Anda di halaman 1dari 13

ANALISA JURNAL

“Efektivitas Minyak Zaitun Untuk Pencegahan Kerusakan Kulit Pada Pasien Kusta”

Disusun Oleh Kelompok 3:

Iin Rahyuni (01701006)

Yarmi Anggraini (01701013)

Dosen Pembimbing:

Ns. Indri Ramadini, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YPAK PADANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
terlimpahkan pada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah, dengan
Judul “Analisa Jurnal Efektivitas Minyak Zaitun untuk Pencegahan Kerusakan Kulit
pada Pasien Kusta”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembeca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Keperawatan Anak yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian lah
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih

Padang, 01 Oktober 2019

Kelompok 3

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 3


1.2 Tujuan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kusta 5


2.1.1 Definisi Kusta 5
2.1.2 Etiologi Kusta 5
2.1.3 Manifestasi Kusta 5
2.1.4 Komplikasi Kusta 6
2.1.5 Faktor Resiko Kusta 6
2.1.6 Pencegahan Kusta 7
2.1.7 Penatalaksanaan Kusta 7
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Kusta 8
2.2 Efektivitas Minyak Zaitun Terhadap Pasien Kusta 8

BAB III ANALISA JURNAL

3.1 Judul Analisa Jurnal 10


3.2 Peneliti Jurnal 10
3.3 Tahun Jurnal 10
3.4 Metode Penelitian Jurnal 10
3.5 Sampel Jurnal 10
3.6 Hasil dan Pembahasan Jurnal 10

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan 11

Daftar Pustaka 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium lepra (M.
leprae) yang pertama kali menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa
(mulut), saluran napas bagian atas, sistim retikuloendotelia, mata, otot, tulang dan testis
(Amirudin dikutip dalam Kajian Pustaka 2013, h. 1).

Penularan kusta pada umumnya terjadi dalam bentuk lepra lepromateus pada usia
kanak-kanak melalui infeksi tetes di saluran pernapasan seperti batuk, bersin, dan ingus,
terutama melalui kontak yang erat dan lama. Penyakit ini lebih banyak timbul pada pria
dibandingkan wanita, dan juga diperkirakan bahwa faktor keturunan turut berperan. Dari
semua penduduk di suatu daerah kusta 5-10% telah terinfeksi Mycobacterium Leprae.

Pada tahun 1980 saat WHO menyelenggarakan terapi kombinasi Multi Drung Therapy
(MDT) dari tiga obat yang dalam 2 tahun dapat menyembuhkan kusta secara tuntas. Sejak itu
jumlah pasien keseluruhan menurun secara drastis, tetapi sebaliknya jumlah penderita baru
meningkat. Pada tahun 1996 jumlah penderita diperkirakan lebih dari 1,4 jut, sebelumnya
pada tahun 1991 WHO telah menerbitkan resolusi untuk menghapus kusta dari dunia pada
tahun 2000.

Prevalensi kebanyakan penderita kusta terdapat di Asia Tenggara, Amerika Selatan dan
Afrika. Jumlah pasien terbesar terdapat di India 950.000, Brasil 173.500, dan Bangladesh
136.000 (Tjay & Rahardja 2007, h. 164). Di Indonesia penderita kusta pada tahun 2012
sebanyak 23.169 dan jumlah kecacatan tingkat 2 diantara penderita baru sebanyak 2.025
orang atau 10,11%. Di Jawa Tengah angka prevalensi kusta pada tahun 2012 sebanyak 6076
per 10.000 penduduk (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012). Di Kabuapten Pekalongan pada
tahun 2009 Prevlensi Rate kusta sebesar 0,7% per 10.000 penduduk dan Case Detection Rate
(CDR) sebesar 0,06% per 10.000 penduduk, dan cacat tingkat dua sebesar 0,07% (Dinkes
Kabupaten Pekalongan, 2009).

Hasil dari analisa situasi program pemberantasan penyakit Kusta Kabupaten


Pekalongan yang terdiri dari 26 puskesmas, angka tertinggi terdapat di Puskesmas Buaran

3
sebanyak 32 orang, dengan prevalensi Rate 6,73% per 10.000 penduduk, diantaranya kasus
penderita Multi Basiler (MB) adalah 23 orang dan penderita Pausi Basiler (PB) sebanyak 9
orang (Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2010).

Penderita kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Buaran Kabupaten Pekalongan masih


banyak mengerjakan pekerjaan rumah yang berbahaya, seharusnya membagi pekerjaan
rumah tangga dengan anggota keluarga yang lain agar anggota keluarga pasien kusta tersebut
dapat mengerjakan bagian yang berbahaya bagi tangan atau kaki yang sudah mati rasa. Hal
yang harus diperhatikan untuk pasien kusta adalah dengan memeriksa tangan atau kaki
dengan teliti apakah ada luka atau lecet. Jika ada luka, memar, lecet sekecil apapun haruslah
dirawat dan diistirahatkan bagian yang luka tersebut sampai sembuh (Depkes RI 2006, h.
100). Cara untuk menjaga dan mencegah terjadinya kerusakan kulit adalah dengan minyak
zaitun yang memiliki beragam manfaat, baik untuk kesehatan maupun kecantikan. Minyak
zaitun dipercaya dapat membantu mempertahankan kelembapan dan elastisitas kulit sekaligus
memperlancar proses regenerasi kulit, sehingga kulit tidak mudah kering dan berkerut
(Chaerunisa, 2008).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
efektivitas pemberian minyak zaitun dalam upaya pencegahan kerusakan kulit pada penderita
kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Buaran Kabupaten Pekalongan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui manfaat minyak zaitun untuk pencegahan kerusakan
kulit pada pasien kusta.

1.2.2 Tujuan Khusus


Untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak zaitun untuk pencegahan
kerusakan kulit pada pasien kusta.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kusta


2.1.1 Definisi Kusta
Kusta merupakan penyakit kronik dan menular yang sering terjadi pada
masyarakat yang kurang menjaga kebersihan dengan baik. Kusta sering
ditemukan pada daerah yang beriklim panas, penyakit ini terutama menyerang
saraf dan kulit.
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium lepra (M. leprae) yang pertama kali menyerang saraf tepi,
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran napas bagian atas,
sistim retikuloendotelia, mata, otot, tulang dan testis.

2.1.2 Etiologi Kusta

Kusta disebakan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini


tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan,
wajah, kaki, dan lutut. M. leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa
berkembang di dalam beberapa sel manusia dan hewan tertentu.

2.1.3 Manifestasi Klinis


a) Mati rasa, tidak bisa merasakan perubahan suhu hingga kehilangan sensasi
sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
b) Nyeri persendian.
c) Penurunan berat badan
d) Pembesaran saraf tepi, biasanya di sekitar siku dan lutut.
e) Perubahan bentuk pada wajah.
f) Lepuh atau ruam.
g) Muncul bisul tapi tidak sakit.
h) Rambut rontok.
i) Hidung tersumbat atau terjadi mimisan.
j) Muncul luka tapi tidak terasa sakit.

5
k) Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip biasanya
dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
l) Lemah otot atau kelumpuhan.

2.1.4 Komplikasi Kusta


Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat
penyakit tersebut didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi
yang mungkin terjadi jika kusta terlambat diobati adalah:
a) Mati rasa.
b) Kebutaan atau glaukoma.
c) Gagal ginjal.
d) Disfungsi ereksi dan kemandulan pada pria.
e) Perubahan bentuk wajah.
f) Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung.
g) Kerusakan saraf permanen di luar otak dan saraf tulang belakang, termasuk
pada lengan, tungkai kaki, dan telapak kaki.
h) Kelemahan otot.
i) Cacat progresif, seperti kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan, dan
hidung.

Selain itu, diskriminasi yang dialami penderita dapat mengakibatkan


gangguan mental seperti depresi dan dapat berujung pada percobaan bunuh
diri.

2.1.5 Faktor Resiko Kusta


Ada beberapa faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
untuk menderita penyakit ini. Beberapa faktor risiko tersebut di antaranya
adalah:
a) Melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta tanpa sarung
tangan. Hewan perantara tersebut di antaranya adalah armadillo dan
simpanse.
b) Bertempat tinggal di kawasan endemik kusta.
c) Memiliki kelainan genetik yang berakibat terhadap sistem kekebalan
tubuh.

6
2.1.6 Pencegahan Kusta
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Faktor
pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga
penularan dapat dicegah.
Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara
pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta di luar tubuh manusia dapat
hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari
suhu dan cuaca di luar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin
cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari
masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab.
Penting sekali kita mengetahui atau mengerti beberapa hal tentang
penyakit kusta ini, bahwa:
a) Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta
b) Kekurang-kurangnya 80% dari semua orang tidak mungkin terkena kusta
c) Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain
d) Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati sekitar 6 bulan
secara teratur.

2.1.7 Penatalaksanaan Kusta


Penderita kusta akan diberi kombinasi antibiotik selama 6 bulan hingga 2
tahun. Jenis, dosis, dan durasi penggunaan antibiotik ditentukan berdasarkan
jenis kusta. Beberapa contoh antibiotik yang digunakan untuk pengobatan
kusta adalah rifampicin, dapsone, dan clofazimine.
Pembedahan umumnya dilakukan sebagai proses lanjutan setelah
pengobatan antibiotik. Tujuan prosedur pembedahan bagi penderita kusta
adalah untuk:
 Menormalkan fungsi saraf yang rusak.
 Memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat.
 Mengembalikan fungsi anggota tubuh.

WHO berusaha keras untuk mengurangi banyaknya penderita kusta.


Hal tersebut dilakukan mulai dari memastikan setiap negara ikut andil dalam
usaha ini, secara aktif mendeteksi penderita kusta dan mengobatinya, hingga
turut serta dalam meluruskan stigma dan mencegah diskriminasi terhadap

7
penderita. Tanpa adanya stigma dan diskriminasi, diagnosis akan ditegakkan
secara cepat, sehingga pengobatan tidak tertunda dan kecacatan akibat kusta
juga dapat dicegah.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Bakterioskopik
dibuat dari kerokan jaringan kulit di beberapa tempat , diperiksa
dibawah mikroskop untuk melihat adanya bakteri M.Lepar .
b. Pemeriksaan Histopatologis
bertujuan untuk melihat perubahan jaringan dikarenakan infeksi.
c. Pemeriksaan Serologis
didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh seseorang akibat
infeksi.

2.2 Efektivitas Minyak Zaitun Terhadap Pasien Kusta


Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium
lepra yang pertama kali menyerang syaraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit,
mukosa (mulut), saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelia, mata, otot, tulang
dan testis.
Kusta merupakan penyakit kronik dan menular yang sering terjadi pada
masyarakat yang kurang menjaga kebersihan dengan baik.
Hal yang harus diperhatikan untuk pasien kusta adalah dengan memeriksa tangan
atau kaki dengan teliti apakah ada luka atau lecet. Jika ada luka, memar, lecet sekecil
apapun haruslah dirawat bagian yang luka tersebut sampai sembuh.
Cara untuk menjaga dan mencegah terjadinya kerusakan kulit adalah dengan
minyak zaitun yang memiliki beragam manfaat, baik untuk kesehatan maupun
kecantikan. Minyak zaitun dipercaya dapat membantu mempertahankan kelembapan
dan elastisitas kulit sekaligus memperlancar proses regenerasi kulit, sehingga kulit tidak
mudah kering dan berkerut.
Perawatan kulit dalam upaya pencegahan terjadinya kerusakan kulit dapat
dilakukan dengan pemberian minyak zaitun, karena minyak zaitun mengandung
berbagai asam lemak, vitamin terutama sumber vitamin E yang berfungsi sebagai

8
antioksidan alami yang membantu melindungi struktur sel yang penting terutama
membran sel dari kerusakan akibat adanya radikal bebas.
Untuk mencegah terjadinya kecatatan dalam mengatasi kerusakan kulit, upaya
pencegahan yang dilakukan dirumah adalah dengan melakukan perawatan diri dengan
rajin.

9
BAB III

ANALISA JURNAL

3.1 Judul Analisa Jurnal


Efektivitas Minyak Zaitun untuk Pencegahan Kerusakan Kulit pada Pasien Kusta.

3.2 Peneliti Jurnal


Nuniek Nizmah Fajriyah, Ari Andriani, Fatmawati.

3.3 Tahun Jurnal


1 Maret 2015

3.4 Metode Penelitian Jurnal


Desain penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental dengan menggunakan
rancangan penelitian pre test and post test design, pengukuran kerusakan kulit
dilakukan awal perlakuan dan pada akhir perlakuan. Efektifitas minyak zaitun sebelum
dan sesudah dibandingkan. Kerusakan kulit dikendalikan pada awal pengambilan
sampel yaitu dengan memilih pasien yang belum mengalami kecatatan tingkat dua.

3.5 Sampel Jurnal


Semua penderita kusta yang ada diwilayah kerja puskesmas buaran Kabupaten
Pekalongan.

3.6 Hasil dan Pembahasan Jurnal


Keadaan kulit penderita kusta sebelum dilakukannya intervensi pemberian
minyak zaitun yang tidak mengalami kerusakan kulit sebanyak 8 responden (53,3%)
dan yang mengalami kerusakan kulit sebanyak 7 responden (46,7%).
Keadaan kulit penderita kusta sesudah dilakukan intevensi pemberian minyak
zaitun yang tidak mengalami kerusakan kulit sebanyak 14 responden (93,3%) dan yang
masih mengalami kerusakan kulit sebanyak 1 responden (6,7%).

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kusta merupakan penyakit kronik dan menular yang sering terjadi pada
masyarakat yang kurang menjaga kebersihan dengan baik. Kusta sering ditemukan pada
daerah yang beriklim panas, penyakit ini terutama menyerang saraf dan kulit.
Kusta disebakan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini tumbuh pesat
pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki, dan lutut. M.
leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa berkembang di dalam beberapa sel
manusia dan hewan tertentu.
Penularan kusta pada umumnya terjadi dalam bentuk lepra lepromateus pada usia
kanak-kanak melalui infeksi tetes di saluran pernapasan seperti batuk, bersin, dan
ingus, terutama melalui kontak yang erat dan lama. Penyakit ini lebih banyak timbul
pada pria dibandingkan wanita, dan juga diperkirakan bahwa faktor keturunan turut
berperan. Dari semua penduduk di suatu daerah kusta 5-10% telah terinfeksi
Mycobacterium Leprae.
Dari Hasil penelitian didapatkan bahwa keadaan kulit penderita kusta sebelum
dilakukan intervensi pemberian minyak zaitun yang tidak mengalami kerusakan kulit
sebanyak 8 responden (53,3%) dan yang mengalami kerusakan kulit sebanyak 7
responden (46.7%). Dan keadaan kulit penderita kusta setelah dilakukan intervensi
pemberian minyak zaitun yang tidak mengalami kerusakan kulit sebanyak 14
responden (93,3%) dan yang masih mengalami kerusakan kulit sebanyak 1 responden
(6,7 %).

11
Daftar Pustaka

Depkes RI, 2006, Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, Cet.
VXIII, Depkes, Jakarta.

Brunner &Suddart. 2002. KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2355

Kajian Pustaka, 2012, Penyakit Kusta, diakses 14 Februari 2012,


<http://www.kajianpustaka.com/2013/ 07/penyakit-kusta.html>.

https://www.neliti.com/id/publications/97138/efektivitas-minyak-zaitun-untuk-
pencegahan-kerusakan-kulit-pada-pasien-kusta

https://linisehat.com/inilah-manfaat-minyak-zaitun-untuk-kusta/

Rahariyani, DL, 2007, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Siste,
Integumen. EGC Jakarta.

https://www.neliti.com/id/publications/97138/efektivitas-minyak-zaitun-untuk-
pencegahan-kerusakan-kulit-pada-pasien-kusta

Kugler, Mary, 2009, Leprosy Hansen’s Disease, diakses 7 Januari 2012,


<http://raredisease.About.com/cs/infec tiousdisease/a/071203.htm>.

Sjamsuhidajat. 2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman 1046

https://id.scribd.com/document/364037097/Pemeriksaan-Penunjang-Kusta

12

Anda mungkin juga menyukai