Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

Disusun Oleh :

Nama : 1. Cristiani Novita Sari

2. Tri Ilma Humairah

Prodi : Teknokimia Nuklir

Semester : 7 (tujuh)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2019
PAK YAKNO “SI PENGUSAHA KEMOCENG”

Rabu, 16 Oktober 2019 sekitar pukul 14.00 WIB ketika kami melewati Jalan Selokan
Mataram, tak sengaja mata kami tertuju pada seorang lansia dengan sepeda ontel dan kemoceng-
kemoceng yang diikat dikursi belakang sepedanya. Saat itu beliau sedang menawarkan kemoceng-
kemoceng tersebut di salah satu toko kelontong. Kami memutuskan untuk berhenti dan
mewawancarai bapak tersebut. Adapun biodata singkat bapak tersebut sebagai berikut :

Nama : Yakno

Usia : 74 tahun

Alamat : Klaten

Pekerjaan : Pedagang Kemoceng


Pak Yakno seorang lansia 74 tahun memulai usaha berjualan kemoceng sejak tahun 1963,
kemoceng tersebut dibuat sendiri oleh Pak Yakno dan dibawa ke kota Yogyakarta untuk di jual.
Pak Yakno memulai perjalanannya pukul 9 pagi dari Klaten menuju Kota Yogyakarta dengan
mengendarai sepeda ontel, tidak setiap hari tapi tiga hari sekali, menjual kemoceng-kemoceng
tersebut ke toko-toko kelontong. Alasan Pak Yakno lebih menjual kemocengnya di Yogyakarta
adalah kemoceng tersebut lebih laris terjual dan Yogyakarta merupakan tempat pemasaran yang
tepat menurut Pak Yakno. Jumlah kemoceng yang dibeli oleh toko-toko kelontong tersebut
tergantung dari sisa kemoceng yang masih ada, tidak pasti jumlahnya, dan paling banyak 1 kodi.

Pak Yakno menjual kemoceng tersebut dengan harga Rp. 20.000 kepada toko-toko
kelontong, namun diluar itu beliau menjual kemocengnya dengan harga RP. 25.000 ribu. Modal
yang dibutuhkan Pak Yakno untuk membuat kemoceng tersebut sekitar Rp. 500.000 dan jika
terjual semua Pak Yakno mendapatkan uang sekitar Rp. 800.000. Saat musim hujan Pak Yakno
tidak dapat berjualan sehingga mengalihkan usahanya dengan berjualan ayam atau bebek dan
mendapatkan untung sekitar harga satu ekor ayam atau bebek tersebut.

Pak Yakno memiliki 2 orang anak yang tinggal di Solo dan Batam, memiliki 7 orang cucu
dan 1 orang istri. Saat ini Pak Yakno tinggal dirumah hanya bersama istrinya. Istri Pak Yakno juga
berjualan tempe dan tahu dirumahnya. Alasan Pak Yakno tetap berjualan kemoceng adalah untuk
membiayai kebutuhan hidup bersama istrinya dan kadang juga untuk membelikan hadiah untuk
cucu-cucunya.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai