“Efektivitas Minyak Zaitun Untuk Pencegahan Kerusakan Kulit Pada Pasien Kusta”
Dosen Pembimbing:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
terlimpahkan pada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah, dengan
Judul “Analisa Jurnal Efektivitas Minyak Zaitun untuk Pencegahan Kerusakan Kulit
pada Pasien Kusta”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembeca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Keperawatan Anak yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian lah
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih
Kelompok 3
1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 11
Daftar Pustaka 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium lepra (M.
leprae) yang pertama kali menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa
(mulut), saluran napas bagian atas, sistim retikuloendotelia, mata, otot, tulang dan testis
(Amirudin dikutip dalam Kajian Pustaka 2013, h. 1).
Penularan kusta pada umumnya terjadi dalam bentuk lepra lepromateus pada usia
kanak-kanak melalui infeksi tetes di saluran pernapasan seperti batuk, bersin, dan ingus,
terutama melalui kontak yang erat dan lama. Penyakit ini lebih banyak timbul pada pria
dibandingkan wanita, dan juga diperkirakan bahwa faktor keturunan turut berperan. Dari
semua penduduk di suatu daerah kusta 5-10% telah terinfeksi Mycobacterium Leprae.
Pada tahun 1980 saat WHO menyelenggarakan terapi kombinasi Multi Drung Therapy
(MDT) dari tiga obat yang dalam 2 tahun dapat menyembuhkan kusta secara tuntas. Sejak itu
jumlah pasien keseluruhan menurun secara drastis, tetapi sebaliknya jumlah penderita baru
meningkat. Pada tahun 1996 jumlah penderita diperkirakan lebih dari 1,4 jut, sebelumnya
pada tahun 1991 WHO telah menerbitkan resolusi untuk menghapus kusta dari dunia pada
tahun 2000.
Prevalensi kebanyakan penderita kusta terdapat di Asia Tenggara, Amerika Selatan dan
Afrika. Jumlah pasien terbesar terdapat di India 950.000, Brasil 173.500, dan Bangladesh
136.000 (Tjay & Rahardja 2007, h. 164). Di Indonesia penderita kusta pada tahun 2012
sebanyak 23.169 dan jumlah kecacatan tingkat 2 diantara penderita baru sebanyak 2.025
orang atau 10,11%. Di Jawa Tengah angka prevalensi kusta pada tahun 2012 sebanyak 6076
per 10.000 penduduk (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012). Di Kabuapten Pekalongan pada
tahun 2009 Prevlensi Rate kusta sebesar 0,7% per 10.000 penduduk dan Case Detection Rate
(CDR) sebesar 0,06% per 10.000 penduduk, dan cacat tingkat dua sebesar 0,07% (Dinkes
Kabupaten Pekalongan, 2009).
3
sebanyak 32 orang, dengan prevalensi Rate 6,73% per 10.000 penduduk, diantaranya kasus
penderita Multi Basiler (MB) adalah 23 orang dan penderita Pausi Basiler (PB) sebanyak 9
orang (Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
efektivitas pemberian minyak zaitun dalam upaya pencegahan kerusakan kulit pada penderita
kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Buaran Kabupaten Pekalongan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui manfaat minyak zaitun untuk pencegahan kerusakan
kulit pada pasien kusta.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
k) Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip biasanya
dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
l) Lemah otot atau kelumpuhan.
6
2.1.6 Pencegahan Kusta
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Faktor
pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga
penularan dapat dicegah.
Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara
pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta di luar tubuh manusia dapat
hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari
suhu dan cuaca di luar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin
cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari
masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab.
Penting sekali kita mengetahui atau mengerti beberapa hal tentang
penyakit kusta ini, bahwa:
a) Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta
b) Kekurang-kurangnya 80% dari semua orang tidak mungkin terkena kusta
c) Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain
d) Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati sekitar 6 bulan
secara teratur.
7
penderita. Tanpa adanya stigma dan diskriminasi, diagnosis akan ditegakkan
secara cepat, sehingga pengobatan tidak tertunda dan kecacatan akibat kusta
juga dapat dicegah.
8
antioksidan alami yang membantu melindungi struktur sel yang penting terutama
membran sel dari kerusakan akibat adanya radikal bebas.
Untuk mencegah terjadinya kecatatan dalam mengatasi kerusakan kulit, upaya
pencegahan yang dilakukan dirumah adalah dengan melakukan perawatan diri dengan
rajin.
9
BAB III
ANALISA JURNAL
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kusta merupakan penyakit kronik dan menular yang sering terjadi pada
masyarakat yang kurang menjaga kebersihan dengan baik. Kusta sering ditemukan pada
daerah yang beriklim panas, penyakit ini terutama menyerang saraf dan kulit.
Kusta disebakan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini tumbuh pesat
pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki, dan lutut. M.
leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa berkembang di dalam beberapa sel
manusia dan hewan tertentu.
Penularan kusta pada umumnya terjadi dalam bentuk lepra lepromateus pada usia
kanak-kanak melalui infeksi tetes di saluran pernapasan seperti batuk, bersin, dan
ingus, terutama melalui kontak yang erat dan lama. Penyakit ini lebih banyak timbul
pada pria dibandingkan wanita, dan juga diperkirakan bahwa faktor keturunan turut
berperan. Dari semua penduduk di suatu daerah kusta 5-10% telah terinfeksi
Mycobacterium Leprae.
Dari Hasil penelitian didapatkan bahwa keadaan kulit penderita kusta sebelum
dilakukan intervensi pemberian minyak zaitun yang tidak mengalami kerusakan kulit
sebanyak 8 responden (53,3%) dan yang mengalami kerusakan kulit sebanyak 7
responden (46.7%). Dan keadaan kulit penderita kusta setelah dilakukan intervensi
pemberian minyak zaitun yang tidak mengalami kerusakan kulit sebanyak 14
responden (93,3%) dan yang masih mengalami kerusakan kulit sebanyak 1 responden
(6,7 %).
11
Daftar Pustaka
Depkes RI, 2006, Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, Cet.
VXIII, Depkes, Jakarta.
https://www.neliti.com/id/publications/97138/efektivitas-minyak-zaitun-untuk-
pencegahan-kerusakan-kulit-pada-pasien-kusta
https://linisehat.com/inilah-manfaat-minyak-zaitun-untuk-kusta/
Rahariyani, DL, 2007, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Siste,
Integumen. EGC Jakarta.
https://www.neliti.com/id/publications/97138/efektivitas-minyak-zaitun-untuk-
pencegahan-kerusakan-kulit-pada-pasien-kusta
https://id.scribd.com/document/364037097/Pemeriksaan-Penunjang-Kusta
12