Diabetes Melitus tipe 1 atau disebut juga dengan insulin dependent (tergantung
insulin) adalah mereka yang menggunakan insulin oleh karena tubuh tidak dapat
menghasilkan insulin. Pada Diabetes Melitus tipe 1, badan kurang atau tidak
menghasilkan insulin, terjadi karena masalah genetik, virus atau penyakit auto imun.
Injeksi insulin diperlukan setiap hari untuk pasien Diabetes Melitus tipe 1. Diabetes
melitus tipe 1 disebabkan oleh faktor genetika (keturunan), faktor imunologik dan
faktor lingkungan.
seterusnya. Pankreas tidak menghasilkan cukup insulin agar kadar gula darah normal,
oleh karena badan tidak dapat respon terhadap insulin. Penyebabnya tidak hanya satu
yaitu akibat resistensi insulin banyaknya jumlah insulin yang tidak berfungsi. Bisa juga
karena kekurangan insulin atau karena gangguan sekresi atau produksi insulin. Diabetes
Melitus tipe 2 menjadi semakin umum oleh karena faktor risikonya yaitu obesitas dan
kekurangan olahraga. Faktor yang memengaruhi timbulnya Diabetes Melitus yaitu usia
Menurut para ahli, Diabetes Melitus dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
a. Jenis kelamin
Berdasarkan analisis antara jenis kelamin dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2,
prevalensi kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-
laki. Wanita lebih berisiko mengidap Diabetes karena secara fisik wanita memiliki
peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan
menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko
b. Usia
hubungan yang signifikan. Kelompok umur < 45 tahun merupakan kelompok yang
kurang berisiko menderita Diabetes Melitus Tipe 2. Risiko pada kelompok ini 72
persen lebih rendah dibanding kelompok umur ≥45 tahun. Penelitian Iswanto (2004)
juga menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian
Diabetes Melitus. Selain itu, studi yang dilakukan Sunjaya (2009) juga menemukan
bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita Diabetes Melitus adalah
kelompok umur 45-52 (47,5%). Peningkatan risiko Diabetes seiring dengan umur,
khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai
Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas
mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin.
c. Tingkat pendidikan
Tipe 2. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki banyak
besar responden adalah tamat SD. Dalam analisis, variabel pendidikan dibuat menjadi
dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Pendidikan rendah yaitu bila responden
berpendidikan antara tidak pernah sekolah sampai tamat SMP. Sementara itu,
pendidikan tinggi yaitu bila responden berpendidikan antara tamat SMA sampai dengan
d. Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian Diabetes Melitus. Pekerjaan
e. Riwayat kesehatan
Responden yang memiliki keluarga dengan Diabetes Melitus harus waspada. Risiko
menderita Diabetes Melitus bila salah satu orang tuanya menderita Diabbetes Melitus
adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki Diabetes Melitus maka risiko untuk
menderita Diabetes Melitus adalah 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk
mendapatkan Diabetes Melitus dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan
Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih
besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita Diabetes Melitus maka risiko untuk
menderita Diabetes Melitus adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara
kembar identik (Diabetes UK, 2010). Bagi masyarakat yang memiliki keluarga yang
menderita Diabetes Melitus, harus segera memeriksa kadar gula darahnya karena risiko
f. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada
sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga,
zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh
sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi
Merokok adalah salah satu faktor risiko terjadinya penyakit DM Tipe 2. Asap rokok
kelenjar adrenal dan dapat meningkatkan kadar glukosa (Latu, 1983). Hasil analisis
tidak terpapar asap rokok hampir merata. Responden yang terpapar asap rokok
merupakan perokok aktif dan pasif. Dari responden yang terpapar asap rokok,
racun sama seperti perokok aktif. Penelitian oleh Houston mendapatkan bahwa
perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara terpapar asap rokok dengan
kejadian DM Tipe 2.
Kelompok dengan risiko Diabetes terbesar adalah kelompok obesitas, dengan odds
7,14 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok IMT normal. Penelitian
mempunyai risiko 2,7 kali lebih besar untuk terkena Diabetes Melitus dibandingkan
kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi karbohidrat, protein dan lemak
meningkatnya Asam Lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel. Peningkatan
FFA ini akan menurunkan translokasi transporter glukosa ke membrane plasma, dan
menyebabkan terjadinya resistensi insulin pada jaringan otot dan adipose (Lemos,
2011).
3) Tekanan darah
Ada hubungan yang bermakna antara tekanan darah dengan Diabetes Melitus. Hasil
penelitian menunjukan bahwa orang yang terkena hipertensi berisiko lebih besar
untuk menderita Diabetes, dengan odds 6,85 kali lebih besar dibanding orang yang
yang mengalami hipertensi mempunyai risiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami
diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses
4) Stress
Pada variabel stress, hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mengalami stres dengan jumlah 79,2% dan 46,2% responden yang tidak
mengalami stres. Untuk mengelola stres sebaiknya mulai melakukan metode dalam
mengurangi stres. Metode yang baik adalah dengan mengelola stres yang datang.
Manajemen stres ini sebaiknya dilakukan secara terus-menerus, tidak hanya ketika
tertekan (Mitra, 2008). Orang yang mengalami stres memiliki risiko 1,67 kali untuk
(Andi, 2007).
Adanya peningkatan risiko Diabetes pada kondisi stres disebabkan oleh produksi
kortisol yang berlebih ini akan mengakibatkan sulit tidur, depresi, tekanan darah
merosot, yang kemudian akan membuat individu tersebut menjadi lemas, dan nafsu
makan berlebih. Oleh karena itu, ahli nutrisi biologis Shawn Talbott menjelaskan
bahwa pada umumnya orang yang mengalami stres panjang juga akan mempunyai
kecenderungan berat badan yang berlebih, yang merupakan salah satu faktor risiko
5) Kolestrol
Kadar kolestrol yang tinggi berisiko terhadap penyakit DM Tipe 2. Kadar kolestrol
Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang akhirnya
memiliki risiko 13,45 kali untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan yang kadar
kolestrolnya normal (Andi, 2007). Dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini