Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

SECTIO CAESAREA DENGAN KPD

Disusun Oleh :
Yunitha Leo Lede
SN162218

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016/2017
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Rustam, 2007). Sedangkan menurut
Hacker (2008), sectio caesaria adalah proses persalinan atau pembedahan
melalui insisi pada dinding perut dan rahim anterior untuk melahirkan janin.
Ketuban pecah dini atau KPD adalah pecahnya/rupture selaput amnion
sebelum dimuai persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi
(Mitayani, 2009)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Menurut Mary (2008) ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum
impartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3cm dan multi kurang
5cm.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan keluarnya cairan berupa air dari
vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu atau sebelum proses persalinan
berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37
minggu maupun aterm (Saifudin, 2012)
B. Tanda dan Gejala (Spesifikasi)
Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban
berbau manis dan tidak berbau amoniak, cairan menetes dan merembes
dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti/kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Gejalanya yaitu demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda infeksi yang terjadi
C. Adaptasi Fisiologis dan Psikologi
1. Adaftasi Fisiologis
a) Sistim reproduksi
 Uterus
Uterus berangsur angsur akan menjadi kecil/kemballi ke ukuran
sebelum hamil (involusi) proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot polos uterus,proses involusi uterus
adalah sebagaimana berikut :
 Autolisis
Penurunan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
autolysis yaitu merupakan proses penghancuran diri sendiri
didalam otot uterin.Enzim proteolitik akan memendekan
jaringan otot yang telah mengendordan sito plasma yang
berlebihan akan tercerna sendiri
 Atropi jaringan
Atropi jaringan merupakan reaksi terhadap penghentian
produksi estrogen. Selain atropi otot uterus , lapisan desidua
juga mengalami atropi dan terleoas kemudian beregenerasi
menjadi endometrium baru.
 Efek oksitoksin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus yang meningkat secara mermakna
segera setelah bayi lahir merupakan respon terhadap
penurunan volum intauterine yang sangat besar. Hormone
oksitoksin yang dilepas kelenjar hipopise memperkuat dan
mengaatur kontraksi uterus,menkompresi pembuluh darah dan
membantu proses homeostaksis. Kontraksi dan retraksi oto
uterin akan mengurangi suplai darah keuterus . proses ini akan
membantu mengurangi bekas luka implantasi plasenta dan
perdarahan. Pemberian ASJ segera setelah bayi lahir akan
merangsang pelepasan oksitoksin.
 Lochea
Lochea adalah cairan scret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Macam lochea :
1) Lochea Rubra (cruenta) :berisi darah segar dan sisa sisa
selaput ketuban ,sel sel desidua,verniks kseosa,lanugo, dan
mekonium,selam dua post partum.
2) Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan
lendir, hari 3-7 post partum
3) Lochea serosa : berwarna kuning ,cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 post partum
4) Lochea Alba cairan putih,setelah 2 minggu
5) Lochea purlenta : terjadi infeksi,keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
6) Lochae Statis : lochea tidak lancar keluarnya
 Serviks
Serviks mengalami involusi bersama sama uterus.setelah persalinan
,ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2-3 jari tangan dan bentuk
agak menganga seperti corong,setelah 6 minggu persalinan servik
menutup. Servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih
padat dan kembali kebentuk semula.
 Vagina
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pemisahan
mukosa dalam vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula
sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran semula
sebelum hamil.
 Perineum
Segera setelah melahirkan,perineum menjadi kendur karena
sebelimnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada post partum hari ke 5 perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari keadaan
sebelum melahirkan
 Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
1) Penurunan kadar hormon progesteron secara cepat dengan
peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.
2) Kolosstrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada
hari ke-2 atau haari ke-3 setelah persalinan.
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi.
b) Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama,kemungkinan
terdapat spasme sfingter dan edema leher vesica urinaria sesudah
bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam
waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan ,
kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok . keadaan ini akan menyebabkan deuresis.
Ureter yang berdelatasi aka kembali normal dalam tempo 6 minggu.
c) Sistim gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal
d) Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam sekitar 3 jam post
partum.progesteron turun pada hari ke 3 post partum.
e) Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi deuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen,volume darah kembali kepada keaadaan tidak hamil.
f) Sistem muskoloskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum.
g) Sistem intregument
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurangya hyperpigmentasi kulit.
2. Adaptasi psikologi
Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres,terutama ibu
primipara.respon dan dari keluarga dan teman dekat mempengaruhi
psikologis ibu post partum.
Terdapat 3 fase perubahan adaftasi psikologis pada ibu post partum,yaitu :
a. Taking in
Disebut juga pereode tingkah laku bergantung .terjadi pada hari 1-2
setelah persalinan,ibu masih pasif dan sangat tergantung,fokus
perhatian pada tubuhnya,ibu lebih mengingat pengalaman
melahirkan,kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b. Taking hold
Merupakan pergerakan dari tergantung menuju tingkah laku mandiri.
Berlangsung 3-4 hari post partum
c. Letting go
Dialami setelah tiba dirumah,ibu menerima tanggung jawab sebagai
ibu. Fase ini dimulai pada akhir minggu 1 post partum.
D. Patofisiologi dan Pathway
Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan menyeluruh
membrane fetal akibat kontraksi uteri dan peregangan berulang. Membran
yang mengalami rupture premature ini tampak defek fokal kelemahan
menyeluruh. Daerah dekat tempat pecahnya ini disebut ”restricted zone of
extreme altered morphology” yang ditandai dengan adanya pembekaan dan
kerusakan jaringan kologen fibrilar pada lapisan kompakta, tibroblast maupun
spongoisa. Daerah ini akan muncul sebelum ketuban pecah dini dan
merupakan daerah breakpoint awal. Partogenesis terjadinya ketuban pecah
dini dan ketuban pecah dini preterm pada pasien resiko tinggi.
1. Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan
langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
2. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian keruang
intraamnion.
3. Ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui
plasenta (sirkulasi fetomaternal)
4. Traumatik atau Hygiene buruk, misal. Pemeriksaan dalam yang terlalu
sering sangat presdiposisi infeksi

PATHWAY
Trauma/hubungan seksual, Gemeli, polidromnion, infeksi vagina karena
bakteri, kelainan servik, defisiensi nutrisi, riwayat KPD, keadaan abnormal,
fetus malpresentasi

Pecahnya ketuban dengan tanda keluar cairan keruh/ jernih/ kuning/ kecoklatan

Demam jika ada infeksi, janin mudah di raba, selaput ketuban tidak ada, inspekulo

Infeksi janin ibu

Section caesaria

Efek anestesi Insisi abdomen Post SC

Jalan masuk Terputusnya Komplikasi Adaptasi Adaptasi


kuman jaringan perdarahan fisiologi psikologi
inkontinuitas
Resiko infeksi Volume darah Estrogen &
Kurang
menurun progesteron
nyeri informasi
menurun
ttg
Hb menurun perawatan
Sekresi post SC
Oksigen & prolaktin&
nutrisi dlm oksitosin,
jaringan produksi ASI,
Usus menurun, menurun kontraksi sel
belum flatus mioepitel
Intoleransi
reflek
Mobilitas usus aktivitas
menurun
laktasi

konstipasi
Kurang
pengetahuan
ttg perawatan
payudara
E. Penatalaksanaan Medis dan keperawatan
1. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia atau infeksi.
2. Golongan darah daan faktor RH
3. Rasio lesitin terhadap spingomielin (Rasio US) menentukan maturitas
janin.
4. Tes Ferning dan kertas utrazine : memastikan pecah ketuban.
5. USG menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin dan
lokasi plasenta.
6. Pelvimetri : mengidentifikasi posisi janin.
7. Monitor DJJ dengan tetoskop Laennec / doppler / pemeriksaan
kardiotokografi bila usia kehamilan ≥32 minggu (Wiknjosastro,2007).
Penatalaksanaan untuk KPD sebagai berikut :
1. Bila janin belum viable (kurang dari 36minggu, penderita dianjurkan untuk
beristirahat ditempat tidur dan berikan obat – obat antibiotik profilaksis,
spasmolitika dan roboransia dengan tujuan mengundur waktu sampai janin
vable.
2. Bila janin sudah viable (≥36 minggu), lakukan induksi partus 6 – 12 jam
setelah periode laten dan beri antibiotik protilaksis jika servik belum
matang, matangkan servik dengan prostaglandin dan infus oksitosin, jika
partus induksi gagal perlu tindakan operatif (SC).
3. Bila usia kehamilan 32 – 34 minggu air ketuban masih tetap keluar, maka
dapat dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan pada usia 35 minggu.
Ini sangat tergantung dari kemampuan melakukan perawatan janin.
4. Pemberian kortikositeroid menekan resiko terjadinya sindrom distres
pernafasan.
5. Pemberian antibiotik mampu menekan infeksi neonatal dan
memperpanjang periode latensi.
6. Pembeian Tokolitik mampu memperpanjang periode latensi namun tidak
memperbaiki luaran neonatal (Sastrawinata, 2010).
F. Komplikasi
Komplikasi ibu:
- Endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia,atonia) sepsis
cepat (karena daerah uterus dan itramnion memiliki vaskularisasi sangat
banyak), dapat terjadi syock sepsis sampai kematian ibu.
Komplikasi janin:
- Astiksia janin, sepsis perianal sampai kematian janin. Prolaps tali pusat
(Saifudin,2011)
G. Asuhan Keperawatan pada ibu postpartum
1. Pengkajian post partum
a) Aktivitas /istirahat
Melaporkan kelelahan berlebihan/kesadaran
b) Sirkulasi
Banyaknya darah yang keluar,perubahan tekanan darah,nadi
perlambatan pengisian kapiler dan pucat
c) Integritas ego
Mungkin cemas ,kwatir,ketakutan
d) Seksualitas
Anestesi,pemeriksaan plasenta
e) Penyuluhan/pembelajaran
Perdarahan post partum,hipertensi
f) Kenyamanan
Nyeri tekan uterus atau abdominal/ vagina/ vulva/ pelvis/ anus/
punggung, sensasi robekan, terbakar
g) Eliminasi
Kesulitan berkemih dapat menunjukan hematoma dari posio/vagina
h) Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan laborat :darah rutin
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a) Nyeri akut b.d agen cedera biologis (00132)
b) Resiko tinggi infeksi b.d prosedur infasif, pemeriksaan vagina berulang
dan atau ruptur membran amnion (00004)
c) Ansietas b.d krisis situasi, ancaman yang ditakutkan dari kesejahteraan
maternal (00146)
d) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan salah interpelasi informasi tentang
penyakit dan penatalaksanaannya (00126)
e) Gangguan pada eliminasi BAB kontipasi b.d penurunan peritaltik usus
(00011)
f) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik (00092)

3. Tujuan dan kriteria hasil (NOC),DAN Intervensi (NIC)


NO Tujuan & kriteria hasil Intervensi keperawatan
DX (NOC) (NIC)
1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri (Pain
dalam 3 X 24 jam, masalah teratasi Management)
dengan kriteria hasil : Kaji nyeri (lokasi,
PAIN LEVEL durasi,karakteristik, frekuensi,
 Berkurangnya lama episode nyeri (4) intensitas, factor pencetus)
 Tanda vital dalam batas normal (4)  Observasi tanda non verbal
 Ekspresi wajah relaks (4) dari ketidaknyamanan
PAIN CONTROL  Monitor keefektifan tindakan
 Mampu menggunakan terapi non- mengontrol nyeri
farmakologik untuk mengatasi nyeri  Kontrol faktor lingkungan
(4) yang dapat mempengaruhi
 Melaporkan nyeri terkontrol (4) respon pasien
Mampu menggunakan terapi nyeri  Ajarkan tehnik non
farmakologik dengan tepat (4) farmakologis kepada pasien
dan keluarga : relaksasi,
distraksi, guided imagery,
hipnoterapy
 Ajarkan pada pasien dan
keluarga tentang penggunaan
analgetik dan efek
sampingnya
 Anjurkan pasien untuk
meningkatkan istirahat
VITAL SIGN MONITORING
 Monitor TTV
2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan, INFECTION CONTROL :
masalah teratasi dengan kriteria hasil :  Bersihkan lingkungan
IMMUNE STATUS :  Batasi pengunjung
 Menunjukkan perilaku hidup sehat  Cuci tangan sebelum dan
KNOWLEDGE : INFECTION sesudah tindakan
CONTROL : keperawatan
 Menunjukkan kemampuan untuk  Gunakan baju sarung tangan
mencegah infeksi sebagai alat pelindung
RISK CONTROL :  Tingkatkan intake nutrisi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan, ANXIETY REDUCTION :
masalah teratasi dengan kriteria hasil :  Gunakan pendekatan yang
ANXIETY CONTROL : menenangkan
 Vital sigs pada batas normal  Dorong pasien untuk
COPING : mengungkapkan pikiran dan
 Perasaan takut atau cemas berkurang perasaan
 Postur tubuh,ekspresi wajah,bahasa  Jelaskan semua prosedur
tubuh menunjukkan berkurangnya  Temani pasen untuk keamanan
kecemasan  Dengarkan dengan penuh
perhatian.
 Intruksikan pasien
menggunakan tehnik relaksasi
4 Setelah dilakukan asuhan keperawatan, TEACHING DISEASES
masalah teratasi dengan kriteria hasil : PROCESS
KNOWLEDGE DISEASES PROCESS :  Berikan penilaian tentang
 Pasien dan keluarga menyatakan tingkat pengetahuan pasen
pemahaman tentang penyakit  Jelaskan patofisiologi dari
KNOWLEDGE HEALTH BEHAVIOUR penyakit
 Pasien dan keluarga mampu  Gambarkan tanda dan gejala
melaksanakan prosedur yang yang biasa muncul pada
dijelaskan dengan benar penyakit
 Pasien dan keluarga mampu  Gambarkan proses penyakit
menjelaskan kembali apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan oleh perawat  Hindari harapan yang kosong
 Diskusikan pilihan terapi
5 Tujuan:  Anjurkan klien untuk tidak
 Pola eliminasi kembali normal. menahan BAB
Kriteria hasil:  Berikan cairan per oral 6-8
 Pasien mengungkapkan BAB gelas per hari
lancar.  Anjurkan mobilisasi sesuai
toleransi.
 Kolaborasi pemberian obat
pencahar.
 Kolaborasi pemberian diit
tinggi serat.
6 Tujuan:  Bantu pasien dalam
 Aktivitas kembali sesuai kemampuan memenuhi kebutuhan sehari-
pasien. hari seminimal mungkin.
Kriteria hasil:  Beri posisi nyaman.
 Pasien bisa beraktivitas seperti biasa.  Bantu pasien dalam
ambulansi diri
 Anjurkan menghemat energy

4. Evaluasi
a) Nyeri berkurang atau hilang
b) Infeksi maternal tidak terjadi
c) Ansietas pada ibu teratasi
d) Ibu paham dengan kondisi yang dideritanya saat ini
e) Pola eliminasi kembali normal
f) Aktifitas kembali sesuai kemampuan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Mitayati . 2009 . Asuhan keperawatan maternitas : Jakarta : Salemba medika

Saifudin , Abdul bari . 2008 . Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta : yayasan bina pustaka.

Sastrawinata , sulaiman . 2010 . Ilmu kesehatan reproduksi , obstetri patologi edisi


2 . Jakarta : EGC

Wikujosastro , H . 2012 . Ilmu kebidanan . Jakarta : yayasan bina pustaka

Wilkison , judith . 2010 . Diagnosa keperawatan dengan intervensi HIC dan


kriteria hasil NOC . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai