Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PERSONAL HYGIENE

I. Konsep Personal Hygine


1.1 Definisi Personal Hygine
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene merupakan
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikologis. Perawatan diri adalah salah satu
kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kehidupannya, kesehatan, kesejahteraan, sesuai dengan
kondisi kesehatan, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Ukuran kebersihan
atau penampilan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan Personal
Hygiene berbeda pada setiap orang sakit karena terjadi gangguan
pemenuhan kebutuhan. Perawat dapat memberikan informasi-informasi
tentang personal hygiene yang lebih baik terkait dengan waktu atau
frekuensi aktifitas, dan cara yang benar dalam melakukan perawatan diri.

1.2 Anatomi dan Fisiologi


Anatomi dan Fisiologi
1. Kulit
Kulit merupakan pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, baik itu cuaca, polusi, temperatur udara dan sinar
matahari. Kulit terbagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu epidermis yang
tersusun dari stratum korneurn, stratum lusidurn, stratum granulosus,
stratum germinativum, dan stratumbasle. Dermis yang terdiri dari kelenjar
keringat, Kelenjar minyak, rambut, Jaringan lemak, ujung saraf dan
kapiler darah. Pada kulit terdapat ujung‑ujung syaraf yang berfungsi
sebagai reseptor yaitu:
a. Rasa Dingin : Organ dari krause
b. Rasa Panas : Organ dari ruffini
c. Rasa Raba : Benda‑benda dari meissners
d. Rasa Tekan : Benda‑benda dari pacini
e. Rasa Nyeri : Ujung saraf bebas
Fungsi Kulit yaitu:
a. Melindungi tubuh
b. Pengaturan suhu tubuh
c. Indera peraba
d. Sebagai alat ekresi
e. Pengatur keseimbangan
Masalah‑masalah pada kulit
a. Kulit Kering
b. Acne
c. Hirsutism (Pertumbuhan rambut yang abnormal)
d. Luka lecet
e. Skin rushes

2. Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan
mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan
sekitarnya terang atau gelap. Mata yang lebih komplek dipergunakan
untuk memberikan pengertian visual. Mata memiliki berbagai organ
seperti
a. Superior rectusmuscle adalah otot mata bagian atas yang berfungsi
menggerakan mata kita keatas.
b. Sclera adalah bagian pelindung mata yang berwarna putih di bagian
luar bola mata.
c. Iris adalah pigmen yang kita bisa melihat warna cokelat atau hitam
atau warna biru jika orang Eropa.
d. Lens adalah media refraksi untuk bisa kita melihat.
e. Kornea adalah bagian paling depan dari fungsi melihat kita. Kornea
tidak ada pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang besar untuk
membiaskan sinar yang masuk ke mata.
f. Arterior Chambers adalah bilik mata depan.
g. Posterior Chambers adalah bilik mata belakang.
h. Conjunctiva adalah lapisan tipis bening yang menghubungkan sklea
dan kornea.
i. Inferior rectusmuscle adalah otot mata bagian bawah.
j. Vitreous Chambers adalah aquos humor yang beruap seperti gel yang
mengisi bola mata kita.
k. Retina adalah lapisan yang akan menerima sinar yang di terima oleh
mata kita.
l. Foveacentralis adalah daerah di retina yang paling tinggi resolusinya
untuk mendapatkan sinar yang masuk ke mata.
m. Opticnerve adalah saraf mata yang menghantarkan sinar ke otak untuk
di terjemahkan sebagai penglihatan yang kita lihat saat ini.
3. Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi aau mengenal
suara dan juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh.
Telinga terdiri atas 3 bagian, yaitu
a. TelingaLuar
1) Daun telinga (pinna), dan
2) Liang telinga (meatusauditoriuseksternus).

b. Telinga Tengah
1) Tulang landasan (incus),
2) Gendang telinga (membran timpani),
3) Malleus (tulang martil),
4) Tulang sanggurdi (stapes), dan
5) Saluran eustachius.

c. Telinga Dalam
1) Skala timpani,
2) Tingkap oval,
3) Tingkap bulat,
4) Rumah siput (koklea), dan
5) Labirin osea.

3. Hidung
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai
indra pembau. Indra pembau berupa komoreseptor yang terdapat di
permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas.
1. Fungsi Hidung:
a. Menghangatkan udara
b. Sebagai penyaring udara yang masuk
c. Sebagai saluran udara pernapasan
d. Membunuh kuman‑kuman oleh leukosit yang terdapat pada selaput
lendir

4. Mulut dan gigi


Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam proses
perncernaan makanan. Fungsi utama mulut adalah untuk menghancurkan
makanan sehingga ukurannya cukup kecil untuk dapat ditelan ke dalam
perut. Mulut dapat menghaluskan makanan karena di dalam mulut
terdapat gigi dan lidah. Tanpa adanya gigi, manusia akan sulit memakan
makanan yang dimakannya. Gigi tumbuh di dalam lesung pada rahang
memiliki jari ngan seperti pada tulang, tapi gigi bukanlah bagian dari
kerangka. Bagian‑bagian gigi yaitu:
a. Mahkota gigi adalah bagian gigi yang tampak dari luar rahang,
b. Akar gigi adalah bagian gigi yang tertanam di dalam procesusal
veolaris,
c. Leher gigi adalah bagian gigi antara puncak gigi dan akar gigi yang
ditutupi oleh gusi,
d. Email : merupakan zat terkeras di dalam tubuh untuk melapisi
mahkota,
e. Dentin : lekukan utama pada ujung gigi, menyerupai tulang,
f. Sementum : lapisan yang keras di sekelilingi akar, dan
g. Pulp : jaringan lembut berisi saraf dan pembuluh darah.

 Fungsi gigi yaitu:


a. Mengunyah : Biasany agigi molar dan geraham
b. Memotong : Gigi Insisivus(seri)
c. Merobek : Gigi taring ( Caninus 1 premolar)

5. Genetalia
Genetalia merupakan proses menghasilkan individu barudari organisme
sebelumnya. Organisme bereproduksi melalui 2 cara, yaitu dengan
reproduksi aseksual atau vegetatif yang individunya terbentuk tanpa
melakukan peleburan sel kelamin dan dengan reproduksi seksual atau
generatif yang individunya terbentuk karena melibatkan persatuan sel
kelamin atau gamet dari 2 individu yang berbeda jenis kelaminnya.

1.Pria
Alat reproduksi pada pria terdiri atas sepasang testis, saluran kelamin,
kelenjar tambahan dan penis. Testis : kelenjar kelamin yang berfungsi
sebagai penghasil sperma dan hormon testosteron.

a. Saluran kelamin
1) Vasaeferentia merupakan bagian yang berfungsi menampung
sperma untuk disalurkan ke epidermis berjumlah antara 10 – 20
buah.
2) Epididimis merupakan saluran berkelok kelok dengan panjang
antara 5-6 meter. Saluran ini berfungsi menyimpan sperma untuk
sementara (minimal selama 3 minggu).
3) Vas diferens merupakan saluran lurus dengan panjang sekitar 40
cm. Saluran ini berfungsi menghubungan epididimis dengan
uretra pada penis dan bagian ujungnya terdapat saluran ejakulasi.

b. Kelenjar tambahan
1) Vesika seminaris merupakan kantong semen (mani) yang
dindingnya menyekresi cairan lendir yang banyak mengandung
fruktosa, sedikit asam askorbat dan asam amino.
2) Kelenjar prostat merupakan bagian berbentuk bulat yang
mengelilingi bagian pangkal saluran uretra.
3) Kelenjar cowperi (bulboeretralis) merupakan kelenjar
berukuran sebesar butir kacang yang terletak di bagian
proksimal atau pangkal uretra.
2. Wanita
Alat reproduksi pada wanita terdiri atas sepasang ovarium (indung telur)
yang terletak pada rongga perut, saluran telur (oviduk / tuba falopi), uterus
atau rahim, vagina dan organ kelamin bagian luar.
a. Organ kelamin luar
1. Kelentit ( klitoris ) struktur yang homolog dengan penis,
2. Moonpubis merupakan bagian yang ditumbuhi rambut,
3. Vulva yang terdiri dari labiamayora (bibir besar) dan labia minor
(bibir kecil),
4. Uretra merupakan saluran kemih,
5. Lubang vagina merupakan ujung keluar vagina, dan
6. Fundus merupakan bagian lipatan paha.
Personal hygiene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk
memelihara kebersihan diri. Personal hygiene dapat terganggu apabila
individu sedang sakit. Selan itu fasilitas yang kurang, kurangnya
pengetahuan tentang personal hygiene yang tepat, ekonomi yang kurang
dan faktor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan mengalami defisit
personal hygiene.
Apabila defisit personal hygiene individu terganggu, maka akan
menimbulkan dampak baik dilihat dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah:
a. Gangguan integritas kulit
b. Gangguan mukosa mulut
c. Infeksi pada mata dan telinga
d. Gangguan fisik pada kuku
Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah:
a. Kebutuhan harga diri
b. Gangguan interaksi sosial
c. Aktualisasi diri
d. Gangguan rasa nyaman
e. Kebutuhan mencintai dicintai

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygine


Menurut Tarwoto dan Wartinah dalam buku Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawata, sikap seseorang melakukan
personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:

a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangan mempengaruhi kebersihan
diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli kebersihannya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri sehingga
kemungkinan akan terjadi perubahan personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo dan alat lainnya yang semuanya memerlukan biaya
untuk membelinya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit maka tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti pengguanaan sabun, shampo, dll.
g. Kondisi Fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Menurut Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Cahayati dalam buku
Kebutuhan Dasar mengatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene yaitu:
a. Budaya
Sejumlah mitos berkembang dimasyarakat bahwa saat individu sakit,
ia tidak boleh dimandikan karena dapat memperparah penyakitnya.
b. Status Sosial Ekonomi
Sejumlah mitos berkembang dimasyarakat bahwa saat individu sakit,
ia tidak boleh dimandikan karena dapat memperparah penyakitnya.
c. Agama
Agama juga mempengaruhi keyakinan individu dalam melaksanakan
kebiasaan sehari – hari. Setiap agama pasti memerintahkan umatnya
untuk menjaga kebersihan karena kebersihan adalah sebagian dari
iman. Hal ini tentu akan mendorong untuk mengingat pentingnya
kebersihan diri bagi kelangsungan hidupnya.
d. Tingkat Pengetahuan/Perkembangan Individu
Kedewasaan sesorang mempengaruhi pada kualitas diri seseorang,
salah satunya adalah pengetahuan yang baik.
e. Status Kesehatan
Kondisi sakit/cedera akan menghambat kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri. Hal ini tentunya berpengaruh pada tingkat
kesehatan individu. Individu akan semakin lemah sehingga jatuh sakit.
f. Cacat Mental dan Jasmani
Kondisi cact dan gangguan mental yang menghambat kemampuan
individu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi


Personal hygiene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk
memelihara kebersihan diri. Personal hygiene dapat terganggu apabila
individu sedang sakit. Selain itu fasilitas yang kurang, kurangnya
pengetahuan tentang personal hygiene yang tepat, ekonomi yang
kurang dan faktor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan
mrngalami defisit personal hygiene.
Apabila defisit personal hygiene individu terganggu, maka akan
menimbulkan dampak baik dilihat dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah:
a. Gangguan integritas kulit
b. Gangguan mukosa mulut
c. Infeksi pada mata dan telinga
d. Gangguan fisik pada kuku
Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah:
a. Kebutuhan harga diri
b. Gangguan interaksi sosial
c. Aktualisasi diri
d. Gangguan rasa nyaman
e. Kebutuhan mencintai dicintai

Klasifikasi Personal Hygiene


a. Perawatan diri berpakaian
b. Perawatan diri eleminasi
c. Perawatan diri makan
d. Perawatan diri mandi

Gejala Klinis Gangguan Personal Hygiene


Tanda – tanda:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor dan mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri
3) Merasa rendah diri
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Tidak mampu berperilaku sesuai dengan norma (misalnya: cara
makan berantakan dan BAB sembarangan).

Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
1) Amati kondisi rambut
2) Keadaan rambut yang mudah rontok
3) Keadaan rambut yang kusam
4) Keadaan tekstur
b. Kepala
1) Amati kebersihan kulit kepala
2) Amati adanya kebotakan
3) Berkutu
4) Ketombe
c. Mata
Amati adanya tanda – tanda konjungtiva pucat, kesimetrisan palpebra,
sklera dan pupil.
d. Hidung
Kaji kebersihan hidung, pendarahan hidung, adanya
kotoran, dan amati adanya sekret.
e. Mulut
Amati kondisi mukosa, kaji kelembaban, bibir pecah – pecah
dan sariawan.
f. Gigi
Amati adanya gigi berlubang/caries dan amati kelengkapan
gigi.
g. Telinga
Perhatikan adanya serumen, lesi, infeksi/perubahan daya
pendengaran.
h. Kulit
Amati kondisi kulit (tekstur, turgor dan kelembaban),
perhatikan kebersihan, adanya lesi dan kulit keriput.
i. Kuku tangan dan kaki
Amati bentuk dan kebersihan kuku, perhatikan adanya
kelainan/luka.
j. Genetalia
Amati kondisi dan kebersiha genetalia, perhatikan pola
pertumbuhan rambut pubis. Pada laki – laki perhatikan adanya
kelainan/luka.
k. Tubuh secara umum
Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara keseluruhan dan
perhatikan adanya kelainan bentuk tubuh.

Therapy/Tindakan Penanganan Pada Gangguan Personal


Hygiene
Tindakan yang dapat dilakukan keluarga/perawat bagi pasien yang
tidak dapat merawat diri sendiri adalah:
a. Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien, dengan cara:
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri
3) Kuatkan kemampuan pasien untuk merawat diri
b. Membimbing dan mendorong klien merawat diri
1) Bantu pasien merawat diri
2) Ajarkan keteraampilan secara bertahap
3) Buat kegiatan harian setiap hari
4) Ingatkan setiap kegiatan
5) Berikan pujian serta kegiatan positif
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung, seperti:
1) Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan (sabun, pasta gigi, dll)
2) Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi pasien
d. Sikap keluarga
1) Sabar dan selalu siap membantu
2) Menerima dan memuji setiap upaya pasien saat merawat diri
3) Tidak mencela/menghina pasien saat merawat diri
II. Rencana asuhan klien dengan Personal Hygine
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat penyakit terdahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


a. Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa, kulit,
mulut, hidung, telinga, kuku, kaki, dan rambut akibat terapi.
b. Lakukan insfeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kondisi lesi.
c. Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung,
telinga, kuku,kaki, dan rambut : warna, tekstur, turgon.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Defisit Perawatan Diri: Berpakaian

2.2.1 Definisi
Kegagalan untuk melakukan atau menyelesaikan berpakaian dan
aktivitas merapikan diri sendiri.

2.2.2 Batasan Karakteristik


a. Ketidakmampuan untuk memilih pakaian
b. Ketidakmampuan untuk memakai pakaian pada tubuh bagian
bawah.
c. Ketidakmampuan untuk menjaga penampilan
d. Ketidakmampuan untuk mengambil pakaian
e. Ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian pada bagian atas
tubuh
f. Ketidakmampuan untuk menggunakan sepatu
g. Ketidakmampuan untuk menggunakan kaos kaki
h. Ketidakmampuan untuk melepaskan pakaian
i. Ketidakmampuan untuk menggunakan alat bantu
j. Ketidakmampuan untuk menggunakan resleting
k. Kegagalan mengenakan pakaian dengan cepat
l. Kegagalan untuk mendapatkan pakaian
m. Kegagalan untuk meletakkan item-item yang dibutuhkan dari
pakaian
2.2.3 Faktor yang berhubungan
a. Kerusakkan kognitif
b. Penurunan motivasi
c. Ketidaknyamanan
d. Kendala lingkungan
e. Lemah
f. Kerusakan musculoskeletal
g. Kerusakkan neuromuscular
h. Nyeri
i. Kesalahan persepsi
j. Kecemasan yang berat
k. Lemah

Diagnosa 2: Defisit perawatan Diri: Eleminasi


2.2.4 Definisi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
kegiatan eleminasi

2.2.5 Batasan Karakteristik


Objektif
a. Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat
b. Ketidakmampuan menyiram kloset atau kursi buang air
c. Ketidakmampuan mencapai kloset atau kursi buang air
d. Ketidakmampuan manipulasi pakaian untuk eleminasi
e. Ketidakmampuan untuk duduk atau bagian dari kloset atau kursi
buang air
2.2.6 Faktor yang berhubungan
a. Penurunan motifasi
b. Hambatan lingkungan
c. Keletihan
d. Hambatan mobilitas
e. Hambatan kemampuan berpindah
f. Gangguan musculoskeletal
g. Gangguan neuromuscular
h. Nyeri
i. Gangguan persepsi atau kognitif
j. Ansietas berat
k. Kelemahan

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Defisit Perawatan Diri: Berpakaian
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam, px
mampu mempertahankan kebersihan diri dan kerapian, dengan
Kriteria Hasil:
1. Penampilan rapi
2. Rambut rapi dan bersih
3. Mampu memakai pakaian dan berhias secara mandiri

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional


1. Kaji hambatan partisipasi dalam perawatan diri
Rasional: Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian
2. Bantu pasien memilih pakaian
Rasional: Px mungkin membutuhkan berbagai bantuan dalam
persiapan memilih pakaian
3. Jelaskan tentang cara – cara personal hygiene yang tepat
Rasional: Menambah pengetahuan pasien dan keluarga mengenai
perawatan diri yang tepat
4. Libatkan keluarga
Rasional: Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
membantu pasien dan memberikan motivasi
Diagnosa 2: Defisit perawatan Diri: Eleminasi
2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam, px
mampu melakukanaktivitas eleminasi secara tepat, dengan Kriteria
Hasil:
1. Px mampu duduk dan turun dari toilet
2. Px mampu membersihkan diri setelah eleminasi secara
mandiri/dibantu
2.3.4 Intervensi Keperawatan dan rasional
1. Kaji budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri
Rasional: Mengetahui kebiasaan px dalam toileting
2. Bantu pasien ke toilet
Rasional: Hambatan mobilitas menyebabkan px tidak mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri
3. Berikan pengetahuan tentang personal hygiene
Rasional: Mengetahui pentingnya personal hygiene bagi
pasien
4. Libatkan keluarga
Rasional: Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
membantu pasien.
III. Daftar Pustaka
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta :
EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Ediai 3. Jakarta: Salemba Medika

Palangka Raya, 8 November 2019


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………………...) (……………………………………..)

Anda mungkin juga menyukai