Anda di halaman 1dari 15

Direct Observation of Procedural Skills (DOPS)

Laringoskopi Indirect

Oleh:
Amalia Widya Larasati 1818012025
Muhammad Rifki Pratama 1818012064

Preceptor:
dr. Mukhlis Imanto, M.Kes., Sp. THT-KL

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah DOPS ini. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik pada bagian
THT-KL RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus dan
makalah ini, baik dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu,
penulis ingin meminta maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan
karena masih terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis.
Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan
makalah selanjutnya dan sebagai bahan pembelajaran untuk kita semua termasuk
penulis sendiri. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
wawasan berupa ilmu pengetahuan bagi yang membaca.

Bandar Lampung, 28 Desember 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada mukosa laring yang dapat
menyebabkan suara menjadi parau atau serak. Laringitis ialah pembekakan
dari membran mukosa laring, vocal cord, dan sekitarnya. Pembekakan ini
melibatkan pita suara yang memicu terjadinya suara parau hingga hilangnya
suara. Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal.
Laringitis akut pada umumnya merupakan kalanjutan dari rinofaringitis akut
(Common cold) atau manifestasi dari radang saluran nafas bagian atas.
Laringitis akut biasanya muncul dalam waktu kurang dari 7 hari dan biasanya
muncul dengan gejala yang lebih dominan seperti gangguan pernafasan dan
demam. Infeksi laring dapat dibagi menjadi laringitis akut dan laringitis
kronik. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan telah bermanifestasi
beberapa minggu. Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa pita
suara dalam jangka waktu yang lama terkait infeksi maupun non infeksi,
inflamasi lokal maupun inflamasi sistemik yang melibatkan seluruh atau
sebagian mukosa pada bagian-bagian laring.

Etiologi laringitis akut dapat berupa penyalahgunaan suara, pemaparan dengan


agen berbahaya atau agen infeksius lainnya yang menyebabkan infeksi traktus
respirasi bagian atas. Agen infeksius paling banyak adalah virus, akan tetapi
kadang-kadang bakteri. Laringitis akut mempunyai onset cepat dan biasanya
dapat sembuh sendiri. Jika pasien memiliki gejala laringitis lebih dari 3
minggu, keadaan ini diklasifikasikan sebagai laringitis kronik.

Dalam mendiagnosis laringitis, salah satu pemeriksaan fisik yang dapat


dilakukan dan non-invasif adalah laringoskopi indirect.

3
1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan kasus ini adalah :
1. Mahasiswa dapat melakukan prosedur pemeriksaan laringoskopi indirect
secara benar.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi organ yang diperiksa dan
menginterpretasikannya.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 Tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Bandar Lampung
Pekerjaan : Musisi

2.2 Anamnesis
Anamnesis pada pasien dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 21
Desember 2019 di Poliklinik THT-KL RS Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Keluhan Utama:
Suara serak sejak 1 minggu yang lalu.
Keluhan Tambahan: Demam, pilek, batuk berdahak, dan nyeri ketika
menelan
Riwayat Penyakit Sekarang
Sepuluh hari sebelum datang ke RS, pasien mengeluhkan demam dan batuk
pilek. Demam dirasakan terus menerus namun tidak terlalu tinggi, batuk
berdahak berwarna kehijauan, dan pilek dengan jumlah lendir banyak dan
kental. Pasien tidak berobat dan hanya meminum obat-obatan warung namun
keluhan tidak membaik. Satu minggu sebelum datang ke RS, keluhan pasien
bertambah berat dan disertai suara serak serta nyeri menelan. Pasien merasa
tidak nyaman dan memutuskan untuk berobat. Keluhan batuk berdarah
disangkal, keluhan sesak napas disangkal.

Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat sakit maag disangkal. Riwayat asma disangkal. Riwayat batuk lama,
TB paru dan penyakit kronik lainnya disangkal.

Riwayat penyakit keluarga :


- Riwayat maag disangkal
- Riwayat asma disangkal
- Riwayat alergi obat disangkal

5
- Riwayat alergi makanan disangkal
- Riwayat batuk lama, TB paru dan penyakit kronik lainnya disangkal
- Riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung disangkal

Riwayat pribadi dan sosial :


Pasien merupakan seorang musisi yang dalam seminggu dapat bernyanyi
hingga 6-8 jam. Riwayat merokok dan konsumsi makanan pedas tidak
diketahui.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 37,9 ˚C
Pernapasan : 20 x/menit

Status Generalis
Kepala : Normocephal, tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik
Leher : Pembesaran KGB leher (-), nyeri tekan (-)
Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Tidak tampak edema tungkai
Status Lokalis THT
Telinga
Telinga Luar Kanan Kiri
Bentuk Telinga Luar Normotia Normotia
Daun Telinga Normal, nyeri tarik (-), Normal, nyeri tarik (-),
warna kulit sama dengan warna kulit sama dengan
sekitarnya sekitarnya
Preaurikular Warna kulit sama dengan Warna kulit sama dengan
sekitar, nyeri tekan (-), fistel sekitar, nyeri tekan (-), fistel
(-), abses (-) (-), abses (-)
Retroaurikular Normal, nyeri tekan (-), Normal, nyeri tekan (-),
tidak ada benjolan tidak ada benjolan
Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada

Liang telinga Kanan Kiri


Lapang/Sempit Lapang Lapang
Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (-) (-)

6
Serumen (+) (-)

Kelainan Lain Tidak ditemukan Tidak ditemukan

Membran Timpani Kanan Kiri


Bentuk Intak (+) Intak (+)
Warna Putih Putih
Reflek Cahaya (+) arah jam 5 (+) arah jam 6
Perforasi (-) (-)
Kelainan Lain Retraksi (-), Buldging (-) Retraksi (-), Buldging (-)

Pemeriksaan Penala
Tes Kanan Kiri
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kesan - -

Hidung
Hidung Luar Kanan Kiri
Kulit Warna sama dengan Warna sama dengan
sekitarnya sekitarnya
Dorsum Nasi Terletak di linea mediana Terletak di linea mediana
nasi nasi
Nyeri Tekan, Krepitasi Nyeri tekan (-), Krepitasi Nyeri tekan (-), Krepitasi
(-) (-)
Ala Nasi Edema (-) Edema (-)
Nyeri Tekan Frontal Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Nyeri Tekan Maksila Tidak ditemukan Tidak ditemukan
Nares Anterior Normal, tidak sempit, Normal, tidak sempit,
simetris simetris
Tumor, Fistel Tidak ditemukan Tidak ditemukan

Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri


Cavum Nasi Lapang, perdarahan (-), Lapang, perdarahan (-),
mukosa hiperemi (-) mukosa hiperemi (-)
Sekret (+) (+)
Konka Inferior Normotrofi, edem (-) Normotrofi, edem (-)

7
Konka Media Sulit dinilai Sulit dinilai
Septum Nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Abses, Massa Tidak ditemukan Tidak ditemukan

Rhinoskopi Posterior Kanan Kiri


Mukosa Hiperemi (-) Hiperemi (-)
Sekret Tidak ada Tidak ada
Konka superior Normotrofi, hiperemi (-), Normotrofi, hiperemi (-),
edem (-) edem (-)
Septum Nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Abses, Massa Tidak ditemukan Tidak ditemukan

Pemeriksaan cavum oris


Cavum Oris Hasil Pemeriksaan
Mukosa Tidak hiperemis
Gingiva Ulkus (-), edema (-)
Gigi Karies dentis (-)
Lidah Bentuk normal
Palatum Durum Permukaan licin
Palatum Mole Permukaan licin
Uvula Posisi letak tengah
Tumor Tidak ditemukan

Pemeriksaan faring
Faring Hasil Pemeriksaan
Dinding Faring Edema (-), Granular (-)
Mukosa Hiperemis (-)
Uvula Ditengah
Arkus Faring Simetris, Hiperemis (-)
Sekret Tidak ada

Pemeriksaan tonsil
Tonsil Hasil Pemeriksaan
Pembesaran T1-T1
Kripta Tidak Melebar
Detritus Tidak Ada

8
Perlekatan Tidak Ada
Sikatrik Tidak ada

Pemeriksaan laring
Laring Hasil Pemeriksaan
Mukosa Hiperemis (+)
Sekret Tidak ada
Epiglotis Edema (-), hiperemis (-)
Valekula Edema (-), hiperemis (-)
Aritenoid Edema (+), hiperemis (+)
Plika vokalis Edema (+), hiperemis (+)

Pemeriksaan nervus cranialis : tidak dilakukan pemeriksaan


Pemeriksaan KGB leher :
- Inspeksi : pembesaran (-)
- Palpasi : pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan anjuran :
• Laringoskopi direk

2.4 DIAGNOSIS
- Diagnosis kerja: Laringitis akut
- Diagnosis banding: Faringitis akut, rhinofaringolaringitis akut, nodul pita
suara

2.5 TATALAKSANA
Non-Medikamentosa
• Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
• Perbanyak minum air putih
• Menghirup udara lembab dengan menggunakan masker basah
• Hindari merokok, minum es, dan makanan pedas
Medikamentosa
 Amoksisilin 3 x 500 mg
 Paracetamol 3 x 500 mg
 Ambroksol tab 3 x 30 mg
 Deksametason tab 3 x 4 mg

2.6 PROGNOSIS

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

9
 Quo ad functionam : dunia ad bonam

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Laringoskopi Indirek

Laringoskopi indirek berarti melihat laring secara tidak langsung yang dapat

dilakukan menggunakan cermin laring (laryngeal mirror) atau flexible

fiberoptic endoscope. Laringoskopi indirek yang dilakukan menggunakan

cermin laring disinari dengan cahaya. Keadaan laring pada cermin terlihat dari

bayangan yang dipantulkan cermin. Laringoskopi dapat mengidentifikasi

kelainan-kelainan laring dan faring baik akut maupun kronis, benigna atau

maligna.

Gambar 1. Anatomi Laring

Syarat yang harus dipenuhi:

1) Diperlukan jalan yang lebar untuk cahaya yang dipantulkan oleh cermin

dari faring ke laring sehingga lidah harus ditarik keluar dengan

menggunakan kassa oleh tangan pemeriksa agar pangkal lidah yang

menutup jalan itu bergerak ke ventral.

11
2) Diperlukan tempat luas untuk cermin dan tidak boleh ditutup uvula

sehingga penderita diminta bernafas dari mulut agar uvula bergerak keatas

dengan sendirinya dan menutup jalan ke nasofaring. Sebisa mungkin,

minta pasien untuk menarik dan mengeluarkan nafas secara perlahan agar

uvula dapat tertarik lebih lama.

3) Indikasi dan Kontraindikasi

 Indikasi laringoskopi indirek, yaitu:

Disfoni/afoni/perubahan suara, batuk kronis, sakit tenggorokan kronis,

odinofagia, rasa ada sesuatu di tenggorok, dispnea, stridor, skrining

karsinoma nasofaring.

 Kontraindikasi laringoskopi indirek, yaitu:

Epiglotitis dan tonsilitis

 Alat dan Bahan :

Anastesi local
Cermin laring, ukuran 4 Kasa Steril
(boies) atau 5
(paparella)

Lampu kepala Lampu bunsen

Handschoen

12
 Prosedur laringoskopi indirek, yaitu:

1. Informed consent, siapkan alat


2. Gunakan handschoen dan lampu kepala
3. Pasien duduk lurus berhadapan dengan dokter, posisi pasien

agak condong ke depan dengan leher agak fleksi.


4. Mulut dibuka lebar dan lidah dijulurkan keluar, tutup lidah

dengan kasa steril lalu tarik dengan ibu jari dan jari tengah

tangan pemeriksa yang tidak dominan. Minta pasien untuk

tenang dan mengambil dan membuang nafas secara lambat dan

dalam melalui mulut.


5. Agar kaca laring tidak berkabut oleh nafas pasien, hangatkan

kaca laring sampai sedikit di atas suhu tubuh dan sebelum

dimasukkan ke dalam mulut dicobakan dulu pada kulit

pemeriksa agar tidak terlalu panas


6. Fokuskan sinar dari lampu kepala ke orofaring pasien.
7. Untuk mencegah timbulnya refleks muntah, arahkan kaca

laring ke dalam orofaring tanpa menyentuh mukosa kavum

oris, palatum molle, atau dinding posterior orofaring.


8. Putar kaca laring ke arah bawah sampai dapat melihat

permukaan mukosa laring dan hipofaring. (ingat bahwa pada

laringoskopi indirek, bayangan laring dan faring terbalik: plika

vokalis kanan terlihat di sisi kiri kaca laring dan plika vokalis

kanan terlihat di sisi kiri kaca laring).


9. Minta pasien untuk berkata “aaaaa”, amati pergerakan plika

vokalis (true vocal cords) dan kartilago arytenoid, sedangkan

untuk menilai gerakan abduksi pasien diminta untuk inspirasi

dalam.
10. Plika vokalis akan memanjang dan beraduksi sepanjang linea

mediana.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A. Buku Ajar llmu


Kesehatan Telinga Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Edisi ke-7.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2012

14
DAFTAR PUSTAKA

Cohen SM, Pitman MJ, Noordzij JP, Courey M. Management of dysphonic


patients by otolaryngologists. American Academy of Otolaryngology-Head
and Neck Surgery Foundation. 2012;147(2):289–94.

Haryuna TSH. Distribusi gambaran klinik laring pada penderita dengan suara
serak didepartemen THT-KL Fakultas Kedokteran USURSUP H. Adam
Malik Medan. Majalah Kedokteran Nusantara. 2009;42(1):33-40.

Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A. Kelainan Laring.Dalam: Soepardi EA.


Buku Ajar llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Edisi
ke-7. Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2016.
Roezin A. Sistem Aliran Limfa Leher.Dalam:Soepardi EA. Buku Ajar llmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Edisi ke-6. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI . 2007. h. 174-177

15

Anda mungkin juga menyukai