Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan merupakan ancaman bagi negara - negara yang sedang

berkembang sehingga masalah kesehatan menjadi tidak terkontrol. Salah

satu penyakit yang mengalami peningkatan adalah kanker. Stigma

masyarakat yang percaya tentang mitos kanker yang salah satunya bahwa

tidak ada yang dapat dilakukan terkait dengan kanker. Hal ini

menyebabkan seseorang takut apabila didiagnosa kanker. Penyakit kanker

sendiri sebenarnya dapat dicegah, diobati dan disembuhkan jika di ketahui

lebih dini tanda dan gejala kanker (Depkes RI, 2014).

Kanker adalah salah satu penyakit tidak menular yang bisa menyerang

jaringan dalam berbagai organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita

yang terdiri dari payudara, rahim, indung telur dan vagina. Kanker adalah

penyakit dari pertumbuhan abnormal sel yang tidak terkendali sehingga sel

ini terus tumbuh, merusak bentuk dan fungsi organ. Sel ini kemudian

menyusup dan menyebar serta merusak jaringan sekitar serta dapat juga

menyebar ke organ tubuh yang lain (Warhani, 2017).

Kanker payudara merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

kaum wanita (Handayani, 2015). Menurut Badan Kesehatan Dunia

(WHO), sekitar 8 – 9 % wanita berpotensi akan mengalami kanker

payudara, kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak

1
2

ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker

payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika

Serikat (Lumban Gaol & Briani, 2014 dalam Anggrainy, 2017). Penderita

kanker payudara telah banyak ditemukan pada usia muda bahkan tidak

sedikit remaja putri usia 14 tahun menderita tumor di payudaranya dan

tumor dapat berpotensi menjadi kanker bila tidak terdeteksi lebih awal

(Mboi,2014).

Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian

tertinggi nomer dua setelah kanker leher rahim (Nasihah, 2013). Data di

Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita baru per 100.000 penduduk

setiap tahunnya. Ini berarti dari jumlah 237 juta penduduk, ada sekitar

237.000 penderita kanker baru setiap tahunnya. Sejalan dengan itu, data

empiris juga menunjukan bahwa prevalensi kanker meningkat seiring

dengan bertambahnya usia. Sekitar 2,2 % kematian semua umur

disebabkan oleh kanker ganas. Prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4

per 100 penduduk (Kemenkes, 2015). Prevalensi kanker tertinggi terdapat

pada provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4 %, sedangkan Banten

menepati urutan ke-16 dengan prevalensi sebesar 0,4% (Pusat Data dan

Informasi Kemenkes, 2015). Jumlah kasus baru yang semakin meningkat

tiap tahunnya menambah beban global terutama bagi negara berkembang,

namun hal ini dapat di cegah dengan menyebar pengetahuan tentang

kanker dan deteksi dini (Jemal, 2011).


3

Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2011). Tingkat pengetahuan yang tinggi tentang kanker payudara akan

cenderung membentuk sikap positif yang tercermin melalui perilaku

(Notoatmodjo, 2011). Hasil penelitian Erbil di Turki yang menyimpulkan

bahwa edukasi mengenai kanker payudara akan meningkatkan kesadaran

deteksi dini kanker payudara. Semakin banyak pengetahuan yang

didapatkan akan membuat langkah positif dalam mempromosikan

pemeriksaan payudara sendiri secara teratur dan deteksi dini kanker

payudara (Listiowati, 2014).

Pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda awal kemungkinan kanker

didapatkan melalui pemberian edukasi mengenai cara penapisan atau

penemuan dini kanker, pemberian edukasi ini dapat dilakukan oleh petugas

kesehatan, kader masyarakat, ataupun petugas pemerintah. Contohnya

dapat diberikan edukasi mengenai perilaku pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) sebagai salah satu cara penapisan atau penemuan dini kanker

payudara (Wahyuni, 2015).

Penemuan dini kanker payudara dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

terlatih di puskesmas yang disebut dengan pemeriksaan payudara klinis

yang diikuti dengan pengajaran cara melakukan pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) dengan cara yang benar (Kemenkes, 2010). American


4

Cancer Society (ACS) menyarankan setiap wanita yang berusia diatas 20

tahun memiliki pengetahuan mengenai tujuan, mafaat, teknik dalam

melakukan, serta apa yang dinilai dari SADARI dan berlatih untuk

melaksanakan SADARI. Pelaksanaan dilakukan secara rutin setiap bulan

pada hari ke-5 sampai 10 setelah hari pertama haid terakhir., Karena pada

saat itu kondisi payudara dalam keadaan mengendur dan terasa lebih

lunak. Wanita yang secara cermat melakukan pemeriksaan sendiri

payudaranya setiap bulan (12-13 kali dalam setahun) akan mampu

mendeteksi dini perubahan payudaranya dari pada hanya mengandalkan

pemeriksaan dokter setahun sekali ( Harahap, 2015).

SADARI merupakan suatu tekhnik penyaringan yang sederhana dan baik

untuk penyakit payudara. Meskipun SADARI tidak mahal, tidak nyeri,

tidak berbahaya dan nyaman, namun hanya sekitar dua pertiga wanita

mempraktikannya sekurang-kurangnya sekali setahun dan hanya sepertiga

mempraktekannya tiap-tiap bulan seperti dianjurkan. Wanita yang

melakukan tekhnik itu, hanya sekitar setengahnya yang melakukan dengan

benar. Hal ini disebabkan karena minimnya informasi dan kurangnya

pengetahuan tentang SADARI (Wardhani, 2017).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Angrainy tahun 2016 tentang

hubungan pengetahuan dan sikap tentang SADARI dalam mendeteksi dini

kanker payudara pada remaja putri di SMK Negeri I Teluk Kuantan. Hasil

penelitian mengenai pengetahuan dan sikap tentang SADARI yaitu yang

mempunyai pengetahuan baik sebanyak 19 responden sedangkan yang


5

mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 31 responden. Adapun hasil

sikap terhadap SADARI adalah yang mempunyai sikap positif sebanyak

18 responden sedangkan yang mempunyai sikap negatif sebanyak 32

responden.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wantini tentang hubungan

tingkat pengetahuan mengenai SADARI dengan perilaku periksa payudara

sendiri (SADARI) tahun 2017 pada remaja putri SMAN Turi Sleman

yang berjumlah 62 responden. Hasil penelitian tentang pengetahuan

kanker payudara dalam kategori kurang sebanyak 9 responden,

pengetahuan cukup sebanyak 40 responden dan yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 13 responden. Responden yang melakukan

perilaku SADARI sebanyak 8 responden sedangkan yang tidak melakukan

perilaku SADARI sebanyak 54 responden.

Studi pendahuluan dilakukan peneliti tanggal 4 maret 2019 di SMP

Muhammadiyah 2 Kota Tangerang. Metode wawancara terhadap 5 orang

siswi didapatkan 3 orang siswi tidak mengetahui perilaku SADARI dan

tidak tahu bagaimana cara melakukan SADARI sebagai upaya deteksi

dini kanker payudara. 1 orang siswi mengetahui perilaku SADARI tetapi

tidak pernah melakukan perilaku SADARI dan 1 orang siswi mengetahui

perilaku SADARI dan sering melakukan perilaku SADARI tersebut.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik melakukan penelitian lebih

mendalam untuk mengetahui hubungan pengetahuan deteksi dini kanker


6

payudara pada remaja putri dengan perilaku SADARI di SMP

Muhammadiyah 2 Kota Tangerang.

B. Perumusan Masalah
Setiap remaja putri harus memiliki pengetahuan mengenai pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara.

Saat ini masih banyak remaja putri yang belum pernah melakukan

SADARI. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti

merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan

pengetahuan deteksi dini kanker payudara pada remaja putri dengan

perilaku SADARI di SMP Muhammadiyah 2 Kota Tangerang ?”

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana distribusi frekuensi usia pada remaja putri di SMP

Muhammadiyah 2 Kota Tangerang ?


2. Bagaimana distribusi frekuensi pengetahuan deteksi dini kanker

payudara pada remaja putri di SMP Muhammadiya 2 Kota Tangerang?


3. Bagaimana distribusi frekuensi perilaku SADARI pada remaja putri di

SMP Muhammadiyah 2 Kota Tangerang ?


4. Apakah ada hubungan pengetahuan deteksi dini kanker payudara pada

remaja putri dengan perilaku SADARI di SMP Muhammadiyh 2 Kota

Tangerang ?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan deteksi dini kanker

payudara dengan perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

pada remaja putri di SMP Muhammadiyah 2 Kota Tangerang.

2. Tujuan Khusus
7

a. Diketahuinya distribusi frekuensi usia pada remaja putri di SMP

Muhammadiyah 2
b. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan mengenai deteksi

dini kanker payudara pada remaja putri di SMP Muhammadiyah 2

Kota Tangerang.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku SADARI pada remaja

putri di SMP Muhammadiyah 2 Kota Tangerang.


d. Diketahuinya hubungan pengetahuan deteksi dini kanker payudara

pada remaja putri dengan perilaku SADARI di SMP

Muhammadiyah 2 Kota Tangerang

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi SMP Muhammadiyah 2 Kota Tangerang.
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi ilmu

pengetahuan untuk sekolah dalam upaya mencegah terjadinya kanker

payudara dengan melakukan perilaku SADARI pada remaja putri

yang bersekolah di SMP Muhammadiyah 2 Kota Tangerang.

2. Bagi STIKes Widya Dharma Husada.


Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk menambah

pengetahuan bagi mahasiswa STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang tentang deteksi dini kanker payudara dengan perilaku

SADARI.

3. Bagi peneliti.
Hasil penelitian ini dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di

bangku kuliah dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian

tentang hubungan pengetahuan deteksi dini kanker payudara dengan

perilaku SADARI.
8

4. Bagi Peneliti Selanjutnya.


Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan ilmu

pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai