sekresi (secretory diarrhea) yang terjadi karena isi usus
menarik air dari mukosa. Hal ini ditemukan malabsorbsi, dan
defisiensi lactase.
Diare osmotic (osmotic diarrhea), pada keadaan ini usus halus, dan
usus besar tidak menyerap air dan garam, tetapi mengsekresikan air
dan elektrolit. Fungsi yang terbalik ini dapat disebabkan pengaruh
toksin bakteri, garam empedu, prostaglandin, dan lain-lain. Cara
terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP (cyclic AMP) pada sel
mukosa usus. Diare Sekretori ditandai oleh volume feses yang besar
oleh karena abnormalita cairan dan transport elektrolit yang tidak
selalu berhubungan dengan makanan yang dimakan. Diare ini
biasanya menetap dengan puasa. Pada keadaan ini tidak ada
malabsorbsi larutan. Osmolalitas feses dapat diukur dengan unsure
ion normal tanpa adanya osmotic gap pada feses.
Motile diarrhea
Diare ini disebabkan oleh kelainan yang menyebabkan perubahan
motilitas intestinal. Kasus paling sering adalah Irritable Bowel
Syndrome. Diare ini ditandai dengan adanya konstipasi, nyeri
abdomen, passase mucus dan rasa tidak sempurna dalam defaksi.
Pada beberapa pasien dijumpai konstipasi dengan kejang perut yang
berkurang dengan diare, kemungkinan disebabkan kelainan
motilitas intestinal. Diare terjadi akibat pengaruh fekal atau
obstruksi tumor dengan melimpahnya cairan kolon diantara feses
atau obstruksi. Penyakit Neurologi sering dihubungkan dengan
diare, disebabkan perubahan kontrol otonom dari fungsi defekasi.
Diare yang banyak dan inkontinen sering terjadi pada pasien
Diabetes tipe I yang dihibungkan dengan neuropati berat, nefropati
dan ertinopati. Faktor tambahan termasuk pertumbuhan sekunder
bakteri terhadap dismotilitas intestinal, insufisiensi eksokrin
11
pancreas, celiac sprue(jarang), traumatic neuriphaty, the shy Drager
Syndrome atau lesi pada cauda equina.
Diare inflamasi (inflammatory diarrhea )
Diare Inflamasi ditandai dengan adanya demam, nyeri perut, fases
yang berdarah dan berisi lekosit serta lesi inflamasi pada biopsy
mukosa intestinal. Pada beberapa kasus terdapat hipoalbuminemia,
hipoglobulinemia, protein losing enterophaty. Mekanisme inflamasi
ini dapat bersamaan dengan malabsorbsi dan meningkatnya sekresi
intestinal. Pada pasien tanpa penyakitsistemik, adanya fases yang
berisi cairan atau darah tersamar kemungkinan suatu neoplasma
kolon atau proktitis ulcerative. Terjadinya diare kronik yang
berdarah dapat disebabkan oleh Collitis Ulcerativa atau Chron’s
Disease. Manisfestasi ekstraintestinal yang timbul arthritis, lesi pada
kulit,uveitis atau vaskulitis. Diare yang terjadi pada IBD
penyebabnya adalah kerusakan absorbsi permukaan epitel dan
pelepasan kedalam sirkulasi oleh sekretagogue seperti leukotriens,
prostaglandins, histamin dan sitoksin lain yang merangsang sekresi
intestinal atau system saraf enteric. Diare inflamasi dapat dilihat
pada pasien dengan enterokolitis radiasi kronik akibat iradasi
malignansi terhadap tractus urogenital wanita atau prostat pria.
Sekmen yang biasanya terlihat adalah ileum terminal, caecum dan
rektosigmoid. Kolonoskopi dapat melihat menyempitnya lumen,
ulcerasi, perubahan inflamasi difus dan karakteristik mukosa
telengiektasi yang dapat menyebabkan perdarahan berat. Diare juga
terjadi sebagai hasil malabsorbsi asam empedu yang disebabkan
oleh inflamasi ileal atau pertumbuhan bakteri dari striktur instestinal
atau stasis. Gastroentroenteritis Eosinophilic ditandai oleh infiltrasi
beberapa bagian traktus gastrointestinal oleh eosinophil. Gambaran
klinik berupa : diare, nyeri abdomen, neusea, muntah, penurunan
berat badan, eosinophilia perifer, steatorea dan protein losing
enterophaty. Pada protein losing enterophaty berat, dapat terjadi
edema ferofer, asites dan anasaarka. Penyakit ini merupakan variasi
penyakit termasuk infeksi,IBD, kondisi yang berhubungan dengan
12
abstruksi limfatik dan akhir-akhir ini terkait dengan infeksi yang
disebabkan oleh HIV/AIDS.
F.Patofisiologi
Menurut mekanisme terjadinya, diare dikenal menjadi dua yaitu diare akibat
gangguan absorpsi atau diare osmotik dan diare akibat gangguan sekresi atau diare
sekretori. Diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di usus
besar lebih besar daripada kapasitas absorpsi. Diare dapat terjadi akibat kelainan di
fungsi usus halus atau terjadi kerusakan dari mukosa saluran cerna. Hal tersebut
mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi bertambah. Apabila fungsi usus
halus normal, diare juga dapat terjadi akibat absorpsi di usus besar menurun atau
sekresi di usus besar meningkat. Pada diare osmotik, pengeluaran tinja biasanya
meningkat dan bila penderita puasa, diare akan berhenti. Difare sekretori adalah
bentuk diare dalam jumlah besar yang disebabkan karena sekresi mukosa yang
berlebihan dari cairan dan elektrolit. Diare sekretori terjadi akibat peningkatan
sekresi pada sel kripte dengan hasil akhir berupa peningkatan sekresi cairan yang
melebihi kemampuan absorpsi maksimum dari usus besar dan berakibat adanya
diare. Pada diare sekretori biasanya pengeluaran tinja dalam jumlah besar dan bila
pasien puasa, diare akan tidak berhenti. Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih
patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
13
oleh E. Coli yang merupakan flora normal terbanyak pada sistem
pencernaan manusia. Hasil fermentasi berupa CO2 (banyak kentut,
kembung), H2S (bau busuk), NH3 (pH asam). Yang khas pada diare ini
yaitu volume normal, osmolaritas tinggi, pantat merah karena pH yang
asam. Contoh : karena intoleransi laktosa, Rotavirus.
Motile diarrhea ( Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan waktu transit
usus abnormal sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus
halus. Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi,
hipertiroid , IBS. Penurunan motilitas juga menyebabkan pertumbuhan
bakteri sehingga menyebabkan diare.
Diare inflamasi ( Proses inflamasi di usus halus dan kolon kehilangan sel
epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh
darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan
seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen.
Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain
seperti diare osmotik dan diare sekretorik
14
G.PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Diare Kronik
Eksklusi :
1. Penyebab diare akut
2. Intoleran Laktosa
3. Riwayat operasi gaster atau reseksi ileum
4. Infeksi parasit 5. Medikasi
6. Penyakit Sistemik
Abnormal Normal
15
Lemak fekal me normal lemak fekal normal berat lemak fases
Berat fases
Pemeriksaan Diare
Anamnesis
Anamnesis pada pasien diare harus meliputi lama diare apakah lebih atau
kurang dari 14 hari, frekuensi diare, volume diare, apakah ada lendir ataupun darah,
apakah disertai demam, mual dan muntah, apakah ada keluarga yang sedang diare,
apakah sering diare, apakah ada alergi atau penyakit imun, volume BAK dan waktu
BAK terakhir, warna BAK ,apakah haus dan rewel, dan yang paling penting apakah
makan dan minumnya terganggu, yang harus diperhatikan dalam menilai pasien
dengan diare kronis:
16
11. Evaluasi sebelumnya harus dijelaskan seperti catatan objektif radiogram
dan sepismen biopsi.
12. Penyebab iatrogenik diare harus diteliti dengan mencari riwayat pengobatan
yang detail dan riwayat terapi radiasi atau pembedahan.
13. Perlu ditanyakan penggunaan obat-obat laksansia.
14. Anamnesis yang teliti dari semua sistem harus dilakukan untuk mencari
adanya penyakit sistemik seperti hipertiroid, diabetes mellitus, penyakit
kolagen vaskuler dan kondisi peradangan lain, sindroma tumor, AIDS, dan
masalah imun lainnya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
17
Amebiasis, Campylobacter, Shigella, Giardiasis dan Cryptosporidium
(antigen testing), Rotavirus (Elisa).
Fase I Riwayat penyakit termasuk jumlah cairan yang diminum setiap harinya
Pemeriksaan feses (PH, reduksi, hapusan hitung sel darah putih, lemak, ova
dan parasit)
Kultur feses
Breath H2 tests
Fase III Pemeriksaan endoskopi
18
Fase IV Pemeriksaan hormonal seperti vasoaktif polipeptida saluran cerna, gastrin,
sekretin, pemeriksaan 5-hydroxyindoleacetic
I. Diagnosa Banding
19
J. Komplikasi
1. Dehidrasi
20
Berdasarkan panduan IMCI, dehidrasi berat memiliki 4 tanda sebagai
berikut : lethargy, penurunan kesadaran, mata cowong, dan turgor kulit yang
memanjang, dan tidak dapat minum atau minum hanya sedikit. Seorang anak
dengan sedikitnya 2 gejala tersebut diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat. 4 tanda
yang mengindikasikan dehidrasi sedang yaitu anak gelisah, mata cowong, haus, dan
turgor kulit mulai memanjang. Setidaknya terdapat 2 gejala tersebut untuk
mengklasifikasikan seorang anak dengan dehidrasi sedang. Anak berusia 2 bulan
hingga 5 tahun yang tidak memiliki 2 gejala tersebut diklasifikasikan dehidrasi
ringan.
Harus diingat bahwa turgor kulit yang menurun dapat juga mengarah pada
diagnose yang salah, karena hal ini juga dapat muncul pada pasien malnutrisi tanpa
dehidrasi.
21
apabila dehidrasi hipotonis, dimana koreksi IV dapat dicapai dalam beberapa bulan
menggunakan larutan polielektrolit.
22
Beritahu ibu gejala
mana yang harus
ditangani segera
secara medis
Apabila diare masih
berlanjut: jadwalkan
ke dokter dalam 24-48
jam
Tidak ada gejala cukup Dehidrasi ringan Beri makan dan air
yang menunjukkan yang cukup untuk
dehidrasi terapi diare di rumah,
Beritahu ibu gejala
mana yang harus
ditangani segera
secara medis
Apabila diare masih
berlanjut: jadwalkan
ke dokter dalam 5 hari
23
24
25
2.Syok hipovolemik
Pada diare akut dengan dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga
dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan anak–anak antara lain syok hipovolemik.
Syok hipovolemik ditandai dengan adanya denyut jantung menjadi cepat, denyut
26
nadi cepat, tidak kuat angkat, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran
menurun, dan penurunan volume BAK.
Pada saat diare, sejumlah besar bikarbonat yang hilang melalui tinja bisa
menyebabkan asidosis metabolik. Hal ini dapat terjadi dengan cepat pada keadaan
hipovolemi, ginjal gagal melakukan kompensai kehilangan basa akibat aliran darah
ke ginjal berkurang serta produksi asam laktat yang berlebihan ketika penderita
jatuh pada keadaan syok hipovolemik. Gambaran utama asidosis metabolic
meliputi kosentrasi bikarbonat serum berkurang (<10 mmol/l), PH arteri menurun
(<7,10), nafas cepat dan dalam (kussmaul), penurunan kesadaran.
27
K. Manajemen
Pada status fisiologis normal, air diasorbsi secara osmotik di usus kecil
melalui tight junctions antara sel epitel karena adanya perbedaan gradient natrium
yang dipertahankan oleh 2 mekanisme absorpsi natrium di membran brush border
sel lumen; difusi pasif natrium/kalium dan kontransport aktiv natrium gabung
dengan monosakarida termasuk glukosa. Natrium intrasel secara aktif
ditransportasikan melalui enzim karier ATPase ke spasium interseluler, sehingga
terdapat perbedaan gradient osmosis antara interseluler dan spasium luminal,
mengakibatkan difusi air..
Pada diare, mekanisme absorpsi natrium dan klorida pasif terganggu, tetapi
absorbsi glukosa masih baik. Hal ini menyebabkan absorbsi air dan natrium cukup
untuk mengkompensasi hilangnya cairan. Gradien osmotic di spasium interseluler
mempertahankan absorbsi kalium dan bikarbonat. Pada keadaan ini, asidosis
metabolic biasanya berhubungan dengan dehidrasi dapat dikoreksi tanpa ada resiko
overkoreksi.
28
- Manfaat Terapi Rehidrasi Oral (Yu et al., n.d.)
Hidrasi normal anak yang menerima ORT biasanya terpenuhi dalam 4-6
jam, sehingga anak dapat kembali menyusui dan menurunkan resiko malnutrisi
akibat diare.
Selain itu biaya untuk ORT lebih murah daripada menggunakan terapi IV.
Selain itu, kandungan utamanya (garam, air, dan gula) sering ditemukan
dilingkungan ketika senyawa rehidrasi oral (ORS) tidak tersedia. ORT sederhana
dan dapat diberikan oleh siapapun. Selain itu, terapi ini juga membutuhkan
kerjasama ibu, sehingga meningkatkan keterlibatan keluarga pada kesehatan anak.
Terakhir, komplikasi yang berhubungan dengan prosedur yang invasive, seperti
terapi IV, terutama infeksi dapat dicegah.
2.Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit /lihat PPM PDG:
- Natrium
½ salin.
Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan
edema otak.
29
o Hiponatremi → <<135 mmol/L
Etiologi
Gejala klinis
Pemeriksaan penunjang
Tata laksana
utamanya
diobati.
Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai apabila masih dijumpai
30
Koreksi NaCl
o Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 - kadar Na serum X 0,6 X berat badan diberikan dalam
24 jam
Kalium
Penyebab
agonist
Manifestasi klinis
Aritmia, kelumpuhan otot, parestesia, ileus, kram perut, mual dan muntahKoreksi
Tatalaksana
Bila kalium >3mEq/L dan/atau penderita asimtomatik, berikan kalium oral 2-4
mEq/kg/hari.
Pada alkalosis metabolik: kalium diberikan enteral (oral atau lewat NGT) 2-4 mEq/ kg/hari.
Bila mengancam jiwa dikoreksi dengan perhitungan deFisit menggunakan nilai pH.
31
Bila terdapat asidemia, koreksi diberikan sebelum koreksi pH.Kadar 2,5-3,5 mEq berikan
Kadar K <2,5 mEq/L berikan KCL melalui drip intravena dengan dosis:
pertama
berikutnya.
o Etiologi
o Manifestasi klinis
o Pemeriksaan penunjang
o Tata laksana
Bila kalium > 7 mEq/L atau terdapat gangguan EKG yang signiikan:
Beri kalsium glukonat (10%) 50 mg/kg IV drip selama 10-15 menit, atau-
Beri kalsium klorida (10%) 10mg/kg IV 10-15 menit. Efek obat berakhir 30-
Redistribusi kalium
32
Beri natrium bikarbonat 1 mmol/kg IV, dan/atau
Beri dekstrose 25% 2-3 ml/kg (0.5-1.0 g/kg) + 0.1 unit reguler insulin/kg IV
Membuang kalium
Bila Kalium < 7 mmol/L atau tidak terdapat gejala signiikan: bolus 20 ml/kg
NaCl 0,9%
Kalsium
o Hipokalsemi → Ca total < 2,12 mmol/L (< 8 mg/dl); Ionized Ca < 1,0
ml/L
o Etiologi
hipomagnesemia.
o Manifestasi klinis
o Pemeriksaan penunjang
33
o Tata laksana
Hipokalsemia berat/simtomatik:
o Etiologi
o Gejala klinis
o Pemeriksaan penunjang
o Tata laksana
35
DAFTAR PUSTAKA
1) Simadibrata K, D. 2014. Diare Akut, in Setiati, S. et al. (eds) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. VI. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1899–908.
2) World Health Organization. (2008) Climate Change And Health‟, (1), pp. 3–6.
3) Widoyono, (2008) Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasan. Jakarta: Erlanga
4) Sutarjo,Untung et al. 2015. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
5) Thomas PD, Forbes A, Green J, Howdle P, et al.Guidelines for the investigation
of chronic diarrhoea. Gut 2003;52:1-15.
6) DuPont HL, Marshall GD. HIV-Associated diarrhea and wasting. Lancet
1995;346:352-7.
7) Walker-Smith J, Barnard , Bhutta Z et al. Chronic Diarrhea and Malabsorption:
Working Group Report of the First World Congress of Pediatric
Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition. 2009; 33
36
14) McQuaid Kenneth. Chronic Diarrhea. In Lawrence M (Eds). Current Medical
Diagnosis & Treatment 37th Ed. Prentice Hall International Inc, 1998 : 544
15) Ghishan FK. Chronic Diarrhea. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition.
2004:1276-1281
16) American Gastroenterological Association. AGA Technical Review on the
Evaluation and Management of Chronic Diarrhea. Gastroenterology.
1999;116:1464-1486
37