Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan limpahan rahmat-Nya,
kami telah berhasil menyelesaikan makalah “Sistem Buffer dan Cairan Tubuh Manusia” tahun
ajaran 2019-2020 dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas.
Kami berharap semoga makalah Sistem Buffer dan Cairan Tubuh Manusia ini dapat
bermanfaat bagi kita semua untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan profesionalisme.
Oleh karena itu kritik dan saran kami perlukan demi penyempurnaan makalah ini.
Surabaya, Maret 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI......................................................ii
SISTEM BUFFER DAN CAIRAN TUBUH MANUSIA
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan........................................................................................................2
BAB 2 POKOK BAHASAN......................................................................................................3
2.1.
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................
3.1. Kesimpulan................................................................................................
3.2. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Buffer adalah suatu substansi atau sekelompok substansi yang dapat mengabsorps, atau
melepaskan ion-ion hidrogen untuk memperbaiki adanya ketidakseimbangan asam-basa.
Cairan tubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen ke
kompartemen lain untuk memfasilitasi proses – proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti
oksigenasi jaringan, respons terhadap penyakit, keseimbangan asam-basa, dan respons terhadap
terapi obat. Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi aktif, atau
filtrasi. Perpindahan tersebut bergantung pada permeabilitas membrane sel atau kemampuan
membrane untuk ditembus cairan dan elektrolit.
Untuk mempertahankan kesehatandibutuhkan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-
basa di dalam tubuh. Banyak factor yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan salah satunya
karena penyakit.
Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak, dan memiliki orientasi yang baik biasanya
dapat mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa yang normal karena
mekanisme adaptif tubuhnya. Namun bayi, orang dewasa yang menderita penyakit berat, klien
dengan gangguan orientas atau klien yang immobile, serta lansia sering kali tidak mampu
merespn secara mandiri.
Kandungan air dari tubuh seseorang kerap kali dikatakan sebanyak 70% dari berat badan.
Lebih tepat dikatakan bahwa kandungan air pada tubuh seseorang adalah 70% dari berat tubuh
bebas lemak. Jaringan lemak pada tubuh mengandung sedikit air. Berat lemak pada tubuh
seseorang berkisar antara 10-40% dari BB. Variasi dari kandungan lemak badan ini
menyebabkan kandungan air tubuh, bila dibandingkan dengan BB keseluruhannya berkisar
antara 40-70% BB keseluruhan. Kandungan rata-rata ialah sekitar 60% untuk laki-laki yang
berusia antara 17-40 tahun dan 51% untuk perempuan pada rentang usia yang sama. Jadi, angka
60% dari BB akan digunakan sebagai gambaran yang masuk akal bagi air tubuh total. Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh.
Tujuan
Mahasiswa dapat lebih memahami kandungan dan derajat keasaman di dalam cairan
tubuh manusia, baik normal maupun yang kurang dari normal

BAB II
PEMBAHASAN
Cairan Tubuh dan Keseimbangan Asam Basa (Sistem Buffer)
Cairan tubuh merupakan cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia atau hewan yang
memiliki fungsi fisiologis tertentu. Contoh cairan tubuh adalah: Darah dan plasma darah, Sitosol,
Cairan serebrospinal, Korpus vitreum maupun humor vitreous, Serumen, Humor aqueous, Cairan
limfa, Cairan pleura, Cairan amnion
Fungsi Air / CairanTubuh :
1. Pelarut universal :
 Mampu
2. Pengaturan suhu tubuh
menyerap panas dlm jumlah besar
 Mampu menyerap panas dlm jumlah besar
 Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas contoh: Otot-otot selama
exercise
3. Pelicin : Mengurangi gesekkan
4. Reaksi-reaksi kimia : Pemecahan karbohidrat & pembentukan protein
5. Pelindung : Cairan Cerebro-spinal, cairan amnion
Air merupakan yang terpenting untuk berbagai fungsi tubuh dan kadarnya harus tetap
dijaga sehingga keasaman cairan tubuh harus dijaga agar tetap konstan. Setiap perubahan pH
akan mempengaruhi semua reaksi kimia dalam tubuh. Enzin dan protein fungsional lainnya,
seperti sitokrom dan hemoglobin, memiliki pH optimum untuk bekerja dengan baik sehingga
sangat terpengaruh oleh perubahan pH yang sedikit sekalipun.
Sebagaimana keasaman cairan tubuh terdapat konsep dasar pengaturan cairan & elektrolit, yaitu:
1. Mekanisme homeostasis yg memantau dan mengatur komposisi cairan tubuh peka
terhadap perubahan dalam cairan ekstraseluler.
2. Tidak ada reseptor secara langsung memantau keseimbangan cairan, reseptor dapat
memantau volume dan konsentrasi osmotik plasma.
3. Perbedaan tekanan osmotik dapat menyebabkan transpor aktif garam dan diikuti transport
pasif air.
4. Air dan elektrolit dalam tubuh meningkat bila yang masuk lebih banyak dari pada yang
keluar.
Nilai pH pada lambung dan usus sangat berbeda. Enzim pepsin yang memecah protein di
lambung bekerja dalam kisaran pH 1,5 hingga 2. Jika kisaran pH ini tidak dipertahankan, maka
terjadi gangguan pencernaan protein. pH lambung yang asam juga dapat menetralkan amylase
dari saliva yang memasuki lambung. Vagina memiliki pH yang asam yaitu 4,5. Hal ini tidak
hanya menjaga kesehatan vagina dengan menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi
juga
merupakan lingkungan yang tidak baik untuk sperma yang bersifat sedikit alkali. pH vagina akan

berubah sesuai dengan umur, dan bersifat asam selama usia reproduksi. Sebelum pubertas dan
setelah menopause vagina bersifat sedikit alkali.
Kisaran pH darah yang normal adalah 7,35-7,45. Kisaran pH yang memungkinkan
kehidupan adalah hanya 7,0-7,8. Istilah alkalosis digunakan jika pH darah arteri meningkat di
atas 7,45. Pasien akan disebut menderita alkalosis. Sebaliknya bila pH turun di bawah 7,35
disebut asidosis (istilah ini digunakan karena darah lebih asam daripada seharusnya, walaupun
pH sesungguhnya masih netral). Pasien dapat disebut menderita asidosis. Perubahan kecil pH
darah dapat berakibat fatal, pasien dengan ph darah 7,25 atau 7,7 biasanya akan mengalami
koma.
Ion hydrogen diproduksi secara terus-menerus oleh tubuh. Dua sumber utama hydrogen
adalah:
metabolisme lemak yang memproduksi badan keton. Juga fosfor dan sulfur yang terdapat
dalam asam amino dan lipid dimetabolisme menjadi asam fosfat dan asam sulfat. Asam-
asam ini disebut juga asam “nonvolatil” atau asam “tetap”.
diubah menjadi asam karbonat sebelum diekskresi oleh paru-paru.
[H
+
] dalam nanomol
100 44 36 16
Asidosis Kisaran pH Normal Alkalosis
pH 7,0 7,35 7,45 7,8

Kisaran yang masih memungkinkan kehidupan


(gambar pH darah)

Keseimbangan Cairan Tubuh

Cairan tubuh menempati +/- 60 % BB tubuh :

 Wanita dewasa muda: 50 – 55% Berat Badan


 Pria dewasa muda : 55 – 60% Berat Badan
 bayi : 75% Berat Badan
 Usia lanjut : 45% Berat Badan

asupan (intake) cairan harus seimbang dengan keluaran (out put) cairan
1. Sumber asupan cairan
 Makanan dan minuman
 Proses metabolisme (karbohidrat)
2. Sumber keluaran cairan
 Penguapan melalui paru-paru (pernafasan)
 Penguapan melalui kulit
 Feces
 Produksi urin
Pengaturan keseimbangan air:
 Produksi urine banyak dan encer jika asupan air meningkat
 produksi urine sedikit dan kental jika banyak kehilangan cairan
Pengaturan Reabsorpsi Air & Elektrolit:
1. Pengaturan utama : hormon-hormon
 Antidiuretic hormone (ADH) : mencegah peningkatan kehilangan air pada urine
 Aldosterone : mengatur ion Natrium pada cairan extracellur
2. Dicetuskan oleh mekanisme rennin-angiotensin

Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa Darah

1. pH Darah : 7.35-7.45 untuk menjaga homeostasis


 Alkalosis jika pH > 7.45
 Acidosis jika pH < 7,45

2. pH ditentukan oleh ion hidrogen (H+).


 Ion H+ meningkat, pH menurun (alkalis)
 Ion H+ menurun, pH meningkat (asidosis)
3. Sebagian besar keseimbangan asam-basa diatur oleh ginjal
4. Sistem pengaturan lain : Buffers darah & Pernapasan

Hal ini berarti bahwa harus terdapat system tubuh yang mengatur kadar asam-basa.
Sistem tersebut adalah:
1. System buffer kimiawi
2. System regulasi respirasi (paru)
3. System regulasi renal (ginjal)

semua system ini bekerja bersama sebagai tim untuk meregulasi pH tubuh.

1. Buffer Kimiawi

Buffer (penyangga) adalah larutan kimia yang menahan perubahan pH jika terdapat
penambahan asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari; larutan asam lemah dan garamnya,
seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat atau larutan basa lemah dan garamnya, seperti
larutan ammonia dan ammonium klorida.
Jika pH menurun, maka garam (natrium bikarbonat) berperan sebagai basa yang akan
menerima ion hydrogen yang ditambahkan pada larutan. Jika pH meningkat, asam lemah
(asam karbonat) akan mendonorkan ion hydrogen kepada larutan, sehingga perubahan pH
akan “disangga”. Hal yang sebaliknya berlaku untuk basa lemah dan garamnya.
Secara umum buffer bereaksi dengan melepaskan atau mengambil ion hydrogen:
Penurunan konsentrasi ion hydrogen
H
+
+ Buffer
-
HBuffer
Peningkatan konsentrasi ion hydrogen

Perhatikan bahwa ion hydrogen tidak dibuang dari tubuh namun hanya terperangkap oleh

buffer. System buffer kimiawi utama dalam tubuh adalah:


1. Sistem buffer bikarbonat
2. System buffer fosfat
3. System buffer protein
Semua system buffer akan bekerja bersama untuk mengembalikan pH dalam sekejap,
tetapi terdapat keterbatasan perubahan pH sebesar apa yang dapat dijaga konstan oleh
buffer. Hal ini tergantung pada cadangan buffer yang tersedia, disebut juga “kapasitas
buffer”. Jika jumlah asam atau basa yang ditambahkan sangat besar, maka system buffer
tidak akan mampu mengatasinya.

2. System Buffer Bikarbonat


Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer ekstraselular utama dan bertanggung
jawab mempertahankan pH darah. Kabon dioksida yang terbentuk selama respirasi sel
akan larut dalam air (plasma) untuk membentuk asam karbonat. Asam karbonat ini akan
berdisosiasi sebagian menghasilkan ion hydrogen dan ion bikarbonat. Ion bikarbonat
akan berperan sebagai akseptor ion hydrogen. Jika ion hydrogen ditambahkan ke dalam
tubuh, seperti asam laktat yang dihasilkan saat berolahraga, maka ion bikarbonat dan ion
hydrogen yang terbentuk dari asam laktat akan membentuk asam karbonat. Asam
karbonat berperan sebagai donor ion hydrogen. Jika ion hydrogen hilang dari tubuh,
seperti pada kasus muntah-muntah berat, asam karbonat akan berdisosiasi lebih banyak
untuk melepaskan ion hydrogen dan ion bikarbonat. Rasio normal bikarbonat terhadap
asam karbonat adalah 20:1.
Sistem bikarbonat menyangga 90% ion hydrogen dalam darah dan sangat penting
karena jumlah karbon dioksida dan ion bikarbonat juga dapat diatur oleh paru dan ginjal.
Jumlah ion bikarbonat yang tersedia untuk buffer disebut juga cadangan alkali.
3. Sistem Buffer Fosfat

Sistem ini serupa dengan sistem buffer bikarbonat. Garam natrium dari dihidrogen
fosfat dan monohidrogen fosfat masing-masing akan berperan sebagai asam lemah dan
basa lemah.
Buffer fosfat terutama mempertahankan pH fluida intraselular dan tubulus ginjal,
sehingga tidak akan mempertahankan pH darah, namun merupakan buffer yang penting
untuk urin.
Protein merupakan rantai panjang asam-asam amino yang bersatu. Asam amino
mengandung gugus amino dasar (NH
2
) dan gugus asam (COOH). Tiga bentuk asam
amino yang ada tergantung dari pH.
Buffer protein merupakan sistem yang sangat kompleks dan akan mempertahankan pH
fluida intraselular dan plasma. Protein hemoglobin memiliki dua fungsi khusus, yaitu
mentranspor oksigen ke jaringan dan juga menyangga ion hydrogen yang transit dari sel
ke paru
4. Sistem Buffer Protein
Protein merupakan rantai panjang asam-asam amino yang bersatu. Asam amino
mengandung gugus amino dasar (NH
2
) dan gugus asam (COOH). Tiga bentuk asam
amino yang ada tergantung dari pH.
Buffer protein merupakan sistem yang sangat kompleks dan akan mempertahankan pH
fluida intraselular dan plasma. Protein hemoglobin memiliki dua fungsi khusus, yaitu
mentranspor oksigen ke jaringan dan juga menyangga ion hydrogen yang transit dari sel
ke paru.
5. Sistem Buffer Hemoglobin
Karbon dioksida berdifusi ke dalam eritrosit (sel darah merah). Di dalam sel,
karbon
dioksida akan diubah menjadi asam karbonat oleh enzim karbonat anhidrase.
Asam
karbonat akan berdisosiasi sebagian menghasilkan ion hydrogen dan ion
bikarbonat.
Kemudian hemoglobin dan ion hydrogen tersebut bergabung membentuk hemoglobin tereduksi.
Reaksi ini terjadi karena hemoglobin tereduksi merupakan asam yang lebih lemah

dibandingakan oksihemoglobin dan asma karbonat sehingga akan berikatan lebih kuat
dengan hydrogen. Sehingga ketika oksigen dilepaskan, ion hydrogen yang terbentuk dari
asupan karbon dioksida akan terperangkap oleh hemoglobin, dan hal ini mencegah
perubahan pH.
Saat ion bikarbonat terbentuk dalam eritrosit, ion bikarbonat ini akan berdifusi keluar
ke dalam plasma, menjadi bagian cadngan alkali dan menyangga ion hydrogen. Pada saat
ion bikarbonat berdifusi ke luar eritrosit, ion klorida akan berdifusi masuk ke dalam. Hal
ini terjadi untuk mempertahankan muatan sel tetap netral atau seimbang, dan disebut juga
reaksi pergeseran (shift) klorida. Di alveoli paru terjadi kebalikan dari seluruh proses ini,
karbo dioksida dan air akan dibuang melalui proses pernapasan.

6. Sistem Buffer Amonia


Amonia terbentuk dalam sel tubulus ginjal dari pemecahan asam amino. Amonia
akan
berdifusi ke dalam tubulus ginjal, menyangga ion hydrogen dalam filtrate ginjal
dan
membentuk ion ammonium. Ion ammonium diekskresi di urin dan
mencegah urin terlalu asam.
NH3 (amonia) + H+ (ion hidrogen) NH→4+ (ion amonium

3. Regulasi pH melalui Respirasi

Perubahan pernapasan (ventilasi) dapat mengubah pH dengan dramatis. Jika ventilasi

dipercepat dua kali lipat atau diperlambat setengahnya, maka pH dapat berubah 0,2 satuan.
Pada orang sehat produksi karbon dioksida adalah 10 mmol/menit, dan dikeluarkan melalui
paru dengan kecepatan yang sama seperti kecepatan pembentukkannya di jaringan.
Kecepatan ventilasi diregulasi secara tepat sesuai kadar P co2
dan konsentrasi ion hydrogen (pH) dalam darah arteri (P co2 menunjukkan tekanan parsial
karbon dioksida dalam darah arteri). Kadar ini dimonitgor oleh kemoreseptor perifer (badan
karotis dan aorta) dan

kemoreseptor sentral di medulla yang sensitif terhadap perubahan pH cairan serebrospinal


(kemoreseptor member respons terhadap perubahan kimiawi disekitarnya). Respons yang
diberikan adalah perubahan kecepatan dan kedalaman ventilasi. Nilai normal P
co2
adalah 4,7-
6,0 kPa atau 35-45 mmHg. Asidosis respiratorik terjadi jika terdapat akumulasi karbon
dioksida dalam darah dan peningkatan P co2 di atas normal, yaitu >6 kPa.
Alkalosis respiratorik terjadi jika karbom dioksida dibuang dari darah dan P co2 turun di bawah
normal,
yaitu <4,7 kPa.

4. Regulasi pH oleh Ginjal


Terdapat 1,3 juta nefron pada setiap ginjal. Fungsi nefron adalah filtrasi, sekresi, dan
reabsorpsi. Ginjal meregulasi pH secara selektif dengan membuang atau mengembalikan ion-ion
dan produk lainnya ke darah. Ginjal memfiltrasi 1,2 L darah/menit. Buffer bekerja dalam
hitungan detik dan sistem respirasi dalan beberapa menit, tetapi sistem ginjall memerlukan waktu
beberapa jam bahkan berhari-hari. Bandingkann berapa
kali anda ke toilet dalam sehari dengan berapa banyak anda bernapas setiap harinya. Seperti
hal,nya sistem respirasi, ginjal membuang asam dan basa dari tubuh dan tidak ada batasan
untuk kapasitas sistem ini. Ginjal bertanggung jawab membuang asam-asam tetap seperti asam
laktat dan asam fosfat yang terbentuk selama metabolisme. Penurunan pH karena akumulasi
asam-asam ini disebut juga asidosis metabolic. Regulasi ion bikarbonat hanya dilakukan
oleh ginjal. Reabsorpsi ion bikarbonat memungkinkan pembaruan sistem buffer.
Akumulasi ion bikarbonat di darah akan menyebabkan alkalosis metabolic. Selama asidosis
metabolic, ginjal mempertahankan pH dengan mensekresi ion hydrogen dan
mereabsorpsi ion bikarbonat. Pada alkalosis metabolic, terjadi reaksi sebaliknya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
isaran pH darah yang normal adalah 7,35-7,45. Kisaran pH yang memungkinkan
kehidupan adalah hanya 7,0-7,8. Istilah alkalosis digunakan jika pH darah arteri meningkat di
atas 7,45. Pasien akan disebut menderita alkalosis. Sebaliknya bila pH turun di bawah 7,35
disebut asidosis (istilah ini digunakan karena darah lebih asam daripada seharusnya, walaupun
pH sesungguhnya masih netral). Pasien dapat disebut menderita asidosis. Perubahan kecil pH
darah dapat berakibat fatal, pasien dengan ph darah 7,25 atau 7,7 biasanya akan mengalamI
koma.

Saran
Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam tatanan praktek yang nyata yaitu
pemberian asuhan secara langsung kepada pasien, keluarga,kelompok ataupun komunitas.Untuk
menjamin mutu asuhan yang di berikan diperlukan suatu ukuran untuk mengevaluasi perawat
punya langkah sistematis yang disebut sebagai proses keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

James, Joyce ,Colin Baker dan Helen Swain.2008.Prinsip-prinsip Sains untuk


Keperawatan.Jakarta:Penerbit Erlangga.
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai