Anda di halaman 1dari 2

Guru Besar IPB

Agroforestry, Masa Depan Pemanfaatan Lahan Hutan


Produksi
Jumat, 5 Agustus 2016 — 15:25 WIB

BOGOR (Pos Kota) – Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB),
Prof.Dr. Nurheni Wijayanto mengatakan total luas hutan produksi di Indonesia yang
tidak ada pengelolanya (terlantar) 31,6 juta hektar.

Luas lahan kritis sampai dengan tahun 2013 seluas 24.303 juta hektar sedangkan
hutan tanaman yang ada, perkembangannya belum menggembirakan. Demikian kata
Prof Nurheni dalam jumpa pers di Kampus IPB Baranangsiang Bogor.

Ia mengatakan, dengan kondisi ini, mengakibatkan penurunan jumlah kayu yang


dihasilkan sehingga terjadi ketimpangan antara ketersediaan kayu dengan kebutuhan
yang diperlukan industri.
Hasil kajian Forest Trends dan Koalisi Anti Mafia Hutan menyatakan kesenjangan
persediaan kayu masih bertahan di angka 20 juta m3 (lebih dari 30%).

“Hutan produksi harus segera dipulihkan fungsinya. Namun di pihak lain ketersediaan
pangan juga harus tercukupi. Salah satu pemecahannya adalah dengan memanfaatkan
lahan hutan secara optimal dengan sistem yang disebut Agroforestry. Agroforestry di
Indonesia telah lama dipraktikkan oleh masyarakat kita di berbagai daerah,”kata Prof
Nurheni.

Lahan hutan memberikan peluang untuk dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan


pangan.

Berbagai jenis tanaman pangan yang tidak tahan naungan dapat dibudidayakan di
antara larikan pohon muda atau saat intensitas cahaya masih tinggi. Jenis tanaman
tersebut antara lain kedelai, jagung, padi gogo, dan sorghum.

Untuk jenis tanaman pangan yang tahan naungan, mereka dapat dibudidayakan saat
intensitas cahaya mulai menurun karena tajuk pohon telah mulai menutup.

Jenis tanaman pertanian yang tahan naungan antara lain porang, arairut atau garut,
gadung, dan gembili. Jenis tanaman kopi juga dapat dikembangkan di bawah tegakan
tertentu. Salah satu contoh agroforestry adalah penanaman pohon dan jagung, kayu
putih dengan sorgum, pohon mahoni dengan padi.

Salah satu agroforestry yang berhasil adalah penanaman pohon suren dan kopi Arabica
di Bandung. Kopi Arabica hasil dari Bandung ini jadi juara pertama di Australia dan
tahun sebelumnya juara di Amerika.
“Hasil penelitian menunjukkan agroforestry memberi pengaruh positif terhadap
pertumbuhan dimensi pohon dan pembangunan hutan,”paparnya.

Selain itu, untuk dunia peternakan, ada sistem peternakan alternatif dengan
memanfaatkan lahan hutan untuk pengembangan ternak, yakni sistem silvopastur yang
mampu meningkatkan produksi ternak dengan biaya rendah.

“Sistem silvopastur harus memanfaatkan lahan hutan terbuka, lahan tidur, dan lahan
terlantar, serta memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai budidaya ternak,
budidaya pakan ternak dan budidaya pohon hutan,” tandasnya.

Anda mungkin juga menyukai