Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional). Untuk menciptakan pendidikan yang dapat

mengembangkan potensi diri dari setiap siswa di sekolah, perlu diadakannya

kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, inovatif, serta dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa.

Pendidikan yang berhasil dapat ditunjukan dengan beberapa indikator, salah

satunya tercapainya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan di sekolah.

Berdasarkan kurikulum 2013, ada beberapa materi yang harus dipahami oleh siswa

sesuai dengan tingkat pendidikannya, untuk kelas VII sekolah menengah pertama

(SMP) semester genap, terdapat materi garis dan sudut yang merupakan salah satu

kompetensi dasar geometri yang harus dikuasai oleh siswa. Materi tersebut juga

merupakan materi prasyarat untuk memahami materi kompetensi dasar geometri

yang selanjutnya, seperti: mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan

sudutnya, mengidentifikasi sifat-sifat segiempat, menentukan besar sudut pada

bangun datar maupun bangun ruang, menentukan pasangan sudut yang sama pada

1
konsep kekongruenan, serta menentukan besar sudut pada konsep kesebangunan.

Sehingga, apabila siswa tidak memahami materi garis dan sudut dengan baik, siswa

akan mengalami kesulitan pada saat mempelajari materi konsep dasar geometri

selanjutnya.

Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting, guru diharapkan

mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, inovatif dan

menyenangkan bagi siswa. Siswa diharapkan memahami materi yang diberikan

sehingga mampu menerapkannya dalam berbagai permasalahan matematika.

Materi pembelajaran dapat dipahami oleh siswa, apabila materi pembelajaran

diajarkan dan disajikan dengan baik menggunakan media pembelajaran yang dapat

membantu siswa untuk memahaminya. Namun dalam pelaksanaannya, tidak semua

pembelajaran di sekolah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, banyak hal yang

menyebabkan pembelajaran belum berjalan sebagaimana mestinya, salah satunya

adalah kurangnya penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan dari Sudjana (2002:2) bahwa media

pembelajaran yang sesuai dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

Berdasarkan hasil observasi peneliti ketika praktik pengalaman lapangan

(PPL) di SMPN 1 Mlati, Kabupaten Sleman, guru-guru matematika masih jarang

menggunakan media pembelajaran seperti lembar kerja siswa (LKS) dengan

berbantuan alat peraga dalam mengajarkan materi pelajaran kepada siswa. LKS

yang digunakan adalah LKS yang diambil dari buku yang telah disediakan dari

pemerintah yaitu buku pegangan guru dan pegangan siswa dari kemendikbud,

2
meskipun LKS yang diambil dari buku pegangan guru dan siswa sudah disesuaikan

dengan kurikulum 2013, tidak semua siswa mampu memahami apa yang disajikan

di LKS tersebut. Materi yang tertulis di buku, dijelaskan secara langsung diikuti

dengan contoh-contoh permasalahan dan alternatif penyelesaiannya. Siswa diminta

untuk membaca dan memahami penjelasan materi terlebih dahulu secara mandiri,

dilanjutkan menganalisis permasalahan yang ada dalam buku beserta alternatif

penyelesaian yang sudah tercantum di dalamnya, kemudian siswa diarahkan untuk

mengerjakan soal latihan yang ada. Meskipun demikian, siswa belum bisa

menangkap apa yang dijelaskan dalam buku, siswa perlu langkah-langkah dimana

mereka bisa mengeksplor dan menganalis materi yang diajarkan dengan melakukan

percobaan nyata yang mampu meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi

yang sedang dipelajari. Percobaan nyata ini bisa dilakukan menggunakan berbagai

alat peraga dalam pembelajaran di kelas, salah satunya yaitu alat peraga yang akan

dikembangkan pada penelitian ini untuk memahami materi tentang hubungan sudut

yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal.

Selain itu, untuk membantu siswa memahami materi yang diajarkan, juga

diperlukan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Kurikulum 2013 yang sekarang diterapkan di sekolah, pembelajaran di kelas

berpusat kepada siswa (student-centered) dimana keaktifan siswa di kelas sangat

diutamakan. Meski guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran,

guru tetap membimbing dan mendampingi siswa setiap kegiatan di kelas. Banyak

pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan guru di setiap pembelajaran

sehingga mampu memfasilitasi siswa untuk berperan secara aktif di kelas. Salah

3
satunya menggunakan pendekatan problem based learning, dimana problem based

learning yang disingkat PBL ini adalah pendekatan pembelajaran yang diawali

dengan penyajian masalah yang dirancang relevan dengan materi yang dipelajari.

Pendekatan PBL ini mengarahkan siswa untuk belajar aktif dan mandiri berbasis

masalah yang disajikan. Namun pada realisasinya, pendekatan PBL masih jarang

diterapkan dalam pembelajaran di sekolah yang sekarang telah menerapkan

kurikulum 2013.

SMPN 1 Mlati merupakan salah satu sekolah yang sudah menggunakan

kurikulum 2013 yang berbasis pendekatan saintifik dan mulai diterapkan di kelas

VII tahun pelajaran 2016/2017. Pendekatan saintifik yang menjadi ciri khas dari

kurikulum 2013 ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dengan

mengkolaborasikan pendekatan saintifik dengan berbagai strategi pendekatan

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centred) salah satunya dengan

strategi pendekatan problem based learning (PBL). Namun dalam pelaksanaannya,

guru di SMPN 1 Mlati jarang menggunakan pendekatan pembelajaran yang lain

dikarenakan guru masih menggunakan pendekatan saintifik secara murni dengan

langkah-langkah yang sudah tertera dalam buku pegangan guru dari kemendikbud

untuk mengajarkan materi kepada siswa di kelas sehingga guru belum mencoba

mengkolaborasikan pendekatan saintifik dengan berbagai strategi pendekatan

pembelajaran seperti problem based learning (PBL). Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, kurikulum 2013 tidak membatasi guru untuk memilih strategi

pembelajaran, yang terpenting adalah strategi pendekatan pembelajaran yang

diterapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa. Oleh karena itu,

4
penggunaan problem based learning (PBL) dalam pembelajaran perlu ditingkatkan

untuk memfasilitasi siswa agar dapat belajar lebih mandiri dan aktif di kelas.

Berdasarkan keterangan guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1

Mlati, materi garis dan sudut merupakan salah satu materi yang sulit dipahami

siswa. Banyak siswa yang masih kesulitan dalam memahami konsep garis dan

sudut, seperti: menentukan hubungan antar sudut yang terbentuk dari dua garis

sejajar yang dipotong oleh garis transversal, menentukan besar sudut pelurus,

membedakan jenis-jenis sudut, serta penyelesaian permasalahan matematika yang

berkaitan dengan konsep garis dan sudut. Kesulitan siswa dalam memahami materi

garis dan sudut juga ditunjukan pada persentase penguasaan materi soal matematika

ujian nasional SMP/MTs tahun pelajaran 2014/2015 tentang menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan hubungan dua garis: besar sudut (penyiku atau

pelurus) dengan hasil sebagai berikut; di tingkat sekolah SMPN 1 Mlati sebanyak

49,21% siswa dapat menyelesaikan permasalahan garis dan sudut, di tingkat

kota/kabupaten Sleman sebanyak 43,46% siswa dapat menyelesaikan permasalahan

garis dan sudut, di tingkat provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 41,88%

siswa dapat menyelesaikan permasalahan garis dan sudut, dan di tingkat nasional

sebanyak 44,55% siswa dapat menyelesaikan permasalahan garis dan sudut. Dari

hasil persentase banyaknya siswa yang mampu menyelesaikan permasalahan garis

dan sudut pada ujian nasional tahun 2014/2015 di keempat tingkat, diperoleh rata-

ratanya sebanyak 44,77%.

Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa di SMP Negeri 1 Mlati,

di tingkat kabupaten Sleman, provinsi DI Yogyakarta, dan nasional belum

5
menguasai materi garis dan sudut terutama dalam masalah menentukan besar sudut

penyiku atau pelurus yang terbentuk dari dua garis berpotongan. Konsep

menentukan besar sudut pelurus dari dua garis berpotongan ini merupakan bagian

dari materi garis dan sudut yang dipelajari di KD 3.13 dan 4.13 tentang hubungan

antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis

transversal.

Berdasarkan hal di atas, untuk meningkatkan proses pembelajaran yang

diharapkan dan meningkatkan pemahaman siswa tentang materi garis dan sudut,

perlu dilakukannya pengembangan media pembelajaran yang menarik dan

memudahkan siswa dalam belajar. Maka dari itu, peneliti bermaksud untuk

membuat produk yang dapat berfungsi sebagai media pembelajaran bagi siswa

dalam mempelajari materi garis dan sudut. Penelitian ini dibatasi pada materi

konsep dan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan hubungan antar sudut

sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal. Sehingga

Kompetensi dasar yang digunakan adalah KD 3.13 dan 4.13. Produk yang

dikembangkan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan dilengkapi alat peraga

untuk menunjang proses pembelajaran. LKS diharapkan mampu membantu siswa

untuk beraktivitas dalam rangka memahami konsep, dengan memanipulasi alat

peraga yang diberikan.

Mengingat perlunya mengembangkan media pembelajaran matematika

pada materi garis dan sudut, peneliti akan mengembangkan media pembelajaran

berupa LKS dan alat peraga dengan menggunakan pendekatan problem based

learning (PBL). Media pembelajaran yang dikembangkan akan diujicobakan di

6
SMPN 1 Mlati untuk mengetahui hasilnya apakah media pembelajaran tersebut

dapat diterapkan di sekolah atau tidak. Setelah hasil uji coba dilakukan, akan

dilakukan revisi terhadap media pembelajaran yang dibuat sesuai dengan hasil

evaluasi uji coba yang dilakukan di SMPN 1 Mlati. Media pembelajaran yang

dikembangkan, dapat diterapkan di sekolah apabila memenuhi kriteria valid,

praktis, dan efektif, hal ini sesuai dengan pernyataan Nieveen (1999: 24). Maka

dari itu, peneliti akan mengangkat permasalahan ini dalam bentuk skripsi yang

berjudul "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BERBASIS PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI

GARIS DAN SUDUT UNTUK SISWA KELAS VII SMP".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidetifikasi masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Banyak siswa kelas VII SMPN 1 Mlati yang kesulitan dalam memahami dan

mempelajari materi garis dan sudut.

2. Penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal dalam mengajarkan

materi garis dan sudut.

3. Belum ada media pembelajaran berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan alat

peraga untuk membantu siswa dalam memahami dan mempelajari materi garis dan

sudut.

7
C. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini dengan mengambil

permasalahan yang ketiga dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan dimana

peneliti akan mengembangkan media pembelajaran matematika berupa Lembar

Kerja Siswa (LKS) dan alat peraga. Dari permasalahan ketiga ini, membatasi

permasalahan lebih spesifik lagi yaitu materi yang akan digunakan dibatasi pada

KD 3.13 dan KD.4.13 mengenai konsep dan penyelesaian masalah yang berkaitan

dengan hubungan antar sudut sebagai akibat dari dua garis sejajar yang dipotong

oleh garis transversal. Selain itu, media pembelajaran matematika yang

dikembangkan tidak diujicobakan di skala yang luas, dalam penelitian ini hanya

akan diujicobakan di SMPN 1 Mlati.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis dapat

menuliskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran matematika berupa LKS dan

alat peraga berbasis pendekatan problem based learning pada materi materi garis

dan sudut untuk siswa kelas VII SMP?

2. Bagaimana tingkat kelayakan media pembelajaran matematika berupa LKS dan

alat peraga yang dikembangkan berbasis pendekatan problem based learning pada

materi materi garis dan sudut untuk siswa kelas VII SMP?

8
E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan media pembelajaran matematika berupa LKS dan alat peraga

berbasis pendekatan problem based learning pada materi materi garis dan sudut

untuk siswa kelas VII SMP.

2. Mendeskripsikan tingkat kelayakan media pembelajaran matematika berupa

LKS dan alat peraga yang dikembangkan berbasis pendekatan problem based

learning pada materi materi garis dan sudut untuk siswa kelas VII SMP.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan media pembelajaran matematika untuk pada

materi garis dan sudut KD.3.13 dan KD.4.13 untuk siswa kelas VII SMP ini

diharapkan memberikan manfaat, antara lain :

1. Bagi Siswa

Bertambah media pembelajaran berupa LKS dan alat peraga bingkai garis sudut

pada materi garis dan sudut KD.3.13 dan KD.4.13 yang sesuai dengan karakteristik

siswa kelas VII SMP, sehingga dapat membantu siswa untuk mengerti konsep

materi garis dan sudut KD.3.13 dan KD.4.13.

2. Bagi Guru

Menambah referensi media pembelajaran Matematika yang menarik sehingga

memotivasi guru untuk menciptakan media pembelajaran lain yang lebih

berkualitas.

9
3. Bagi Mahasiswa

Bahan masukan kepada mahasiswa untuk mengembangkan media pembelajaran

Matematika yang kreatif, inovatif, dan menarik.

4. Bagi Peneliti

a. Menambah pengalaman dalam penelitian.

b. Menambah pengetahuan tentang cara mengembangkan media pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik siswa.

10

Anda mungkin juga menyukai