Anda di halaman 1dari 27

Urinary Retention:

An Overview
Harrina E.Rahardjo, Irfan Wahyudi, Chaidir A Mochtar

Department of Urology
Cipto Mangunkusumo Hospital
Faculty of Medicine, University of Indonesia
Definisi
• Retensi urin adalah ketidakmampuan
seseorang untuk dapat berkemih spontan
sesuai kehendak.

• Retensi urin akut

kronik
Retensi urin akut
• Ketidakmampuan berkemih yang tiba-tiba
meskipun buli-buli terisi penuh dan umumnya
disertai rasa sakit

Kedaruratan dalam urologi


Retensi urin kronik

• Retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan oleh


peningkatan volume residu urin yang bertahap.
• Kondisi:
– Masih dapat berkemih, namun tidak lancar
– Sulit memulai berkemih (hesitancy)
– Tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan
sempurna (tidak lampias)

 Tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan


permasalahan medis yang serius di kemudian hari.
Epidemiologi
Insidens retensi urin di AS:
1. laki-laki :
– usia 40-83 thn: 4,5 – 6,8/1000 /tahun
– usia 70-an: 10%
– usia 80-an: 30%
– Insidens retensi urin ‘akut’: 3/1000 laki-laki/tahun
2. Insidens pada wanita:
- Tidak banyak didokumentasikan
- Diperkirakan: 3/100.000 wanita/tahun
Selius BA, Subedi R. Am Fam Physician. 2008;77(5):643-650
Bradway C, Rodgers J. The Nurse Practitioner. 2009; 34(5): 37-39
Patofisiologi

No. Letak Kelainan Contoh

1. Supravesika Gangguan SSP (stroke, trauma


medula spinalis, dementia, spina
bifida dll)
2. Vesika Batu buli-buli, tumor, infeksi, obat
antimuskarinik/ antikolinergik,
neuropati DM
Kelainan fungsional (voiding
dysfunction)
3. Infravesika Obtruksi seperti BPH, striktur
uretra, Ca prostat, batu uretra
Infeksi/ radang (prostatitis),
Kelainan bawaan (katup uretra)
Obat simpatomimetik
Etiologi
Gejala
• Retensi urin akut:
– Rasa tidak nyaman yg sangat mengganggu sampai rasa
nyeri dan muncul tiba-tiba/baru
– Kadang nyeri pinggang (konstipasi, kompresi kauda
equina)  bisa progresif
– Perubahan sensasi (buli penuh/kosong, urin mengalir,
keluar feses/flatus)  tidak terasa
– Rasa tidak nyaman di kaki, tdk bisa ereksi/ orgasme,
rasa terbakar di perineum/penis
Gejala
Retensi urin kronik:
• Rasa tidak nyaman di kandung kemih tidak
terlalu berat tetapi sudah lama
• Hesitancy, pancaran lemah
• Tidak lampias, overflow incontinence
• Retensi kronik bertekanan tinggi:
– Tidak disadari penderita
– Volume residu > 800 ml, P ves > 30 cmH2O
– Hidronefrosis  insufisiensi renal
Diagnosis

• Anamnesis: tidak dapat/kesulitan berkemih, keluhan


yang menyertai lainnya (evaluasi penyebab)
• Pemeriksaan fisik:
Distensi kandung kemih
 palpasi, vol urin ≥ 200 ml
 perkusi, vol urin ≥ 150 ml
• USG kandung kemih
• Colok dubur: tonus sfinkter ani, prostat , impaksi
feses, refleks bulbokavernosus (setelah retensi urin
diatasi)
Figure 1. Ultrasound of a distended bladder containing
more than 450 mL of urine.
Diagnosis

• Pada retensi kronik:


– Urinalisis  infeksi
– PSA
– USG  vol residu urin
– Foto polos abdomen/BNO
– Urodinamik
– Sistoskopi
Tatalaksana

1. Kateterisasi:
• Kateter menetap
(indwelling catheter/
Foley catheter)
• Kateter intermiten/
berkala (clean
intermittent
catheterization, CIC)
Kateter 2 way
Kateter 3 way

Coudé catheter
Kateter silikon
Pemasangan kateter uretra

Pada pria Pada wanita


Tatalaksana

• Irigasi dengan NaCl


0,9% untuk retensi
dengan disertai
bekuan darah, seperti
pada tumor buli
• Kateter yang
digunakan adalah
kateter 3 way

Irrigation for the bladder


Tatalaksana
Masalah/ hal yang perlu diantisipasi pada pemasangan
kateter:
• Pasien tidak/ kurang tenang  kontraksi sfinkter eksterna
- Persiapan alat
- Penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan
- Tenangkan dan bimbing pasien, bila perlu  relaksan/analgesik
- Xylocaine gel lebih banyak
- Pemasangan secara “gentle”
• Striktura uretra
- Kateter lebih kecil  s/d 10 F
• Lobus medius prostat menonjol  false route
- Coudé catheter
• Pemasangan kateter menetap  risiko infeksi meningkat
Pencegahan ISK Akibat Pemasangan
Kateter
• Prosedur pemasangan kateter uretra yang steril
• Menggunakan sistem drainase tertutup (kateter
terhubung dengan urine bag) menurunkan insidens
bakteriuria 50% pada pemasangan kateter hari ke-14
• Menghindari pemasangan kateter yang menetap.
CIC  kolonisasi bakteri 20%-40% pada follow up > 1
tahun. Alternatif lain: kateter suprapubik, kondom
kateter.

Guide to the Elimination of Catheter-Associated Urinary Tract Infections (CAUTIs) 2008


Tatalaksana
2. Punksi suprapubik/sistostomi
perkutan

• Bila kateterisasi tidak berhasil


• Buli-buli harus penuh
• Pasien supine, jarum tegak lurus -
20°
• 2 jari atas simfisis
• Jarum suntik/ abbocath 14G
Set sistostomi perkutan
Teknik Sistostomi perkutan
Tatalaksana lanjutan

• Konsultasi lanjutan kepada spesialis urologi /


spesialis bedah
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai