Anda di halaman 1dari 12

PERAN REGULASI E-COMMERCE DAN LABEL HALAL

BAGI KONSUMEN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI


INDONESIA DI ANTARA SISTEM EKONOMI PANCASILA
DAN LIBERAL

MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI

Disusun oleh :
Gian Gunawan (181000365)

Universitas Pasundan Bandung


Fakultas Ilmu Hukum
2018 – 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan Rahmat danRidho-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ PERAN REGULASI E-COMMERCE DAN
LABEL HALAL BAGI KONSUMEN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DI
ANTARA SISTEM EKONOMI PANCASILA DAN LIBERAL ” ini dengan baik dan selesai tepat
pada waktunya. Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah mendorong kami untuk menyelesaikan makalah ini baik secara langsung atau
pun tidak langsung. Selanjutnya, perlu kami sampaikan bahwa dalam penyusunan makalah ini
mungkin terdapat kesalahan atau kekurangan yang datangnya dari kami sendiri sebagai
manusia, untuk itu kritik dan juga saran senantiasa akan kami terima demi tercapainya
makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi
kami sendiri selaku penulis.

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ….……………………………..………………………………….......... i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………….…………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………….…………………. 2
A. Pengertian E-commerce dan lebel halal ………………………........ 2
B. praktek pelaksanaan perlindungan konsumen indonesia terkait e-commerce dan lebel
halal………….………………....................3
C. manfaat regulasi e-commerce dan lebel halal bagi pembangunan ekonomi pancasila…..... 4
D. pengaruhnya antara system ekonomi pancasila dan system ekonomi liberal dalam
memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen……………………………………4

E. alasannya bahwa system ekonomi pancasila lebih baik dari pada system ekonomi
pancasila……………………………………………………………………6

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………..…... 10


A. Kesimpulan Dan Saran …………………………………………………………10
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan e-commerce beberapa tahun belakangan ini membuat e-commerce
menjadi prospek bisnis yang besar dalam dunia perdagangan. Menurut riset yang dilakukan A.T
Kearney1 dengan jumlah penduduk yang hampir lebih dari 250 juta jiwa, pasar e-commerce
Indonesia pada tahun 2013 mencapai US$ 1,3 miliar. Indonesia merupakan pasar potensial bagi
bisnis e-commerce, tercatat pengguna internet di Indonesia mencapai 39 juta dimana sekitar 5
juta atau 12 % diantaranya menggunakan internet sebagai sarana bertransaksi.
Volume e-commercediprediksi akan menyaingi volume perdagangan konvensional, hal ini tidak
mengherankan jika kita lihat keuntungan darie-commercetersebut, seperti jangkauan pasar
yang luas dan dapat menekan biaya operasional atau promosi (overhead) sebab perusahaan
tidak harus membuka gerai (showroom) di berbagai tempat dan memasang iklan promosi di
berbagai media untuk memperkenalkan produknya, cukup hanya dengan membuat
homepageatau websitesaja yang berisi informasi perusahaan beserta produk-produknya.
Industrie-commercedi Indonesia diharapkan mampu terus berkembang. Tak cuma sekadar
mendukung perekonomian negeri ini, tapi juga menjadi tulang punggung Indonesia di era digital
ekonomi.

Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan wajib bagi setiap konsumen, terutama konsumen
muslim. Baik itu produk berupa makanan, obat-obatan maupun barang-barang konsumsi
lainnya. Seiring besarnya kuantitas konsumen muslim di Indonesia yang jumlahnya mencapai
204,8 juta jiwa penduduk Indonesia, dengan sendirinya pasar Indonesia menjadi pasar
konsumen muslim yang sangat besar. Oleh karena itu, jaminan akan produk halal menjadi suatu
hal yang penting untuk mendapatkan perhatian dari negara. Sebagaimana yang tercantum
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
bahwa Negara berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan mewujudkan kesejahteraan umum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah praktek pelaksanaan perlindungan konsumen indonesia terkait e-
commerce dan lebel halal?
2. Apa manfaat regulasi e-commerce dan lebel halal bagi pembangunan ekonomi
pancasila ?
3. Jelaskan adakah pengaruhnya antara system ekonomi pancasila dan system ekonomi
liberal dalam memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen?
4. Jelaskan apa alasannya bahwa system ekonomi sitem ekonomi pancasila lebih baik
dari pada system ekonomi pancasila?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian E-commerce dan lebel halal
E-commerce adalah kegiatan jual beli barang/jasa atau transmisi dana/data melalui
jaringan elektronik, terutama internet. Dengan perkembangan teknologi informasi
dan software, hal ini membuat transaksi konvensional menjadi mungkin untuk
dilakukan secara elektronik.
Lebel halal adalah suatu fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari’at islam. Untuk mendapat
kan ijin mencantumkan LABEL HALAL pada kemasan produk dari instalansi
pemerintah yang berwenang.
B. praktek pelaksanaan perlindungan konsumen indonesia terkait e-commerce dan
lebel halal
1. E-commerce
Regulasi penyelenggaraan e-commerce mengacu pada UU ITE, yang mengatur
transaksi elekronik. Hal ini sesuai dengan definisi transaksi elektronik yang
diatur dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka (2) UU ITE, bahwa transaksi
elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Menurut
Laudon and Laudon sebagaimana dikutip oleh Didi Achjari, dalam e-commerce
setidaknya terdapat 3 komponen yaitu adanya: proses penjualan maupun
pembelian secara elektronik, adanya konsumen atau perusahaan, dan
jaringan penggunaan komputer secara on-line untuk melakukan transaksi
bisnis.
pelindungan hukum bagi konsumen dilakukan dengan:24
1. Menciptakan sistem pelindungan konsumen yang mengandung akses dan
informasi serta menjamin kepastian hukum;
2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan pelaku
usaha;
3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;
4. Memberikan pelindungan hukum kepada konsumen dari praktik usaha yang
menipu dan menyesatkan;
5. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan, dan pengaturan pelindungan
hukum bagi konsumen dengan bidang pelindungan pada bidang-bidang lainnya.

Ada 9 sektor prioritas penguatan perlindungan konsumen pepres no.5 tahun 2017
1. Obat, makanan dan minuman
2. Jasa keuangan
3. Jasa pelayanan public
4. Jasa layanan kesehatan
5. Jasa trasfortasi
6. Perumahan/property
7. Jasa telekomunikasi
8. Barang tahan lama
9. E-commerce

2. Label Halal
Adanya kepastian hukum bagi perlindungan konsumen tersebut, Pemerintah telah menetapkan
berbagai peraturan perundang-undangan mengenai kehalalan suatu produk. Dalam Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, dalam Pasal 97 ayat (2)
ditentukan bahwa: Pencantuman label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia
serta memuat paling sedikit keterangan mengenai:
a. nama produk;
b. daftar bahan yang digunakan;
c. berat bersih atau isi bersih;
d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor;
e. halal bagi yang dipersyaratkan;
f. tanggal dan kode produksi;
g. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;
h. nomor izin edar bagi Pangan Olahan; dan
i. asal usul bahan Pangan tertentu.
Dalam Pasal 97 ayat (2) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan khususnya huruf e mengharuskan yang dimuat dalam label adalah mengenai kehalalan
produk.
Dan diatur juga, dalam uu nomor 33 tahun 2014 tentang jaminan prodak halal. Pasal 5:
1. Pemerintah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan JPH.
2. Penyelenggaraan JPH sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dilaksanakan oleh mentri
3. Untuk melaksanakan penyelenggaraan JPH sebagai mana dimaksud pada ayat 2, dibentuk
BPJPH yang berkeduduka dibawah dan bertanggung jawab kepada menteri.
4. Dalam hal diperlukan, BPJPH diatur dalam peraturan presiden
5. Ketentuan mengenai tugas , fungsi dan susunan organisasi BPJPH diatur dalam peraturan
presiden.
Dan diatur juga dalam PP no 31 tahun 2019 tentang jaminan produk halal.
C. manfaat regulasi e-commerce dan lebel halal bagi pembangunan ekonomi
pancasila
Pada awal masuk Indonesia, e-commerce sempat diragukan oleh konsumen karena
masalah sistem keamanan, kurangnya informasi atas e-commerce itu sendiri, serta
takut akan penipuan. Seiring berjalannya waktu, e-commerce telah berbenah dan
mendapatkan kepercayaan konsumen Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan trend
transaksi pada e-commerce meningkat setiap tahunnya. E-commerce
menguntungkan kedua pihak baik konsumen maupun pengusaha karena tidak perlu
menyewa toko atau ruang untuk menjual yang semakin naik harga sewanya. Biaya
penjualan dapat ditekan dan konsumen mendapatkan harga yang lebih kompetitif.
Perkembangan e-commerce di Indonesia berkembang pesat dengan jumlah
pengguna internet telah mencapai 88,1 juta (Presiden RI, 2016) dan nilai transaksi
yang telah dilakukan masyarakat sebesar 130 triliun Rupiah (Mitra, 2014). Besarnya
nilai transaksi ini merupakan potensi besar atas tumbuhnya industry e-commerce.
Ecommerce juga mempermudah pengusaha kecil memasarkan produknya. Selama
ini ada semacam barrier atau hambatan pengusaha kecil untuk memasuki pasar
perkotaan yaitu tingginya harga sewa ruangan atau lahan di kota-kota besar. Dengan
e-commerce pengusaha kecil dapat memasarkan produknya langsung ke konsumen
meskipun lokasi usahanya jauh. Pengusaha kecil yang kurang memiliki akses
terhadap ruang di perkotaan dapat bersaing dan mendukung program pemerintah
untuk pemerataan pendapatan .

D. pengaruhnya antara system ekonomi pancasila dan system ekonomi liberal dalam
memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen

a) Sistem Ekonomi Pancasila


Mengingat sistem ekonomi ini berasaskan Pancasila, maka setiap nilai dalam ideologi bangsa
Indonesia itu harus digunakan dalam melakukan kegiatan ekonomi. Di sini, kita akan membahas
pengamalan setiap sila dalam praktik sistem ekonomi ini.

1. Nilai ketuhanan. Sistem ekonomi harus dijalankan tanpa mengabaikan nilai agama dan
etika.
2. Nilai kemanusiaan. Sistem ekonomi harus menjunjung prinsip humanis dan tidak
eksploitasi.
3. Nilai persatuan. Kegiatan ekonomi dilakukan bersama dengan menjunjung asas
kekeluargaan.
4. Nilai musyawarah atau demokrasi. Prinsip ekonomi harus selaras dengan nilai-nilai
demokrasi dan kebebasan berpendapat.
5. Nilai keadilan. Pengelolaan sumber daya ekonomi harus digunakan dengan adil untuk
kesejahteraan rakyat.
Secara sederhana, Ekonomi Pancasila dapat disebut sebagai sebuah sistem ekonomi pasar
dengan pengendalian pemerintah atau ekonomi pasar terkendali. Mungkin ada istilah-istilah lain
yang mendekati pengertian Ekonomi Pancasila, yaitu sistem ekonomi campuran, maksudnya
campuran antara sistem kapitalisme dan sosialisme atau sistem ekonomi jalan ketiga. efek
kapitalisme adalah persaingan bebas, dan monopoli saja. Monopoli, persaingan bebas, dan
etatisme, merupakan hal yang harus dihindari pembangunan ekonomi berdasarkan Pancasila.
Sistem Ekonomi Pancasila memiliki perbedaan mencolok dengan sistem ekonomi liberal. Sistem
Ekonomi Pancasila berorientasi pada rakyat kebanyakan, sedangkan sistem ekonomi liberal hanya
menguntungkan individu-individu tanpa memerhatikan manusia lain. Namun, sistem Ekonomi
Pancasila juga berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang tidak mengakui adanya kepemilikan
individu. Inilah keunggulan dari sistem Ekonomi Pancasila.1

b) Sistem Ekonomi Liberal

sistem ekonomi liberal adalah suatu sistem perekonomian dimana segala keputusan
dalam perekonomian ditentukan oleh semua individu, bukan pemerintah atau suatu
lembaga/ organisasi. Pelaksanaan sistem ekonomi mengacu pada ekonomi pasar dan
menjunjung tinggi hak kepemilkikan pribadi.

Adapun ciri-ciri dari ekonomi liberal, sebagai berikut:

• Setiap individu berhak untuk memiliki alat produksi dan bebas melakukan kegiatan
perekonomian.

• Setiap orang memiliki hak untuk berusaha dan bersaing antar sesama pelaku
ekonomi.

• Campur tangan pemerintah dibatasi. Namun, pemerintah mungkin melakukan


intervensi untuk mencegah terjadinya monopoli.

• Harga-harga barang di pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran secara


bebas.
• Setiap kegiatan produksi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan pelaku
ekonomi dapat mengambil keuntungan sebesar-besarnya.2

Jika kita lihat lagi dampak yang ditimbulkan dari adanya ekonomi liberal, dengan
demikian maka ketimpangan ekonomi, kesemena-menaan dan kesenjangan sosial akan
terjadi. Karena yang kaya akan semakin menjadi kaya sedangkan yang miskin akan
semakin menjadi miskin karena tidak adanya pemerataan ekonomi di seluruh lapisan
masyarakat. Demikian juga, kebijakan ekonomi Indonesia yang sedikit menganut ekonomi
liberal dan tidak tegas yang hanya menguntungkan daerah kaya atau maju tetapi juga
mengutungkan orang kaya.
Contoh bukti praktek ekonomi liberal di negara Indonesia yang gamblang dapat kita
lihat yaitu adanya penghancuran ketahanan pangan, lewat program LoI juga. IMF
menuntut diberlakukannya tarif impor beras sebesar 0%. Selain itu LoI juga mengatur
agar BULOG tidak lagi mengurus kestabilan harga pangan dan agar melepaskannya
ke mekanisme pasar. BULOG dibatasi menjadi sebatas perdagangan beras, itupun
harus bersaing dengan pedagang swasta. Demikian pula BULOG harus mengambil
pinjaman dari bank komersial, tidak lagi dari dana BLBI yang sangat ringan.

E. alasannya bahwa system ekonomi pancasila lebih baik dari pada system ekonomi
pancasila
1. roda perekonomian digerakan oleh rangsangan ekonomi,moral,dan sosial.
2. Kehendak kuat dari seluruh masyarakat kearah keadaan pemerataan
sosial,sesuai asas asas kemanusiaan.
3. Prioritas kebijakan ekonomi adalah menciptakan perekonomian nasional yang
tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai kebijaksanaan ekonomi.
4. Koprasi merupakan sokoguru perekonomia dan merupakan bentuk paling
konkrit dari usaha bersama.
5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional
dengan desentralisasi dalam pelaksanaan ekonomi untuk menjamin keadilan
ekonomi dan sosial.
6. Menguntungkan semua pihak bukan indipidu
7. Untuk kepentingan bersama
8. Oleh kita, untuk kita, dari kita.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perdagangan melalui sistem elektronik mempunyai dua sisi yang berbeda, di satu sisi
memberikan peluang dan berbagai kemudahan, namun di sisi lainnya memberikan
dampak negatif berupa kemungkinan-kemungkinan kerugian yang dialami oleh
konsumen. Hasil analisis menunjukkan bahwa Pemerintah melalui kebijakan di bidang
perdagangan dan pelindungan konsumen telah memberikan pelindungan kepada
konsumen transaksi dagang melalui sistem elektronik baik secara preventif maupun
represif. Secara preventif telah dikeluarkan program dan kegiatan pemerintah di bidang
pelindungan konsumen transaksi dagang melalui sistem elektronik antara lain dengan
memberlakukan Peraturan Presiden tentang Road Map E-commerce 2017-2019 yang
salah satunya menyiapkan program perlindungan konsumen e-commerce. Meskipun
belum maksimal, pelindungan hukum secara represif yang diberikan kepada konsumen
transaksi dagang melalui sistem elektronik, sudah diatur dalam beberapa peraturan
perundang-undangan terkait, secara parsial. Artinya pada tataran regulasi, peraturan
perundang-undangan mengenai transaksi dagang elektronik di Indonesia telah
mengatur tentang substansi pelindungan konsumen, namun belum secara komprehensif
mengatur pelindungan konsumen dalam transaksi dagang melalui sistem elektronik.
Beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya UU ITE dan UU
Perdagangan telah memberi ruang pengaturan mengenai transaksi dagang melalui
sistem elektronik, tetapi ketentuan tersebut bersifat umum, belum mengatur secara
spesifik dan komprehensif sehingga memerlukan peraturan lebih lanjut sebagai
peraturan pelaksananya. Sedangkan UU Perlindungan Konsumen tidak dapat
menjangkau seluruh pegaturan pelindungan hukum konsumen transaksi dagang
elektronik yang memiliki karakteristik lintas negara, karena ruang lingkup pelindungan
yang diberikan terbatas pada yurisdiksi negara Republik Indonesia.
3. Sistem Ekonomi Pancasila sebenarnya adalah sistem ekonomi liberal yang disesuaikan dengan
nilai-nilai Pancasila. Walaupun bertujuan untuk mencapai kemakmuran bersama, sistem ini masih
tidak lepas dari kekurangan. Pasalnya, perencanaan sistem perekonomian ini terpusat sehingga
daya kreativitas masyarakat masih terkekang oleh berbagai hal.

Dengan semakin berkembangnya praktik transaksi dagang melalui sistem elektronik dan
semakin kompleksnya permasalahan yang muncul dari hubungan hukum tersebut, maka
Pemerintah perlu lebih menggiatkan sosialisasi dan pembinaan terkait hak dan
kewajiban konsumen transaksi dagang melalui sistem elektronik, sehingga konsumen
dapat bersikap cerdas dalam melakukan transaksi dagang melalui sistem elektronik.
Pada sisi regulasi pemerintah perlu segera membentuk regulasi mengenai transaksi
dagang melalui sistem elektronik yang mampu memberikan pelindungan hukum dan
kepastian bagi para pihak. Disamping itu UU Perlindungan Konsumen perlu direvisi
untuk merespon kebutuhan masyarakat mengenai jaminan pelindungan hukum atas
hak-haknya selaku konsumen dalam transaksi dagang melalui sistem elektronik, antara
lain berkaitan dengan tanggung jawab pelaku usaha yang mencakup tanggungjawab
Internal Service Provider dan penyelesaian sengketa secara online (online dispute
resulotion).
Daftar Pustaka
https://www.google.com/url?sa=t&web&rct=j&url=https://media.neliti
.com/media/publications/210102-perlindungan-hukum-konsumen-
dalam-hal-pe.pdf&vedX69nMBHVsND3w2ahUKEwjVxtqu-fmah
https://kominfo.go.id/content/detail/4240/uu-no-332014-pemerintah-
harus-bentuk-badan-penyelenggaraan-jaminan-produk-halal/0/berita
file:///C:/Users/FADIL/Downloads/KEBIJAKAN_HUKUM_DAN_REGULASI_DALAM_TRA
NS.pdf

https://www.kompasiana.com/simanungkalitrai/55546c026523bd90144aef57/sistem-ekonomi-
pancasila-untuk-sejahterakan-rakyat

Anda mungkin juga menyukai