“POST PARTUM”
Disusun oleh:
Burhanudin
16149014533020
2016
A. DEFINISI
Postpartum adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang
dimulai setelah partus selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan pulih kembali seperti semula. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sarwono, 2008).
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Siti Saleha, 2009).
Postpartum mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu (Saifuddin, 2006).
B. PERIODE MASA NIFAS
1. Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena
atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran loche, tekanan darah, dan
suhu.
2. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat
menyusui dengan baik.
3. Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Siti Saleha, 2009).
C. ADAPTASI FISIOLOGI POST PARTUM
1. Involusio uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus
merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
Fundus uteri 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya,
besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus
mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar.
Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang normal. Epitelerasi
siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi
memakan waktu tiga minggu.
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan
masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3
jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara
selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum
hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
4. Sistem Urinary
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada (1) Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya
partus kala II dilalui (3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada
saat persalinan. Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik
segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan
hyperemia diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi
exstravasasi (extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-
pembuluh darah di dalam badan) kemukosa. (Suherni, 2009).
5. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke
bentuk normal.
Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang
ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi
prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjer bawah depan otak yang mengontrol ovarium
kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang
normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Di samping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan
dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi
saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum
dan vulva, serta vagina.
6. Sistem gastrointestinal
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini
umumnya karena makan padat dan kurangnya berserat selama
persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting
untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini
terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya
kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya
untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi (Saleha,
2009).
7. Sistem muskuloskeletal
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada
masa pasca partum antara lain:
a. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka
panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya
ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi
saat persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri
punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan
perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan
aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri
elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun
mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada
pasien.
b. Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit
kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi
aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala
dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah
pemberian anestasi umum.
c. Nyeri pelvis posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan
disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri
punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri
di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan
serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri
ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong
dapat membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi
yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi
aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
d. Disfungsi simfisis pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi
sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area
sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin
tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis
tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan
terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk
dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi
gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis
untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda
nyeri; perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli
fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan
meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian
bantuan yang sesuai.
e. Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih
dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh
hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis
dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi
besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang
salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke
arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji
lebar celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip
(berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di
bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering
mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut;
memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up;
mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian
oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
f. Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal.
Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan
panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan),
ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal,
berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk. .
8. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra
atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk.
f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
9. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-
pembuluh darah yang besar, karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah
yang besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti
oleh pembuluh-pembuluh yang kiri.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama
Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat,
Tanggal Pengkajian.
b. Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta
pertolongan.
c. Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang
keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir,
perkiraan tanggal partus.
d. Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ?
Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
e. Riwayat obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil
Laboratorium : USG, Darah, Urine, keluhan selama kehamilan
termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi
keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal,
dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis
persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik,
kondisi anak saat ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami
demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas,
tingkat aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal,
abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
c) Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his,
pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama
persalinan, dengan episiotomi atau tidak, kondisi perineum
dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak,
panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta,
kelengkapan placenta, jumlah perdarahan.
d) Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau
dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir
(langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan
resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin Bayi, BB,
panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan
bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah
langsung diberikan ASI atau susu formula.
f. Riwayat KB & perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi,
jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi
yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga
dimasa mendatang.
g. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana
cara pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan.
Apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh
berulang-ulang ?
h. Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman
tentang melahirkan, apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat
kalm. Pola koping, hubungan dengan suami, hubungan dengan
bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan social
dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk
memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah
perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis
keluarga. Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung
dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan
kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang
positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada
dirinya atau bayinya.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang
berhubungan dengan budaya pada perawatan post partum,
makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui, pola seksual,
kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.
i. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic, menular, kelainan congenital atau
gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.
j. Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang
terdekat, sibling, type rumah, community seeting, penghasilan
keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam kegiatan
masyarakat.
k. Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan
meliputi freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan
pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks,
continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan
dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan
setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya
pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara memulai hubungan
seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi
dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa,
gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks
apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat
koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui
apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu
ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan
tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.
l. Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu
menyusui, persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-
perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami
opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
m. Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi
orangtua dan tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga,
pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass
dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital
bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional
dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan
personal hyhiene, payu dara) dan kemampuan melakukan
perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan
mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara
memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan
kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan,
mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami
gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
n. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat
kesadaran.
2) BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi
cenderung bradi cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3) Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut,
Fungsi pengecapan; pendengaran, dan leher.
4) Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,
keadaan areola dan puting susu, stimulation nepple erexi.
Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi
laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah
bening diketiak.
5) Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal),
musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat
diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi
(keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri,
perabaan distensi blas.
6) Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan
liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri,
tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis,
edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah,
bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada
anus.
7) Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri
bila dipalpasi, kekuatan otot.
o. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum
(jika Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit,
leukosit, Trombosit.
2) Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
p. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (carpenito, 2000)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Postpartum
a. Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma
mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek
hormonal.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan
kelemahan tubuh.
c. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur
karakteristik fisik payudara ibu.
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia,
fungsi regulator (misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau
eklamsia); efek anestesia; tromboembolisme; profil darah
abnormal (anemia, sensivitas rubella,inkompabilitas Rh).
e. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau
kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau
peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal
nutrisi.
q. Intervensi keperawatan
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan
yang meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi
pada diagnose keperawatan.
Rencana Perawatan
No Dx Tujuan dan kriteria
Intervensi
hasil
Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1400)
tindakan keperawatan 1.lakuan pengkajian nyeri secara
selama 3x24 jam komprehensif
diharaapkan nyeri 2.berikan informasi mengenai
hilang dengn kriteria nyeri yang dirasakan
hasil: 3.ajarkan tekhnik norn
Pain level (2102) farmakologi
Indicator ir er 4.dukung isirahat pasien.
1.Melaporkan 2 5 5.berikan obat penurun rasa nyeri
nyeri
2.ekspresi 3 5
wajah
Ketidakefekti setelah dilakukan 1.Kaji pengetahuan dan
fan menyusui demostrasi tentang pengalaman klien tentang
berhubungan perawatan payudara menyusui sebelumnya.
dengan diharapkan tingkat Tentukan system pendukung yang
tingkat pengetahuan ibu tersedia pada klien, dan sikap
pengetahuan, bertambah. pasangan/keluarga.
pengalaman Kriteria hasil : 2.Berikan informasi, verbal dan
sebelumnya, mengungkapkan tertulis, mengenai fisiologis dan
usia gestasi pemahaman tentang keuntungan menyusui, perawatan
bayi, tingkat proses menyusui, putting dan payudara, kenutuhan
dukungan, mendemonstrasikan diet khusus, dan factor – factor
struktur tehnik efektif dari yang memudahkan atau
karakteristik menyusui, menunjukan mengganggu keberhasilan
fisik kepuasan regimen menyusui.
payudara ibu menyusui satu sama 3.Demostrasikan dan tinjauan
lain, dengan bayi ulang tehnik – tehnik menyusui.
dipuaskan setelah Perhatikan posisi bayi selama
menyusui. menyusui dan lama menyusui.
4.Kaji putting klien; anjurkan
klien melihat putting setiap habis
menyusui.
5.Anjurkan klien untuk
mengeringkan putting dengan
udara selama 20 – 30 menit
setelah menyusui.
6.Instruksikan klien untuk
menghindari pengunaan putting
kecuali secara khusus diindikasi.
7.Berikan pelindung putting
payudara khusus untuk klien
menyusui dengan putting masuk
atau datar.
8.Rujuk klien pada kelompok
pendukung; misal posyandu
9.Identifikasi sumber–sumber
yang tersedia dimasyarakat sesuai
indikasi
Gangguan Setelah dilakukan 1.Kaji tingkat kemampuan pasien
pemenuhan tindakan keperawatan dalam memenuhi kebutuhannya.
kebutuhan selama …x24 jam 2.Bantu klien dalam memenuhi
ADL diharapkan: Klien dapat kebutuhannya.
berhubungan memenuhi 3.Dekatkan alat-alat yang
dengan kebutuhannya (mandi, dibutuhkan klien.
kelemahan makan, dan minum) 4.Libatkan keluarga dalam
fisik. memenuhi kebutuhannya.
Rasionalisasi
5.Sebagai indikator untuk
melanjutkan tindakan selanjutnya.
6.Agar kebutuhan klien dapat
terpenuhi.
7.Agar klien mudah menjangkau
kebutuhannya.
8.Dengan adanya hubungan dan
kerjasama dari keluarga klien
Resiko tinggi Setelah dilakukan 1.Tinjau ulang kadar hemoglobin
terhadap tindakan keperawatan (Hb) darah dan kehilangan darah
cidera diharapkan resiko pada waktu melahirkan. Catat
berhubungan cidera teratasi. tanda – tanda anemia.
dengan Kriteria hasil : 2.Anjurkan ambulasi dan latihan
biokimia, mendemonstrasikan dini kecuali pada klien yang
fungsi perilaku untuk mendapatkan anesthesia
regulator menurunkan factor – subaraknoid, yang mungkin yetap
(misal factor berbaring selama 6 – 8 jam, tanpa
hipotensi risiko/melindungi diri penggunaan bantal atau
ortostatik, dan bebas dari meninggikan kepala. Bantu klien
terjadinya komplikasi. dengan ambulasi awal.
HKK atau 3.Berikan supervise yang adekuat
eklamsia); pada mandi shower atau rendam
efek duduk. Berikan bel pemanggil
anestesia; dalam jangkauan klien.
tromboembol 4.Berikan klien terhadap
isme; profil hiperrefleksia, nyeri kuadran
darah kanan atas (KKaA , sakit kepala,
abnormal atau gangguan penglihatan.
(anemia, 5.Catat efek – efek magnesium
sensivitas sulfat (MgSO4), bila diberikan,
rubella, kaji respon patella dan pantau
inkompabilit status pernapasan.
as Rh). 6.Inspeksi ekstremitas bawah
terhadap tanda – tanda
tromboflebitis, perhatikan ada
atau tidaknya tanda human.6)
Berikan kompres panas local;
tingkatkan tirah baring dengan
meninggikan tungkai yang sakit.
7.Evaluasi status rubella pada
grafik prenatal, kaji klien tehadap
alergi pada telur atau bulu.
8.Berikan MgSO4 melalui pompa
infuse, sesuai indikasi.
9.Berikan kaus kaki penyokong
atau balutan elastic untuk kaki
bila risiko – risiko atau gejala-
gejala flebitis terjadi.
10.Berikan antikoagulasi; evaluasi
factor – factor koagulasi, dan
perhatikan tanda – tanda
kegagalan pembekuan.
11.Berikan Rh0 (D) imun globulin
(RhlgG) LM.dalam 72 jam
pascapartum, sesuai indikasi
Resiko Setelah dilakukan 1.Kaji catatan prenatal dan
infeksi tindakan keperawatan intrapartal, perhatikan frekuensi
berhubungan diharapkan infeksi tidak pemeriksaan vagina dan
dengan terjadi. Kriteria hasil : komplikasi seperti ketuban pecah
trauma mendemonstrasikan dini (KPD), persalinan lama,
jaringan tehnik-tehnik untuk laserasi, hemoragi, dan
dan/atau menurunkan risiko/ tertahannya plasenta.
kerusakan meningkatkan 2.Pantau suhu dan nadi dengan
kulit penyembuhan, rutin dan sesuai indikasi ; catat
menunjukan luka yang tanda-tanda menggigil, anoreksia
bebas dari drainase atau malaise.
purulen dan bebas dari 3.Kaji lokasi dan kontraktilitis
infeksi, tidak febris, dan uterus ; perhatikan perubahan
mempunyai aliran involusional atau adanya nyeri
lokhial dan karakter tekan uterus ekstrem.Catat jumlah
normal. dan bau rabas lokhial atau
perubahan pada kemajuan normal
dari rubra menjadi serosa.
4.Evaluasi kondisi putting,
perhatikan adanya pecah-pecah,
kemerahan atau nyeri tekan.
5.Anjurkan pemeriksaan rutin
payudara. Tinjau perawatan yang
tepat dan tehnik pemberian makan
bayi. (rujuk pada DK : Nyeri
(akut)/ketidaknyamanan).
6.Inspeksi sisi perbaikan
episiotomy setiap 8 jam.
Perhatikan nyeri tekan berlebihan,
kemerahan, eksudat purulen,
edema, sekatan pada garis sutura
(kehilangan perlekatan), atau
adanya laserasi.
7.Perhatikan frekuensi/jumlah
berkemih.
8.Kaji terhadap tanda-tanda
infeksi saluran kemih (ISK) atau
sisitis (mis : peningkatan
frekiensi, doronganatau disuria).
9.Catat warna dan tampilan urin,
hematuria yang terlihat, dan
adanya nyeri suprapubis.
10.Anjurkan perawatan perineal,
dengan menggunakan botol atau
rendam duduk 3 sampai 4 kali
sehari atau setelah
berkemih/defekasi. Anjurkan
klien mandi setiap hari ganti
pembalut perineal sedikitnya
setiap 4 jam dari depan ke
belakang.
11.Anjurkan dan gunakan tehnik
mencuci tangan cermat dan
pembuangan pembalut yang
kotor, pembalut perineal dan linen
terkontaminasi dengan tepat.
12.Kaji status nutrisi klien.
Perhatikan tampilan rambut, kuku,
kulit, dan sebagainya. Catat berat
badan kehamilan dan penambahan
berat badan prenatal.
13.Berikan informasi tentang
makanan pilihan tinggi protein,
vitamin C, dan zat besi.
14.Anjurkan klien untuk
meningkatkan masukan cairan
sampai 2000 ml/hari.
15.Tingkatkan tidur dan istitahat.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak,M.Irene.2004. Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Bandung: VIA PKP
Mansur, Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.
Manuaba,Ida Bagus.2007.Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).
Jakarta: TIM.
Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC : Jakarta
Saifuddin, Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Tridasa Printer
Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sarwono, P. 2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya.
Varney, Hellen, dkk.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
Volume1.Jakarta:EGC